Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENANGANAN KASUS NEONATUS YANG BERESIKO PADA


KEGAWATDARURATAN

DI SUSUN OLEH:
MIFTAHUL JANNAH ( PBd19.008 )
NITRAYANTI (PBd19.009)
IRNA SEPTIANA (PBd19.005)
JIHAN (PBd19.006)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU

KENDARI 2020/2021
KATA PENGANTAR

       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah “PENANGANAN KASUS NEONATUS
YANG BERESIKO PADA KEGAWATDARURATAN” ini dapat terselesaikan.
       
     Untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada yang
terhormat dosen pengampuh, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
mengerjakan makalah ini.

            Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu saya memohon saran dan kritik dari dosen pengampuh yang
sifatnya membangun.

Kendari, 18 mei 2022

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………..
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………….
C. TUJUAN…………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………

A. NEONATUS BERESIKO TINGGI……………………………………


B. KEJANG……………………………………………………………….
C. HIPOTERMI……………………………………………………………
D. HIPERTERMI………………………………………………………….

BAB IIIPENUTUP…………………………………………………………….

A. KESIMPULAN.…………… …….....................................................................

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi


yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka
kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih
dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia delapan belas
tahun (Kemenkes, RI, 2016: 124).

Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka


kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni
Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka
Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian
neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi
terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKN pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran
hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya
menurun 1 poin dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran
hidup. Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan AKB
sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG
2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, RI, 2016:125). Sedangkan,
berdasarkan hasil SDKI, target SDGs tahun 2025 AKN sebesar 9/ 1.000 kelahiran
hidup, dan target tahun 2030 AKN sebesar 12/ 1.000 kelahiran hidup (Rakorpop
Kemenkes, RI. 2015: 27).

Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan
yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus,
hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang
termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM) (Kemenkes, RI, 2016 : 129).

Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat
lahir rendah, dan infeksi. Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani,
namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan,
keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik,
terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan
kesehatan (Kemenkes, RI, 2016: 129).

Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap neonatal


sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan yang
mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau
perawat) terlatih baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana
pelayanan kesehatan rujukan.

Kegawatdaruratan adalah kejadian tidak terduga yang memerlukan tindakan


segera. Kegawatdaruratan dapat terjadi baik pada penanganan obstetric maupun
neonatal. Penatalaksanaan kegawatdaruratan meliputi pengenalan segera kondisi
gawat darurat, stabilisasi keadaan penderita, pemberian oksigen, infus, terapi cairan,
tranfusi darah dan pemberian medikamentosa maupun upaya rujukan lanjutan
(Maryunani, Anik dan Eka, P.S. 2013:1).

Penyebab utama kematian neonatus berhubungan secara intrinsic dengan


kesehatan ibu dan perawatan yang diterima sebelum, selama dan sesudah melahirkan.
Asfiksia neonatorium dan trauma kelahiran pada umumnya disebabkan oleh
manajemen persalinan yang buruk dan kurangnya akses ke obstetri (Marlina, Endah
dan A. Apriyanti. 2015: 17).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang di maksud dengan neonatus beresiko tinggi?
2. Apa saja yang termasuk kedalam neonatus resiko tinggi?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apakah yang di maksud dengan neonatus beresiko tinggi
2. Mengatahui apa saja yang termasuk ke dalam neonatus beresiko tinggi
BAB II

PEMBAHASAN

A. NEONATUS BERESIKO TINGGI

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi
diluar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. hal ini dapat dilihat dari tingginya
angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Di perkirakan 2/3 kematian bayi di
bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intra
uterine ke ekstra uterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan fungsi.

Bayi resiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
menderita sakit atau kematian dari pada bayi lain. Resiko tinggi menyatakan bahwa
bayi harus mendapat pengawasan ketat oleh dokter dan perawat yang telah
berpengalaman. Lama masa pengawasan biasanya beberapa hari tetapi dapat berkisar
dari beberapa jam sampai beberapa minggu. Pada umumnya resiko tinggi terjadi pada
bayi sejak lahir sampai usia 28 hari (neonatus).

