Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR NORMAL

PADA BAYI NY. W USIA 1 JAM

DI BPM D. WINARNI GANTIWARNO

Disusun Oleh :

Nama : Aisyiah Amanda Putri

NIM : P27224017068

Kelas : D-III Reguler Semester III

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 201
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL
PADA BAYI NY. W USIA 1 JAM
DI BPM D. WINARNI GANTIWARNO

Disusun oleh:

Nama : Aisyiah Amanda Putri


NIM : P27224017068
Kelas : D III Reguler Semester 3

Tanggal Pengkajian/Pemberian Asuhan 16 Januari 2019

Di setujui :

Pembimbing Lapangan
Tanggal :
Di :
Debora Winarni

Dosen Pembimbing
Tanggal :
Di :

Sih Rini Handajani, M.Mid


NIP. 19731203 199803 2 001

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan kasus
“Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada By.Ny.W usia 1 jam di BPM D.
Winarni Gantiwarno.”

Laporan ini di susun untuk memperluas ilmu tentang pelaksanaan asuhan


kebidanan bayi baru lahir yang sesuai dengan standar asuhan menurut manajemen
asuhan SOAP guna memberikan manfaat bagi ibu dan tenaga kesehatan sehingga
dapat mengurangi resiko dan mendeteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi pada
bayi baru lahir.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. KH. Endah Widhi Astuti, M.Mid, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surakarta yang telah memberi dukungan dan
motivasinya guna terselesainya laporan kasus ini.
2. Anik Kurniawati, S.Si.T., M.Keb, selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan
Politekhnik Kesehatan Kemenkes Surakarta.
3. Sih Rini Handajani, M.Mid., selaku Dosen Pembimbing Lahan yang
senantiasa membimbing dan memberikan arahan dalam tersusunnya laporan
kasus ini.
4. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis
secara pribadi maupun kepada para pembaca pada umumnya.

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir yaitu kondisi di mana bayi baru lahir  (neonatus), lahir
melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan,
menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000
gram.Neonatus (BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai
dengan usia 28 hari,dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan
didalam rahim menjadi diluar rahim.Pada masa ini terjadi pematangan organ
hampir pada semua system.
Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa,bahkan bukan pula
miniature anak.Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam
rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang
serba mandiri.Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72
pertama.Transisi ini hampir meliputi semua system organ tapi yang terpenting
bagi anastesi adalah system pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar.Maka dari itu
sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan
suatu anastesi terhadap neonates (BBL).
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik
terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi
juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu,
perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak
tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu
meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup
yang kecil.
Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan yang
berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan keterampilan
untuk dapat melaksanakan pelayanan essensial neonatal.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan neonatus, balita, dan
anak prasekolah

2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji dan mengumpulkan data akurat dari
berbagai sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.
b. Mahasiswa mampu membuat diagnosa terhadap pasien sesuai dengan
hasil pengkajian.
c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan sesuai kasus.
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan dan mendokumentasikan hasil
tindakan.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan.

C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
informasi serta memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya
bidan dalam penanganan kepada bayi baru lahir normal.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu,
wawasan dan menambah pembelajaran pendidikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR TEORI

1). Pengertian
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan
usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus
lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari. (Wafi Nur Muslihatun, 2010).
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir
2500 gram sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat
lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak
ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
BBL Normal adalah bayi yang dikeluarkan dari hasil konsepsi melalui
jalan lahir dan dapat hidup diluar dengan berat 2,5 – 4 kg, dengan usia
Kehamilan 36 – 42 minggu, menangis spontan dan bernafas spontan, teratur
dan tonus otot baik. (Asuhan Persalinan Normal, 2003)
BBL Normal adalah Adaptasi fisiologi adalah sangat berguna bagi bayi
untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus, artinya nantinya bayi
harus dapat melakukan sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan
hidupnya,(Perawatan Ibu bersalin, Fitramaya 2000)
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah
satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai dari dua
sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia
24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.
Pada saat anak mencapai tahapan pra-sekolah (3-6 tahun) ada ciri yang
jelas berbeda antara anak balita dan anak prasekolah. Perbedaannya terletak
dalam penampilan, proporsi tubuh, berat, tinggi badan, dan keterampilan yang
mereka miliki.
2). BAYI BARU LAHIR
1. Ciri – ciri bayi lahir normal
1. Berat badan 2500 - 4000 gram
2. Panjang badan 48 - 52 cm
3. Lingkar dada 30 - 38 cm
4. Lingkar kepala 33 - 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit
6. Pernafasan ± 40 - 60 kali/menit
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan terbentuk
dan diliputi verniks caeseosa
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10.Genitalia;
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Refleks Moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan tangan seperti memeluk.
13. Graff reflek sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan
maka akan menggenggam.
14. Eliminasi, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24 jam, pertama
mekonium berwarna kecoklatan
2. Masa adaptasi bayi baru lahir
Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional
neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus .
Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga Homeostatis.
Homeostatis adalah kemampuan mempertahankan fungsi fungsi vital,
bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan,
termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin
(Muslihatun,2010).

1. Sistem Pernapasan

a. Perkembangan Paru

Paru berasal dari titik tumbuh (jaringan endoderm) yang muncul


dari faring yang kemudian bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran
hingga sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkiolus dan alveolus
sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan gerakan
nafas sepanjang trimester ke-2 dan 3.
b. Proses Awal Bernapas
Empat faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi:
1. Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2 merangsang
kemoreseptor yang terletak di sinus karotis.
2. Tekanan terhadap rongga dada (toraks) sewaktu melewati
jalan lahir.
3. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang
gerakan pernapasan.
4. Refleks deflasi Hering Breur

Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi dengan


normal dalam waktu 30 detik setelah kelahiran. Tekanan pada
rongga dada bayi saat bayi melalui jalan lahir per vaginam
mengakibatkan cairan paru yang jumlahnya 80-100 ml, berkurang
sepertiganya sehingga volume yang hilang ini diganti dengan udara.
Paru mengembang sehingga rongga dada kembali ke bentuk
semula. Pernapasan pada neonatus terutama pernapasan
diafragmatik dan abdominal. Biasanya, frekuaensi dan kedalaman
pernapasan masih belum teratur.

2. Sistem Kardiovaskular

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan bersirkulasi ke seluruh tubuh guna
menghantarkan oksigen ke jaringan. Agar terbentuk sirkulasi yang
baik guna mendukung kehidupan luar rahim, terjadi dua perubahan
besar, yaitu :

1. Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta


Foramen Ovale adalah defek (katup) yang memisahkan
antara atrium kanan dan kiri yang akan memungkinkan darah
dari atrium kanan mengalir ke atrium kiri dan foramen ovale ini
adalah anatomi jantung pada janin, keadaan ini adalah normal.
Karena janin masih menggunakan sirkulasi dari ibunya. Pada
saat bayi lahir maka seiring dipotongnya tali pusat, foramen oval
akan tertutup dengan sendirinya. Foramen tersebut ditutup
karena akibat dari pemotongan tali pusat yang akan
mempengaruhi suplai darah ke atrium kanan kemudian karena
penurunan tekanan atrium kanan otomatis tekanan atrium kiri
lebih besar dari atrium kanan yang akan menyebabkan
penutupan foramen ovale.
2. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang
menghubungkan arteri pulmonalis (arteri yang membawa darah
ke paru-paru) dengan aorta (pembuluh arteri besar yang
mengangkut darah keseluruh tubuh), yang merupakan bagian
dari peredaran darah yang normal pada janin. Saat masih dalam
kandungan, duktus arteriosus memungkinkan darah untuk tidak
melewati paru-paru. Pada janin, fungsi ini penting karena janin
tidak menghirup udara sehingga darah janin tidak perlu beredar
melewati paru-paru agar mengandung banyak oksigen. Janin
menerima oksigen dan zat makanan dari plasenta (ari-ari). Tetapi
pada saat lahir, ketika bayi mulai bernapas, duktus arteriosus
akan menutup karena darah harus mengalir ke paru-paru agar
bisa mendapatkan oksigen.
Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen di
dalam alveoli meningkat. Sebaliknya, tekanan karbondioksida
turun. Hal-hal tersebut mengakibatkan turunnya resistensi
pembuluh-pembuluh darah paru-paru, sehingga aliran darah ke
alat tersebut meningkat. Ini menyebabkan darah dari arteria
pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus
menutup.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada


seluruh sistem pembuluh darah tubuh. Jadi, perubahan tekanan tersebut
langsung berpengaruh paada aliran darah. Oksigen menyebabkan
system pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau
meningkatkan resistensinya sehingga mengubah aliran darah.

