Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “F” UMUR 5

HARI DENGAN TALI PUSAT BERBAU DAN KEMERAHAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Word Health Organization (WHO), 2019 Angka Kematian Bayi (AKB)
sebesar 560.000 yang disebabkan oleh infeksi tali pusat. Di Asia
Tenggara Angka kematian bayi karena infeksi tali pusat sebesar
126.000. Angka Kematian Neonetus (AKN) di Indonesia pada tahun 2012sebesar 9
per .1000 kelahiran hidup. Angka kejadian infeksi bayi baru lahir di Indonesia
berkisar antara 24% hingga 34%, dan hal ini merupakan penyebab kematian yang
kedua setelah Asfeksia neonatorum yang berkisar antara 49% hingga 60% .
Sebagian besar infeksi bayi baru lahir adalah Tetanus neonatorum yang
ditularkan melalui tali pusat, karena pemotongan dengan alat tidak suci hama,
infeksi juga dapat terjadi melalui pemakaian obat, bubuk, talk atau daun-daunan yang
digunakan masyarakat dalam merawat tali pusat.
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai dengan usia 28hari.
Kunjungan pada bayi baru lahir terdapat minimal tiga kali
kunjungan ulang yaitu pada Kunjungan Neonates (KN1) pada usia 6-8 jam, Kunjungan
Neonates 2 (KN 2) pada usia 3-7 hari, Kunjungan Neonatus 3 (KN 3) pada usia 8-28 hari.
Perawatan tali pusat untuk bayi baru lahir yaitu dengan tidak membungkus punting
tali pusat atau perut bayi dan tidak mengoleskan cairan atau bahan apapun ke punting tali
pusat. Sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang penting adalah tali pusat dan
daerah sekitarnya selalu bersih dan kering.
Angka kejadian infeksi bayi baru lahir di Indonesia berkisar antara 24% hingga 34%,
dan hal ini merupakan penyebab kematian yang kedua setelah Asfeksia neonatorum yang
berkisar antara 49% hingga 60%. Sebagian besar infeksi bayi baru lahir adalah Tetanus
neonatorum yang ditularkan melalui tali pusat, karena pemotongan dengan alat tidak suci
hama, infeksi juga dapat terjadi melalui pemakaian obat, bubuk, talk atau daun-daunan yang
digunakan masyarakat dalam merawat tali pusat.
Perawatan tali pusat secara umum bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan
mempercepat putusnya tali pusat. Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan
melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering
dan bersih. Banyak pendapat tentang cara terbaik untuk merawat tali pusat.
Perawatan tali pusat secara medis menggunakan bahan antiseptik yang meliputi
alkohol 70% atau antimicrobial seperti povidon-iodin 10% (Betadine), Klorheksidin, Iodium
Tinstordan lain-lain yang disebut sebagai cara modern. Sedangkan perawatan tali pusat
metode tradisional menggunakan madu, Minyak Ghee (India) atau kolostrum ASI.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat merumuskan yang berkaitan dengan
“Bagaimana Asuhan Kebidanan yang di terapkan bayi baru lahir yang dilakukan pada By.
Ny.F di BPM Silvia Lestari, SST.,M.Kes Banda Aceh.

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan dan menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir pada
By. Ny. F di BPM Silvia Lestari, SST.,M.Kes Banda Aceh.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk melakukan pengkajian data subjektif pada Bayi Baru Lahir dengan perawatan tali
pusat di BPM Silvia Lestari, SST.,M.Kes Banda Aceh

2. Untuk merumuskan atau menegakkan diagnosa data objetif dan masalah dalam asuhan
kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan perawatan tali pusat di BPM Silvia Lestari,
SST.,M.Kes Banda Aceh.

3. Merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan perawatan tali pusat
di BPM Silvia Lestari, SST.,M.Kes Banda Aceh.

4. Untuk menetapkan kebutuhan tindakan segera dalam asuhan kebidanan pada Bayi Baru
Lahir dengan perawatan tali pusat di BPM Silvia Lestari, SST.,M.Kes Banda Aceh.

5. Untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan perawatan tali
pusat di BPM Silvia Lestari, SST.,M.Kes Banda Aceh.

