PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 Angka Kematian
Bayi (AKB) di dunia 54 per 1000 kelahiran hidup. Tahun 2007 menjadi 9 per
1000 kelahiran hidup. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2010 sebesar 34/1000 kelahiran hidup
(BAPPENAS,2010). Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti
Singapura 3/1000 per kelahiran hidup, Malaysia 5,5/1000 per kelahiran hidup,
Thailand 17/1000 per kelahiran hidup, Vietnam 18/1000 per kelahiran hidup, dan
Philipina 26/1000 per kelahiran hidup, dan di Indonesia sebesar 34/1000 per
kelahiran hidup (Depkes, 2010). Angka kematian bayi sekarang ini dianggap
sebagai ukuran yang lebih baik serta lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan
kebidanan (Wiknojosastro,2008). Pembangunan manusia seutuhnya dapat
terwujud bila terjadi peningkatan kualitas manusia Indonesia yang dipersiapkan
sejak dini, yaitu dari masa bayi dikandung, masa kelahiranya, masa bayi baru
lahir, serta masa-masa selanjutnya (Maryunani,2009). Pemerintah Indonesia
mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi
menyusui dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena IMD dapat
menyelamatkan 22 % dari bayi yang meninggal sebelum usia 1 bulan. Program ini
dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan
membiarkan bayi mencari untuk menemukan putting susu ibun untuk menyusu.
IMD harus dilaksanakan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dangan kegiatan
menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan hanya
dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara
bayi dan ibu (Depkes, 2010). Peran serta masyarakat untuk menurunkan AKB
dengan cara melakukan kunjungan neonatal minimal 2 kali setelah bayi lahir.
Agar masalah yang timbul bisa segera di tangani. Masalah pada neonatus biasanya
timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya
merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Dan untuk mencegah
1
meningkatnya AKB dan angka kesakitan bayi baru lahir maka perlu dilakukan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan menjelaskan
bahwa bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai posisi
penting dan strategis terutama dalam penurunan AKI dan AKB. Bidan
memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan, kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya. Peran bidan dalam
melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin K1, Perawatan bayi baru lahir
pada masa neonatal (0-28 hari) dan perawatan tali pusat. Bayi Baru Lahir
memerlukan asuhan yang segera yang cepat, tepat, aman dan bersih. Hal tersebut
merupakan bagian esensial bayi baru lahir. Sebagian besar proses persalinan
terfokus pada ibu, tetapi sehubungan dengan proses pengeluaran hasil kehamilan
(bayi) maka penatalaksanaan persalinan baru dikatakan berhasil jika ibu dan
bayinya dalam kondisi yang optimal, sehingga selain ibunya bayi yang dilahirkan
juga harus dalam keadaan sehat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir terhadap By. Ny
W di BPM Tri Idayani Amd.Keb Kagungan Ratu Tulang Bawang Barat
Tahun 2019 dengan manajemen kebidanan 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus.
a. Mampu melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
secara lengkap dengan benar dan tepat pada bayi baru lahir.
b. Mampu menganalisa masalah berdasarkan data atau informasi yang
telah diperoleh melalui anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan
c. Mampu membuat suatu perencanaan tindakan berdasarkan analisa
yang telah ditentukan.
2
d. Mampu melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman.
e. Mampu melakukan evaluasi dari prosedur pemeriksaan yang
dilakukan.
f. Mampu membuat pendokumentsian menggunakan metode SOAP.
C. Manfaat
1. Bagi Responden
By Ny. S Mendapatkan asuhan kebidanan yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
B. Periode Transisi
Periode transisi adalah waktu ketika bayi menjadi stabil dan menyesuaikan
diri dengan kemandirian ekstrauteri, periode transisi ini mencerminkan kombinasi
respon simpatis terhadap stress kelahiran (takipnea, takikardia) dan respon
parasimpatis (ditandai dengan adanya mucus, muntah, dan peristaltis). Bayi
mengalami stress selama proses kelahiran dan harus dibiarkan stabil sebelum
diperiksa atau ditangani oleh beberapa orang. Bayi baru lahir cukup bulan yang
sehat memiliki pola perilaku alami yang menyebabkan bayi mencari payudara ibu
dan menghisapnya pada jam pertama setelah kelahiran bayi (Varney, 2008:891).