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah :


1. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah
menuju atrium kanan berkurang sehingga menyebabkan
penurunan volume dan tekanan pada atrium tersebut.
2. Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru
dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada
pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi sistem pembuluh
darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru mengakibatkan
peningkatan pembuluh darah dan tekanan pada atrium kanan.
3. Termoregulasi
a) Pengaturan Suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban
menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi.
Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan panas kembali
panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk produksi
panas. Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan
akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
b) Mekanisme Kehilangan
Panas Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui:
1) Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada permukaan
tubuh bayi sendiri karena setelah lahir tidak segera
dikeringkan dan diselimuti. 
2) Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin.
3) Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih
dingin (misalnya melalui kipas angin, hembusan udara, atau
pendingin ruangan).
4) Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan didekat benda -benda
yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung). (JNPK-KR,
2007)

Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin pada saat


pelahiran, dengan suhu kamar bersalin 21°C yang sangat berbeda
dengan suhu dalam kandungan, yaitu 37,7°C. Ini menyebabkan
pendinginan cepat pada bayi saat cairan amnion menguap dari kulit.
Setiap mili liter penguapan tersebut memindahkan 560 kalori panas.
Perbandingan antara area permukaan dan masa tubuh bayi yang luas
menyebabkan kehilangan panas, khususnya dari kepala, yang
menyusun 25% masa tubuh. Lapisan lemak subkutan tipis dan
memberikan insulasi tubuh yang buruk, yang berakibat cepatnya
perpindahan panas inti ke kulit, kemudian lingkungan, dan juga
mempengaruhi pendinginan darah. Selain kehilangan panas melalui
penguapan, kehilangan panas melalui konduksi saat bayi terpajan
dengan permukaan dingin, dan melalui konveksi yang disebabkan oleh
aliran udara dingin pada permukaan tubuh.
Saat lahir, bayi baru lahir harus beradaptasi dari keadaan yang
sangat tergantung menjadi mandiri. Banyak perubahan yang akan
dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna ke
lingkungan eksterna. Saat ini bayi tersebut harus dapat oksigen melalui
sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi oral untuk
mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan
melawan setiap penyakit. Periode adaptasi terdahadap kehidupan
diluar rahim disebut “periode transisi”. Periode ini berlangsung hingga
1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh.
Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem
pernapasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi dan dalam kemampuan
mengambil serta menggunakan glukosa.

4. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Pada bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1-2 jam). Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan
dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen dalam
hal ini terjadi bila bayi mempunyai persediaan glikogen cukup yang
disimpan dalam hati. Koreksi penurunan kadar gula darah dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu:
1) Melalui penggunaan ASI
2) Melalui penggunaan cadangan glukosa
3) Melalui penggunaan glukosa dan sumberlain terutama lemak.
5. Sistem Ginjal
Walaupun ginjal sangat penting dalam kehidupan janin,
muatannya terbilang kecil hingga setelah kelahiran. Urine bayi encer,
berwarna kekuning-kuningan, dan tidak berbau. Warna cokelat dapat
disebabkan oleh lendir bebas membrane mukosa dan udara asam dan
akan hilang setelah bayi banyak minum. Tingkat filtrasi glomerulus
rendah dan kemampuan reabsorpsi tubular terbatas. Bayi tidak mampu
mengencerkan urine dengan baik saat mendapat asupan cairan, dan
juga tidak dapat mengantisipasi tingkat larutan yang tinggi atau rendah
dalam darah. Urine dibuang dengan cara mengosongkan kandung
kemih secara refleks. Urine pertama dibuang saat lahir dan dalam 24
jam, dan akan semakin sering dengan banyaknya cairan yang masuk.
6. Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk
pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara
esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan ”gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas
lambung sendiri sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang bayi
baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara
lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan
makan yang sering oleh bayi sendiri penting.
Usus bayi belum matang, sehingga tidak mampu melindungi
dirinya sendiri sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari
zat-zat berbahaya. Pada bayi baru lahir kurang efisien dalam
mempertahankan air dibanding orang dewasa, sehingga menyebabkan
diare yang lebih serius pada neonatus (PUSDIKNAKES, 2003).
7. Sistem Imun
Sistem imun bayi baru lahir masih belum matur sehingga
neonatus rentan mengalami infeksi dan alergi. Sistem imun yang
matur akan memberi kekebalan alami maupun kekebalan dapatan.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah
atau meminimalkan infeksi. Beberapa contoh kekebalan alami
meliputi:
1. Perlindungan oleh membran mukosa
2. Fungsi saringan saluran nafas
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disebabkan pada tingkat sel oleh sel darah
yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing.
Tetapi pada bayi baru lahir sel-sel darah ini masih belum matang,
artinya bayi baru lahir tersebut belum mampu melokalisasi dan
memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir
yang lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam
tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing
masih belum bisa dilakukan sampai akhir kehidupan anak. Salah satu
tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem
kekebalan tubuh (PUSDIKNAKES, 2003, hal.11).

8. Sistem Muskuloskeletal
Otot bayi berkembang engan sempurna karena hipertropi, bukan
hiperplasi. Tulang panjang tidak mengeras dengan sempurna untuk
memudahkan pertumbuhan pada epifise. Tulang tengkorak kekurangan
esensi osifikasi untuk pertumbuhan otak dan memudahkan proses
pembentukan selama persalinan. Proses ini selesai dalam waktu
beberapa hari setelah lahir. Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6-
8 minggu. Fontanel anterior tetap terbuka hingga usia 18 bulan dan
digunakan untuk memperkirakan tekanan hidrasi dan intra cranium
yang dilakukan dengan memalpasi tegangan fontanel.
9. Sistem Neorologi
Sistem saraf bayi baru lahir masih sangat muda baik secara
anatomi maupun fisiologi ini menyebabkan kegiatan reflek spina dan
batang otak dengan control minimal oleh lapisan luar serebrum pada
beberapa bulan pertama kehidupan, walaupun interaksi sosial terjadi
lebih awal. Bayi baru lahir memperlihatkan sejumlah aktivitas reflek
pada usia yang berbeda beda, yang menunjukkan normalitas dan
perpaduan antara sistem neuorogi dan muskuluskletal.
Beberapa reflek tersebut:

1. Refleks moro, reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring


terhadap rangsangan mendadak. Reflek ini dapat di munculkan
dengan cara menggendong bayi dengan sudut 45o, lalu biarkan
kepalanya turun sekitar 1-2 cm. Reflek ini simetris dan terjadi
pada 8 minggu pertama setelah lahir.
2. Refleks rooting, dalam memberikan reaksi terhadap belaian di
pipi atau sisi mulut, bayi menoleh kearah sumber rangsangan dan
membuka mulutnya siap untuk mengisap.
3. Refleks mengedip atau reflexs mata, melindungi mata dari
trauma.
4. Refleks menggenggam, reflek ini di munculkan dengan
menempatkan jari atau pensil atau pensil di dalam telapak tangan
bayi, dan bayi akan menggenggamnya dengan erat.
5. Refleks berjalan dan melangkah. Jika bayi di sangga pada posisi
tegap dan kakinya mennyentuh permukaan yang rata, bayi akan
terangsang untuk berjalan.
6. Refleks leher tonik asimetris. pada posisi terlentang, jika kepala
bayi menoleh ke satu arah, lengan di sisi tersebut akan ekstensi
sedangkan lengan sebelahnya fleksi.

3. Pemeriksaan pada Bayi Baru Lahir


a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada BBL dilakukan paling kurang 3 kali yaitu pada
saat lahir, periksaan yang dilakukan dalam 24 jam di ruang perawatan, dan
pemeriksaan pada waktu pulang.
Pemeriksaan pertama pada BBL harus dilakukan di kamar bersalin,
tujuannya adalah untuk menilai gangguan adaptasi BBL dari kehidupan
intrauterine ke ekstrauterin yang memerlukan resusitasi dan untuk
menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera
(misalnya atresia ani, atresia esophagus), trauma lahir.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara bayi dalam kondisi telanjang akan
tetapi diletakkan dibawah lampu yang terang supaya tidak kehilangan
panas serta dilakukan 24 jam setelah lahir.

1) Kepala : Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura,


moulase, caput succedaneum, cephal
haetoma, hidrosefalus, rambut meliputi :
jumlah, warna dan adanya lanugo pada bahu
dan punggung.
2) Muka : Tanda-tanda paralisis
3) Mata : Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran
epicanthus) dan kesimetrisan, kekeruhan
kornea, katarak kongenital, trauma, keluar
nanah, bengkak pada kelopak mata,
perdarahan subkonjungtiva.
4) Telinga : Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak,
dihubungkan dengan mata dan kepala serta
adanya gangguan pendengaran.
5) Hidung : Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan,
kebersihan
6) Mulut : Kesimetrisan, mukosa mulut kering/basah,
lidah, palatum, bercak putih pada gusi,
refleks menghisap, labio skiziz/palatoskisis,
trush, sianosis.
7) Leher : Kesimetrisan, pembengkakan, kelainan
tiroid, hemangioma, tanda abnormalitas
kromosom
8) Klavikula& : Fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari
lengan atas
9) Dada : Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting
susu, gangguan pernafasan, auskultasi bunyi
jantung dan pernafasan.
10) Abdomen : Penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis, perdarahan tali pusat, jumlah
pembuluh darah pada tali pusat, dinding
perut dan adanya benjolan, distensi,
gastroskisis, omfalokel, kesimetrisan,
palpasi hati dan ginjal.
11) Genetalia : Kelamin laki-laki : panjang testis, testis
sudah turun berada dalam skrotum,
orifisium uretra di ujung penis,
kelainan(fimosis, hipospadia/epispadia).
Kelamin perempuan : labia mayora dan
labia minora, klitoris, orifisium vagina,
orifisium uretra, sekret, dll.
12) Tungkai dan : Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari,
kaki pergerakan, pes equinovarus/pes
equinovalgus.
13) Anus : Berlubang atau tidak, posisi, fungsi sfingter
ani, adanya atresia ani, meconium plug
syndrome, megacolon.
14) Punggung : Bayi tengkurap, raba kurvatula kolumna
vertebralis, skoliosis, pembengkakan, spina
bifida, meilomeningokel, lesung/bercak
rambut, dll.
15) Pemeriksaan : Vernik caseosa, lanugo, warna, oedem,
kulit bercak, tanda lahir, memar.

b. Pemeriksaan Sepintas
Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang
disiapkan pada perut ibu. Bila hal itu tidak memungkinkan, maka letakkan
bayi dekat ibu (diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus
dipastikan bahwa area tersebut bersih dan kering. Segera lakukan penilaian:
1) Apakah bayi menangis kuat dan / atau bernapas tanpa
kesulitan?
2) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap–megap atau lemah,
maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. (APN, 2008)

c. Penilaian APGAR Score


Keadaan umum bayi dimulai 1 menit setelah lahir dengan
penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah
bayi menderita asfiksia atau tidak. Setiap penilaian diberi angka 0,1 dan 2
dari hasil penilaian tersebut apakah bayi normal (vigorous baby = nilai
apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai apgar 4-6) atau asfiksia berat
(nilai apgar 0-3). Bila nilai apgar dalam 2 menit belum mencpai nilai 7,
maka harus dilakukan tindakan resasitasi lebih lanjut. Oleh karena bila bayi
menderita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadi gejala-gejala
neurologik lanjutan kemudian hari lebih besar. Berhubungan dengan itu,
menurut apgar dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit

Tabel 1. APGAR Score


APGAR 0 1 2
Apperance (Warna Kulit) Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
ekstremitas biru kemerah-merahan
Pulse Rate (Frek. Nadi) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
Grimance (Reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersih
Rangsangan) mimik (grimance)
Activity (Tonus Otot) Tidak ada Ekstrimitas dalam Garakan aktif
sedikit flexi
Respiration (Pernafasan) Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis
Jumlah

d. Pemeriksaan Refleks pada Bayi Baru Lahir


Refleks Primitif Pada Bayi
1) Refleks Moro (refleks peluk / terkejut.)
Refleks dapat dimunculkan dengan cara memukul tempat tidur bayi,
suara ribut, dsb. Tetapi paling baik dengan cara memegang dan
meletakkan lengan pemeriksa sepanjang punggung dan kepala bayi.
Kemudian, jika tiba-tiba kepala bayi dijatuhkan sesaat beberapa
centimeter ke belakang. Respon bayi baru lahir berupa menghentakkan
tangan dan kaki lurus kearah ke luar, lutut fleksi dan lengan melakukan
gerak fleksi seperti memeluk, bayi mungkin menangis.
(Ladewidg, 2005)
2) Refleks Tonik neck
Refleks otot lahir posisi tertengkurap bayi akan menoleh kekanan/
kekiri. Reflek tonik leher atau reflek ”angguk” diobservasi pada
neonatus dalam posisi terlentang. Ketika kepala bayi digerakkan ke
kiri atau kanan, bayi membentangkan tangannya kemana kepalanya
digerakkan dan menekukkan tangan yang berlawanan. Reflek yang
terus menerus pada bayi yang melebihi usia 4 bulan menunjukkan
adanya kelumpuhan pada otak. (Bobak and Jensen, 2000)
3) Refleks Rooting
Stimulasi taktil pada pipi dan mulut mencari rangsangan. Rooting
reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian
pinggir mulutnya dengan tangan atau puting. Sebagai respons, bayi itu
memalingkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya, dalam
upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap. (Ladewidg, 2005)
4) Refleks Sucking
Reflek menghisap. Didapat saat sisi mulut bayi baru lahir atau dagu
disentuh. Sebagai respon bayi akan menoleh dan membuka mulut
untuk menghisap obyek. (Ladewidg, 2005)
5) Refleks Grasping/refleks genggam.
Didapat dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi dengan sebuah
obyek atau jari. Respon bayi berupa menggenggam dan memegang
erat, dengan genggaman tersebut bayi dapat diangkat, bahkan pada
bayi kurang bulan genggaman tersebut juga sudah cukup kuat.
(Ladewidg, 2005)
6) Refleks Babinsky
Refleks pada telapak kaki, dengan cara melakukan goresan ujung jari
pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral. Bayi
normal akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai,
respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan
menyebar atau membuka
7) Refleks Stapping (refleks melangkah)
Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi berdiri dan
telapak kakinya menyentuh permukaan yang keras, ibu/ orang tersebut
akan melihat refleks berjalan, yaitu gerakan kaki seperti melangkah ke
depan
4. Pemantauan tanda – tanda vital
1) Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur dan ketiak
2) Pada pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersamaan
tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu inspirasi maupun
ekspirasi. Gerak pernapasan 30-50 kali per menit.
3) Nadi dapat dipantau di semua titik-titik nadi perifer.
4) Tekanan darah dipantau hanya bila ada indikasi.
Mencatat hasil pantauan merupakan satu cara kerjasama seluruh tim dalam
membuat progam perawatan.
5. Penatalaksanaan awal dan asuhan bayi baru lahir
A. Penatalaksanaan Awal
a. Persalinan Bersih dan Aman
Yaitu dengan menyediakan perlengkapan alat-alat di kamar bersalin
diantaranya  adalah :
1. Alat penghisap lendir (Mucus Extractor)
2. Tabung oksigen dengan alat pemberi oksigen
3. Alat pemotong dan pengikat tali pusat
4. Tanda pengenal bayi
5. Tempat tidur bayi atau inkubator dengan keadaan hangat dan
steril
6. Lain-lain : kain, kasa, baju steril serta obat antiseptik
7. Termometer dan stopwacth
8. Tempat atau ruang dalam keadaan hangat dan terang
b. Membersihkan Jalan Nafas (Inisiasi Pernafasan Spontan)
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila tidak
langsung menangis penolong segera membersihkan jalan nafas dengan
cara :
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat
b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga
leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala
diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
jari tengah yang dibungkus kasa steril
d. Berikan rangsangan taktil dengan cara menepuk kedua telapak
kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain
kering dan kasar (handuk). Dengan rangsangan ini biasanya bayi
segera menangis.