Klasifikasi bayi resiko tinggi dibedakan berdasarkan 4 macama yaitu :

1. Klasifikasi berdasarkan berat badan

Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram (BBLR) yg
dikelompokkan sbg berikut :

 Bayi berat badan lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan < 1000 gram.
 Bayi berat badan lahir sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
< 1500 gram.
 Bayi berat badan lahir cukup rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
1501-2500 gram.
2. Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan
 Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan belum
mencapai 37 minggu.
 Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 38-42
minggu.
 Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan > 37 minggu.
3. Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan dan berat badan
 Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir dengan
keterlambatan pertumbuhan intrauterine dengan berat badan terletak dibawah
persentil ke-10 dalam grafik pertumbuhan intra uterine.
 Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir dengan dengan
berat badan sesuai dengan berat badan terletak antara persentil ke-10 dan ke-
90 dalam grafik pertumbuhan intra uterine.
 Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK) yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan lebih besar untuk usia kehamilan dg berat badan yang diatas persentil
ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra uterine.
4. Klasifikasi berdasarkan masalah patofisologis

Pada klasifikasi ini yaitu semua neonatus yang lahir disertai masalah
patofisiologis atau mengalami gangguan fisiologis.

 Hiperbilirubinemia
Merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana kadar bilirubin seru
total lebih dari 10 mg % pada minggu pertama dengan ditandai ikterus.
 Asfiksia Neonaturum
Merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas spontan dan teratur
setelah lahir, yang dapat disertai dengan hipoksia.
 Tetanus neonaturum
Merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan adanya
infeksi melalui tali pusat , Yang dipicu oleh kuman clostridium tetani yang
bersifat anarerob dimana kuman tersebut berkembang tanpa adanya oksigen.
 Respiratory Distress Sindrom
Merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispneo, frekwensi pernapasan
yang lebih dari 0 kali permenit, adanya sianosis, adanya rintihan, pada saat
ekspirasi adanya rektraksi suprasternal.

B. Kejang

kejang pada neonatus di definisikan sebagai suatu gangguan terhadap fungsi


neurilogis seperti tingkah laku, motorik,atau fungsi otonom. kebanyakan kejang pada
BBL timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami
kejang lanjutan dalam kehidupan kelak. Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai
dengan manifestasi klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal
dari gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan perkembangan
jangka panjang.

Ada banyak penyebab kejang pada neonatus, yaitu

1. bayi tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling sering.
Timbul dalam 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus.
2. Pendarahan otak, dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen atau
trauma pada kepala. Pendarahan subdural yang biasanya diakibatkan oleh
trauma dapat menimbulkan kejang.

Penatalaksanaan

Bayi yang mengalami kejang dapat dilakukan tindakan diantaranya


1. Memasukkan tong spatel atau sudip lidah yang telah dibungkus dengan kassa
steril pada saat bayi kejang agar jalan napas tidak tertutup oleh lidah
2. Mengurangi rangsangan pada bayi seperti cahaya.
3. Memberikan pengobatan anti kunvulsan.
4. Untuk menghindari infeksi dapat diberikan antibiotik serta perawatan tali
pusat dengan menggunakan teknik septik

C. HIPOTERMI

Hipotermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh bayi kurang dari -(,2; + dari
suhu optimal. 36,5 Menurut Sarwono(2002) , gejala awal hipotermia apabila suhu
< 36 C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. bila seluruh tubuh bayi teraba
dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32 C – 36 C )
Disebut hipotermia kuat bila suhu tubuh < 32 C . Hipotermia pada BBL adalah
suhu di bawah 36,5 C , yang terbagi atas hipotermia ringan (cold stres) yaitu suhu
antara 36,5 C , hipotermia sedang yaitu suhu antara 36 C dan hipotermia berat
yaitu suhu tubuh <32 C . Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat
merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. Hipotermia
menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, yang mengakibatkan
metabolik anerobik,meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia
dan berlanjut dengan kematian.

1. Penanganan serta Pencegahan Hipotermia Bayi Baru Lahir


Kesempatan untuk bertahan hidup pada BBL ditandai dengan keberhasilan
usahanya dalam mencegah hilangnya panas dari tubuh. Untuk itu, BBL
haruslah dirawat dalam lingkungan suhu netral (Neutral thermal
environment/NTE). NTE adalah rentang suhu eksternal, dimana metabolisme
dan konsumsi oksigen berada pada tingkat minimum, dalam lingkungan
tersebut bayi dapat mempertahankan suhu tubuh normal. namun, pada bayi-
bayi yang mengalami hipotermia maka harus ditangani secara cepat dan tepat.
Penanganan hipotermia pada bayi, yaitu :

 Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan


yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator
atau melalui penyinaran lampu. Penyinaran di inkubator menggunakan lampu
60 wat dengan jarak minimal 60 cm dari bayi dan juga penghangatan kembali
dengan metode yang sesuai (dalam incubator pemanasan perlahan 0,5-1 C ).
 Metode kangguru kontak kulit antara ibu dan bayi yang berlangsung sejak dini
secara terus menerus dan berkesinambungan kalau mungkin selama 24 jam.
Bayi diletakkan diantara kedua payudara ibu dengan posisi tegak/vertikal saat
ibu berdiri dan duduk atau tengkurap/miring saat ibu berbaring/tidur. Bayi
mengenakan penutup kepala, baju ibu berfungsi sebagai penutup badan bayi.
 Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika
terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu.
Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat.
 Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayiharus diberi
ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus
glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari
 Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil. Untuk
mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan
harus menunda memandikan bayi

D. HIPERTERMI

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh dapat disebabkan suhu lingkungan


yang berlebihan, infeksi, dehidrasi atau perubahan mekanisme penganturan suhu
sentral yang berhubungan dengan trauma lahir pada otak atau malformasi dan obat-
obatan (buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal neonatal) . singkungan
yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan
di dekat api atau dalam ruangan yang berudara panas.

Tanda dan gejalanya yaitu :

1. Pada suhu aksiler didapatkan suhu lebih 37,5 C.


2. Terdapat tanda dehidrasi (elastisitas kulit turun, mata dan ubun-ubun besar
cekung, lidah dan membrane mukosa kering ).
3. Malas minum4/menyusui.
4. Frekuensi nafas >60 kali per menit.
5. Denyut jantung >160 kali per menit.

Penyebabnya yaitu suhu lingkungan yang terlalu panas dapat disebabkan oleh
suhu incubator yang terlalu tinggi. Radiasi sinar matahari pada waktu bayi berada
didalam inkubator, terlalu banyak dan dalam tempat tidur bayi atau berada didekat
radiator panas dan sebagainya

Penatalaksanaan

1. Atasi aktifitas penderita yang demam tujuannya untuk menghemat energi dan
menurunkan kebutuhan oksigen. karena pada saat demam metabolisme tubuh
meningkat meskipun penderita tidak beraktifitas pasti akan terasa capai sekali
karena energi banyak digunakan. Anjurkan penderita banyak istirahat.
2. Cegah dehidrasi (kekurangan cairan) dengan memberikan banyak minum,
berikan minuman kesukaan seperti sari buah, minuman ion, jus, teh manis, air
susu, air limun, dll.
3. Ganti baju yang basah akibat keringat, gunakan baju tipis dan menyerap
keringat ketika demam dan bila klien menggigil atau merasa kedinginan
selimuti klien tetapi bila menggigil telah hilang gunakan kembali baju tipis
dan lepas selimut. Tujuan dari penggunaan baju tipis adalah agar kulit
terpapar oleh udara, karena udara dapat memindahkan panas. selain itu kulit
yang terbuka dapat memindahkan panas melalui radiasi sehingga membantu
memberi rasa nyaman saat demam.
4. Berikan kompres dengan air biasa selama 5 menit di bagian dahi,leher, ketiak,
selangkangan dan dibawah lutut. lakukan berulang bila suhu kembali panas
(kain kompres jangan dibiarkan saja sepanjang waktu menempel dibagian
tubuh penderita.
5. Atur suhu ruangan lebih dingin, tujuannnya agar panas berpindah keruangan.
misalnya membuka jendela, menyalakan kipas angin. Karena panas bisa
berpindah lewat udara dan berpindah ke lingkungan yang lebih dingin.

E. HIPOGLIKEMI

Hipoglekemia adalah glukosa darah 60mg/dl atau kurang . hipoglekemia yang


dapat muncul segera setelah kelahiran dan pada IDM berhubungan dengan
meningkatnya insulin dalam darah. Oleh karena itu, direkomendasikan bahwa terapi
segera untuk kadar glukosa serum dibawah 47mg/dl sampai 50mg/dl .
dimplementasikan pada bayi.

Kadar glukosa maternal yang tinggi selama kehidupan fetal merangsang terus-
menerus sel tersebut pada bayi untuk memproduksi insulin. Keadaan kadar
hipoglekemia ini berkepanjangan mendorong sekresi insulin fetal kemudian
menimbulkan pertumbuhan berlebihan dan deposisi lemak yang kemungkinan
merupakan penyebab bayi besar makrosomik. Ketika glukosa nenonatus hilang
mendadak saat kelahiran maka, produksi insulin yang terus-menerus segera memecah
glukosa yang beredar dalam hipoglekemia dalam 1 ½ sampai 4 jam terutama pada
bayi yang ibunya menderita diabetes. Penurunan mendadak kadar glukosa darah
dapat menyebabkan kerusakan neologis serius atau kematian.

penatalaksanaan
a. Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM ) perlu di
monitor dalam 3 hari pertama :
 Periksa kadar glukosa saat bayi datang /umur 3 jam. Ulangi tiap 6 jam selama
24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan.
 kadar glukosa < 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia.
 Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan
hipoglikemia selesai .

b. Penanganan hipoglikemia dengan gejala 9


 Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit
 Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan
 konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5 % bila lebih dari
12,5 % digunakan vena sentral.
c. Kadar glukosa darah <45 mg/dl tanpa gejala
 ASI teruskan
 Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
 Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila:
1. kadar <25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi.
2. Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekuensi minum.
3. Kadar >45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal.
F. TETANUS NEONATURIUM

Tetanus neonatorium adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi baru lahir
yang disebabkan karena hasil klostarium tetani. Tetanus neonatorium menyebabkan
kematian pada bayi yang tinggi di segara berkembang karena pemotongan tali pusat
yang masih banyak menggunakan alat-alat tradisional. Masuknya kuman tetanus
klostriudium tetani sebagian besar melalui tali pusat. Masa inkubasinya sekitar 3 hari
sampai 10 hari, dan makin pendek masa inkubasinya penyakit makin fatal. Tetanus
neonatorium menyebabkan kerusakan pada pusat motorik, jaringan otak, pusat
pernafasan dan jantung.

Tanda dan gejala neonatorium

a. bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum.


b. gelisah (kadang-kadang menangis dan sering kejang disertai sianosis).
c. ekstermitas terulur dan kaku, dahi berkerut.
d. alis mata terangkat.
e. sudut mulut tertarik ke bawah

Penatalaksanaanya yang dapat diberikan:

a. Membersihkan jalan nafas.


b. Melonggarkan pakaian bayi.
c. Memasukkan tong spatel yang dibungkus kasa dalam mulut bayi.
d. Menciptakan lingkungan yang tenang.
e. Memberikan asi sedikit demi sedikit saat bayi tidak kejang.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi
diluar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. hal ini dapat dilihat dari tingginya
angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Di perkirakan 2/3 kematian bayi di
bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intra
uterine ke ekstra uterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan fungsi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/30215110/Asuhan_neonatus_resiko_tinggi

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Asuhan-
Kegawatdaruratan-Maternal-Neonatal-Komprehensif.pdf

http://repository.unimus.ac.id/1219/7/4.%20BAB%20I.
%20PENDAHULUAN.pdf

http://www.sumbarsehat.com/2012/07/neonatus-beresiko-tinggi.html

Anda mungkin juga menyukai