4
Tabel 6
Pengkajian Saat Periode Transisi pada BBL
Menurut (Marmi & Rahardjo, 2012:6) periode transisi pada bayi baru lahir
diantaranya sebagai berikut:
1. Reaktivitas I (The First Period Of Reactivity)
Dimulai dari masa persalinan dan berakhir setelah 30 menit. Selama
periode ini detak jantung cepat dan pulsasi tali pusat jelas. Warna kulit terlihat
sementara sianosis atau akrosianosis. Selama periode ini mata bayi membuka dan
bayi memperlihatkan perilaku siaga. Frekuensi pernafasan mencapai 80x/menit,
irama tidak teratur.
5
penting dalam pencegahan hipoglikemia dan stimulasi pengeluaran kotoran dan
pencegahan penyakit kuning. Apgar score harus dinilai selama periode ini.
6
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kasa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain.
7
5) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan
klorin 0,5%.
6) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu Dini.
b. Nasihat untuk Merawat Tali Pusat
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.
2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau
bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu
dan keluarganya.
3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila
terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali
pusat basah atau lembab.
4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi
(Kemenkes RI, 2012:10).
8
4. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi
baru lahir harus dibungkus hangat (Prawirohardjo, 2014:134).
5. Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan
cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan
bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM
(Prawirohardjo, 2014:135).
9
5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (Prawirohardjo,
2014: 135).
8. Identifikasi Bayi
a. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
b. Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak
mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
c. Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum: nama (bayi, nyonya) tanggal
lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
d. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, nomor identifikasi (Prawirohardjo, 2014:135).
10
2. Jelaskan pada ibu bahwa menjaga kehangatan bayi penting untuk membuat
bayi tetap sehat
3. Kenakan pakaian bayi atau selimuti dengan kain yang bersih, kering dan
lembut. Kenakan topi pada kepala bayi selama beberapa hari pertama,
terutama bila bayi keciL.
4. Pastikan bayi berpakaian atau diselimuti dengan selimut
5. Anjurkan ibu dan keluarga untuk mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
kontak dengan bayi
6. Menjaga bayi mudah dijangkau oleh ibu. Jangan pisahkan mereka (rooming-
in)
7. Nilai dan observasi keadaan bayi setiap 4 jam
8. Minta ibu atau orang yang menungguinya untuk mengawasi bayi
11
G. Kunjungan Neonatus
Kunjungan neonatus bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin komplikasi yang
terjadi pada bayi sehingga dapat segera ditangani dan bila tidak dapat ditangani
maka dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap untuk mendapatkan perawatan yang
optimal. Jadwal kunjungan neonatus atau bayi baru lahir antara lain:
Tabel 7
Kunjungan Neonatus
Kunjungan Penatalaksanaan
KN1 dilakukan 1. Mempertahankan suhu tubuh bayi.
dalam kurun waktu 2. Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam
6-48 jam setelah jam dan hanya setelah itu jika tidak terjadi masalah
bayi lahir medis dan jika suhunya 36.5 Bungkus bayi dengan
kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus
tertutup.
3. Pemeriksaan fisik bayi
4. Konseling : Jaga kehangatan, pemberian asi,
perawatan tali pusat, personal hygiene bayi, agar
ibu mengawasi tanda-tanda bahaya
5. Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu:
Pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau lemah
hisapan, Kesulitan bernafas yaitu pernafasan cepat
> 60 x/m atau menggunakan otot tambahan,
Letargi, bayi terus menerus tidur tanpa bangun
untuk makan,Warna kulit abnormal – kulit biru
(sianosis) atau kuning, Suhu-terlalu panas (febris)
atau terlalu dingin (hipotermi), Tanda dan perilaku
abnormal atau tidak biasa, Ganggguan gastro
internal misalnya tidak bertinja selama 3 hari,
muntah terusmenerus, perut membengkak, tinja
hijau tua dan darah berlendir, Mata bengkak atau
mengeluarkan cairan.
6. Lakukan perawatan tali pusat.
7. Memberikan Imunisasi HB-0 (jika belum
diberikan)
KN2 dilakukan 1. Menjaga tali pusat dalam keadaaan bersih dan
pada kurun waktu 2. kering
hari ke-3 sampai 3. Menjaga kebersihan bayi
dengan hari ke 7 4. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan
setelah bayi lahir. infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah
dan Masalah pemberian ASI.
Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal
10-15 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca
persalinan.
5. Menjaga keamanan bayi.
12
6. Menjaga suhu tubuh bayi.
7. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk
memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi
dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir
dirumah dengan menggunakan Buku KIA.
8. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
KN-3 dilakukan 1. Pemeriksaan fisik
pada kurun waktu 2. Menjaga kebersihan bayi
hari ke-8 sampai 3. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya Bayi
dengan hari ke-28 4. baru lahir
setelah bayi lahir. Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal
10-15 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca
persalinan.