c. Klem dan Potong Tali Pusat


1. Klemlah tali pusat dengan 2 buah klem, pada titik kira-kira 2 cm
dan 3 cm dari pangkal pusat bayi (tinggalkan kira-kira 1 cm
diantara klem-klem tersebut).
2. Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi
dari gunting dengan tangan kiri anda.
3. Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat, ganti
sarung tangan anda bila ternyata sudah kotor. Potonglah tali
pusatnya dengan pisau atau gunting yang steril dan Disinfeksi
Tingkat Tinggi (DTT).
4. Periksa tali pusat setiap 15 menit, apabila masih terjadi
pendarahan, lakukan pengikatan ulang yang lebih ketat (Bari
Syaifuddin,Abdul : 2002).
d. Jagalah Bayi Agar Tetap Hangat
1. Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit
bayi dengan kulit ibunya.
2. Gantikan handuk / kain yang basah dan bungkus bayi tersebut
dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah
terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
3. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak kaki bayi
setiap 15 menit
4. Apabila telapak bayi terasa dingin, pastikan suhu aksila bayi.
5. Apabila suhu bayi kurang 36,5 0C, segera hangatkan bayi
tersebut.
e. Kontak Dini Dangan Ibu
1. Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin, kontak dini antara
ibu dan bayi penting untuk :
1) Kehangatan : mempertahankan panas yang benar pada bayi
baru lahir.
2) Ikatan batin (bonding attachment) dan pemberian ASI.
2. Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila telah siap
(dengan menunjukkan reflex rooting).
3. Bayi normal sudah dapat disusui segera sesudah lahir, lamanya
disusui hanya untuk 1-2 menit pada setiap payudara Ibu.
4. Dengan menghisapnya bayi terjadi perangsangan terhadap
pembentukan air susu Ibu dan secara tidak langsung rangsang
isap membantu mempercepat pengecilan uterus.
5. Pada hari ketiga bayi sudah harus menyusu selama 10 menit
pada Ibu dengan jarak waktu tiap 2-3 jam, namun jika diantara
waktu tersebut bayi menangis karena lapar, ASI boleh
disusukan.
f. Pernapasan
Sebagian besar bayi akan bernapas secara spontan pernapasan bayi 
sebaiknya diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya masalah.
1) Periksa pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit
2) Jika bayi tidak segera bernapas, lakukan hal-hal berikut
a. Keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat
b. Gosoklah punggung bayi dengan lembut
3) Jika bayi masih belum mulai bernafas setelah 60 detik mulailah
resusitasi.
4) Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernapas (frekuensi
pernapasan kurang 30 atau lebih dari 60 x / menit), berilah
oksigen kepada bayi dengan keteter nasal atau nasal frongs (Bari
Syaifuddin,Abdul : 2002)
g. Perawatan Mata
1. Obat mata entromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1 % dianjurkan
untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit
menular seksual).
2. Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat
dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat +
diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir
3. Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin
dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir.
h. Apgar skor
Penilaian bayi waktu Lahir (assesment at birth) 1 menit dan 5 menit
berikutnya:
1. Skor < 4             :  Tidak ada gawat nafas
2. Skor 4-7             :  Gawat nafas
3. Skor 7                :  Ancaman gagal nafas (pemeriksaan
gas darah harus dilakukan)

B. Asuhan Bayi Baru Lahir


Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun, berikanlah
asuhan berikut :
1. Lanjutkan pengamatan pernapasan, warna, dan aktivitasnya
2. Pertahankan suhu tubuh bayi
a. Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam dan hanya setelah
itu, jika tidak terdapat masalah medis dan jika suhunnya 36,5 0C atau
lebih
b. Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus
tertutup.
3. Pemeriksaan fisik bayi
Lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap, ketika memeriksa bayi
baru lahir.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir secara menyeluruh antara lain
A. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (TTV)
1. Suhu normal rextal / aksila : 36,5 – 37,2 OC
2. Laju pernapasan normal : 40 -60 x / menit ≠ ada wheezing
dan ronchi
3. Detak jantung normal : 100 – 120 x / menit
4. Nadi normal : 120 – 150 x / menit, frekuensi
nadi perifer
5. Berat badan normal : 2500 – 4000 gram
6. Panjang badan normal : 48 – 53 cm
B. Pemeriksaan fisik
1) Kepala   :  simetris atau tidak, adanya kelainan-kelaian atau tidak
seperti (keadaan ubun-ubun, molase, caput succedanium, cepal
hematoma, hydrochephalus, anensefalus dan meningokel)
Ukuran normal lingkar kepala terdiri 3 bagian:
1. SOB (Sub Occipito Bregmatica)   :  32 cm
2. FO (Fronto Occipito)                    :  34 cm
3. MO (Mento Occipito)                    :  35 cm
2) Mata      :  simetris atu tidak, ada kelainan atau tidak, ada tanda
infeksi atau tidak (tanda-tanda infeksi antara lain):
1. Conjungtiva pucat, atau merah
2. Sclera kuning atau putih
3. Pupil waktu lahir reflex cahaya
4. Pupil hari I : myosis
5. Isokor atau anisokor
6. Nystagmus atau tidak (kelainan SSP)
7. Pada minggu pertama koordinasi gerakan bola mata
belum sempurna
3) Hidung  :  simetris atau tidak, ada secret atu tidak, pernapasan
cuping hidung atau tidak.
4) Telinga   :  periksa dalam hubungan letak dengan mata dan
kepala simetris atau tidak ada sekret atau tidak.
5) Mulut     :  simetris atau tidak, stomatitis ada atau tidak, terdapat
labiopalatoskizis ada atau tidak.
6) Leher     :  terdapat pembesaran kelenjar tiroid atu tidak,
pembekakan ada atau tidak
7) Dada bentuk simetris atau tidak LIDA norma : 30,5 – 33 cm
8) Bahu, lengan dan tangan
1. Gerakan normal
2. Jumlah jari normal
3. LILA normal : 9,5 – 11 cm
9) Perut :
1) Adakah benjolan sekitar tali pusat, pendarahan tali pusat,
lembek pada saat bayi menangis, benjolan atau tidak.
2) Tali pusat normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama
mulai kering dan mengkerut / mengecil dan akhirnya lepas
setelah 7-10 hari.
10) Jenis Kelamin  :
 Laki-laki (♂)
1. Testis berada dalam skrotum atau tidak.
2. Penis berlubang atau tidak.
Perempuan (♀)
1. Vagina berlubang
2. Uretra berlubang
3. Labia mayor sudah menutupi labia minor
Pendarahan withdrawel : cairan darah yang keluar dari
kemaluan bayi yang diakibatkan penghentian hormone wanita
yang tiba-tiba dari ibunya
11) Tungkai dan kaki
1. Gerakan normal atau tidak
2. Tampak normal atau tidak
3. Apakah ada kelainan atau tidak
12) Punggung dan anus
Punggung : Periksa akan adanya pembengkakan atau
cekungan
1.Lordosis    :  membengkok ke depan
2.Scoliosis    :  membengkok ke kanan dan ke kiri
3.Kifosis       :  membungkuk
4.Spinabifida: selaput sumsum belakang menyembul ke
luar pada suatu tempat pada tulang punggung di
dalamnya terdapat jaringan sumsum tulang belakang
Anus : Periksa meconium sudah keluar atau belum dalam 24
jam post partum. Bila bayi sudah minum ASI maka
feses akan berubah hijau kekuningan. Kelainan seperti :
ATRESIA ANI : Lubang anus / dubur tidak ada
13) Kulit
Selama bayi dianggap normal beberapa kelainan kulit
dianggap normal, seperti :
1. Verniks kaseosa (lemak dalam tubuh)  tidak perlu
dibersihkan karena menjaga kehangatan tubuh bayi.
2. Millia : titik putih yang khas pada hidung dahi, dan
pipi.
3. Lanugo : rambut halus yang melapisi janin pada
bahu, bokong dan ekstrimitas lebih banyak pada bayi
premature.
4. Deskuamasi : kulit bayi daerah tubuh, punggung, dan
abdomen yang terkelupas pada hari pertama / juga
terjadi selama 2-4 minggu pertama kehidupan masih
dianggap normal, paling sering pada BBLP.
5. Warna : Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat
dibanding bayi preterm karena kulit bayi aterm lebih
tebal.
6. Iketerus : warna bayi kuning yang terlihat pada kulit
atau pada sclera mata bayi dengan iketerus
hyperbillirubin, kuku jari tangan dan telapak tangan
juga berwarna kuning.
C. Refleks
1. Refleks moro : lengan terangkat ke atas dan ke bawah,
terkejut (memeluk).
2. Refleks rooting :menoleh kearah sentuhan, rangsangan
pada pipi dan bibir.
3. Refleks graphs/plantar :menelan, rangsangan pada
vulva, bayi akan menjulurkan lidah.
4. Refleks sucking :menhisap, rangsangan dengan
menyentuh bibir.
5. Refleks tonic neck : kepala menengadah.
6. Refleks walking : reflex berjalan bila bayi diberdirikan.
7. Refleks placing :  berdiri tegak, dengan melalui /
berpegangan dangan benda keras.
8. Refleks crwling            :  merangkak.
9. Refleks babinski             :  reflex kaki menendang, bila
telapak kaki digesek dengan jari kita.
D. Autopometri
1. Lingkar kepala            :  SOB : 32 cm, FO : 34 cm, MO:35
cm
2. Lingkar dada               :  30 – 38 cm
3. Lingakar lengan atas   :  9,5 – 11 cm
Jadi nilai dari antopometri di atas merupakan nilai standart
E. Eliminasi.
1) Miksi               : sudah keluar /belum, jam berapa?
2) Meconium       : sudah keluar /belum, jam berapa?
F. Berikan Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya pendarahan karena difisiensi vitamin
K pada bayi baru lahir, lakukan hal-hal berikut:
1) Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi
vitamin K peroral 1 mg / hari selama tiga hari
2) Bayi dengan resiko tinggi diberi vitamin K parenteral
dengan dosis 0,5-1 mg
1. Memberikan Konseling
1) Jaga kehangatan bayi
2) Pembenahan ASI, terutama selama 6 bulan (ASI Eksklusif)
3) Perawatan tali pusat, minimal 2 x sehari
4) Agar ibu mengawasi tanda-tanda bahaya
2. Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu
1) Pemberian ASI sulit, sulit menghisap, atau hisapan lemah
2) Kesulitan bernapas, yaitu pernapasan cepat > 60 /menit
atau menggunakan otot napas tambahan
3) LETARGI = bayi terus-menerus tidur tanpa bangun untuk
makan
4) Warna abnormal= kulit / bibir biru (sianosis) atau bayi
sangat kuning
5) Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi)
(Bari Syaifuddin,Abdul : 2002)
C. Bayi, Balita, dan Anak pra sekolah
1. Kebutuhan imunisasi
A. Pengertian
Imunisasi/pengebalan adalah suatu usaha untuk membuat
seseorang menjadi kebal terhadap penyakit tertentu dengan
menyuntikan vaksin.
Vaksin adalah kuman hidup yang dilemahkan/kuman mati/ zat
yang bila dimasukkan ke tubuh menimbulkan kekebalan terhadap
penyakit tertentu.
B. Macam Vaksin
1. Vaksin Polio
Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus,
vaksin yang digunakan oleh banyak Negara termasuk Indonesia
adalah vaksin hidup (yang telah diselamatkan) vaksin berbentuk
cairan. Kemasan sebanyak 1 cc / 2 cc dalam 1 ampul.
2. Vaksin Campak
Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus.
Vaksin yang digunakan adalah vaksin hidup. Kemasan dalam
flacon berbentuk gumpalan yang beku dan kering untuk
dilarutkan dalam 5 cc pelarut. Sebelum menyuntikkan vaksin ini,
harus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut vaksin (aqua
bidest). Disebut beku kering oleh karena pabrik pembuatan
vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut kemudian
mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan potensinya cepat
menurun dan hanya bertahan selama 8 jam.
3. Vaksin BCG
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri
atau vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk.
Vaksin BCG melindungi anak terhadap penyakit
tuberculosis (TBC). Dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah
dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint. Sebelum
menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4
cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan
harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak
bila kena sinar matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah
sepertiga bagian lengan kanan atas.
4. Vaksin Hepatitis B
Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus.
Vaksin hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling
luar (mantel virus) yang telah mengalami proses pemurnian.
Vaksin hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan
pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik disimpan pada
temperatur 2,8°C
5. Vaksin DPT, TT, dan DT
Terdiri toxoid difteri, baketi pertusis dan tetanus toxoid, kadang
disebut “triple vaksin”. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8°C
kemasan yang digunakan :

1) 5 cc untuk DPT
2) 5 cc untuk TT
3) 5 cc untuk DT
Pemberian imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah 0,5 cc.
6. Vaksin Toxoid Difteri
Vaksin ini merupakan bagian dari DPT atau DT, difteri
disebabkan oleh bakteri yang memproduksi racun, vaksin terbuat
dari toxoid yaitu racun difteri yang telah dilemahkan. Vaksin
difteri akan rusak jika dibekukan dan juga akan rusak oleh panas.
7. Vaksin Pertusis
Merupakan bagian dari vaksin DPT, penyebab penyakit
pertusis adalah bakteri vaksin dibuat dari bakteri yang telah
dimatikan, akan mudah rusak, bila kena panas, sama seperti
vaksin BCG, dalam vaksin DPT komponen pertusis merupakan
vaksin yang paling mudah rusak.
8. Vaksin Tetanus
Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT, DT atau
sebagai tetanus toxoid (TT). Tetanus disebabkan oleh bakteri
yang memproduksi toxin. Vaksin terbuat dari toxin tetanus yang
telah dilemahkan, tetanus toxoid akan rusak bila dibekukan dan
akan rusak bila kena panas.
9. Vaksin Haemophilus influenza tipe b ( Hib)
Hinfluenzae tipe b merupakan bakteri penyebab meningitis
dan berbagai infeksi serius mengancam jiwa, seperti pneumonia,
epiglotitisdan sepsis pada bayi dan anak. Vaksin ini diberikan
dengan jadual tiga dosis pada bayi ( bersama dengan DPT),
ditambah satu dosis booster pada umur 12-18 bulan Sekarang
tersedia pula vaksin konjugasi kombinasi DPT-Hib
10. Imunisasi Tifoid
Untuk mencegah penyakit demam tifoid berat yang
mengakibatkan demam tinggi dan lama, diare atau obstipasi,
radang sampai kebocoran usus, dapat mengakibatkan kematian.
Vaksin demam tifoid disuntikan mulai umur 2 tahun, diulang
setiap 3 tahun.

C. Jadwal imunisasi
Jadwal pemberian imunisasi dasar
Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak
Catatan:
1. Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik
Swasta, imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum
dipulangkan.
2. Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1,
DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3, dinyatakan mempunyai
status imunisasi T2.

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak di bawah tiga tahun


Umur Jenis Imunisasi
18 bulan DPT-HB-Hib
24 bulan Campak

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar

Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan


Kelas 1 SD Campak Agustus
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November

D. Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian
tubuh yang secara kuantitatif dapatbdiukur. Perkembangan adalah proses yang
bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematngan sesorang individu yang
ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif seta sistematis di dalam diri
manusia. Faktor yang mempengauhi pertumbuhan dan perkembangan pada anak
yaitu Faktor hereditas dan Faktor lingkungan. Faktor hereditas meliputi faktor
bawaan , jenis kelamin. Faktor lingkungan meliputi faktor perinatal dan
postnatal. Lingkungan postnatal meliputi budaya, sosial budaya, nutrisi,
iklim/cuaca, olahrga atau latihan fisik, dan status kesehatan.

Kelainan pertumbuhan anak yang dijumpai adalah perwatakan pendek (short


stature), perwatakan tinggi (tall stature), yang diklasifikasi kan sebagai variasi
normal dan patologis, malnutrisi dan obesitas, apabila menjumpai kelainan
pertumbuhan tersebut diperlukan suatu kiat dalam pengukuran antropometri
ebagai cara penilaiannya.
1. Pertumbuhan Berat Badan

Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau


penurunan sema jaringan yang ada pada tubuh , misalnya otot, tulang, lemak,
organ tubuh dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi
atau tumbuh kembang bayi dan balita. Selain itu, berat baan juga digunakan
sebaga dasar penghitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam
tindakan pengobatan.

Pada usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami penurunan yang
sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan waktu lahir. Hal ini
disebabkan karena keluarnya mekonim dan air seni yang belum diimbangi
dengan asupan yang mencukupi, misalnya produksi ASI yang belum lancar
dan berat badan akan kembali pada hari kesepuluh.

