KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. J DENGAN
BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)
Disusun oleh:
Sri Rahayu 1811010024
Wisti Susanti 1811010040
Atika Heti Nurani 1811010045
Mufti Yunika F 1811010057
Aulia Fadilah Utami 1811010059
Nadia Azzah Aulia S 1811010061
Felix Nanda 1811010068
Dinda Sih Wilujeng 1811010069
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Keperawatan Anak yang berjudul “ BBLR “. Dalam penyusunan makalah
ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberi pengarahan,
bimbingan, semangat serta doa untuk keberhasilan penulis kepada ibu Deisy Tri
Hardini, Ns.,M.Kep Sp.Kep.An
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir <2500 gram
tanpa memandang masa kehamilan. Penyebab terjadinya bayi BBLR secara
umum bersifat multifaktorial. Namun, penyebab terbanyak yang
mempengaruhi adalah kelahiran premature (Proverawati &
Sulistyorini,2010). Bayi BBLR akan mengalami resiki terjadi permasalahan
pada sistem tubuh, gangguan pernafasan,gangguan nutri dan mudah terkena
infeksi karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit
masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempurna. Sehingga bayi
BBLR sehat membutuhkan perhatian khusus dan perawatan intensif di rumah
sakit diruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) untuk membantu
mengambangkan fungsi optimum bayi (Depkes RI,2008).
Bila fungsi organ-organ tubuhnya baik dan tidak terdapat gangguan
seperti pernafasan dan bayi dapat menghisap dengan baik maka bayi dapat
dibawa pulang dan dirawat oleh keluarga. Bayi BBLR yang dapat
dipulangkan dari rumah sakit jika telah memenuhi kriteria yaitu, kesehatan
bayi secara keseluruhan dalam posisi baik dan tidak ada apnea atau infeksi,
bayi minum dengan baik, berat bayi selalu bertambah (sekurang kurangnya
15 g/kg/hari) un tuk sekurang-kurangnya 3 hari berturut-turut, ibu mampu
merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan follow up
(Depkes RI, 2008).
Angka kematian bayi (AKB) masih menjadi permasalahan di Indonesia
dan jumlah bayi BBLR di Indonesia masih cukup tinggi. WHO mencatat
Indonesia berada di peringkat sembilan dengan presentase BBLR mencapai
15,5 % dari kelahiran bayi setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2015). Presentasi
BBLR mengalami peningkatan sebesar 5,7% dari tahun 2014 sampai dengan
tahun 2015 (Kemenkes RI, 2014).
1
BBLR masih menjadi masalah di bidang kesehatan perinatal. Angka
kejadian dan angka kematian BBLR akibat komplikasi seperti asfiksia,
infeksi, hipotermia dan hiperbilirubinemia masih tinggi. melihat kondisi ini
diharapkan profesi perawat memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
memadai sesuai kompetensin dan fasilitas yang tersedia dalam
mengoptimalkan kesehatan perinatal (Lissauer & Fanarooff, 2009).
Menurut penelitian bahwa perawatan tumbuh kembang bertujuan untuk
meminimalkan pengaruh hospitalisasi baik jangka pendek ataupun jangka
panjang. Penurunan tentang respon nyeri akut pada bayi prematur dilakukan
prosedur invasif melalui neonatal development care hasilnya rerata respon
nyeri akut setelah mendapatkan perlakuan diperoleh data respon nyeri pada
kelompok intervensi mengalami penurunan nyeri:dari respon sebelumnya
(Homer,2012).
Persalinan prematur adalah persalinan yang berlangsung pada usia
kehamilan 20 - <37 minggu dihitung dari haid pertama haid terakhir.
Persalinan prematur merupakan salah satu penyebab utama mordibitas dan
mortalitas neonatal, yaitu 60-80 %di seluruh dunia. Bayi yang lahir prematur
memiliki risiko kematian yang lebih tinggi,risiko penyakit,disabilitas dalam
hal motorik jangka panjang, kognitif, visual, pendengaran, sikap, emosi
sosial, kesehatan, dan masalah pertumbuhan jika dibandingkan dengan bayi
normal (Oroh,2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi
berat lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi
dengan berat badan lahir rendah
2
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi
dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian
prioritas masalah keperawatan dan mampu melaksanakan asuhan
keperawatan sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi pada
bayi dengan berat badan lahir rendah
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian
asuhan keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan
berat badan lahir rendah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat
badan nya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi
BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia
kehamilan atau pada usia cukup bulan (intrauterine growth retriction)
(Wong, 2008). BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram) tanpa memandang
masa kehamilan (Ambarwati & Rismintari,2009).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga merupakan faktor risiko
kejadian sepsis neonatus dimana berat lahir memegang peranan penting
pada terjadinya sepsis neonatus. Dilaporkan bahwa bayi dengan berat lahir
rendah mempunyai resiko 3 kali lebih tinggi terjadi sepsis neonatus
daripada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Menunjukkan
bahwa BBLR dan primaturitas 4,85 kali risiko terjadinya sepsis neonatal.
Berat badan lahir rendah (pertumbuhan janin terhambat) dan prematuritas
merupakan faktor prediktor angka kejadian mortalitas pada neonatus
dengan sepsis neonatorum. Perawatan bayi dengan mengoptimalkan
tumbuh kembang anak disebut dengan neonatal development care (NDC).
Tujuan perawatan ini untuk memberikan perawatan yang terstruktur dalam
merawat BBLR sesuai dengan kondisi fisik psikologis dan kerentanan
emosional bayi dan keluarga serta difokuskan dengan meminimalkan
komplikasi jangka pendek dan jangka panjang karena perawatan di rumah
sakit (Kenner&McGrath, 2004;Horner,2010). Beberapa intervensi NDC
adalah pemberian inkubator untuk meminimalkan pencahayaan kedua
nesting sebagai tempat tidur bayi dan pengaturan posisi tidur : minimal
handling;kangoroo mother care dan mengurangi kebisingan
(Hockenberry&Wilson,2009).
4
Perawatan Metode Kanguru yang di singkat dengan PMK
merupakan perawatan yang diberikan kepada bayi yang berat badannya
rendah,yang secara umum berat lahirnya kurang dari 2500 gram. Metode
PMK ini dilakukan dengaan cara kontak langsung,sehingga antara kulit
ibu dengan kulit bayi akan saling menempel. Pada dasarnya PMK adalah
perawatan penggaanti pada BBLR yang menggunakan perawatan
inkubator. Dengan adanya perawatan metode kanguru,maka bayi akan
mendapatkan kehangatansecara langung dari ibu (Depkes,2009).
Metode kanguru dikenal juga dengan sebutan perawatan skin to
skin,metode kanguru adalah cara yang sederhana untuk merawat bayi batu
lahir dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk mnghangatkan
bayinya (Maryunani,2013). Manfaat perawatan metode kanguru yaitu
sebagai berikut :
1. Manfaat perawatan metode kanuru bagi ibu
PMK dapat mendapatkan hubungan antara ibu dan bayi,
kepercayaan diri ibu dalam mengasuh bayi meningkat,terjalin nya
perasaan kasih sayang antara ibu dengan bayi,berpengaruh pada psikologis
ibu yaitu ibu merasa lebih tenang bersama bay,dapat mempermudah
pemberian ASI bagi bayi,meningkatkan kesuksesan ibu dalam menyusui
(Pratiwi,2015).
2. Manfaat perawatan metode kanguru bagi ayah
PMK dapat mendekatkan hubungan antara ayah dan bayi
(Pratiwi,2015).
3. Manfaat perawatan kanguru bagi bayi
PMK mendekatkan hubungan bayi dengan ibu atau
ayah,menstabilkan suhu tubuh dan denyut jantung bayi, bayi lebih
gampang dan sring minum ASI,meningkatkan berat badan bayi,pola
pernafasan bayi lebih teratur,meningkatkan kenyamanan bayidan waktu
tidur bayi lebih lama (Pratiwi,2015).
5
B. Klasifikasi
Klasifikasi BBLR dapat dibagi berdasarkan derajatnya dan masa
gestasi nya. Berdasarkan derajatnya,BBLR diklasifikasikan menjadi 3
kelompok antara lain :
1. Berat bayi ahir rendah atau low birth weight (LBW) dengan berat lahir
1500-2499 gram.
2. Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight
(VLBW) dengan berat badan lahir 1000-1499 gram.
3. Berat bayi lahir extrem rendah (BBLER) atau extremely low birth
weight (ELBW) dengat berat badan lahir kurang dari 100 gram.
(Meadow dan Newell,2005).
Berdasarkan masa gestasi nya, BBLR dapat dibagi menjadi 2
golongan, yaitu :
1. Prematuritas murni atau sesuai masa kehamilan (SMK)
Bayi dengan masa kehamilan <37 minggu dan berat badan sesuai
hdengan berat badan untuk usia krhamilan. Kepala relatif lebih besar
dari badan nya,kulit tipis,transparan,lemak subkutan kurang,tangis nya
lemah dan jarang.
2. Dismaturitas atau kecil masa kehamilan
Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya
untuk usia kehamilan,hal tersebut menunjukan bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterine.
C. Etiologi
Terdapat dua penyebab utama BBLR yaitu prematur dan janin
tumbuh lambat (Intrauterine Growth Retardation/IUGR) bayi kecil
untuk masa kehamilan atau IUGR adalah bayi yang lahir cukup bulan
tetapi berat lahir kurang. Keadaan ini terjadi akibat terganggunya
pertumbuhan janin ketika didalam lahir ibu (Nashraf,2007).
Kejadian BBLR dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu faktor
ibu, plasenta maupun faktor janin itu sendiri. Uraian beberapa faktor
6
tersebut antara lain : faktor ibu meliputi : umur ( umur < 20 tahun, umur
> dari 35 tahun), peritas ( < 2 dan > 4 ), maltnutrisi, keadaan sosial
(golongan sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah, status
bekerja dan perkawinan yang tidak sah ). Penyakit dari ibu antara lain
toxemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik, hipertensi,
penyakit ginjal, edemisitas malaria, dan psikologis dan nefritis akut.
Faktor penyebab lain antara lain : merokok, tempat tinggal di dataran
tinggi, radiasi, peminum alkohol, dan pecandu narkoba. Dari faktor
janin meliputi : hidramion, kehamilan ganda, kelainan kromosom,
infeksi. Sementara dari faktor plasenta yaitu : penyakit vaskuler,
kehamilan ganda dan tumor (Manuaba,2007).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat berdampak buruk pada
kesehatan bayi. Permukaan tubuh bayi dengan berat lahir rendah relatif
lebih luas, sehingga resiko kehilangan panas dan air relatif lebih besar.
Selain itu, jaringan lemak subkutan bayi lebih tipis, sehingga resiko
kehilangan panas melalui kulit dan kekurangan cadangan energi lebih
besar .Pada BBLR, fungsi organ seperti sistem pernafasan, saluran
cerna, hati, ginjal, metabolisme, dan kekebalan belum berjalan baik
(terutama usia kehamilan < 24 minggu). Hal ini menyebabkan bayi
berat lahir rendah rentan terhadap berbagai penyakit. Penyakit yang
berhubungan dengan BBLR prematur antara lain sindrom gangguan
nafas ideopatik, pneunomia, aspirasi dapat akibat refleks menelan dan
batuk yang belum sempurna, hipotermia dan hiperbilirubinemia dapat
akibat dari fungsi hati yang belum matang. Sedangkan penyakit yang
dihubungkan dengan dismaturitas antara lain sindrom aspirasi
nekonium, hipoglikemia, hiperbilirubinemia dan hipotermia tingginya
kerentanan bayi berat badan lahir rendah menyebabkan bayi memiliki
resiko kematian yang tinggi (Manuaba,2007).
7
lain usia ibu, status gizi ibu (tinggi dan berat badan,hemoglobin,tekanan
darah tinggi dst.), paritas,jarak kehamilan,pendidikan ibu serta penyakit
ib. Faktr janin meliputi hidramnion atau polihidramnio,kehamilan
ganda dan kelainan janin. Sementara faktor lingkungan antara lain
fasilitas kesehatan,gaya hidup (perkk,alkohol), serta keadaan sosial
ekonomi (Jaya,2009).
D. Patofisiologi
Terdapatnya banyak penyebab gangguan intrauterine yang disebut
juga Intra Uterine Growth Retardation ( IUGR) dan efeknya terhadap
janin bervariasi sesuai dengan cara dan lama terpapar serta tahap
pertumbuhan janin saat penyebab tersebut terjadi. Walaupun setiap
organ dapat dipengaruhi oleh gangguan pertumbuhan
intrauterine,efeknya pada tiap organ tidak sama. Jika gangguan
pertumbuhan terjadi pada akhir kehamilan,pertumbuhan
jantung,otak,dan tulang rangka tampak paling sedikit terpengaruh
sedangkan ukuran hati dan limpa berkurang. Sebaliknya,jika gangguan
terjadi pada awal kehamilan tampak pertumbuhan otat dan tulang
rangka terganggu. Keadaan klinis ini disebut gangguan pertumbuhan
simetri berkaitan dengan hasil akhir perkembanga syaraf yang buruk
(IDAI,2010;h. 14-15).
8
adekuat,dimana peranan plasentanya besar artiny adalam transfer
makan tersebut. Pertumbuhan janin yang paling pesat terjadi pada akhir
kehamilan, plasenta bukan sekedar organ untuk traspor makanan yang
sederhana,tetapi juga mampu menseleksi zat-zat makanan yang masuk
dan proses lain atau resistensi sebelum mencapi janin. Suplai zat makan
ke janin yang sedang tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir
ke plasenta dan zat-zat makanan yang diangkutnya. Efisiensi plasenta
dalam mengkonsentasikan mensistensis dan menstranspor zat-zat
makanan menentukan suplai makanan ke janin. Karbohidrat merupakan
sumber utama bagi janin dan ini diperoleh secara kontinu dari transfer
glukosa darah ibu melalui plasenta (Husein,2007;h.10).
E. Manifestasi Klinis
Menurut Maryanti, et al (2012) gambaran klinis dari BBLR menurut
klasifikasinya adalah :
a. Primaturitas murni
1. Berat badan kurang dari 2500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
4. Lingkar dada kurang dari 33 cm
5. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
6. Kulit transparan
7. Kepala lebih besar dari pada badan
8. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan
9. Lemak subkutan kurang
10. Ubun-ubun dan suturan lebar
11. Labio minora belum tertutup pleh labia mayorra (pada wanita) pada
Laki-lakitestis belum turun
12. Tulang rawan dan daun telinga lentur
13. Bayi kecil
9
14. Pergerakan lemah dan kurang
15. Tangisan lemah
b. Dismatur
1. Kulit terselubung verniks kaseosa tipis atau tiidak ada
2. Kulit pucat atau bernoda (mekonium)
3. Kering keriput tipis
4.Jaringan lemak dibawak kulit tipis
5. Bayi tampak gesit,aktif dan kuat
6. Tali pusat berwarna kuning kehijauan
Hal ini disesbabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion
yang kemudian mengendap didalam kulit,umbilikus dan placenta
sebagai akibat anoksia intrauterin.
F. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat
lahir rendah antara lain yaitu :
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10.Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
10
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
G. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat
badan lahir rendah adalah sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka
semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan
terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus
dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
11
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi
bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan.
Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang
panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi
yang dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system
imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau
tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi,
perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan
semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan
infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk
membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin.
ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter
( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya
lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih
banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
13
piloereksi, penurunnan suhu tubuh di bawah kisaran normal,
teraba hangat.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Definisi : asupan nutrisi tidak mengcukupi untuk memenuhi
kebutuhan vitamin C.
Batasan karakteristik : tram abnormal sakit perut, keengganan
untuk makanan, berat badan 20% atau lebih di bawah ideal,
kerapuhan kapiler, diare, kehilangan rambut yang berlebihan,
hiperaktif suara usus, kekurangan makanan, membran mukosa
kering, dan merasa tidak mampu menelan makanan.
d. Resiko infeksi
Definisi : Peningkatan resiko invasif oleh organisme patogen
Fakor resiko : peningkatan resiko invasif, trauma, kerusakan
jaringan dan peningkatan paparan lingkungan, ruktur membran
amnon, mal nutrisi, peningkatan paparan lingkungan patogen,
ketidak adekuatan sistem imun, penyakit kronik, tidak adekuat
pertahanan tubuh primer ( kulit tidak utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik), ketidak adekuatan pertahanan tubuh
sekunder (penurunan Hb, leucopenia, penerapan respon
infalmasi).
3. Intervensi
Perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah
bagi tujuan yang ingin di capai, hal yang akan di lakukan,
termasuk bagaimana, kapan dan siapa yang akan melakukan
tindakan keperawatan. Karenannya, dalam menyusun rencana
tindakan keperawatan untuk pasien, keluarga dan orang terdekat
perlu di libatkan secara maksimal (Asmadi, 2008).
4. Pelaksanaan asuhan keperawatan atau implementasi
Implementasi adalah fase perawat mengimplementasikan
interverensi keperawatan. Bedasarkan termenologi nursing
14
outcome clacifikation (NIC), implementasi terdiri dari
melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan
tindakan keperawatan khusus dan di perlukan untuk melakukan
intervensi ( atau program keperawatan). Perawat melaksanakan
atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi
yang di susun dalam tahap perencanaan dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan
keperwatan dan respon klien terhadap tindakan tersebut
( Kozier, 2010).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara
hasil akhir yang teramati dan tujuan ataun kriteria hasil yang di
buat pada tahap perencanaan ( Asmadi, 2008)
1. DATA PENGKAJIAN
Nama Bayi : By. Ny.J
15
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki- laki
Suku : Jawa
Nama Ayah/Ibu : Tn. S dan Ny. J
Pekerjaan Ayah : Buruh/IRT
Alamat : Semarang
Pendidikan : SMA
Diagnosis : BBLR
2. RIWAYAT KASUS
Apgar Skor : 1’…5…………5’……..7.........
Usia gestasi : 31,5 minggu
Berat badan : 1595 gram
Komplikasi persalinan : tidak ada
Aspirasi meconium : tidak ada
Denyut jantung janin abnormal : tidak ada
Prolaps tali pusat/lilitan tali pusat : tidak ada
Ketuban pecah dini : tidak ada
16
Moro ( mengenggam ( menghisap ( ) Rooting ( ) Postur ( )
Tonus (
2. Aktifitas
3. Kepala/leher
cekung ( )
4. Mata
Bersih ( sekresi ( )
5. THT
6. Abdomen
17
b. Lingkar perut : 24 cm
7. Thorax
a. Simetris ( asimetris ( )
8. Paru-paru
d. Rispirasi : Spontan
9. Jantung
10. Ekstremitas
18
Tabel 3.1 Gerakan Bayi
Bratial kanan
Bratial kiri
Femoral
kanan
Femoral kiri
19
i. Suhu Lingkungan : Pengaturan suhu ( ) Inkubator ( ) suhu ruang ( )
Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
20
Antisipasi versus pengalaman nyata kelahiran : Ny J mengatakan tidak
memiili riwayat
penyakit menurun seperti hipertensi, DM dan lainnya,anak yang
sebelumnya dilahirkan
normal.
` - Budaya
Suku : Jawa
Agama : Islam
Bahasa Utama : Jawa
- Perencanaan makanan bayi : 25 cc/2 jam
- Problem sosial yang penting : tidak ada
- Hubungan orang tua dan bayi :
21
Tabel 3.4 Jumlah Anak Lain
Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Riwayat
Perempuan Normal Lengkap
Laki-laki Normal Lengkap
Perempuan Normal Lengkap
MCH : 35,0
Trombosit : 78 10 pangkat 3
RDW : 17,3 %
Leukosit : 10.14
Bilirubin : 3.03 mg/ dl
Bilirubin direk : 0.30
Bilirubin indirek : 2.73
Ringkasan Riwayat Keperawatan :
Data fokus (DS dan DO)
DS : - Ny J mengatakan bayi lahir dengan operasi SC karena presentasi
kaki
4. Analisa Data
Data (s) Etiologi (E) Problem (p)
Ds : Ketidakseimbangan Imunitas
Do : nutrisi kurang dari sistem
- Reflek hisap lemah kebutuhan tubuh pencernaan
22
- Bayi tampak lemah
reflek bayi lemah
- Bayi terpasang OGT
- Kebutuhan nutrisi di
batasi BB= 1595gram
Ds: Ibu klien mengatakan Risiko infeksi
kapan anaknya bisa
pulang.
Do: - S:37,8ºC
- Bayi di dalam
inkubator dengan
dengan suhu
- Kulit tampak tipis
- Bayi premature 31,3
minggu
- Terdapat penurunan
antibody dan daya
tahan tubuh
- Leukosit 16,14
Ds : ibu klien Termoregulasi Sistem
mengatakan kapan tubuh tidak efektif termoregulasi
anaknya bisa pulang yang imatur
Do : -S : 37,8ºC
- Akral hangat
- Refleks hisap lemah
- Mukosa bibir kering
23
3. risiko infeksi
5. Perencanaan (Intervensi)
24
- Bayi tidak kedinginan Posisikan semi
- Kebutuhan O2 ekstensi
terpenuhi Lakukan tindakan
KMC
25
6. Implementasi keperawatan
NO TANGGAL
TINDAKAN EVALUASI TT
DX JAM
1 19Juni 2019 Memonitor TTV S :
Jam 08.30- Memonitoring berat badan O :
09.30 Mengatur diet yang - Reflek hisap
26
sebelumdan sesudah n nutrisi kurang
melakukan tindakan dari kebutuhan
Menganjurkan ibu mencuci belum teratasi
tangan sebelum dan P:Lanjutkan
sesudah melakukan intervensi :
tindakan - Monitor berat
Mengganti popok bayi badan
- Monitor ttv
- Berikan nutrisi
sesuai yang
diberikan
- Lakukan
perawatan
metode
kanguru
2. 20 Juni - Monitor berat badan S : DO :
2019 - Monitor ttv - Reflkes hisap
- Berikan nutrisi sesuai yang lemah
diberikan - Bayi
- Lakukan perawatan metode terpasang
kanguru OGT
- Berat badan
sudah naik
- BBL : 1595
gram
- BBK : 1590
gram
- BBS : 1610
gram
- Input KC :
1800 ml/g
27
- ASI :
25ml/2jam
- Bayi
dilakukan
perawatan
kangunguru
- A : masalh
keseimbanga
n nutrisi
kurang dari
kebutuhan
teratasi
sebagian
- P :Lanjutkan
intervensi
- Memonitor
BB
- Monitor TTV
- Berikan
nutrisi sesuai
yang
diberikan
- Lakukan
perawatan
metode
kanguru
28
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut asumsi penelitian sesuai dengan hasil penelitian terkait berat
badan bayi sebelum diberikan terapi kanguru erat kaitan nya dengan kejadian
ibu yang melahirkan belum cukup bulan yang diperoleh dengan data yang di
peroleh pada penelitian ini ibu yang memiliki kehamilan kurang `dari 37
minggu akan berisiko melahirkan bayi dengan BBLR. Hal ini dapat terjadi
karena pertumbuhan janin pada intrauteri belum optimal. Dimana
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam intrauteri membutuhkan waktu
selama kurang lebih 38minggu untuk bayi siap di lahirkan dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan di luar rahim. Pada fenomena peneliti menemukan
bayi lahir dengan BBLR karena bayi kembar. Hal ini dapat mempengaruhi
terjadinya bayi BBLR karena bayi harus saling berbagi nutrisi terhadap kedua
janin dan juga ruang bayi untuk tumbuh dan berkembang semakin kecil
karena ada dua janin dalam satu rahim berdasarkan hasil penelitian ini bahwa
jenis kelamin laki-laki lebih banyak di bandingkan perempuan,. Jenis kelamin
bayi bukan termasuk salah satu faktor yang berpengaruh terhadap bayi
BBLR. Hal ini dapat terjadi karena selama peneliti melakukan penelitian bayi
laki-laki lebih banyak lahir jika di bandingkan dengan bayi perempuan.
Penelitian ini juga di perkuat oleh beberapa penelitian sebelumnya terkait
dengan pelaksanaa terapi kanguru penelitian yang juga telah dilakukan
Wayuni di Surakarta tahun 2012 dengan melakukakn kanggoro mother care
selama 4 jam sehari kepada bayi BBLR.
29
Setelah dilakukan terapi kanguru maka peniliti menganalisa bahwa
peningkatan berat badan bayi ini akan erat kaitan nya dengan peningkatan
berat badan bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Banyak faktor,salah satu
nya dalah kemamupuan bayi dalam menghisap ASI. ASI merupakan
komponen yang sangat penting dalam pertumbuhan bayi. ASI yang diminum
bayi harus sesuai dengan kebutuhan bayi itu sendiri. Dalam perawatan
metode kanguru frekuensi ibu dalam memberikan ASI lebih teratur dan tepat
waktu. Karena bayi selalu dalam dekapan ibu dan dalam kondisi bila bayi
sudah merasa haus dan memerlukan ASI maka bayi akan mencari sendiri
putting susu ibu dalam baju kanguru nya,sehingga hal ini juga membantu bayi
dan memenuhi kebutuhan akan nutrisi dan cairan nya kemudian hal tersebut
juga membantu bayi meningkatkan kemampuan dalam menyusui karena
reflek menghisap bayi akan selalu terasah dan terlatih serta hubungan batin
ibu dan bayi akan lebih baik lagi karena kontak lansung yang diberikan ibu
kepada bayi nya.
Secara keseluruhan untuk keberhasilan perawatan metode kanguru itu
sendiri dipengaruhi oleh nutrisi yang cukup, emosisonal bayi dan ibu yang
terjaga dengan baik, serta posisi bayi dalam perawatan metode kanguru. Ini
akan memberikan kestabilan suhu bayi dan mencegah dari resiko
hipotermi,kerena suhu ibu dan suhu bayi akan selalu memberikan support
satu sama lai nya. Secara fisiologisnya penembahan berat badan bayi juga
dipengaruhu oleh usia bayi, yaitu pada minggu pertama kelahiran
pertambahan berat badan bayi belum optimal dan juga hal tersebut tetap
terjadi pada bayi perawatan metode kanguru. Namun setidaknya perawatan
metode kanguru dapat membantu bayi dalam menstabilkan fungsi fisologis
bayi (suhu tubuh,pernafasan,denyut nadi) yang akan membantu dalam
metabolisme. Penilitian serupa juga pernah dilakukan di Surakarta oleh
Wahyuni tahun 2012, tentang perbandingan perawatan metode kanguru
dilakukan 4 jam sehari dengan 2 jam sehari. Penelitian nya dapat disimpulkan
terjadi kenaikan berat badan bayi setelah melakuakn PMK selama 4 jam
sehari dalam watu 2 minggu dengan rata-rata kenaikan berat badan 150,86
30
gram. Hasil penelitian ini lebih rendah jika dibanding kan dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti sendiri. Hasil yang didapatkan oleh peneliti yaitu
berat badan bayi meningkat sebanyak 28,30 per hari jika dihitung dalam
waktu 2 minggu maka peningkatan berat badan bayi adalah 396,2 dengan
rata-rata peningkatan berat badan badan bayi dengan PMK adalah sebesar
214,54 selam 10 hari. Perawatan metode kanguru terbukti dapat
meningkatkan suhu tubuh,menstabilkan pernafasan. Kenaikan berat badan
pada perawatan metode kanguru terjadi karena bayi dalam keadaan rileks,
beristirahat dengan posisi yang menyenangkan, menyerupai posisi dalam
rahim, sehingga kegelisahan bayi berkurang dan tidur lebih lama. Demikian
juga halnya dengan pernapasan akan berpengaruh terhadap metabolisme
dalam tubuh . bayi dengan perawatan metode kanguru frekuensi menyusui
akan lebih teratur dan tepat waktu. Bayi dengan perawaatn metode kanguru
mempunyai suhu tubuh relatif normal, denyut jantung dan pernapasan teratur.
Perawatan metode kanguru dapat menyebabkan peningktana kadar gula
glukosa lebih tinggi pada bayi. Peningkatan kadar glukosa akan menyebabkan
sel melakukan metabolosme dengan baik sehingga proses pertumbuhan sel
menjadi lebih baik. Saat melakukan penelitian menjalin hubungan saling
percaya antara responden dengan peneliti itu yang sangat penting.
B. SARAN
Bagi ibu yang memiliki bayi BBLR untuk dapat melakukan perawatan
metode kanguru secara continue karena sangat bermanfaat untuk bayi dan ibu
bayi. Perawatan metode kanguru dapat dialkukan oleh ibu dirumah hingga
berat bayi mencapai kurang lebih 2500 gram, jika ibu lelah bisa digantikan
oleh ayah atau anggota keluarga lain dengan syarat kebersihan bayi tetap
terjaga.
31
DAFTAR PUSTAKA
Septawira, dkk. 2011. Faktor Resiko Bayi Badan Lahir Rendah Di RSU KPU
Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2010. Volume 3 ( NO.8) hal: 45-
46.
Syifa Listiani. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Masalah
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Pada
Kasus BBLR Di Ruang Perinatologi RSUD Banyumas.[Karya Ilmiah
Akhir NERS]. Purwokerto(ID): Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Yugistiyowati, 2018. Pemberian Informasi Neonatal Developmental Care
Meningkatkan Sikap Perawat Dalam Merawat BBLR. Volume 5
( No.2 ) hal : 106
32