Anda di halaman 1dari 40

Tugas 1 Ringkasan Jurnal

KONSEP DASAR ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH

Disusun Oleh :

Nama : Putri Amun Arsyad

NIM : 751540119026

Kelas : IIA Kebidanan

Dosen : Ibu Endah Yulianingsih, SST, M. Kes

POLITEKNIK KESEHATAN GORONTALO

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

1
T.A 2019

2
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Konsep Dasar Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah”
dengan baik. Makalah ini kami susun guna melengkapi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah
            Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang kami temui.
Namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini kami ucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Dosen pengajar mata kuliah ini.
Kritik dan saran konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan
penyusunan selanjutnya. Akhirnya penulis tetap berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Gorontalo, 05 Agustus 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................1

B. Tujuan...........................................................................................1

C. Manfaat.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................3

A. Ruang Lingkup Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Prasekolah..3

1. Pengertian...............................................................................3

2. Klasifikasi.................................................................................3

3. Ciri-ciri......................................................................................4

4. Tahapan Bayi Baru Lahir.........................................................5

B. Pencegahan Infeksi......................................................................6

C. Rawat Gabung..............................................................................9

D. Hukum dan Perundang-undangan................................................14

BAB III PENUTUP...................................................................................18

A. Kesimpulan ..................................................................................18

B. Saran.............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan

lahir 2500 - 4000 gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.

Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi

selama jam pertama setelah kelahiran. Kehidupan pada masa neonatus

sangat rawan oleh karena itu apabila bidan tidak peka terhadap tanda

dan gejala yang timbul maka hal ini akan sangat berbahaya bagi bayi

serta memerlukan penyesuaian fisiologis agar bayi di luar kandungan

dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka

kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan dua per tiga

kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus

(Jamil, 2017)

B. Tujuan

Jadi, tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja

konsep dasar asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah

1
C. Manfaat

1. Bagi mahasiswa
Memberikan informasi pada mahasiswa sehingga mengetahui
informasi yang baik dan benar tentang konsep dasar asuhan
neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
2. Bagi fakultas
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk pihak kampus
tentang pentingnya pengetahuan mengenai konsep dasar asuhan
neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
3. Bagi profesi
Makalah ini diharapkan dapat berguna bagi para perawat maupun
bidan agar dapat membantu mensosialisasikan tentang pengetahuan
mengenai konsep dasar asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra
sekolah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan anak Prasekolah

1. Pengertian Neonates, Bayi, Balita dan anak Prasekolah

Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan

lahir 2500 - 4000 gram, dengan nilai apgar >7 dan tanpa cacat

bawaan.

Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan

harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan

ekstra uterin.Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama

kehidupan. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi

(masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa

kehamilan): 1. Neonatus cukup/ kurang/ lebih bulan. 2. Sesuai/ kecil/

besar ukuran masa kehamilan. (Rudolph, 2015).

2. Ciri-ciri Neonatus, Bayi, Balita dan anak Prasekolah

Neonatus memiliki ciri berat badan 2500-4000 gram, panjang badan

48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi

jantung 120-160x/menit, pernafasan 40-60x/menit, kulit kemerah-

3
merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup, memiliki rambut

lanugo, kuku agak panjang dan lemas, pada genetalia labia mayora

sudah menutupi labia minora dan pada testis sudah turun, penis

berlubang, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama dengan

berwarna hijau kecoklatan. (Saputri, 2019)

3. Klasifikasi Neonatus

a. Gangguan pertumbuhan alat-alat tubuh

1) Tidak terbentuk seluruh/bagian alat tubuh : fokomelia ( catat

pada tangan), makrosomia (berat berlebihan) anenselofalia,

ginjal tunggal.

2) Di bentuk denga ukuran lebih kecil dari ukuran normal :

mikrosefalus, makromelia

b. Gangguan diferensiasi alat tubuh : sindaktili, ginjal, ladam kuda.

c. Gangguan dalam fusi jaringan tubuh : labioskhisis, palatoskhisis

dan spina bidfidad.

d. Transposisi/dislokasi alat tubuh : jantung kanan dan hati di kiri

e. Alat-alat yang seharusnya hilang dalam pertumbuhan tapi tidak

menghilang : sakus hemia persisten, divertikum meckel, kista

brachial dan kista tireglusus

f. Gangguan invaginasi ( perlubangan) suatu jaringan tubuh : atresia

ani, atresia vagina.

g. Gangguan migrasi alat tubuh : undensensus testis, malrotasi usus

4
h. Reduplikasi alat-alat : polidaktili, ureter ganda

i. Pertumbuhan berlebihan, tidak terkontrol: angioma

j. Gangguan terbentuknya saluran-saluran : hispodia, atresia duktus

kholedekus congenital

k. Hipertofi pertumbuhan suatu alat : stenosis pylorus kongenetal.

(Saputri,2019)

Klasifikasi neonatus menurut Marni (2015):

a. Neonatus menurut masa gestasinya

1) Kurang bulan (preterm infan):<259 hari ( 37 minggu)

2) Cukup bulan (term infant) : 259- 294 hari (37-42 minggu)

3) Lebih bulan( postterm infant) :>294hari (42 minggu)

b. Neonatus menurut berat lahir :

1) Berat lahir rendah : <2500 gram.

2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram.

3) Berat lahir lebih :>4000 gram.

4. Tahapan Bayi Baru Lahir

a. Tahapan 1 terjadi setelah lahir selama menit-menit pertama

kelahiran, pada tahap ini di gunaka sistem scoring apgar untuk

fisik scoring gray untuk intraksi bayi dan ibu.

b. Tahapn 2 di sebut tahap tradisional rektivitas pada tahap 2 di

lakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya

perubahan prilaku.

5
c. Tahap 3 di sebut periodik, pengkajian di lakukan setelah 24 jam

pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh. (Dwienda, dkk.

2014)

B. Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap

komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi

karena sisitem imunitasnya yang masih belum sempurna. Bayi baru lahir

beresiko tinggi terinfeksi apabila ditemukan : ibu menderita eklampsia;

ibu dengan diabetes miletus; ibu mempunyai penyakit bawaan.

1. Infeksi pada Neonatus (Jamil, dkk. 2017)

Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada bayi berat badan

lahir rendah. Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara.

Blame membaginya dalam 3 golongan :

a. Infeksi antenatal

Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke placenta.

Kuman yang melewati batas plasenta dan mengadakan

perkembangbiakan. Infeksi ini bisa masuk ke janin melalui vena

umbilikalis. Kuman memasuki janin melalui beberapa jalan, yaitu

virus : rubella, spirokaeta : sifilis, dan bakteria

b. Infeksi Intranatal

Kuman dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion

setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama mempunyai peran

6
penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat

pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus

lama. Janin terkena infeksi karena mengihalasi liquor yang septic

sehingga kuman-kuman memasuki peredaran darahnya dan

menyebabkan septikemia (keracunan darah oleh bakteri

patogenik).

c. Infeksi postnatal

Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap. Infeksi ini terjadi

sebagai akibat penggunaan alat, atau perawatan yang tidak steril.

Infeksi pada bayi cepat sekali meluas menjadi infeksi umum,

sehingga gejalanya tidak tampak lagi. Walaupun demikian

diagnosis dini dapat dibuat kalau kita cukup waspada bahwa

kelainan tingkah laku bayi dapat merupakan tanda-tanda

permulaan infeksi umum. Kalau bayi BBLR selama 72 jam

pertama tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit tertentu, tiba-

tiba tingkah lakunya berubah, maka hal ini mungkin disebabkan

oleh infeksi, melalui gejalanya yaitu malas minum, gelisah,

frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba-tiba turun,

pergerakan kurang, diare, dan kejang.

2. Kewaspadaan Pencegahan Infeksi

7
Sebaiknya ibu atau siapapun yang kontak dengan bayi harus

memiliki kewaspadaan akan terjadinya penularan infeksi.

Kewaspadaan tersebut dapat dibangun melalui hal-hal berikut :

a. Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi

menularkan infeksi

b. Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis

alkohol sebelum dan sesudah merawat bayi

c. Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan

d. Gunakan pakaian pelindung seperti celemek atau gaun lainya bila

diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh

lainya.

e. Bersihkan dan bila perlu lakukan desinfeksi peralatan serta

barang yang digunakan sebelum daur ulang

f. Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin

g. Letakan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan,

misalnya bayi dengan diare yang terinfeksi di dalam ruangan

khusus. ( Dwienda, dkk. 2014)

3. Cara Pencegahan Infeksi

Berikut adalah beberapa cara untuk melakukan pencegahan

infeksi

a. Cuci tangan dengan sabun dan air atau gunakan cairan

pembersih tangan berbasis alkohol, pada saat sebelum dan

8
sesudah merawat bayi, sesudh melepas sarung tangan, dan

sesudah memegang instrumen atau barang yang kotor.

b. Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainya untuk cuci

tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.

c. Basahi kedua telapak tangan dengan mencuci tangan selama 10-

15 detik dengan sabun dan air mengalir, setelah itu biarkan

tangan kering di udara atau keringkan dengan handuk.

d. Membersihkan tangan dengan cairan alkohol yang dibuat dari 2

ml gliserin dan 100 ml alkohol 60 %.

e. Gunakan alat-alat perlindungan pribadi

f. Bila memungkinkan pakialah sepatu tertutup

g. Gunakan sarung tangan untuk melakukan tindakan berikut :

a. Memegang atau kontak dengan kulit yang lecet, jaringan dibawah

kulit atau darah (gunakan sarung tangan steril atau DTT)

b. Memegang atau mukosa atau cairan tubuh (gunakan sarung

kontak dengan membran tangan bersih)

c. Memegang atau kontak dengan barang yang terkontaminasi serta

akan membersihkan atau membuang kotoran (gunakan sarung

tangan tebal dari bahan karet atau lateks)

h. Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan. ( Dwienda, dkk.

2014)

C. Rawat Gabung / Rooming in

9
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu

beserta bayinya dalam ruangan, kamar, atau suatu tempat secara

bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam sehari

guna mendapatkan ASI eksklusif dan melancarkan proses laktasi.

(Dwienda, dkk. 2014)

Jenis rawat gabung dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Rawat Gabung continue : bayi tetap berada disamping ibu selama 24

jam.

2. Rawat Gabung parsial : ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam

beberapa jam seharinya. Misalnya pagi bersama ibu sementara

malam hari dirawat di kamar bayi.

Tujuan dilakukannya rawat gabung antara lain :

1. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau

kapan saja saat dibutuhkan

2. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar

seperti yang dilakukan oleh petugas

3. Ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat

bayinya

4. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung

dan membantu ibu dlam menyusui dan merawat bayinya secara baik

dan benar.

5. Ibu dan bayi mendaptakan kehangatan emosional.

10
Sasaran dan Syarat Rawat Gabung (Dwienda, dkk. 2014)

Sasaran dan syarat dilakukannya rawat gabung adalah sebagai

berikut:

1. Bayi lahir spontan, jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat

gabung bisa dilakukan setelah bayi cukup sehat

2. Bayi yang lahir secara sectio caesaria (SC) dengan anastesi umum,

rawat gabungnya pun dilakukan setelah ibu dan bayi sdar penuh

3. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR minimal 7)

4. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih

5. Berat lahir 2000-2500 grm atu lebih

6. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum

7. Bayi dan ibu sehat

Sementara itu, kondisi bayi yang tidak memenuhi syarat ntuk

dilakukannya rawat gabung adalah sebagai berikut :

1. Bayi yang sangat prematur

2. Berat kurang dari 2000-2500 gram

3. Bayi dengan sepsis

4. Bayi dengan gangguan nafas

5. Bayi dengan cacat bawaan berat

6. Ibu dengan infeksi berat.

Manfaat Rawat Gabung (Dwienda, dkk. 2014)

11
Manfaat yang bisa didapatkan jika dilakukan rawat gabung pada ibu

dan bayi adalah sebagai berikut:

1. Fisik

Bila ibu dekat dengan bayinya maka ibu akan mudah untuk

melakukan perawatan sendiri. Dengan perawatan sendiri dan

pemberian ASI sedini mungkin, maka akan mengurangi kemungkinan

terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau petugas kesehatan.

2. Fisiologis

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui

dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan pross fisiologis

yang alami, dimana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai

dan baik. Bagi ibu yang menyusui akan timbul reflek oksitosin yang

dapat membantu proses fisiologis involusi rahim.

3. Psikologis

Dari segi psikologis akan seger terjalin proses lekat akibat

sentuhan badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut akan berpengaruh

terhadap pertumbuhan psikologis bayi. Selain itu kehangatan tubuh

ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.

4. Edukatif

Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu

menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama

di RS atu di Rumah bersalin ibu akan melihat, belajar, dan mendapat

12
bimbingan mengenai cara menyusui secara benar, cara merawat

payudara, tali pusat, memandikan bayi, dll.

5. Ekonomi

Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi rumah sakit,

terutama RS pemerintah hal tersebut merupakan suatu penghematan

terhadap anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, boto

susu dll. Beban perawat jadi lebih ringan karena ibu berperan besar

dalam merawat bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan lain.

6. Medis

Secara medis, pelaksanaan rawat gabung dapat menurunkan

terjadinya infeksi nosokomial pada bayi, serta menurunkan angka

morbilitas dan mortalitas ibu maupun bayinya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rawat Gabung

(Dwienda, dkk. 2014)

1. Peranan sosial budaya

Kemajuan teknologi, perkembangan industri, urbanisasi dan

pengaruh kebudayaan berat menyebabkan pergeseran nilai sosial

budaya masyarakat. Memberikan susu formula dianggap modren

karena dapat menyamakan kedudukan seseorang ibu golongan

bawah dengan ibu-ibu golongan atas.

2. Ekonomi

13
Beberapa wanita memilih bekerja di luar rumah. Hal ini dilakukan

bukan karena tuntutan ekonomi, melainkan karena status prestise

atau memang dirinya dibutuhkan.

3. Peranan tata laksana RS/RB

Peran tata laksana yang menyangkut kebijakan RS/RB sangat

penting, mengingat saat ini banyak ibu menginginkan untuk bersalin di

pelayanan kesehatan yang lebih baik.

4. Dalam diri ibu sendiri

a. Keadaan gizi ibu

b. Pengalaman/sikap ibu terhadap menyusui

c. Keadaan emosi

d. Peran masyarakat dan pemerintah

D. Hukum dan Perundang-undangan

1. Aspek hukum pada anak

Hukum anak sebenarnya memiliki makna yang tidak terbatas

pada persoalan peradilan anak, namun lebih luas dari itu. Undang-

undang No. 23/2002 Tentang perlindungan anak telah membantu

memberikan tafsir, apa-apa saja yang menjadi bagian hukum anak di

Indonesia yang di mulai dari hak keperdaataan anak di bidang

pengasuhan, perwalian dan pengangkatan anak, juga mengatur

masalah ekspoliatasi anak-anak di bidang ekonomi, sosial dan

seksual. Persoalanan lain yang di atur dalam hokum perlindungan

14
anak adalah bagaimana penghukuman bagi orang dewasa yang

melakukan kejahatan pada anak-anak dan juga tanggung jawab

orang tua, masyarakat dan negara dalam melindunnggi anak-anak.

Perlindungan hukum bagi anak mempunyai spectrum yang luas.

Dalam berbagi dokumen dan pertemuan internasional terlihat bahwa

perlunya perlindungan hukum bagi dapat meliputi berbagai aspek,

yaitu :

a. Perlindungan terhadap hak-hak asasi dan kebebasan anak

b. Perlindungan anak dalam proses peradilan

c. perlindungan kesejahteraan anak (dalam lingkungan keluarga,

pendidikan dan lingkungan sosial)

d. perlindungan anak penahanan dan perampasan kemerdekaan

e. perlindungan anak segala bentuk eksplotasi (perbudakaan,

perdagangan anak, pelacur, pornografi, perdagangan atau

penyalahgunaan obat-obatan, memperalatan anak dalam

melakukan kejahatan, dan sebagainya)

f. perlindungan terhadap anak-anak jalanan

g. perlindungan anak dari akibat-akibat peperangan/konflik

bersenjata

h. perlindungan anak terhadap tindakan kekerasan (Setiyani, dkk.

2016)

2. Perundang–undangan anak

15
Anak adalah suatu potensi tubuh kembang suatu bangsa di masa

depan, yang memiliki sifat dari cirri khusus, kekhususan ini terletak

pada sikap perilaku di dalam memahami dunia, yang mesti

dihadapinya. Menurut pusat penerangan hukum kejakssan Agung R.I

2007 , anak adalah suatu potensi tumbuh kembang suatu bangsa di

masa depan, yang memiliki sifat dan ciri khusus. Kekhususan ini

terletak pada sikap dan perilakunya di dalam memahami dunia, yang

mesti dihadapinya.

Kebijakan Pemerintah RI

a. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak

dilahirkan selama 6 bulan kecuali atas indikasi medis (pasal 128 ayat

1 UU no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan)

b. Selama pemberian ASI, baik pihak keluarga, pemerintah, pemerintah

daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh

dengan penyedian waktu dan fasilitas khusus ( pasal 128 ayat 2 UU

No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan)

c. Pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu sumber daya

manusia

d. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai bayi berusia 6

bulan dan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun

e. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan milik pemerintah

maupun swasta

16
f. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan ASI, sehingga dalam

hal peningkatan pemberian ASI, sehingga petugas tersebut terampil

dalam melaksanakan penyuluhan pada masyarakat luas

g. Pencanangan peningkatan penggunaan ASI secara nasionl pada

peringatan hari ibu ke-62 (tahun 1990)

h. Upaya penerapan sepuluh langkah untuk berhasilnya program

menyusui di semua RS, RB, dan puskesmas dengan tempat tidur.

(Dwienda, dkk. 2014)

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep dasar asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah

adalah suatu pembahasan dimana di dalam nya ada lingkup asuhan

neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah dan membahas tentang

pencegahan infeksi dimana ketika bayi baru lahir sangat rentan terhadap

beberapa infeksi yang terpapar di rumah sakit maupun di puskesmas

terutama infeksi nosokomial nah dengan rawat gabung maka

terpaparnya bakteri nosokomial ini akan lebih sedikit karena bersatu nya

bayi dan ibu nya di satu ruangan, serta membahas tentang hukum dan

perundang-undangan.

B. Saran

Berdasarkan makalah diatas bahwa saran yang dapat disampaikan,

diharapkan pembaca dapat memahami dan menerapkan dengan baik

dan benar untuk dapat menegakkan diagnosa pada bayi baru lahir dan

untuk dapat mengaplikasikan dalam tindakan maupun pelaksanaan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dwienda, dkk. 2014. Bahan ajar asuhan kebidanan neonatus, bayi/balita

dan anak prasekolah untuk para bidan. Yogyakarta: CV Budi Utama

Jamil, dkk. 2017. Asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita, dan anak

pra sekolah. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta

Marmi, 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Saputri, 2019. Modul teori asuhan neonatus, bayi, balita, dan anak pra

sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pranala

Setiyani, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak

Pra Sekolah. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Anda mungkin juga menyukai