Tahap pertumbuhan berat badan pada bayi dan balita

Berat (gram)
Umur
Standar 80% standar
Lahir 3.400 2700
1 bulan 4.300 3400
2 bulan 5000 4000
3 bulan 5700 4500
4 bulan 6300 5000
5 bulan 6900 5500
6 bulan 7400 5900
7 bulan 8000 6300
8 bulan 8400 6000
9 bulan 8900 7100
10 bulan 9300 7400
11 bulan 9600 7700
12 bulan 9900 7900
1 tahun 3 bulan 10600 8500
1 tahun 6 bulan 11300 9000
1 tahun 9 bulan 11900 9600

2 tahun 0 bulan 12400 9900


2 tahun 3 bulan 12900 10500
2 tahun 6 bulan 13500 10800
2 tahun 9 bulan 16000 11200
3 tahun 0 bulan 14500 11600
3 tahun 3 bulan 15000 12000
3 tahun 6 bulan 13500 12400
3 tahun 9 bulan 16000 12900
4 tahun 0 bulan 16500 13200
4 tahun 3 bulan 17000 13600
4 tahun 6 bulan 17400 14000
4 tahun 9 bulan 17900 14400
5 tahun 0 bulan 18400 14700
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI

2. Pertumbuhan Tinggi Badan

Pengukran tinggi badan dapat dilakukan dengan sangat mudah untuk menilai
ganguan pertumbuhan da perkembangan bayi dan balita. Tinggi badan bayi
baru lahir normalnya adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva pertumbuhan
yang diterbitkan oleh National Center for health statistics (NCHS), bayi akan
mengala,I penambahan panjang badan sekitar lebih kurang 2,5 cm setiap
bulannya.

Tujuan pemantauan pengukuran tinggi badan adalah untuk menilai status


perbaikan gizi disamping factor genetic dan merupakan indicator yang baik
untuk pertumbhan fisik.

Tinggi badan rata rata umur 0-5 tahun :

Tinggi Badan (cm)


Umur
Standar 80% standar
Lahir 50,5 40.5
1 Bulan 55.0 43.5
2 bulan 58.0 46.0
3 bulan 60.0 48.0
4 bulan 62.0 49.5
5 bulan 64.0 51.0
6 bulan 66.0 52.5
7 bulan 67.0 54.0
8 bulan 69.0 55.5
9 bulan 70.5 56.5
10 bulan 72.0 57.5
11 bulan 73.0 58.5
12 bulan 74.5 60.0
1 tahun 3 bulan 78.0 62.5
1 tahun 6 bulan 81.5 65.0
1 tahun 9 bulan 84.5 67.5

2 tahun 0 bulan 87.0 69.5


2 tahun 3 bulan 89.5 71.5
2 tahun 6 bulan 92.0 73.5
2 tahun 9 bulan 94.0 75.0

3 tahun 0 bulan 96.0 77.0


3 tahun 3 bulan 98.0 78.5
3 tahun 6 bulan 99.5 79.5
3 tahun 9 bulan 101.5 81.5
4 tahun 0 bulan 103.5 82.5
4 tahun 3 bulan 105.0 86.0
4 tahun 6 bulan 107.0
4 tahun 9 bulan 108.0

5 tahun 0 bulan 109.0 87.0


Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI

B. MANAJEMEN KEBIDANAN
Menurut Hallen Varney ada 7 langkah dalam manajemen kebidanan
yaitu:
a. Langkah I : Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.
Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
pasien. (Ambarwati, 2010), meliputi :
1) Data Subjektif
Yaitu informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau
klien (anamnesis) atau dari keluarga (Hidayat, 2008).
a) Biodata Pasien :
(1) Nama bayi
Digunakan untuk membedakan antar bayi yang satu
dengan yang lain. (Marmi, 2012)
(2) Umur
Untuk menginterprestasi apakah data pemeriksaan klinis
bayi tersebut normal sesuai dengan umurnya.
(Matondang, 2013)
(3) Tanggal/jam lahir
Untuk mengetahui kapan bayi lahir. (Kosim, 2004)
(4) Berat badan/panjang badan
Untuk mengetahui berat badan bayi, mengidentifikasi dan
mengantisipasi masalah yang berhubungan dengan berat
lebih rendah dan untuk mengukur panjang badan bayi.
Normal berat badan bayi adalah 2500-4000 gram dan
panjang badan bayi 48-52 cm. (Putra, 2012)
(5) Jenis kelamin
Untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-
nilai baku, insiden seks, penyakit-penyakit seks.
(Matondang, 2013)
(6) Nama ibu/ayah
Nama jelas dan lengkap, agar tidak keliru dengan orang
lain. (Matondang, 2013)
(7) Umur
Untuk menambah keakuratan data. (Matondang, 2013)
(8) Pekerjaan
Guna untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut. (Ambarwati, 2010)
(9) Agama dan suku bangsa
Untuk memantapkan identitas serta untuk mengetahui
perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit yang
sering berhubungan dengan agama dan suku bangsa.
(Matondang, 2013)
(10) Pendidikan
Berperan dalam pendekatan selanjutnya sesuai tingkat
pengetahuannya. (Matondang,2013)
(11) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan. (Matondang, 2013)
b) Data Ibu
Data ibu yang meliputi :
Riwayat obstetri, frekuensi ANC, Imunisasi TT, Obat/jamu
yang dikonsumsi, kenaikan BB, riwayat penyakit penyerta,
komplikasi selama hamil, serta riwayat persalinan terakhir.
c) Keadaan BBL
2) Data Objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus kebidanan, data penunjang. (Hidayat, 2008).
a) Pemeriksaan Khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan apgar score pada menit
pertama, kelima, dan kesepuluh untuk mengetahui gejala
sisa, meliputi : Appearance (warna kulit), Pulse rate
(frekuensi nadi), Grimace (reaksi rangsang), Activity (tonus
otot), Respiration (pernafasan). (Kosim, 2005)
b) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum baik, sedang, lemah
dari pasien (Saifuddin, 2003).
(2) Kesadaran
Untuk mengetahui kesadaran bayi meliputi tingkat
kesadaran (sadar penuh yaitu memberikan respon yang
cukup terhadap stimulus yang diberikan, apatis yaitu
acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya, gelisah yaitu
tidak responsive terhadap rangsangan ringan dan masih
memberikan respon terhadap rangsangan yang kuat,
koma yaitu tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau
rangsangan apapun) gerakan yang ekstrem dan
ketegangan otot. (Hidayat, 2009)
(3) Tanda-tanda Vital, meliputi :
(a) Nadi
Untuk mengetahui jumlah denyut nadi bayi dalam
satu menit, sehingga diketahui normal atau tidaknya
nadi bayi tersebut. Normalnya yaitu 120-160
kali/menit. (Putra, 2012)
(b) Pernafasan BBL normal 30-60 kali/menit, tanpa
retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase
ekspirasi. (Sudarti, 2013)
(c) Suhu
Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Suhu
bayi normalnya adalah 36,5-37,7⁰C. (Sudarti, 2013)
c) Pemeriksaan Fisik
(1) Kepala
Periksa sutura, molase, caput succedaneum, cephal
hematoma, hidrosefalus, ubun-ubun kecil. (Sudarti, 2013)
(2) Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva dan kesimetrisan. (Sudarti, 2013)
(3) Hidung
Periksa kebersihannya. (Sudarti, 2013)
(4) Telinga
Untuk memeriksa posisi telinga, apakah bayi
terkejut/menangis dalam reaksi terhadap bunyi yang
keras. (Varney, 2007)
(5) Mulut
Adakah kemungkinan adanya kelainan kongenital labio-
palatoskisis, trush, sianosis, mukosa kering/basah.
(Sudarti, 2013).
(6) Leher
Adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah keretakan
pada clavikula (normal, rata atau tanpa gumpalan di
sepanjang tulang simetris). (Varney,2007)
(7) Dada
Periksa bentuk dada, putting susu, bunyi jantung, dan
pernafasan. (Sudarti, 2013)
(8) Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, bentuk,
perdarahan tali pusat, dinding perut, adanya benjolan,
gastroskisis, omfalokel. (Sudarti, 2013)
(9) Kulit
Memeriksa adanya laserasi, tanda lahir, ruam, mongolian,
memar, dan setiap trauma kelahiran. (Chapman, 2006)
(10) Genetalia
Kelamin laki-laki : testis berada dalam penis berlubang
dan ada di ujung penis. Kelamin perempuan : vagina,
uretra berlubang, labia mayora, dan labia minora.
(Sudarti, 2013)
(11) Ekstermitas
Adakah kelainan seperti polidaktili atau sinidaktili,
adakah tulang yang retak misalnya clavikula. (Varney,
2007)
(12) Tulang Punggung
Adakah kerusakan yang terlihat misalnya masa, lekuk
atau tonjolan. (Varney, 2007)
(13) Anus
Berlubang atau tidak, fungsi spingter ani. (Sudarti, 2013)
d) Pemeriksaan Reflek
(1) Reflek morro
Tangan pemeriksa menyangga pada punggungg dengan
posisi 45 derajat, dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan
10 derajat, normalnya akan terjadi abduksi sendi bahu
dan ekstensi lengan. (Dewi, 2012)
(2) Reflek rooting
Yaitu mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut. (Dewi, 2012)
(3) Reflek walking
Yaitu bayi akan menunjukkan respon berupa gerakan
berjalan dan kaki akan bergantian dari fleksi ke ekstensi.
(Dewi, 2012)
(4) Reflek grasping
Bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksa
meletakkan jari telunjuk pada palmar yang ditekan
dengan kuat. (Dewi, 2012)
(5) Reflek sucking
Reflek menghisap dan menelan yaitu dilihat pada waktu
bayi menyusu. (Dewi, 2012)
(6) Reflek tonic neck
Letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar kepala ke
satu sisi dengan badan ditahan, ekstermitas terekstensi
pada sisi kepala yang diputar, tetapi ekstermitas padda ssi
lain fleksi. Pada keadaan normal, bayi akan berusaha
untuk mengembalikan kepala ketika diputar ke sisi
pengujian saraf asesori. (Dewi, 2012)
e) Pemeriksaan Antropometri
(1) Lingkar kepala
Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan pita
melingkar pada lingkar oksipito-frontal. Pengukuran
yang dicatat adalah rata-rata dari tiga kali pengukuran,
normlanya pada bayi 32-37 cm. (Chapman, 2006)
(2) Lingkar dada
Deteksi dini bayi berat lahir rendah, normalnya adalah
30-38 cm. (Putra, 2012)
(3) Berat badan
Menimbang berat badan tujuannya untuk mengetahui
pertumbuhan bayi sehingga diketahui normal atau
tidaknya pertumbuhannya. Berat badan normal bayi
adalah 2500-4000 gram. (Putra, 2012)
(4) Panjang badan
Bervariasi antara 48-52 cm. (Dewi, 2012)
f) Pola Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya BAK lebih dari 6 kali per
hari. Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau
atau mengandung lender atau darah. (Sudarti, 2013)
g) Data Penunjang
Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium
(Sulistyawati, 2009)
b. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini melakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis, masalah, dan kebutuhan bayi berdasarkan data-data yang
telah dikumpulkan. (Sudarti, 2013)
1) Diagnose kebidanan
Menurut Hani dkk (2010), diagnose kebidanan adalah diagnose
yang tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standart nomenklatur diagnosis kebidanan.
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang menggambarkan
pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui
anamnesis tanda gejala subjektif yang diperoleh dari
bertanya dari pasien dan atau keluarga. (Rukiyah dkk, 2009)
b) Data Objektif
Data objektif adalah data yang menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, yang
dirumuskan dalam data focus. (Rukiyah dkk, 2009)
2) Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
(Hani dkk, 2010)
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan
dengan melakukan analisis data. (Hani dkk, 2010)
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnose
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi memungkinkan
dilakukan pencegahan dan kolaborasi dengan dokter dapat
dilakukan, menunggu sambil menunggu pasien, bidan bersiap-siap
bila masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007).
d. Langkah IV : Antisipasi
Pada langkah ini perlunya tindakan segera bidan atau dokter dan
atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi bayi.
(Sudarti, 2013)
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose
yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi
pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan
dengan kerangka pedoman antisipasi bagi pasien tersebut yaitu apa
yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010)
f. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009).
g. Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan
yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang
dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan
secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien. (Hidayat, 2008)

C. MODEL DOKUMENTASI
a) Catatan Pengertian SOAP
SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap dan
bermanfaat bagi bidan atau pemberian asuhan yang lain mulai dari data
subjektif, data objektif, analisa dan penatalaksanaan.
b) Tujuan catatan SOAP
1. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan yang diberikan
2. Memungkinkan berbagai informasi antara pemberian asuhan
3. Memfasilitasi asuhan yang berkesinambungan
4. Mengevaluasi asuhan yang diberikan
5. Memberikan data untuk riset,catatan nasional dan
statistic,mortalitas dan morbiditas
c) Manfaat catatan SOAP
1. Sebagai kemajuan informasi yang sistematis dan mengorganisir
pertemuan data kesimpulan mbidan menjadi rencana asuhan.
2. Penyaringan intisari dari proses pelaksanaan untuk penyediaan
dokumentasi asuhan.
d) Tahap-tahap SOAP

S : Subyektif data
Adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang
disampaikan klien kepada bidan (ekspresi verbal dari pasien ).
O : Obyektif data
Adalah data yang diperoleh dari observasi dan pemeriksaan (
pengamatan pada pasien meliputi tingkah laku dan hasil dari
pemeriksaan fisik dan penunjang ).

A : Analisa
Mengatakan masalah atau diagnosa dan kebutuhan yang terjadi
atas dasar subyektif dan obyektif (kesimpulan yang di dapat dari
kondisi pasien meliputi data dasar obyektif dan subyektif yang
selanjutnya ditulis dalam format diagnosa kebidanan)

P : Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sesuai dengan masalah dan diagnosa
(mengacu kepada permasalahanya) dan evaluasi sesuai hasil yang
telah dilakukan

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR NORMAL


PADA BAYI NY. W USIA 1 JAM
DI PUSKESMAS GANTIWARNO

NO/Kode ketrampilan : No. Dokumen :

Hari, tanggal : Selasa, 16 Januari 2019


Jam : 01.20 WIB
Tempat : BPM D. Winarni Gantiwarno
Pengkaji : Aisyiah Amanda Putri

I. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas
Bayi

Nama : Bayi Ny. F


Tanggal/Jam lahir : 03 Januari 2019, 13.30 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan

Orang Tua
Nama Ibu : Ny. W Nama Suami : Tn. W
Umur : 34 tahun Umur : 33 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Teluk RT02 RW04 Alamat : Teluk RT02 RW04
Kragilan, Gantiwarno Kragilan, Gantiwarno

b. Data Kebidanan
a. Riwayat Obstetrik : G1P1A0 UK : 39 minggu
b. Frekuensi ANC 12 kali di BPM dan puskesmas

c. Imunisasi TT : 3 kali,
TT 1 calon pengantin
TT 2 di berikan tanggal 7-4-2018
TT 3 di berikan tanggal 18-10-2018

d. Obat-obatan/jamu yang diminum


Ibu mengatakan tidak minum jamu, hanya minum suplemen tablet
tambah darah, asam folat,vitamin B dan kalsium laktat dari bidan.
d. Kenaikan berat badan : 10 kg
e. Riwayat penyakit penyerta : Tidak ada
f. Komplikasi selama hamil : Tidak ada
g. Riwayat persalinan terakhir
Tanggal/jam : 16 Januari 2019, 00.20 WIB
Jenis persalinan : spontan
Penolong : Bidan
Tempat persalinan : BPM D.Winarni
Komplikasi : Tidak ada

d. Keadaan BBL
a. Antropometri
Berat badan lahir : 3000 gram
Panjang badan lahir : 46 cm
Lingkar kepala : 30 cm
Lingkar dada : 30 cm
b. APGAR Score

Nilai Waktu (menit)


Jenis
0 1 2 1 5 10
Warna kulit Tubuh merah, Seluruh tubuh
Pucat/biru 1 2 2
(Appearance) ekstremitas biru kemerahan
Denyut jantung
Tidak ada < 100 x/menit >100 x/menit 2 2 2
(Pulse)
Refleks
Tidak ada Gerakan sedikit Reaksi melawan 1 2 2
(Grimace)
Tonus Otot Ekstremitas fleksi
Lumpuh Gerakan aktif 1 1 2
(Activity) sedikit
Pernapasan
Tidak ada Lambat Menangis kuat 2 2 2
(Respiration)
Jumlah 8 9 10

c. Keadaan Fisik : Baik


d. Penanganan awal bayi baru lahir
- Mengeringkan bayi dan pemotongan tali pusat

- Membersihkan jalan nafas


- Inisiasi Menyusu Dini
II. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Tanda-tanda vital