1.4 Manfaat
1. Bagi instansi pendidikan
Dapat dijadikan bahan referensi dalam perpustakaan untuk memberikan pendidikan pad
a mata kuliah Asuhan Bayi Baru Lahir.
2. Bagi Keluarga
Asuhan yang
diberikan pada Bayi Baru Lahir bermanfaat bagi keluarga karena menambah pengetahu
an ibu tentang asuhan pada Bayi Baru Lahir.
3. Bagi Klinik
Diharapkan dapat berguna sebagai acuan untuk mengetahui tingkat kepuasaan pasien ter
hadap asuhan yang diberikan pada Bayi Baru Lahir.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Definisi Bayi Baru Lahir (BBL)
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu
atau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram, bayi baru lahir
(newborn atau neonatus) adalah bayi yang baru dilahirkan sampai dengan usia empat minggu
(Dwi Maryanti, 2017).

Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan namun tidak ada
batasan yang pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode perkembangan yang panjang dari
kelahiran hingga18 atau 24 bulan. Asuhan tidak hanya diberikan kepad aibu, tapi juga sangat
diperlukan oleh bayi baru lahir (BBL) (Anik Maryunani, 2016).

Bayi lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan genap 37-41
minggu,dengan presrntasi belakang kepala atau letak sunsang yang melewati vagina tanpa
memakai alat.Neonatus adalah bayi baru lahir yang menyesuaikan diri dari kehidupan didalam
uterus ke kehidupan di luar uterus (Naomy marie,2016).

2.1.2 Ciri-ciri Bayi Normal


1. Berat badan 2500-4000 gram.
2. Panjang badan lahir 48-52 cm.
3. Lingkar dada 30-38 cm
4. Lingkar kepala33-35cm.
a. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180×/menit, kemudian menurun
sampai 120-140×/menit.
5. Pernafasan pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit, kemudian menurun
setelah tenang kira-kira 40×menit.
6. Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukupterbentuk dan
diliputivernix caseosa,Kuku panjang.
7. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
8. Genitalia :labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), Testis
sudah turun (pada laki-laki).
9. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
10. Refleks moro sudah baik: bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti
memeluk.
11. Refleks grasping sudah baik: apabila diletakkan suatu benda diatas telapak tangan,
bayi akan menggengam/adanya gerakan refleks.
12. Refleks rooting/mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada pipi dan daerah
mulut Sudah terbentuk dengan baik.
13. Eliminasi baik: urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan ( Dwi Maryanti, 2017).

2.1.3 Kunjungan Neonatal


Setiap bayi baru lahir memperoleh pelayanan kunjungan neonatal minimal 3 kali,
yaitu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada 3-7 hari, 1 kali pada 8-28 hari sesuai standar di
satu wilayah kerja pada satu tahun (Kemenkes, 2017).
Pelayanan yang diberikan saat kunjungan neonatal adalah pemeriksaan sesuai
standar manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bati baru
lahir termasuk ASI eksklusif dan perawatan tali pusat. Kunjungan neonatal pertama
(KNI) adalah cakupan pelayanan kesehatan bayi baru lahi (umur 6-48 jam). Pada
kunjungan neonatal pertama (KNI), bayi baru lahir mendapatkan vitamin K1 injeksi dan
imunisasi hepatitis B (HB0) bila belum diberikan pada saat lahir (Kemenkes , 2016).

2.2 Definisi Tali Pusat


Tali pusat adalah struktur berbentuk tali kecil (Ahmad A.K. Muda ,2016;132).
Tali pusat terdiri dari bagian maternal (desidua basalis) dan bagian janin (vili korionik).
Permukaan maternal lebih memerah dan terbagi menjadi beberapa bagian (kotiledon).
Permukaan fetal ditutupi dengan membran amniotik dan merupakan membran yang
halus serta berwarna kelabu dengan tonjolan pembuluh darah sehingga tali pusat tidak
hanya sebagai penyalur sumber makanan dan sebagai penyaring bagi janin.
( Sarwono,2016).
Tali pusat atau umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam
kandungan.Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10
hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen pada janin. Tetapi begitu bayi lahir saluran ini
tidak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan dijepit. Sebelum memotong tali pusat
dipastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik untuk mencegah terjadinya
perdarahan seperti :
1. Alat pengikat tali pusat atau klem harus selalu siap sedia

2. Pantau kemungkinan terjadi perdarahan (Akbar, 2017).

2.2.2 Fungsi Tali Pusat


Tali pusat pada janin berfungsi sebagai alat pernafasan pertukaran gas
sepenuhnya dilakukan oleh plasenta. Darah mengalir dari plasenta janin melalui vena
umbilikalis yang terdapat didalam tali pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali
pusat adalah sekitar 125 ml/kg/BB permenit atau sekitar 500 ml permenit (Sodikin,
2018).

