Anda di halaman 1dari 27

Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah

Lingkup Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

Nama : Rina Dwiana Daaliuwa

Nim : 751540119028

Kelas : IIA DIII Kebidanan

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah dengan judul

”Lingkup Asuhan Neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah”. Makalah ini

disusun untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Neonatus, bayi, balita dan

anak prasekolah.

Penyusun menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna

baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu, penyusun

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu. Semoga Makalah ini memberikan pengetahuan kepada para

pembaca.

Gorontalo, Agustus 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 3

C. Manfaat 3

BAB II PEMBAHASAN 4

1. Pengertian............................................................................................................ 4

2. Klasifikasi Neonatus 5

3. Pencegahan Infeksi 6

4. Konsep Rawat Gabung 8

5. Kebijakan Pemerintah RI 14

BAB III PENUTUP 16

A. Kesimpulan 16

B. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Tiga

faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu

maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang

paling dramatik dan cepat berlangsung adalah pada sistem pernapasan.

Bayi baru lahir juga di namakan neonatus merupakan individu yang

sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat

melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intra uterine ke kehidupan ekstra

uterine. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42

minggu dan berat badan badanya 2.500-4000 gram (Jamil,dkk,2017).

Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat meningkat

kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil. Tujuan asuhan kebidanan

yang lebih luas selama ini adalah memberikan komprehensif kepada bayi baru

lahir pada saat ia dalam ruang rawat,untuk mengajarkan orang tua bagaimana

merawat bayi mereka, dan untuk memberI motivasi terhadap upaya pasangan

menjadi orang tua, sehingga orang tua menjadi percaya diri dan mantap.

Adaptasi BBL terhadap kehidupan di luar uterus pada waktu kelahiran, sejumlah

1
adaptasi fisik psikologi mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena

perubahan dramatis ini, bayi memerlukan pemantau ketak untuk menentukan

bagaimana dia membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupan di luar

uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat meningkat

kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil. Tujuan asuhan kebidanan

yang lebih luas selama ini adalah memberikan komprehensif kepada bayi baru

lahir pada saat ia dalam ruang rawat,untuk mengajarkan orang tua bagaimana

merawat bayi mereka, dan untuk member motivasi terhadap upaya pasangan

menjadi orang tua, sehingga orang tua menjadi percaya diri dan mantap.

Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai

dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bayi baru

lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang di sebabkan oleh paparan atau

kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun

beberapa saat setelah lahir. Beberapa mikroorganisme harus diwaspadai

karena dapat di tularkan lewat percikan darah dan cairan tubuh misalnya virus

HIV, hepatitis B, dan hepatitis C, sebelum menangani BBL, pastikan penolong

persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi. Rawat gabung adalah

suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru di lahirkan tidak di

pisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan (Noordiati, 2019).

B. Tujuan

2
Untuk mengetahui Lingkup Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra

sekolah.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan khususnya

masahasiswa D3 kebidanan mengenai Lingkup asuhan neonatus, bayi,

balita dan anak pra sekolah.

2. Bagi Pasien

Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ibu hamil

tentang Lingkup asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah.

3. Bagi Bidan

Makalah ini diharapkan dapat memberi informasi bagi tenaga

kesehatan khususnya bidan agar mengetahui Lingkup asuhan neonatus,

bayi, balita dan anak pra sekolah.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memberikan pengetahuan dan bahan referensi perpustakaan

pada mata kuliah kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, balita dan anak

Pra Sekolah mengenai Lingkup asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra

sekolah.

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Lingkup Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan anak Pra Sekolah

1. Pengertian

Menurut saiffudin, (2002) bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir

selama satu jam pertama kelahiran.

Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi

yang lahir dengan umur kehamilan 27 minggu samapai 42 minggu dan berat

lahir 2500 gram sampai 4000 gram.

Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat

lahir antara 2500-4000gram, cukup bulan lahir langsung menangis dan

tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.