Suhu : 36,7 ºC
Pernapasan : 38 x/menit
Denyut jantung : 140 x/menit
c. Berat badan lahir : 3000 gram

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : rambut hitam; tidak ada caput succedaneum, tidak ada


cephal hematoma
b. Telinga : simetris, terdapat lubang dan daun telinga, tidak
ada kelainan

c. Mata : simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi, sklera tidak


kuning, konjungtiva tidak pucat, mata tidak juling
d. Hidung : simetris, terdapat dua lubang hidung dengan sekat,
tidak ada pernapasan cuping hidung
e. Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada,
Lingkar dada 30 cm
f. Ekstremitas atas : simetris, jumlah jari tangan kanan 5 tangan kiri 5,
gerakan aktif, reflek genggam baik
g. Perut : tidak kembung, tidak ada benjolan, tidak ada
tanda-tanda infeksi
h. Genetalia, anus : terdapat labia mayora dan labia minora, terdapat
lubang uretra dan lubang vagina
terdapat lubang pada anus
i. Ekstremitas bawah: simetris, jumlah jari kaki kanan 5 jari kaki kiri 5,
tidak ada kelainan
j. Punggung : tidak ada spina bifida, tidak ada kelainan
k. Kulit : terdapat lanugo, sedikit verniks kaseosa, kulit
berwarna kemerahan, tidak ada kelainan
REFLEKS

a. Reflek Morro : positif, ada refleks ketika dikejutkan


b. Reflek Rooting : positif, ada respon mencari puting
c. Reflek Sucking : positif, ada respon ingin menghisap
d. Reflek Grasping : positif, ada respon ingin menggenggam
e. Reflek plantar : positif, ada respon ketika bagian bawah jari
kaki disentuh
3. Pola pemenuhan kebutuhan dasar
a. Nutrisi : ASI secara on demand, tidak ada keluhan
b. Eliminasi : BAB 1 kali sesat setelah lahir berupa meconium
Dan belum BAK
c. Hygiene : Bayi belum dimandikan
d. Perawatan tali pusat : Tali pusat dibungkus kasa bersih kering

III. ANALISA

a. Diagnosa

Bayi Ny. F lahir normal cukup bulan dengan berat badan 3000 gram sesuai
masa kehamilan usia 1 jam

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Memberikan injeksi vitamin K 0,1 ml pada paha kiri bayi secara IM untuk
pencegahan terjadinya perdarahan otak

IV. PENATALAKSANAAN (tanggal 16 Januari 2019, jam 01.20 WIB)

1. Melakukan penilaian selintas pada bayi bari lahir (16 Januari 2019, jam
00.20)
Telah dilakukan penilaian selintas, bayi menangis kuat, gerak aktif, warna
kulit kemerahan

2. Meberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan pada bayi baru lahir usia 1 jam
meliputi HR = 140 x/menit, RR = 38 kali/menit, T = 36,7ºC, BB = 3000
gram, PB = 46 cm

Ibu telah mengerti hasil pemeriksaan pada bayinya bahwa bayi dalam
keadaan baik,

3. Beri salep mata oxytetra 1 % dan vitamin K 1 mg (diambil 0,1 ml) pada 1/3
paha kiri anterolateral secara IM

Telah di berikan salep mata dan injeksi vitamin K telah diberikan kepada
bayi.

3. Menjaga kehangatan bayi dengan cara membedong bayi dan mengenakan


topi bayi

Telah di lakukan bedong bayi untuk menjaga kehangatan bayi

4. Mengajarkan kepada Ibu cara menyusui yang benar

Ibu telah mengerti cara menyusui yang benar dan dapat memperagakan
ulang.

5. Menganjurkan Ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa


makanan pendamping ASI, pemberian ASI secara on demand

Ibu bersedia memberikan ASI Eksklusif dan menyusui secara on demand,


kapanpun bayi mau minimal setiap 2 jam.

6. Memberitahu Ibu tanda bahaya bayi baru lahir antara lain demam, tidak mau
menyusu, bayi kedinginan (hipotermi) atau lebih panas (hipertermi), lemas
dan mengantuk terus, tali pusat berdarah dan bau.
Ibu sudah mengerti apa saja tanda bahaya bayi baru lahir.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menyajikan pembahasan dengan membandingkan antara


praktek dengan teori manajemen asuhan kebidanan bayi baru lahir yang diterapkan
pada By. Ny. W pada pemeriksaan asuhan kebidanan bayi baru lahir.
Pada pemeriksaan keadaan bayi baru lahir meliputi Antropometri, APGAR
Score, dan penanganan awal bayi baru lahir. Pemeriksaan antopometri dilakukan
untuk mengetahui keadaan tumbuh kembang fisik pada bayi, untuk menilai gangguan
adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke luar uterus, dan menenukan
apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu atau tempat perawatan khusus.
Antropometri pada bayi Ny. W meliputi berat badan 3000 gram, panjang badan 46
cm, lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 30 cm. Bayi Ny.W dalam keadaan normal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2006) yang menyatakan bahwa ciri – ciri
bayi baru lahir memiliki berat badan 2500-4000 gram, panjang badan 48 - 52 cm,
lingkar dada 30- 38 cm, lingkar kepala 32- 35 cm.
Sedangkan pada APGAR Score pada menit pertama, menit ke-5 dan menit ke-
10 yaitu 8/9/10 dikategorikan bayi dalam keadaan normal sesuai dengan teori
Sarwono (2006) yang menyatakan bahwa bayi normal menunjukkan bayi dalam
kondisi baik dengan nilai APGAR 8-10.
Pada Bayi Ny.W sudah dilakukan perawatan tali pusat dengan
ditutup/dibungkus dengan kassa bersih dan kering. Hal ini sudah sesuai dengan teori
APN (2008)yang mengatakan bahwa cara perawatan tali pusat agar tidak terjadi
peningkatan infeksi, yaitu dengan membersihkan luka hanya dengan air bersih
selanjutnya dikeringkan dan ditutup dengan kassa kering.
Injeksi vitamin K dan salep mata telah diberikan kepada bayi Ny. W satu jam
setelah kelahiran. Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K 1 mg secara IM di
paha kiri anterolateral untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi
vitamin K. Pemberian salep mata antibiotika pada kedua mata untuk merawat mata
bayi dan mencegah infeksi pada mata bayi.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam laporan kasus asuhan kebidanan
bayi baru lahir normal pada bayi Ny. W usia 1 jam di BPM D. Winarni
Gantiwarno yaitu pada tahap pengkajian data yang terdiri atas data subjektif
dan data objektif diperoleh data secara lengkap. Data yang didapatkan dalam
pengkajian digunakan sebagai dasar dalam menentukan diagnosa atau
masalah yang mungkin terjadi. Bayi Ny. W tidak mengalami keadaan gawat
darurat, sehingga tidak ada masalah potensial maupun tindakan segera.
Pada penatalaksanaan rencana tindakan disusun berdasarkan keadaan
yang dialami oleh bayi dan kebutuhan bayi. Setelah rencana tindakan telah
tersusun dengan baik, maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan rencana
tindakan yang telah disusun sebelumnya. Evaluasi yang didapat berdasarkan
asuhan kebidanan yang diberikan, bayi mengalami kemajuan dalam keadaan
kesehatannya.

I. Saran
1. Bagi orang tua bayi
Diharapkan ibu dan bapak lebih mengetahui dan memperhatikan kondisi
bayinya.
2. Bagi instansi kesehatan(Bidan)
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal sehingga
meningkatkan kepuasan klien dan menurunkan angka kematian ibu dan
bayi.
3. Bagi instansi pendidikan
Dapat memberikan bimbingan langsung secara intensif dan berkala
kepada mahasiswa dilapangan sesuai dengan kasus yang ditemui.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan Edisi 3. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan Edisi 2 Jilid 4. Jakarta : YBP-SP.

Varney, H. Et, all. 2007. Buku Ajar Kebidanan Edisi 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai