Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Pada Bayi,
Balita dan Anak Pra Sekolah
Dosen Pengampu:
Bdn. Ermeida Nelli, S.S.iT., M.KM
Oleh:
1. Ermawati 62122012
2. Marina Maharani 62122006
3. Valia Intana Putri 62122014
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat diterima dengan baik
untuk menambah pengetahuan dan pengalaman untuk pembaca. Sekaligus
membantu pembaca, mahasiswa, dan masyarakat dalam memahami Pemeriksaan
Fisik dan Pemberian Nutrisi Pada BBL. Bahkan kami berharap agar makalah ini
bisa di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Bagi kami merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu penulis berharap perbaikan dari pembaca
untuk perbaikan kedepannya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan pada masa bayi baru lahir sangat rawan oleh karena
memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi diluar uterus dapat hidup
sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin
memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faal. Dengan terpisahnya
bayi dari ibu, maka terjadilah proses fisiologik seperti : Pertukaran gas
melalui plasenta digantikan oleh aktifnya paru untuk bernafas. Sebelum
melakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir perlu diketahui riwayat
keluarga, riwayat kehamilan sekarang, sebelumya dan riwayat persalinan.
Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dilakukan paling kurang tiga kali
yakni pada saat lahir di kamar bersalin dalam 24 jam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pengertian Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)?
2. Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir?
3. Apakah pengetahuan dan paritas ibu berhubungan dengan pemberian
ASI pada bayi 0-6 Bulan?
C. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa Dapat Menjelaskan Pengertian Inisiasi Menyusu Dini
(IMD)
2. Mahasiswa Dapat Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari
kehidupan dalam uterus ke luar uterus yang memerlukan resusitasi.
3. Mahasiswa Dapat menjelaskan Untuk menemukan kelainan seperti
cacat bawaan yang perlu tindakan segera.
1
4. Mahasiswa Dapat Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat
bersama ibu (rawat gabung) atau tempat perawatan khusus.
5. Mahasiswa Dapat Menjelaskan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru
Lahir.
6. Mahasiswa Dapat Menjelaskan Pentingnya Pemberian ASI Pada Bayi
Baru Lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
2
c. Hitung pernapasan dan lihat tarikan dinding dada bawah ketika
bayi sedang tidak menangis; Frekuensi napas normal 40-60 kali
per menit,Tidak ada tarikan dinding dada bawah yang dalam
d. Hitung denyut jantung dengan meletakkan stetoskop di dada kiri
setinggi apeks kordis; denyut jantung normal 100-160 kali per
menit
e. Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer; Suhu
normal adalah 36,5 - 37,5º C
f. Lihat dan raba bagian kepala; Bentuk kepala terkadang asimetris
karena penyesuaian pada saat proses persalinan, umumnya hilang
dalam 48 jam.Ubun-ubun besar rata atau tidak membonjol, dapat
sedikit membonjol saat bayi menangis
g. Lihat mata; Tidak ada kotoran/secret
h. Lihat bagian dalam mulut bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak
ada bagian yang terbelah. Masukkan satu jari yang menggunakan
sarung tangan ke dalam mulut, raba langit langit. Nilai kekuatan
isap bayi. Bayi akan mengisap kuat jari pemeriksa
i. Lihat dan raba perut ; perut bayi datar, teraba lemas
j. Lihat tali pusat; Tidak ada perdarahan, pembengkakan, nanah,
bau yang tidak enak pada tali pusat atau kemerahan sekitar tali
pusat
k. Lihat punggung dan raba tulang belakang ; Kulit terlihat utuh,
tidak terdapat lubang dan benjolan pada tulang belakang
l. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah; Tidak terdapat
sindaktili, polidaktili, siemenline, dan kelainan kaki (pes equino
varus dan vagus)
m. Lihat lubang anus ; Terlihat lubang anus dan periksa apakah
mekonium sudah keluar. Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah
buang air besar; Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam setelah
3
lahir, Lihat dan raba alat kelamin luar Bayi perempuan kadang
terlihat cairan vagina berwarna putih atau kemerahan
4
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai Apgar, antara lain
pengaruh obat-obatan, trauma lahir, kelainan bawaan, infeksi,
hipoksia, hipovolemia dan kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat
juga digunakan untuk menilai respon resusitasi.
5
d. Pemeriksaan Air Ketuban
Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume .
Hidramnion ( volume > 2000 ml ) sering dihubungkan dengan
obstruksi traktus intestinal bagian atas , ibu dengan diabetes atau
eklamsi.
f. Memeriksa Plasenta
Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan
perhatikan apakah ada perkapuran, nekrosis dan sebagainya. Pada
bayi kembar harus diteliti apakah terdapat satu atau dua korion
(untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu
diperhatikan adanya anastomosis vascular antara kedua amnion,
bila ada perlu dipikirkan kemungkinan terjadi tranfusi feto-fetal.
h. Pemeriksaan Mulut
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-
palatoskisis harus diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi
yang mungkin disebabkan oleh adanya atresia esofagus.
6
i. Pemeriksaan Anus
Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan memasukkan
thermometer ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang
tinggi tidak dapat dideteksi dengan cara ini. Bila ada atresia
perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi BBL, baik bayi
yang dilahirkan cukup bulan (matur) maupun kurang bulan (prematur).
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI
memberikan banyak keuntungan fisiologis maupun emosional. WHO
merekomendasikan pemberian ASI secara eksklusif sekurangnya
7
selama usia 6 bulan pertama, dan rekomendasi serupa juga didukung
oleh AAP dan IDAI.
b. Protein
Masukan protein sebesar 2.25-4.0 g/kgbb/hari dinilai adekuat dan
tidak toksik. Kebutuhan yang diperkirakan berdasarkan untuk
penambahan berat badan janin adalah 3.5-4.0 g/kgbb/hari. Pada
umumnya bayi yang mendapat formula predominant whey
menunjukkan indeks metabolik dan komposisi asam amino plasma
mendekati bayi yang mendapat ASI. Bayi dengan asupan protein
8
sebesar 2.8-3.1 g/kgbb/ hari dengan 110-120 kkal/kgbb/hari
menunjukkan pertumbuhan yang paling menyerupai pertumbuhan
janin. Lemak Lemak merupakan sumber energi terbesar (40-50%)
yang setara dengan masukan sebesar 5-7 g/kgbb/hari.
c. Lemak
ASI lebih mudah diserap karena komposisi asam lemak serta asam
palmitat dalam posisi β di samping adanya lipase pada ASI. Lemak
pada formula untuk bayi prematur mengandung campuran lemak
rantai sedang (MCT) medium chain triglyevide dan lemak
tumbuhan yang kaya akan lemak tidak jenuh rantai ganda serta
trigliserida rantai panjang. Campuran ini mengandung cukup asam
lemak esensial paling sedikit 3% dan energi berupa asam linoleat
dengan sedikit tambahan asam α-linolenat. Terdapat laporan yang
tidak menganjurkan konsentrasi MCT sebesar 40-50% karena hal
ini mungkin melebihi kapasitas β-oksidasi pada mitokondria.6 ASI
mengandung AA dan DHA merupakan nutrien yang bersifat
esensial kondisional, sehingga kini formula prematur juga
disuplernentasi dengan kedua zat tersebut.
d. Karbohidrat
Karbohidrat memasok energi sebesar 40-50% dari kebutuhan per
hari atau setara dengan 10-14 g/kgbb/ hari. Kemampuan BBLR
untuk mencerna Iaktosa pada beberapa waktu setelah lahir rendah
karena rendahnya aktivitas enzim laktase; sehingga dapat terjadi
keadaan intoleransi laktosa, walaupun secara di klinik jarang
menjadi masalah dan ASI umumnya dapat ditoleransi dengan baik.
Enzim glukosidase untuk glukosa polimer sudah aktif pada BBLR
sehingga pemberian glukosa polimer ditoleransi dengan baik.
Selain itu glukosa polimer tidak menyebabkan beban osmotik pada
mukosa usus, sehingga memungkinkan digunakan pada formula
9
bayi dengan osmolalitas kurang dari 300 mOsm/kg.air. Formula
prematur umumnya mengandung 50% laktosa dan 50% glukosa
polimer, rasio yang tidak menyebabkan gangguan penyerapan
mineral di usus.8
10
dan dicegah pada penambahan berbagai nutrien ini adalah
terjadinya hiperosmolaritas yang dapat memicu terjadinya NEC.
g. Pemberian Nutrisi
Cara pemberian nutrisi tergantung dari beberapa faktor seperti
keadaan klinis, masa gestasi dan juga keterampilan dan
pengalaman petugas di tempat perawatan bayi. Walaupun bayi
mendapat nutrisi parenteral, harus diusahakan pemberian nutrisi
enteral walaupun hanya sedikit sebagai trophic feeding yang
jumlahnya ditingkatkan sesuai kondisi klinis bayi. Diharapkan
pada awal minggu kedua nutrisi enteral penuh sudah tercapai. Bila
ada ASI, dapat diberikan langsung ataupun dipompa tergantung
keadaan bayi dan pemberian tambahan human milk fortifier (HMF)
diperlukan. Pemberian formula dapat dengan botol/ dot, sonde
lambung (nasogastrik / orogastrik), transpilorik atau gastrostomi
dengan berbagai pertimbangannya.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan
setelah bayi berada di ruang perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk
mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan pada pemeriksaan di kamar
bersalin.
12
janin sesuai masa gestasinya. ASI merupakan nutrisi yang paling tepat
karena sudah terbukti berbagai keunggulannya tanpa melupakan
pemberian HMF. Formula prematur merupakan alternatif pada keadaan
tidak didapatnya ASI. Cara pemberian nutrisi, cara, jumlah, dan frekwensi
serta peningkatan jumlah asupan formula merupakan hal yang sangat
penting dalam keberhasilan tata laksana nutrisi serta pencegahan
komplikasi. Penggunaan formula transisi (PDF/ADF) dapat dianjurkan
walaupun demikian penggunaan FS ataupun FP dapat terus digunakan
sesuai pertimbangan klinis.
B. Saran
1. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi Profesi Keperawatan khususnya dalam penerapan pada Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Berat Bayi Lahir
Rendah.
2. Bagi tenaga kesehatan
Penulis menyarankan untuk memberikan informasi lebih mengenai faktor
resiko terjadinya berat bayi lahir rendah, agar masyarakat mengetahui
lebih banyak kemungkinan faktor resiko yang dapat menyebabkan berat
bayi lahir rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Fasya Ruslian, Femi (2019), “Studi Kasus Faktor Kegagalan Proses IMD Pada
Ibu Bersalin Di PMB Bidan L Desa Cikalapa Kecamatan Tanjungjaya
Tahun 2019”. Tasikmalaya: Stikes Respati.
13