5. Menjaga keamanan bayi
6. Menjaga suhu tubuh bayi
7. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk
memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi
dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir
dirumah dengan menggunakan Buku KIA
8. Menganjurkan ibu untuk rutin ke
posyandu untuk dilakukan
pemantauan tumbuh kembang bayi
dan memenuhi kebutuhan imunisasi
bayi
9. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
Sumber : Depkes RI (2010).
BAB III
13
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR TERHADAP By Ny. D
DI PMB DONA MARISA A.Md.Keb
TAHUN 2020
2. Riwayat Persalinan
Jenis persalinan : Normal
Usia kehamilan : 39 minggu
Keadaan ketuban : Jernih
Keadaan ketuban : Jernih
Waktu bayi lahir : 15. 35 WIB
Lilitan tali pusat : Tidak ada
Lama persalinan : Kala I : 2 Jam
Kala II : 15 menit
Kala III : 15 menit
Kala IV : 2 Jam
B. Obyektif (O)
14
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Tangisan : segera menangis
c. Gerakan : aktif
d. Warna kulit : kemerahan
e. Antropometri
PB : 49 cm
BB : 3100 gram
LK : 35 cm
LD : 34 cm
C. Assesment
By. Ny D lahir spontan pervaginam, bayi lahir cukup bulan, menangis kuat,
dan bergerak aktif.
D. Plan
1. Jaga kehangatan bayi
2. Lakukan IMD
3. Lakukan perawatan tali pusat
4. Beri salep mata
5. Beri Vit. K
6. Jelaskan keadaan bayi
15
E. Impelementasi
16
kekebalan tubuh alamti yang
sangan bermanfaat untuk
bayi,. Sekitar 2 sama 2,5
jam usai IMD dilakukan
biasanya barulah bayi
memiliki keinginan
menyusu lagi
Perawatan tali pusat
d. Biarkan kontak kulit bayi
telah dilakukan
dan ibu selama min. 1 jam
4. Lakukan perawatan tali pusat
a. Cuci tangan sebelum dan
sesudah memegang tali
pusat
b. Jangan beri apapun pada tali
pusat
c. Bungkus tali pusat dengan
kassa steril
Salep mata telah
d. Mandikan bayi setelah 6 jam
diberikan
bayi lahir
e. Ganti kassa steril jika basah
Vit K telah
5. Beri salep mata mata
disuntikkan
gentamicin 3% dimata kanan
dan kiri bayi
6. Beri suntikan Vit. K secara IM
1 ml di paha kiri lateral bayi
17
Catatan Perkembangan Neonatus 6 Jam
1. Data Subjektif
a. Ibu mengatakan bayinya sudah BAK dan BAB
b. Ibu mengatakan sudah menyusui bayinya dan bayi menyusu dengan kuat
2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tanda-tanda vital
Nadi : 142 x/menit
Pernafasan : 44 x/menit
Suhu : 36,8 °C
c. Pergerakan : Aktif
d. Reflek Hisap : baik
e. Warna kulit : Kemerahan
f. BAK : bayi sudah BAK 1 x
g. BAB : bayi sudah BAB 1 x
h. Pola menyusu : bayi sudah menyusu 2 kali, menyusu dengan kuat,
ASI sudah keluar
i. Pola istirahat : bayi sudah tidur 2 jam
3. Analisa Data
a. Diagnosa : Bayi baru lahir umur 6 jam
b. Dasar : Ibu mengatakan bayinya sudah menyusu dengan
kuat dan keadaan umum bayi baik
c. Diagnosa potensial :
1) Potensial terjadinya hipotermi
2) Infeksi tali pusat
3) Ketergantungan pemenuhan nutrisi
18
4. Penatalaksanaan
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan terhadap By Ny. D dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian pada bayi baru lahir didapatkan bahwa bayi baru lahir tidak
ditemukan masalah.
2. Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan diagnosa
pada By Ny. D yaitu pada bayi baru lahir tidak terjadi komplikasi apapun.
3. Melakukan perencanaan asuhan sesuai dengan pada bayi baru lahir.
4. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dilakukan penatalaksanaan yang
dilakukan yaitu penangan dan perawatan bayi baru lahir, pemberian vit K,
pemberian salep mata.
5. Evaluasi bayi baru lahir terhadap By Ny. D yaitu telah melakukan asuhan
perawatan bayi baru lahir dan Bayi baru lahir tidak terjadi komplikasi apapun.
B. Saran
1. Bagi PMB DONA MARISA A.Md.Keb
Dapat dijadikan sebagai bahan standar pelayanan yang harus diberikan
dalam menjalankan asuhan kebidanan kepada klien sehingga keadaan pasien dapat
terpantau.
20