2.2.3 Manfaat Perawatan Tali Pusat


Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikatan tali pusat yang dirawat
dalam keadaan steril, bersih, kering, lepas dan terhindar dari infeksi tali pusat. Cara
perawatan tali pusat bayi baru lahir terbaik yaitu dengan menjaga tali pusat tetap bersih
dan kering dan biarkan tali pusat terlepas dengan sendirinya (Hidayat, 2017).
Ada 3 manfaat perawatan tali pusat menurut Admin,2017 yaitu :
1. Dapat merawat tali pusat dengan tehnik septik dan aseptic
2. Dapat membersihkan tali pusat dan sekitarnya
3. Dapat mencegah timbulnya infeksi oleh bakteri.
2.2.4 Cara pencegahan infeksi pada tali pusat

Cara penanggulangan atau pencegahan infeksi pada tali pusat meliputi:

a) Penyuluhan bagi ibu pasca melahirkan tentang merawat tali pusat


b) Memberikan latihan tentang perawatan tali pusat pada ibu pasca persalinan.
c) Instruksikan ibu untuk selalu memantau keadaan bayinya.
d) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari dan setiap kali basah atau kotor. (Arin &
Akbar, 2015).
Hasil penelitian Sri Mutia Batu Bara (2014) di desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak
Kabupaten Deli Serdang menyebutkan bahwa jumlah infeksi pada tali pusat pada tahun 2013
berjumlah 65% kemudian meningkat menjadi 80% pada tahun 2014, kondisi ini menunjukkan
bahwa angka infeksi tali pusat semakin meningkat. Rendahnya pengetahuan tentang perawatan
tali pusat diduga turut menjadi faktor penyebab tingginya angka kematian akibat infeksi tali
pusat, (Iis Sinsin, 2015).

Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat
yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih. Pemakaian antimikrobial
topikal pada perawatan tali pusat dapat mempengaruhi waktu pelepasan tali pusat, yaitu
merusak flora normal sekitar tali pusat sehingga memperlambat pelepasan tali pusat (Retniati,
2015).

Pemberian antiseptik pada tali pusat tidak diperlukan, karena resiko terjadinya
kontaminasi adalah kecil, yang penting terjaga kebersihannya. Berbeda dengan bayi yang dirawat
di rumah sakit, penggunaan antiseptik mungkin diperlukan untuk mengurangi terjadinya infeksi
pada tali pusat (Ratri Wijaya, 2015)

Infeksi pada tali pusat atau jaringan kulit di sekitar tali pusat ditandai dengan tali pusat
merah, bengkak, mengeluarkan nanah, dan berbau busuk. Infeksi tali pusat umumnya dialami
oleh bayi yang baru lahir,yangsistem kekebalan tubuhnya belum terbentuk sempurna.Infeksi ini
dialami dalam kurun waktu beberapa hari setelah kelahiran bayi. Gejala infeksi tali pusat tidak
langsung tampak secara kasat mata pada awal-awal kehidupan bayi. Infeksi biasanya dimulai
dengan tanda-tanda kemerahan dan keluar nanah setelah 3 hingga 9 hari kelahiran.

2.2.5 PENCEGAHAN
Menjaga tali pusat kering dan bersih merupakan salah satu kunci untuk
mencegah infeksi dan membantu tali pusat cepat lepas. Cara yang bisa dilakukan
adalah:
a. Bersihkan kulit di sekitar tali pusat setidaknya sekali sehari.
b. Bersihkan tali pusat dengan air biasa dan keringkan dengan kasa steril atau kain
bersih.
c. Biarkan terbuka (jangan dibungkus).
d. Hindari penggunaan antiseptik (alkohol, povidone iodine) atapun bedak di sekitar
tali pusat.
e. Jaga agar tali pusat tetap kering, terutama ketika mandi. Pastikan permukaan air
selalu berada di bawah pusar sampai tali pusat terlepas sendiri.
f. Pilih pakaian berbahan katun yang longgar, agar sirkulasi udara tetap terjaga.
g. Jangan diberi ramuan apapun. Jika kotor, bersihkan dengan kain bersih dan air
matang.
h. Biarkan tali pusat lepas dengan sendirinya.
2.2.6 GEJALA
Tali pusat yang terinfeksi akan mengalami kondisi berupa:
a. Kemerahan.
b. Pembengkakan.
c. Hangat.
d. Nyeri saat ditekan.
e. Eksudat (campuran serum, sel, atau sel rusak yang keluar dari pembuluh
darah ke dalam jaringan, biasanya akibat radang).
f. Bau busuk pada tali pusat.
g. Demam.
h. Lesu
i. Tidakmaumenyusu.s