Bayi baru lahir juga dinamakan neonatus merupakan individu yang

sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus

dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intra uterine ke kehidupan

ekstra uterine. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia

kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram (Riza,

2020).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan

lebih dari atau sama dengaan 37 minggu dengan berat lahir 2500-4000

gram.

4
2. Klasifikasi Neonatus

a. Gangguan pertumbuhan alat-alat tubuh

1) Tidak terbentuk seluruh/bagian alat tubuh : fokomelia ( catat pada

tangan), makrosomia (berat berlebihan) anenselofalia, ginjal tunggal.

2) Di bentuk denga ukuran lebih kecil dari ukuran normal : mikrosefalus,

makromelia

b. Gangguan diferensiasi alat tubuh : sindaktili, ginjal, ladam kuda.

c. Gangguan dalam fusi jaringan tubuh : labioskhisis, palatoskhisis dan

spina bidfidad.

d. Transposisi/dislokasi alat tubuh : jantung kanan dan hati di kiri

e. Alat-alat yang seharusnya hilang dalam pertumbuhan tapi tidak

menghilang : sakus hemia persisten, divertikum meckel, kista brachial

dan kista tireglusus

f. Gangguan invaginasi ( perlubangan) suatu jaringan tubuh : atresia ani,

atresia vagina.

g. Gangguan migrasi alat tubuh : undensensus testis, malrotasi usus

h. Reduplikasi alat-alat : polidaktili, ureter ganda

i. Pertumbuhan berlebihan, tidak terkontrol: angioma

j. Gangguan terbentuknya saluran-saluran : hispodia, atresia duktus

kholedekus congenital

5
k. Hipertofi pertumbuhan suatu alat : stenosis pylorus kongenetal. (saputri,

2019).

3. Pencegahan infeksi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh

paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan

berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Beberapa

mikroorganisme harus diwaspadai karena dapat ditularkan lewat percikan

darah dan cairan tubuh misalnya virus HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C.

Sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan telah melakukan

upaya pencegahan infeksi (Noordiati, 2018)

Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap

komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi

karena sistem imunitasnya masih kurang sempurna (Armini Dkk, 2017).

a. Prinsip pencegahan Infeksi :

1) Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir

2) Pertimbangkan setiap orang (termasuk bayi dan staf) berpotensi

menularkan infeksi

3) Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan

4) Pakai pakaian pelindung dan sarung tangan

5) Gunakan teknik aseptik

6
6) Pegang instrumen tajam dengan hati-hati dan bersihkan jika perlu

sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan

7) Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan

buang sampah

8) Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi

nosokomial

b. Tindakan pencegahan bayi baru lahir

1) Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan

kontak dengan bayi

2) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang

belum dimandikan

3) Memastikan semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang

tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika

menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.

Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari

satu bayi

4) Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang

digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih

5) Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop

dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam

7
keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah

digunakan)

6) Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya

dengan mandi setiap hati (putting susu tidak boleh disabun)

7) Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air

bersih, hangat dan sabun setiap hari

8) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan

memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan

sebelumnya.

4. Konsep rawat gabung

Rawat gabung adalah salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi

yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah

ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh

seharinya. Hal ini merupakan waktu yang baik bagi ibu dan bayi saling

berhubungan dan dapat memberikan kesempatan bagi keduanya untuk

pemberian ASI.

Jenis rawat gabung terbagi menjadi 2 yaitu : rawat gabung continue

dimana bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam dan rawat gabung

parsial dimana ibu dan bayi bersama-sama hanya beberapa jam seharinya,

8
misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar bayi

(Noordiati, 2018).

a. Manfaat rawat gabung :

1) Ibu

Secara psikologis antara ibu dan bayi akan segera terjadi proses

lekat ( early infant mother bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan

badan antara ibu dan bayi, ibu mendapatkan kesempatan untuk

belajar merawat bayinya dan memberikan rasa percaya kepada ibu

untuk merawat bayinya. Ibu dapat memberikan ASI kapan saja bayi

membutuhkan, sehingga akan memberikan rasa kepuasan pada ibu

bahwa ia dapat berfungsi dengan baik sebagaimana seorang ibu

memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayinya. Ibu juga akan merasa

sangat dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat digantikan oleh orang

lain. Hall ini akan memperlancar produksi ASI. Secara aspek fisik

involuesi uteri akan terjadi lebih baik karena dengan menyusui akan

terjadi kontraksi rahim yang baik dan dengan merawat bayinya sendiri

itu dapat mempercepat mobilisasi

2) Bayi

Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap

perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh

9
ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi dan

bayi mendapatkan rasa aman dan terlindungi dan ini merupakan dasar

terbentuknya rasa percaya diri pada anak. Manfaat aspek fisik bayi

segera mendpatkan colostrum atau ASI jolong yang dapat

memberikan kekebalan pada tubuh atau antibody, bayi segera

mendapatkan makanan sesuai pertumbuhannya, kemungkinan infeksi

nosokomial sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi dan alergi

susu buatan berkurang

3) Keluarga

Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk

memberikan dukungan pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi

baru lahir dan lama waktu perawatan menjadi lebih pendek karena ibu

cepat pulih kembali dan bayi tidak menjadi sakit sehingga biaya

perawatan menjadi lebih sedikit

4) Petugas

Karena bayi dirawat bersama ibu maka bayi menjadi jarang

menangis dan petugas dapat melaksanakan tugas lainnya di ruang

perawatan tanpa repot menyediakan dan memberikan susu buatan

(Noordiati, 2018).

5) Edukatif

10
Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna, sehingga

mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit.

Selama ibu di RS ibu akan melihat, belajar dan mendapat bimbingan

bagaimana cara menyusui secara benar, bagaimana cara merawat

payudara, tali pusar, memandikan bayi dsb. Keterampilan ini

diharapkan dapat menjadi modal ibu untuk merawat bayi dan dirinya

sendiri setelah pulang dari RS.

6) Ekonomi

Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi RS,

terutama RS Pemerintah, hal tersebut merupakan suatau

penghematan terhadap anggaran pengeluaran untuk pembelian susu

formula, botol susu, dot serta peralatan lainnya yang dibutuhkan.

Beban perawat menjadi lebih ringan karena ibu berperan besar dalam

merawat bayinya sendiri, sehingga waktu luang dapat dimanfaatkan

untuk kegiatan lain (Armini Dkk, 2017).

b. Tujuan Rawat Gabung

1) Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin kapan saja

dibutuhkan

2) Agar ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang

benar seperti yang dilakukan oleh petugas

11
3) Agar ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat

bayinya

4) Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung

dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik

dan benar

5) Ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional (Armini dkk, 2017).

6) Memberikan bantuan emosional agar ibu dapat memberikan kasih

sayang sepenuhnya pada bayi dan memeberi kesempatan pada ibu

dan keluarga untuk mendapatkan pengalaman merawat bayi

(Noordiati, 2018).

7) Penggunaan ASI agar bayi dapat sesegara mungkin mendapat

kolostrum/ASI dan produksi ASI akan semakin banyak jika diberikan

sesering mungkin

8) Mencegah terjadinya infeksi silang

9) Dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan pada ibu

10) Memberikan stimulasi dini tumbuh kembang pada bayi

c. Sasaran dan syarat

1) Lahir spontan

2) Bila lahir dengan tindakan dilakukan setelah bayi cukup sehat

12
3) Bayi yang lahir dengan SC dengan anastesi umum dilakukan setelah

ibu dan bayi sadar penuh

4) Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR minimal 7)

5) Umur kehamilan 37 minggu atau lebih

6) Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih

7) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum

8) Bayi dan ibu sehat

d. Bayi yang tidak memenuhi syarat

1) Bayi yang sangat prematur

2) Berat kurang dari 2000-2500 gram

3) Bayi dengan sepsis

4) Bayi dengan gangguan napas

5) Bayi dengan cacat bawaan berat

6) Ibu dengan infeksi berat

e. Faktor-faktor yang berpengaruh pada keberhasilan rawat gabung

1) Peran sosial budaya

Kemajuan teknologi perkembangan, industri urbanisasi dan

pengaruh kebudayaan barat dapat menyebabkan pergesaran nilai

sosial budaya masyarakat. Memberi susu formula dianggap modern

karena kedudukannya sama dengan ibu-ibu golongan atas. Ketakutan

13
akan mengendornya payudara menyebabkan ibu enggan menyusui

bayinya. Bagi ibu yang sibuk dengan urusan diluar rumah hal inu dapat

menghambat usaha peningkatan penggunaan ASI.

2) Ekonomi

Beberapa wanita memilih bekerja diluar rumah, hal ini dilakukan

bukan karena tuntutan ekonomi, melainkan karena status prestise atau

memang dirinya dibutuhkan.

3) Peranan tata laksana RS/RB

Peranan tat laksana kebijakan RS/RB sangat penting mengingat

banyak ibu yang lebih menginginkan melahirkan di pelayanan

kesehatan yang lebih baik.

4) Dalam diri ibu sendiri

Keadaan gizi ibu, pengalaman/sikap ibu terhadap menyusui,

kedaan emosi dan keadaan payudara (Armini Dkk, 2017)

5. Kebijakan pemerintah RI

a. Inpres No. 14/1975 tentang menkokesra selaku koordinator pelaksana

menetapkan bahwa salah satu program dalam usaha perbaikin gizi

adalah peningkatan ASI

14
b. Permenkes No. 240/1985 tentang melarang produsen susu formula untuk

mencantumkan kalimat promosi produknya yang memberikan kesan

bahwa produk tersebut setara atau lebih baik mutunya daripada ASI

c. Permenkes No. 76/1975 tentang mengharuskan produsen Susu Kental

Manis (SKM) untuk mencantumkan pada label produknya bahwa SKM

tidak cocok untuk bayu dengan tulisan merah dan cukup mencolok

d. Melarang susu formula yang dimaksudkan sebagai ASI disemua sarana

pelayanan kesehatan

e. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan

dan menganjurkan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun

f. Melaksanakan rawat gabung ditempat persalinan milik pemerintah

maupun swasta

g. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal PP ASI,

sehingga petugas tersebut terampil dalam melaksanakan penyuluhan

pada masyarakat luas

h. Pencangan peningkatan penggunaan ASI oleh Bapak Presiden secara

Nasional pada peringatan Hari Ibuke 62-(tahun 1990) (Armini Dkk, 2017).

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bayi baru lahir juga dinamakan neonatus merupakan individu yang

sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat

melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intra uterine ke kehidupan ekstra

uterine. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42

minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram. Bayi baru lahir normal adalah

bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari atau sama dengaan 37

minggu dengan berat lahir 2500-4000 gram.

B. Saran

A. Saran bagi mahasiswa

Di harapkan makalah ini dapat memberikan inspirasi, pengalaman, serta

pengetahuan tentang Lingkup Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak

Prasekolah.

B. Saran bagi institusi

Di harapkan institusi lebih memberikan pengalaman serta pengetahuan

tentang Lingkup Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.

16
Daftar Pustaka

Armini Dkk, 2017. Asuhan kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta.

Dwienda Dkk, 2014. Asuhan kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah. DEEPUBLISH : CV BUDI UTAMA

Febrianti Riza, 2020. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Dengan
Perawatan Tali Pusat Terbuka. Jurnal komunikasi Kesehatan Vol. XI No.1

Jamil Dkk, 2017. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita Dan anak
Prassekolah. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhamadiyah Jakarta.

Noordiati, 2018. Asuhan kebidanan Neonatus. Bayi, Balita dan Anak


Prasekolah. Penerbit : Wineka Media.

Saputri Nurwinda, 2019. Asuhan neonatus Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Pustaka Pranala.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai