Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KONSEP DASAR ASUHAN NEONATUS

BAYI DAN BALITA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Askep Kehamilan,


Persalinan, dan Nifas Semester 1 Tahun Pelajaran 2020/2021
Dosen Pembimbing : Hasrah Murni, S.Si T., M.

Oleh

Nama : Salsa Billah Zahra

NIM : 204210424

Prodi : DIII Kebidanan Bukittinggi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESEHATAN PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat

Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Makalah Konsep Dasar Asuhan Neonatus Bayi Dan

Balita”. Adapun tujuan makalah tersebut diajukan untuk memenuhi tugas mata

kuliah Askep Kehamilan, Persalinan, dan Nifas tahun pelajaran 2020/2021.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Ikhwal ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang

tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang sifatnya meembangun demi kesempurnaan tugas-tugas yang

akan datang. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,

baik secara langsung maupun tidak langsung .

Kabupaten Lima Puluh Kota, 19 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..............................................................................................

Daftar Isi .......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................

B. Rumusan Masalah ..............................................................................

C. Tujuan ..............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Neontus.............................................................................

B. Kriteria Neonatus Normal...................................................................

C. Adaptasi Fisiologi Neonatus .............................................................

D. Konsep Asuhan Primer Neonatus sesuai PMK No. 25 tahun

2014..................................................................................................

E. Kunjungan Neonatus.........................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................

B. Saran................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki

risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan

untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan persalinan

yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kepada neonatus, bayi

dan balita. Bayi yang lahir akan mengalami adaptasi sehingga yang semula

bersifat bergantung kemudian menjadi mandiri secara fisiologis. Sebelum

diatur oleh tubuh bayi sendiri, fungsi tersebut dilakukan plasenta yang

kemudian masuk ke periode transisi.

Penelitian menunjukan bahwa,50% kematian bayi baru terjadi dalam

periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya

penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan

yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena

hipotermi akan menyebabkan hipogli komia dan akhirnya dapat terjadi

kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus di lakukan

dalam penanganan neonatal sehingga neonates sebagai organisme yang harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin dapat bertahan

dengan baik karena periode neonatal merupakan periode yang paling kritis

dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi. Proses adaptasi fisiologi

yang di lakukan bayi baru lahir perlu di ketahui dengan baik oleh tenaga

kesehatan bagi ibu, bayi dan anak. (wafi nur muslihatun).

1
Bayi yang lahir akan mengalami adaptasi sehingga yang semula

bersifat bergantung kemudian menjadi mandiri secara fisiologis karena :

1. Mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya yang

baru.

2. Mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula darah

yang cukup

3. Dapat mengtur suhu tubuh

4. Dapat melawan setiap penyakit dan infeksi

Adaptasi neonatal (bayi baru lahir ) adalah proses penyesuaian

fungsional neonatus dar kehidupan didalam uterus ke kehidupan di luar

uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis. Bila

terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit. Homeostasis adalah

kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital, bersifat dinamis,

dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa

pertumbuhan dan perkembangan intrauterin.

Proses adaptasi BBL yang paling dramatic dan cepat terjadi pada 4

aspek, yaitu pada system pernafasan, system sirkulasi/ kardiovaskuler,

kemampuan termoregulasi dan kemampuan menghasilkan sumber glukosa.

Proses adaptasi tersebut terjadi sebagai akibat perubahan lingkungan dalam

uterus ke luar uterus, maka bayi menerima rangsang yang bersifat kimiawi,

mekanik dan termik. Perubahan tidak hanya terjadi pada system tubuh diatas

saja, pada system tubuh lainnya juga terjadi perubahan walaupun tidak jelas

terlihat.

2
Menurut laporan kelompok kerja WHO pada bulan april 1994, dari

8,1 juta kematian bayi di dunia, 48% di antaranya adalah kematian neonatal.

Sekitar 60% di antaranya merupakan kematian bayi berumur kurang dari 7

hari serta kematian bayi yang lebih dari 7hari akibat gangguan perinatal.

Sekitar 42%  kematian neonatal di sebabakan oleh infeksi seperti tetanus

neonaturum, sepsis, meningitis, pnemonomia dan diare. Pada kematian

neonatal karena infeksi, dua pertiganya berkaitan erat dengan proses

perasalinan.

Bayi baru lahir berisiko tinggi terinfeksi dibandingkan janin yang

masih berada dalam uterus. Pada keadaan dimana BBL terpapar oleh

organisme benda asing tidak terlalu membahayakan bagi bayi dan diistilakan

dengan kolonisasi dan bayi dapat membentuk imuinitas untuk melawan

organisme yang menimbulkan infeksi. Tetapi jumlah atau virulensi organisme

berlebihan melebihi mekanisme pertahanan bayi akan mengakibatkan

terjadinya infeksi yang disebut infeksi klinis.

Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi

lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan

dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi

yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir mendapat

imunitas trans. Plasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah

lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi

juga berasal dari ibu lain. Terhadap kuman yang disebut terakhir ini, bayi

tidak mempunyai imunisasi.

3
B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konsep asuhan primer pada

neonatus sesuai dengan PMK No. 25 Tahun 2014?

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan KN 1?

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan KN 2?

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan KN 3?

C. Tujuan Masalah

1. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep asuhan

primer pada neonatus sesuai dengan PMK No. 25 Tahun 2014

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan KN 1

3. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan KN 2

4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan KN 3

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Neonatus

Neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja

mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri

dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Nanny, 2014).

Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 28

hari. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi

berusia 8- 28 hari (Marmi, 2015). Klasifikasi menurut masa gestasi, yaitu

periode sejak konsepsi sampai bayi dilahirkan. Menurut Rochmah dkk

(2011), bayi baru lahir menurut masa gestasinya dibagi menjadi:

a. Bayi kurang bulan (preterm infant), masa gestasinya kurang dari

259 hari (kurang dari 37 minggu)

b. Bayi cukup bulan (term infant), masa gestasinya 259-293 hari (37-

42 minggu)

c. Bayi lebih bulan (postterm infant), masa gestasinya 294 hari (lebih

dari 42 minggu)

Berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan neonatus adalah

bayi usia 0 – 28 hari, selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan

lingkungan ekstra uteri, bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan

7 umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir antara

2500 sampai 4000 gram.

5
B. Kriteria Neonatus Normal

Ciri-ciri bayi normal menurut Sondakh (2013), antara lain :

a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram

b. Panjang badan bayi 48-50 cm

c. Lingkar dada bayi 32-34 cm

d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm

e. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian

turun sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

f. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit

disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan

interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik

i. Kuku telah agak panjang dan lemas

j. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora

telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan)

k. Refleks isap, menelan, dan morro telah terbentuk

l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam

pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan

lengket.

C. Adaptasi Fisiologis Neonatus Terhadap Kehidupan di Luar Uterus

6
Adaptasi fisiologis bayi baru lahir di kehidupan ekstrauterin antara lain

sebagai berikut:

1. Adaptasi Pernapasan

Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami

penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang

dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan

cairan yang ada di dalam paru-paru hilang karena terdorong ke bagian

perifer paru untuk kemudian diabsorpsi. Karena terstimulus oleh sensor

kimia, suhu, serta mekanis akhirnya bayi memulai aktivasi napas untuk

yang pertama kali (Marmi, 2015). Tekanan intratoraks yang negatif

disertai dengan aktivitas napas yang pertama memungkinkan adanya

udara masuk ke dalam paruparu. Setelah beberapa kali napas pertama,

udara dari luar mulai mengisi jalan napas pada trakea dan bronkus,

akhirnya semua alveolus mengembang karena terisi udara. Fungsi

alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapat surfaktan

yang adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan dinding alveolus

sehingga alveolus tidak kolaps saat akhir napas (Sulistyawati, 2014).

2. Adaptasi Sistem Kardiovaskular

Menurut Rochmah dkk (2012), setelah lahir, darah bayi baru lahir

harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan bersirkulasi ke

seluruh tubuh guna menghantarkan oksigen ke jaringan. Agar 9 terbentuk

sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, terjadi dua

perubahan besar, yaitu:

7
a. Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta

b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada

seluruh sistem pembuluh darah tubuh. Jadi, perubahan tekanan

tersebut langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen

menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara

mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga

mengubah aliran darah. Dua peristiwa yang mengubah tekanan

dalam pembuluh darah

c. Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah

paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada

pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi sistem

pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru

mengakibatkan peningkatan pembuluh darah dan tekanan pada

atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan

penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara fungsional

akan menutup.Menurut Marmi (2015), penutupan foramen

ovale secara anatomis berlangsung lama sekitar 2-3 bulan.

Dengan berkembangnya paruparu, pada alveoli akan terjadi

peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon

dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan

terjadinya penurunan resistensi pembuluh darah dari arteri

pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus

8
tertutup. Setelah tali pusat dipotong, aliran darah dari plasenta

terhenti dan foramen ovale tertutup.

3. Perubahan Termoregulasi

Bayi baru lahir/neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga

cara, yaitu menggigil, aktivitas volunter otot, dan termogenesis yang

bukan melalui mekanisme menggigil. Mekanisme menggigil saja tidak

efisien dan bayi cukup-bulan tidak mampu menghasilkan panas dengan

cara ini. Aktivitas otot dapat menghasilkan panas, tetapi manfaatnya

terbatas. Termogenesis non-menggigil mengacu pada penggunaan lemak

cokelat untuk produksi panas. Timbunan lemak cokelat terletak pada dan

di sekitar tulang belakang, klavikula, dan sternum, ginjal, serta pembuluh

darah utama. Jumlah lemak cokelat bergantung pada usia kehamilan dan

menurun pada bayi baru lahir yang mengalami hambatan pertumbuhan.

Produksi panas melalui penggunaan cadangan lemak cokelat dimulai saat

rangsangan dingin memicu aktivitas hipotalamus (Rochmah dkk, 2012).

4. Adaptasi Gastrointestinal

Menurut Marmi (2015) pada masa neonatus, traktus digestivus

mengandung zat-zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari

mukopolosakarida dan disebut mekonium, yaitu tinja pertama yang

biasanya keluar dalam dua puluh empat jam pertama setelah kelahiran.

Dengan adanya pemberian susu, mekonium mulai digantikan oleh tinja

tradisional pada hari ke tiga sampai empat yang berwarna coklat

kehijauan. Pada saat lahir aktivitas mulut sudah berfungsi yaitu

9
menghisap dan menelan. Saat lahir volume lambung 25-50 ml. Refleks

muntah dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada

saat lahir. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum

sempurna mengakibatkan "gumoh" pada bayi baru lahir dan neonatus.

Adapun adaptasi pada saluran pencernaan menurut Marmi (2015), antara

lain:

- Pada hari ke-10 kapasitas lambung menjadi 100 cc.

- Enzim tersedia untuk mengkatalisis protein dan karbohidrat

sederhana yaitu monosacarida dan disacarida.

- Defisiensi lifase pada pancreas menyebabkan terbatasnya

absopsi lemak sehingga kemampuan bayi untuk mencerna

lemak belum matang, maka susu formula sebaiknya tidak

diberikan pada bayi baru lahir.

- Kelenjar ludah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak

mengeluarkan ludah sampai usia bayi ± 2-3 bulan.

5. Adaptasi Ginjal

Adaptasi ginjal pada bayi baru lahir menurut Sondakh (2014),

yaitu laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan

oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus, meskipun

keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal, tetapi

menghambat kapasitas bayi untuk berespons terhadap stresor. Penurunan

kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan kehilangan cairan

yang berlebihan mengakibatkan asidosis danketidakseimbangan cairan.

10
Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah

lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama; setelah itu, mereka

berkemih 5-20 kali dalam 24 jam. Urin dapat keruh karena lendir dan

garam asam urat; noda kemerahan (debu batu bata) dapat diamati pada

popok karena kristal asam urat.

6. Adaptasi Imun

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.

Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun

yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh

yang berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa

contoh kekebalan alami menurut Marmi (2015):

- Perlindungan dari membran mukosa.

- Fungsi saringan saluran napas.

- Pembentukan koloni mikroba di kulit dan usus.

- Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.

Pada bayi baru lahir hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga

imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat

molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui

plasenta (lues, toksoplasma, herpes simpleks, dan lain-lain) reaksi

imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta antibodi

gama A, G, dan M (Nanny, 2014).

11
a. Imunoglobulin C (IgC) IgC didapat bayi sejak dalam kandungan

melalui plasenta dari ibunya. Bayi kurang bulan mendapatkan

IgC lebih sedikit dibandingkan bayi cukup bulan sehingga bayi

kurang bulan lebih rentan terhadap infeksi. Bayi mendapatkan

imunitas dari ibunya (imunitas pasif) dalam jumlah yang

bervariasi dan akan hilang sampai usia 4 bulan sesuai dengan

kuantitas IgC yang diterimanya. Setelah lahir, bayi akan

membentuk sendiri immunoglobulin C. antibodi IgC melawan

virus (rubella, campak, mumps, varicella, poliomielitis) dan

bakteri (difteria, tetanus, dan antibodi stafilokokus).

b. Imunoglobulin M (IgM) IgM tidak mampu melewati plasenta

karena memiliki berat molekul yang lebih besar dibandingkan

IgC . bayi akan membentuk sendiri IgM segera setelah lahir

(imunitas aktif). IgM dapat ditemukan pada tali pusat jika ibu

mengalami infeksi selama 14 kehamilannya. IgM kemudian

dibentuk oleh sistem imun janin sehingga jika pada tali pusat

terdapat IgM menandakan bahwa janin mendapatkan infeksi

selama berada dalam uterus, seperti Toxoplasmosis, Other

infection (sifilis), Rubella, Cytomegalovirus infection, dan

Herpes simplex (TORCH).

c. Imunoglobulin A (IgA) Dalam beberapa minggu setelah lahir,

bayi akan memproduksi IgA (imunitas aktif). IgA tidak dapat

ditransfer dari ibu ke janin. IgA terbentuk pada rangsangan

12
terhadap selaput lendir dan berperan dalam kekebalan terhadap

infeksi dalam aliran darah, sekresi saluran pernapasan dan

pencernaan akibat melawan beberapa virus yang menyerang

daerah tersebut seperti poliomielitis dan E. coli (Tando, 2016).

7. Adaptasi Neurologis

Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak memerlukan persediaan

oksigen dan glukosa yang tetap dan memadai. Otak yang masih muda

rentan terhadap hipoksia, ketidakseimbangan biokimia, infeksi, dan

perdarahan (Rochmah, 2012). Sistem neurologis bayi secara anatomik

atau fisiologis belum berkembang sempurna. Bayi baru lahir

menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang

labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada

ekstremitas. Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh,

perilaku yang lebih 15 kompleks (misalnya: kontrol kepala, tersenyum,

dan meraih dengan tujuan) akan berkembang.

D. Konsep Asuhan Primer Pada Neonatus Sesuai Dengan PMK No. 25


Tahun 2014
1. Pasal 7

1) Pelayanan kesehatan Bayi Baru Lahir dilaksanakan melalui:

a. pelayanan kesehatan neonatal esensial

b. skrining Bayi Baru Lahir

c. pemberian komunikasi, informasi, edukasi kepada ibu

dan keluarganya.

13
2) Pemberian pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus mempertimbangkan keamanan, dilakukan pada

saat:

a. Bayi lahir sampai dengan proses pemulangan

b. kunjungan ulang.

2. Pasal 8

1) Pelayanan kesehatan neonatal esensial sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a wajib diberikan kepada Bayi

Baru Lahir.

2) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan :

a. pada saat lahir 0 (nol) sampai 6 (enam) jam

b. setelah lahir 6 (enam) jam sampai 28 (dua puluh

delapan) hari.

3. Pasal 9

Pelayanan neonatal esensial 0 (nol) sampai 6 (enam) jam sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a meliputi :

a. menjaga Bayi tetap hangat

b. inisiasi menyusu dini

c. pemotongan dan perawatan tali pusat

d. pemberian suntikan vitamin K1

e. pemberian salep mata antibiotik

f. pemberian imunisasi hepatitis B0

g. pemeriksaan fisik Bayi Baru Lahir

14
h. pemantauan tanda bahaya

i. penanganan asfiksia Bayi Baru Lahir

j. pemberian tanda identitas diri

k. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil,

tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih

mampu.

5. Pasal 10

1) Pelayanan neonatal esensial yang dilakukan setelah lahir 6

(enam) jam sampai 28 (dua puluh delapan) hari sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b meliputi :

a. menjaga Bayi tetap hangat

b. perawatan tali pusat

c. pemeriksaan Bayi Baru Lahir

d. perawatan dengan metode kanguru pada Bayi berat lahir

rendah

e. pemeriksaan status vitamin K1 profilaksis dan imunisasi

f. penanganan Bayi Baru Lahir sakit dan kelainan bawaan

g. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi

stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang

lebih mampu.

2) Pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali kunjungan, yang

meliputi:

15
a. 1 (satu) kali pada umur 6-48 jam

b. 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari

c. 1 (satu) kali pada umur 8-28 hari.

6. Pasal 11

1) Penanganan asfiksia Bayi Baru Lahir sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9 huruf i merupakan penanganan terhadap keadaan

Bayi yang tidak bernafas secara spontan dan tidak teratur

segera setelah lahir, yang sebelumnya telah mengalami gawat

janin.

2) Dalam melakukan penanganan asfiksia Bayi Baru Lahir

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tenaga kesehatan

penolong persalinan harus mengetahui tanda-tanda bayi dengan

risiko asfiksia sebelum dan setelah persalinan sesuai standar.

7. Pasal 12

1) Pemberian injeksi vitamin K1 dan imunisasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 huruf d dan huruf f dilaksanakan

segera setelah lahir atau saat Kunjungan Neonatal Pertama

(KN1) apabila persalinan ditolong oleh bukan tenaga

kesehatan.

2) Dalam hal saat pemeriksaan status vitamin K1 profilaksis dan

imunisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum

diberikan, tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan

wajib memberikan.

16
8. Pasal 13

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan neonatal esensial

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan

pemberian vitamin K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 diatur

dalam Peraturan Menteri.

E. Kunjungan Neonatus

Kunjungan neonatus adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus

sedikitnya 3 kali yaitu kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan

48 jam setelah lahir, kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3-7 hari,

kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8-28 oleh dokter/bidan/perawat,

dapat dilaksanakan di puskesmas atau melalui kunjungan rumah. Kunjungan

neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadao pelayanan

kesehatan dasr, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi

atau mengalami masalah. Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24

jam pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan

sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam

setelah kelahirannya.

Kunjungan Neonatus (KN)

Kunjungan Penatalaksanaan

Kunjungan 1.      Mempertahankan suhu tubuh bayi

Neonatal ke-1 Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam

(KN 1) dilakukan dan hanya setelah itu jika tidak terjadi masalah medis

dalam kurun dan jika suhunya 36.5  Bungkus bayi dengan kain yang

17
Kunjungan Penatalaksanaan

waktu 6-48 jam kering dan hangat, kepala bayi harus tertutup

setelah bayi lahir.2.      Pemeriksaan fisik bayi

3.      Dilakukan pemeriksaan fisik

a.       Gunakan tempat tidur yang hangat dan bersih untuk

pemeriksaan

b.      Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

lakukan pemeriksaan

c.       Telinga : Periksa dalam hubungan letak dengan mata

dan kepala

d.      Mata :. Tanda-tanda infeksi

e.       Hidung dan mulut : Bibir dan langitanPeriksa adanya

sumbing Refleks hisap, dilihat pada saat menyusu

f.       Leher :Pembekakan,Gumpalan

g.      Dada : Bentuk,Puting,Bunyi nafas,, Bunyi jantung

h.      Bahu lengan dan tangan :Gerakan Normal, Jumlah Jari

i.        System syaraf : Adanya reflek moro

j.        Perut : Bentuk, Penonjolan sekitar tali pusat pada saat

menangis, Pendarahan tali pusat ? tiga pembuluh,

Lembek (pada saat tidak menangis), Tonjolan

k.      Kelamin laki-laki : Testis berada dalam skrotum,

Penis berlubang pada letak ujung lubang

l.        Kelamin perempuan :Vagina berlubang,Uretra

18
Kunjungan Penatalaksanaan

berlubang, Labia minor dan labia mayor 

m.    Tungkai dan kaki : Gerak normal, Tampak

normal,  Jumlah jari

n.      Punggung dan Anus:  Pembekakan atau cekungan,

Ada anus atau lubang 

o.      Kulit : Verniks, Warna, Pembekakan atau bercak

hitam, Tanda-Tanda lahir

p.      Konseling :  Jaga kehangatan, Pemberian ASI,

Perawatan tali pusat, Agar ibu mengawasi tanda-tanda

bahaya 

q.      Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh

ibu :  Pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau lemah

hisapan, Kesulitan bernafas yaitu pernafasan cepat > 60

x/m atau menggunakan otot tambahan, Letargi –bayi

terus menerus tidur tanpa bangun untuk makan,Warna

kulit abnormal – kulit biru (sianosis) atau kuning, Suhu-

terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi),

Tanda dan perilaku abnormal atau tidak biasa,

Ganggguan gastro internal misalnya tidak bertinja

selama 3 hari, muntah terus-menerus, perut

membengkak, tinja hijau  tua dan darah berlendir, Mata

bengkak atau mengeluarkan cairan

19
Kunjungan Penatalaksanaan

r.        Lakukan perawatan tali pusat Pertahankan sisa tali

pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan

dengan kain bersih secara longgar, Lipatlah popok di

bawah tali pusat ,Jika tali pusat terkena kotoran tinja,

cuci dengan sabun dan air bersih dan keringkan dengan

benar 

4.      Gunakan tempat yang hangat dan bersih

5.      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan

pemeriksaan

6.      Memberikan  Imunisasi HB-0 

Kunjungan 1.      Menjaga tali pusat  dalam keadaaan bersih dan kering

Neonatal ke-2 2.      Menjaga kebersihan bayi

(KN 2) dilakukan3.      Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan

pada kurun waktu infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah

hari ke-3 sampai dan Masalah pemberian ASI

dengan hari ke 7 4.      Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal 10-15

setelah bayi lahir. kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan

5.      Menjaga keamanan bayi

6.      Menjaga suhu tubuh bayi

7.      Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk

memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi dan

melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah

20
Kunjungan Penatalaksanaan

dengan menggunakan Buku KIA

8.      Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

Kunjungan 1.      Pemeriksaan fisik

Neonatal ke-3 2.      Menjaga kebersihan bayi

(KN-3) dilakukan3.      Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya Bayi

pada kurun waktu baru lahir

hari ke-8 sampai 4.      Memberikan ASIBayi harus disusukan minimal 10-15

dengan hari ke-28 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan.

setelah lahir. 5.      Menjaga keamanan bayi

6.      Menjaga suhu tubuh bayi

7.      Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk

memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi dan

melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah

dengan menggunakan Buku KIA

8.      Memberitahu ibu tentang Imunisasi BCG

9.      Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

BAB III

21
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bayi merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki

risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan

untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan persalinan

yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kepada neonatus, bayi

dan balita. Bayi yang lahir akan mengalami adaptasi sehingga yang semula

bersifat bergantung kemudian menjadi mandiri secara fisiologis. Sebelum

diatur oleh tubuh bayi sendiri, fungsi tersebut dilakukan plasenta yang

kemudian masuk ke periode transisi.

Neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja

mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri

dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin Kunjungan neonatus

adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu

kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir,

kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3-7 hari, kunjungan neonatal III

(KN3) pada hari ke 8-28 oleh dokter/bidan/perawat, dapat dilaksanakan di

puskesmas atau melalui kunjungan rumah.

B. Saran

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi

pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan

kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau

22
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah yang penulis susun

tersebut. Penulis berharap para pembaca sudi  memberikan kritik dan saran

yang tentunya membangun kepada penulis.

DAFTAR PUSTAKA

23
https://www.academia.edu/30969970/
PMK_No_53_ttg_Pelayanan_Kesehatan_Neonatal_Esensial
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1502100016/
BAB_II_Tinjauan_Pustaka.pdf
http://repository.ump.ac.id/5732/3/NINDITA%20NIKEN%20PARAMASTUTI
%20BAB%20II.pdf
https://www.slideshare.net/YonaFirdaliRanti/kunjungan-neonatus-amp-bbl-yona
http://warungbidan.blogspot.com/2015/01/waktu-pelaksanaan-kunjungan-
neonatus-kn_18.html
https://kesmas.kemkes.go.id/perpu/konten/permenkes/pmk-no.-25-ttg-upaya-
kesehatan-anak

24

Anda mungkin juga menyukai