2.2.7 PENYEBAB
Penyebab utama dari masalah ini adalah infeksi bakteri. Faktor risikonya yaitu:
1. Berat lahir bayi rendah (kurang dari 2.500 gr).
2. Sebelumnya kateterisasi umbilikalis.
3. Kelahiran dengan sepsis (ketuban pecah dini, infeksi maternal,
persalinan tidak steril).
4. Ketuban pecah lama (lebih dari 12 jam).
Infeksi tali pusat bisa jadi merupakan manifestasi gangguan imunologi atau
neutropenia kongenital.
2.2.8 DIAGNOSIS
AKAN DILAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK OLEH DOKTER, DAN
DITUNJANG DENGAN:
a. Pemeriksaan laboratorium termasuk kultur bakteri.
b. Imaging: USG, CT-scan, dan abdominal radiography.
c. Lumbar pucture bila terjadi sepsis.
2.2.9 PENANGANAN
Penatalaksanaan infeksi tali pusat pada neonatus termasuk terapi antibiotik dan
terapi suportif.
a) Antibiotik parenteral.
b) Terapi suportif, termasuk suplemental oksigen dan ventilator bila diperlukan,
pemberian cairan dan agen vasoaktif bila terjadi hipotensi, pemberian platelet atau
fresh frozen plasma bila diperlukan, merawat bayi di tempat yang mempunyai
penunjang kardiopulmoner.

2.2.10 Penatalaksanaan Perawatan Tali Pusat Dengan Benar

Berbagai cara atau teknik telah digunakan untuk merawat tali pusat,
banyak penulis telah menyarankan dengan membiarkan tali pusat tetap kering. Menurut
Depkes RI (Panduan APN,2017) adalah :
1. Jangan membungkus pusat atau perut ataupun mengoleskan bahan atau ramuan
apapun ke puntung tali pusat, nasehati keluarga untuk tidak memberikan apapun pada
t BERBAU ali pusat bayinya.
2. Menutup luka tali pusat dengan dibalut kassa steril dan kering
3. Beri nasehat pada keluarganya sebelum penolong meninggalkan bayinya :
a. Lihat popok dibawah puntung tali pusat.
b. Jika puntung tali pusat basah. Keringkan dengan kassa steril dan bersih.
c. Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan perawatanj jika tali pusat menjadi
merah atau mengeluarkan nanah atau darah.
d. Jika pusat menjadi merah atau keluar nanah maupun darah,segera rujuk bayi tersebut
ke fasilitas yang mampu menangani dan memberikan asuhan pada bayi baru lahir
secara lengkap.
Menurut penelitian serta rekomendasi WHO (2015), cara merawat tali pusat
yaitu cukup membersihkan pangkal tali pusat menggunakan kasa bersih dan kering ,
lalu kering anginkan hingga benar – benar kering..
Selama sebelum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara
dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasanya, untuk menjaga tali pusat
tetap kering. Jangan khawatir, bayi anda tetap wangi meskipun hanya dilap saja selama
seminggu. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah bagian pangkal tali pusat bukan atasnya.
Untuk membersihkan pangkal ini, anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik tali pusat).
Tenang saja, bayi anda tidak akan merasa sakit. Sisa air yang menempel pada tali pusat dapat
dikeringkan dengan menggunakan kain kassa steril atau kapas. Setelah itu kering anginkan tali
pusat. Anda dapat mengipas dengan tangan atau meniupnya untuk mempercepat pengeringan.
Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali sehari selama pembalut tali pusat tidak dalam
keadaan kotor atau basah (Sodikin, 2018).

Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apaqpun, karena akan
membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga dapat
menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup, tutup atau ikat pada bagian atas tali
pusat dengan kain kassa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat leluasa mendapat udara.
Intinya adalah membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat mengering dan terlepas (Sarwono
prawirohardjo, 2016).

2.3.1 Dampak positif dan dampak negatif Perawatan Tali Pusat

Dampak positif dari perawatan tali pusat adalah bayi akan sehat dengan kondisi tali pusat
bersih dan tidak terjadi infeksi serta tali pusat pupus lebih cepat yaitu antara hari ke 5-7 tanpa
ada komplikasi. Dampak negatif perawatan tali pusat adalah apabila tali pusat tidak dirawat
dengan baik, kuman-kuman bisa masuk sehingga terjadi infeksi yang mengakibatkan penyakit
Tetanus neonatorum (Hidayat, 2015).

Penyakit ini adalah salah satu penyebab kematian bayi yang terbesar di Asia Tenggara
dengan jumlah 220.000 kematian bayi, sebab masih banyak masyarakat yang belum mengerti
tentang cara perawatan tali pusat yang baik dan benar (Dinkes RI, 2017).

Cara persalinan yang tidak steril dan cara perawatan tali pusat dengan pemberian ramuan
tradisional meningkatkan terjadinya tetanus pada bayi baru lahir (Anik Maryunani, 2016).

2.3.2 Cara Penanggulangan Atau Pencegahan Infeksi Pada Tali Pusat

Saat lahir tali pusat dipotong dan akan terpapar dilingkungan sekitar. Tali pusat rentan
akan terinfeksi kuman jika tidak dikenali dan ditangani secara dini akan dapat berkembang
menjadi infeksi siskemik, dan gangguan multiorgan bahkan kematian.

A. Tindakan-Tindakan Cara Pencegahan Infeksi


Ada berbagai praktek pencegahan infeksi yang membantu mencegah
mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu, bayi baru lahir, dan para
penolong persalinan) dan menyebarkan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal
sebagai berikut dibawah ini :

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air yang bersih.


2. Memakai sarung tangan.
3. Memakai perlengkapan pelindung
4. Menggunakan asepsis atau teknik aseptic
5. Memproses alat bekas pakai.
6. Menangani peralatan tajam dengan aman.
7. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara benar.
B. Tindakan-Tindakan Cara Penanggulangan Infeksi Pada Tali Pusat Yaitu :
1. Penyuluhan bagi ibu paska melahirkan tentang merawat tali pusat.
2. .Memberikan latihan tentang perawatan tali pusat pada ibu pasca persalinan.
3. Instruksikan ibu untuk selalu memantau keadaan bayinya.
4. Melakukan perawatan tali pusat setiap kali basah atau kotor (Sodikin, 2018).

2.3.3Waktu Lepas Tali Pusat

Pada waktu nya tali pusat akan terlepas atau puput pada 5-7 hari setelah persalinan.
Sisa tali pusat yang masih menempel diperut bayi ini akan terlepas dalam waktu 7-10 hari
kadang-kadang sampai 3 minggu baru terlepas.
Pengikatan dan pemotongan tali pusat segera setelah persalinan banyak dilakukan
secara luas diseluruh dunia, tetapi penelitian menunjukkan hal ini tidak bermanfaat bagi
ibu atau pun bayi, bahkan berbahaya pada bayi pemotongan tali pusat. Peralatan yang
digunakan dalam pemotongan tali pusat sangat berpengaruh dalam timbulnya infeksi pada
tali pusat. Adapun caranya adalah :
a) Keringkan bayi anda dengan membungkus kepala dan badannya kecuali tali pusat.
b) Jepitlah tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus.
c) Lakukan urutan tali pusat kearah ibu dan memasang klem ke dua 2 cm dari klem
pertama.
d) Peganglah tali pusat diantara dua klem menggunakan tangan kiri dengan jari-jari
tangan kiri, lalu tali pusat dipotong diantara kedua klem.
e) Sisa potongan tali pusat pada bagian inilah yang harus dirawat, karena jika tidak
dirawat dapat menyebabkan terjadinya infeksi (Ronald, 2015).

2.3.3 Konsep Manajemen Asuhan Kebutuhan

1. Pengumpulan Data Dasar


Mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien. Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang di perlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu
: identitas pasien, riwayat kesehatan ,pemeriksaan fisik, sesuai dengan kebutuhan,
meninjau data laboratorium (Yunani, 2016).

2.3.4 Interpretasi Data

Identifikasi data yang benar terhadap diagnosis/masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interprestasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasr yang sudah
dikumpulkan di interprestasikan sehingga ditemukan masalah/diagnosis yang spesifik. Diagnosis
kebidanan adalah diagnosis yang di tegakn oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan
pada bayi baru lahir dengan perawatan tali pusat dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama)
diagnosis kebidanan, standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah:

1. Diagnosis yang telah di sahkan oleh professional


2. Berhubungan langsung dengan praktisi kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanan
4. Dapat diselsaikan dengan pendekatan managemen kebidanan.

2.3.5 Mengidentifikasi Diagnosis / Masalah Potensial

Mengidentifikasikan masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkain


masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan, bidan dapat bersiap-siap bila
diagnosis/masalah potensial benar-benar terjadi.

2.3.6 Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter untuk


dikonsultasikan/ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lainnya sesuai
dengan kondisi klien. Data baru dikumpulkan dan di evaluasi kemungkinan bisa terjadi
kegawadaruratan dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan kesehatan
keselamatan jiwa ibu dan anak.

2.3.7 Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh

Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang
telah diidentifikasi atau diantifikasi. Rencana asuhan yang menyulruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah teridentifikasi dan kondisi pasien/masalah yang berkaitan juga dari kera. Pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah
merujuk pasien atau masalah yang lainya.

2.4.1 Pelaksanaan Asuhan Langsung

Rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan scara efesien dan aman. Pada saat bidan
berkolaborasi dengan dokter untuk menagani klien yang mengalami komplikasi, maka
bertagung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh tersebut.
Managemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari
klien.

2.4.2 Evaluasi

Menurut tomas dalam kutipan (Asih, 2016) dokumentasi adalah catatan tentang interaksi
Antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga kelurga pasien dan tim kesehatan tentang hasil
pemeriksaan, prosedur, tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon
pasien terhadap semua asuhan yang telah di berikan. Pendokumentasian yang benar
pendokumentasian mengenai asuhan yang telah di lakukan pada seorang pasien, didalamna
tersirat proses berpikir bidan yang sistematis dalam menghadpi seorang pasien sesuai langkah
–langkah managemen lainya.

2.4.3 Pendokumentasian Managemen Kebidanan Dengan Metode SOAP.

S (Data Subjektif)
Pengkajian data yang diperoleh dengan anamesis, berhubungan dengan masalah
dari sudut pandang pasien mengenai kekhawatiran dan kelurahannya yang dicatat sebagai
kutipan langsung/ ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis, data
akan mengatakan diagnosis yang akan disusun data yang ditulis hanya yang mendukung
dari diagnosis saja.
O (Data Objektif)
Data berasal dari hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnosis lainya, cacatan medic dan informasikan
dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam data objektif, data ini akan
memberikan bukti gejala yang tepat dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
A (Asessment Analysis)
Pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi (kesehatan simpulan) dari data
subjektif dan objektif. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data
pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.
Analisis/assessment merupakan pendokumentasian managemen kebidanan menurut
vaney langkah kedua, ketiga dan keempat yang menyangkut diagnosis/masalah potensial
serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi
diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera harus di identifikasi menurut
kewenangan bidan (tindakan mandiri, kolaborasi dan rujukan).
P (Planning)/Penatalaksanaan
Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan dating. Rencana asuhan disusun hasil
analisis dan interfrestasi data yang bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi
pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Menurur varney
masuk pada langkah kelima, keenam dan ketujuh. Pelaksanaan asuhan sesuai rencana
yang telah disusun sesuai dengan keadaan dalam rangka mengatasi masalah pasien.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal : Jum’at, 11 Februari 2022

Pukul : 16.00 Wib

Tempat : BPM Silvia Lestari, SST.,M.Kes

Identitas

Nama bayi : Bayi Ny.F

Tanggal lahir : Jum’at,11 Februari 2022

Jam lahir : 10.43 Wib

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 5 Hari

Nama ibu : Ny.F

Umur :36 Tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Nama suami : Tn.F

Umur :38 Tahun

Pendidikan :SMA

Pekerjaan :Wiraswasta

Alamat : Rukoh

S:
Ibu mengatakan kalau tali pusat bayinya berbau dan kemerahan. Dan bayi nya Rewel pada saat
menyusui.
O: Keadaan Umum: Baik
Kesadaran : Composmentis

TTV

T : 38,5 c N : 130 x/m R : 50 x/m

BB :3500 gram LD :35 cm

PB :50 cm LK :33 cm

Pemeriksaan Fisik

1. Kepala: Simetris,kepala bersih


2. Muka: Simetris,bersih dan tidak ada bekas luka
3. Mata: Simetris,tidak ada kelaianan
4. Hidung: Simetris,tidak ada kelaianan,tidaka ada pengeluaran secret
5. Bibir: Simetris,tidak kelaianan,warna murah mudah
6. Telinga: Simetris,tidak ada kelaianan
7. Leher: Tidak ada kelenjar tiroid
8. Aksila: Tidak ada pembengkakan
9. Dada: Simetris,tidak ada rektrasi dada
10. Abdomen: Simetris,tidak ada kembung,tidak ada kelainan.Tali pusat kemerahan dan
berbau
11. Genitalia: Normal tidak ada kelainan
12. Ekstremitas : Normal,tidak ada kelainan.

A: Bayi Ny.F umur 5 Hari dengan infeksi tali pusat


Keadaan ibu dan bayi baik

P:
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan menginformasikan bahwa bayinya
dalam keadaan baik.
2. Membungkus bayi dengan kain kering, bersih, dan hangat, agar tidak terjadi infeksi dan
hipotermi.
3. Menjelaskan pada ibu megenai tanda-tanda bahaya yang dapat terjadi pada BBL
diantaranya apabila terjadi hipotermi dan infeksi pada tali pusat.
4. Menjelaskan pada ibu cara merawat tali pusat bayi, yaitu dengan cara mengelap kering
diarea tali pusat dengan menggunakan kain bersih setelah mandi maupun setelah
menggantikan popok.
5. Memberitahu ibu dan keluarga agar tidak membersihkan tali pusat menggunakan
pitadine ataupun minyak.
6. Memberi pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif yaitu memberi ASI saja selama 6
bulan tanpa makanan tambahan dan memberitahu ibu bahwa kolostrum (ASI basi)
merupakan ASI pertama bagi bayi yang didalamnya banyak mengandung antibodi yang
bagus untuk menjaga sistem kekebalan tubuh bagi bayi. ASI Eksklusif dan memberikan
Kolostrum kepada bayinya.
7. Mengajarkan ibu posisi menyusui yang benar yaitu perut bayi bertemu dengan perut ibu,
bagian hitam payudara ibu (areola) harus masuk semua ke mulut bayi.
8. Menganjurkan ibu sebelum dan sesudah menyusui oleskan susu ibu di sekitar puting
susu agar tidak lecet.
9. Memberitahu ibu agar menyusui bayinya sesering mungkin serta menyusui dengan baik
10. Pemberian therapy obat harus kolaborasi dengan dokter dulu
11. Ibu mengerti dengan penjelasan dari bidan dan ibu mau melakukan nya.

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari data subjektif di dapatkan bayi “F”rewel dan merasa tidak


nyaman Ibu mengatakan bayinya suka rewel dan mengantuk serta merasa tidak nyaman, pada saat
bayi lahir normal warna kulitnya kemerahan. Dari hasil pemeriksaan pada bayi baru lahir
didapatkan suhu 38,5˚C, pernafasan 40 x/menit, nadi 140 x/menit ,
jenis kelamin Perempuan dengan BB 3500 gram dan PB : 48 cm, mata simetris, tidak ada pendarahan,
sclera putih dan konjungtiva merah muda, reflek mengedip positif, hidung tidak ada pernapasan
cuping hidung, mulut tidak ada palatoskizis, telinga normal, leher tidak ada pembengkakan, dada
simetris, perut normal dan tidak ada benjolan, tali pusat basah tidak ada pendarahan, punggung tidak
ada benjolan ekstremitas kanan dan kiri aktif, genetalia normal,eliminasi bayi sudah BAK dan BAB, jenis
kelamin Perempuan.

Tanda bahaya infeksi tali pusat Pada bayi, (Depkes Sumut 216) , antara lain:

1) Nanah di tali pusat

2) Kulit di sekitar area tali pusat bengkak dan bewarna kemerahan

3) Tali pusat bewarna kekuningan atau berbau tidak sedap

4) Bayi merintih atau menangis terus menerus,

5) Tali pusat kemerahan sampai dinding perut, berbau atau bernanah,

6) Demam/panas tinggi (>38 oC) dan terlalu dingin (<36 oC),

7) Tali pusat mengalami perdarahan yang banyak dan terus menerus

8) Bayi Menangis setiap tali pusat tersentuh

Beberapa penelitian yang dilakukan terkait dengan tali pusat bayi diantaranya adalah penelitian yang di
lakukan oleh stefanus timah tentang pengaruh pendidikan kesehatan tali pusat bayi baru lahir terhadap
tingkat pengetahuan

Setelah memberi konseling tentang perawatan tali pusat dan cara perawatan bayi sehari-hari pada ibu.
Dari hasil pemeriksaan tidak ada tanda-tanda bahaya pada bayi , dan juga bayi telah mendapatkan
salep kulit.

Setelah memberi penjelasan, ibu mengerti dan bersedia akan bagaimana cara memandikan bayi
serta mengeringkan tali pusat bayi setelah mandi serta memberikan ASI Eksklusif pada bayinya selama 6
bulan penuh jika tidak ada hambatan. Ibu ingin bayinya sehat dan ibu akan melakukan apapun agar
bayinya tetap sehat.
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
1. Berdasarkan Asuhan yang telah diberikan dapat diketahui kondisi umum dari bayi baik.
2. Berdasarkan diagnosa potensial pada yang ditentukan tidak terjadi masalah pada Bayi
“F”
3. Setelah dilakukan pemeriksaan pada Bayi “F” kemudian ditentukan perencanaan asuhan.
Beberapa perencanaan yang dibuat sesuai dengan teori sehingga tidak menimbulkan
kesenjangan. Perencanaan asuhan kemudian dilanjutkan dengan data perkembangan yaitu
setelah tali pusat lepas.
4. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada Bayi. F telah sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat. Dalam pelaksanaan asuhan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek. Asuhan pada Bayi F kemudian dilanjutkan dengan data perkembangan dan
asuhan yang diberikan sesuai dengan pelaksanaan yang dibuat dan telah sesuai dengan
teori.
5. Hasil evaluasi pemberian asuhan kebidanan pada Bayi. F tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktek.
.
5.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan saran sebagai berikut:

1. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan sebagai bahan kajian, masukkan dan dasar pemikiran bagi mahasiswa
khususnya untuk studi kasus lebih lanjut guna meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Membantu dalam pemberian pelayanan konseling dengan masalah kurangnya
pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat pada bayi

3. Bagi Keluarga
Akan membantu keluarga dalam memecahkan masalah dengan cara mengajari ibu
tentang perawatan tali pusat pada bayi.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Memberikan wawasan dan pengetahuan serta sebagai bahan masukan dan referensi
dalam menetapkan asuhan kebidanan pada Bayi “F” umur 4 hari dengan tali pusat
berair dan berbau.
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh Rukiyah, 2015. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta Trans info media.

Ari Sulistyawati, 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan. Selemba Medika, Jakarta.

Asih Yusari, 2016. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jakarta Trans Media.

BPPSDMK. 2017. Permenkes Nomor 28 tahun 2017. Diakses pada tanggal 15 April
2018. Http://Bppsdmk_kemenkes.go.id.

Dewi Fifian, 2016. Resusitasi Neonatus. Jakarta, Selemba Medika.

Dwi Maryati, 2016. Buku ajar Neonatus Bayi Dan Balita. Yokyakarta, Nuha Medika.

Jenni J.S Sondakh, 2017. Asuhan Kebidanan persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yokyakarta, Erlangga.

Kemenkes, 2017. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta, Gavi.

Kukuh, Marmi, 2016. Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan Anak Pra sekolah. Yokyakarta, Pustaka belajar.

Prawihardjo, 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta.

Vidia Atikah Manggiasih, 2016. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Bayi dan Balita dan Anak Pra sekolah.
Yokyakarta. Fitramaya.

Sodikin, 2018. Buku Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir. Yokyakarta, Selemba Medika

Hidayat, 2017. Buku Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir, Neonatus dan Balita. Jakarta, Selemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai