Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KOMPREHENSIF

IMUNISASI HEPATITIS B-0

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Bayi Baru Lahir

Disusun oleh:

Nur Faizah
NIM : 2209075

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG
2022 / 2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Komprehensif Bayi Baru Lahir di PMB Susi Kusumaningtyas,

telah disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :

Tanggal :

Dalam Rangka Praktik Fisiologis Holistik Bayi Baru Lahir yang telah

diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi Prodi

Pendidikan Profesi Kebidanan Jurusan Kebidanan Universitas Karya Husada

Tahun 2022.

Pembimbing Klinik Mahasiswa

Susi Kusumaningtyas Nur Faizah

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Mei Lia Nindya Zulis W, M.Tr.Keb

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan tugas laporan komprehensif dengan tema Kebutuhan Hepatitis B-0

pada Bayi Baru Lahir.

Penulis menyadari penyusunan laporan komprehensif ini berkat adanya

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan yang membantu dalam

penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari laporan komprehensif ini masih jauh dari kata sempurna

oleh karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk bahan

perbaikan di kemudian hari.

Akhir kata semoga laporan komprehensif ini dapat bermanfaat bagi semua

pembaca.

Semarang, 1 November 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................6
C. TUJUAN...................................................................................................6
D. MANFAAT...............................................................................................7
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN TEORI.................................................................................................8
A. TINJAUAN TEORI MEDIS.....................................................................8
B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN......................................38
BAB III..................................................................................................................43
TINJAUAN KASUS..............................................................................................43
BAB IV..................................................................................................................52
PEMBAHASAN....................................................................................................52
BAB V....................................................................................................................56
PENUTUP..............................................................................................................56
A. SIMPULAN.............................................................................................56
B. SARAN...................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................58

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia

kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram, merupakan

individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran

serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke ke

hidupan ekstrauterin (Dewi, 2010). Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi

baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan,

lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan)

yang berat. Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari

(Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Angka kematian bagi bayi khususnya neonatus merupakan indikator

dalam menilai status kesehatan masyarakat suatu bangsa dan kini digunakan

juga sebagai ukuran untuk menilai kualitas pengawasan antenatal.

Asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah

adalah asuhan yang diberikan kepada neonatus, bayi, balita, dan anak pra

sekolah yang memiliki kebutuhan atau masalah tentang kesehatannya.

Asuhan yang diberikan bertujuan untuk memantau perkembangan anak serta

deteksi dini apabila ada gangguan pertumbuhan maupun perkembangan, serta

untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita.

1
Target MDGs untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) di

Indonesia adalah sebesar 23 per 1.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun

2012 yaitu 34per 1.000 KH,hampir 75% dari semua kematian bayi

disebabkan oleh: neonatal, pneumonia, diare, malaria, campak, dan HIV /

AIDS, tujuannya adalah untuk lebih memotong angka kematian anak

sebanyak dua pertiga pada tahun 2015. Penyebab meningkatan AKB di

Kabupaten Semarang diantaranya kurangnya pemerataan pelayanan

kesehatan berikut fasilitasnya. Hal ini disebabkan kematian bayi sangat

dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, khususnya bayi baru lahir dengan

kelainan kongenital. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan kelainan

kongenital harus ditangani secara cepat dan tepat dengan pelayanan kesehatan

yang baik dan fasilitas kesehatan yang memadai. Namun, apabila pelayanan

kesehatan dan fasilitas kesehatan kurang merata akan berdampak pada

kegagalan dalam penanganan bayi baru lahir dengan kelainan kongenital yang

dapat menyebabkan cacat seumur hidup bahkan kematian (Dinkes Kabupaten

Semarang, 2011).

Dalam 30 tahun terakhir ini angka kematian bayi turun dengan

mencolok, tapi angka kematian perinatal dalam 10 tahun terakhir kurang lebih

menetap. Misi MPS (Making Pregnancy Safer) di Indonesia tahun 2001-2010

antara lain adalah menurunkan angka kematian neonatal menjadi 16 per 1000

kelahiran hidup dari 77,3-137,7 per 1000 (referrai hospital) untuk mencapai

sasaran tersebut. Intervensi yang sangat kritis adalah tersedianya tenaga

penolong persalinan yang terampil dan dapat memberikan pelayanan medik.

2
Dengan adanya standart pelayanan medik. Dengan adanya standar tersebut

para petugas kesehatan mengetahui kinerja apa yang diharapkan dari mereka

apa yang harus mereka lakukan pada setiap tingkat pelayanan, serta

kompetensiapa yang diperlukan.

Standar pelayanan kebidanan dalam program kunjungan bayi baru

lahir atau neonatus minimal dilaksananan sebanyak 3 kali kunjungan.

Kunjungan Neonatal pertama (KN 1) adalah kunjungan pada 0-2 hari. Asuhan

yang diberikan yaitu pemberian vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis

B0 bila belum diberikan pada saat lahir, perawatan tali pusat, pencegahan

hipotermi, pencegahan infeksi.

Menurut penelitian Edward Surjono, Ellen Wijaya, Elizabeth Clarissa

tahun 2011 “Pentingnya Profilaksis Vitamin K1 Pada Bayi Baru Lahir” bayi

baru lahir cenderung mengalami defisiensi vitamin K karena cadangan

vitamin K dalam hati relatif masih rendah, sedikitnya transfer vitamin K

melalui tali pusat, rendahnya kadar vitamin K pada ASI, dan saluran

pencernaan bayi baru lahir yang masih steril. Kekurangan vitamin K berisiko

tinggi bagi bayi sehingga mengakibatkan Vitamin K Deficiency Bleeding

(VKDB). Tindakan preventif dengan pemberian profilaksis vitamin K1 pada

bayi baru lahir adalah hal penting yang harus diingat oleh penolong

persalinan. Bayi baru lahir yang tidak mendapatkan profilaksis vitamin K

memiliki risiko tinggi terjadinya perdarahan akibat VKDB. Kemudian

menjaga kehangatan bayi dengan cara memakaikan baju bayi, popok bayi,

3
penutup kepala, sarung tangan dan kaki, serta membedong bayi (Surjono,

Wijaya and Clarissa, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mahdalena Prihatin Ningsih

dan Lisa Rahmawati tentang “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi

Hepatitis B-0 dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0 di Wilayah Kerja

Puskesmas Padang Alai Tahun 2015” Salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku seseorang adalah pengetahuan. Semakin tinggi pengetahuan

seseorang terhadap suatu objek, maka semakin baik perilaku yang

ditunjukkan terhadap objek tersebut. Dalam hal ini perilaku responden akan

baik jika responden juga memiliki pengetahuan yang baik tentang imunisasi

hepatitis B-0. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan rendah

tentang imunisasi Hepatitis B. Sebagian besar responden tidak mendapatkan

imunisasi hepatitis B-0. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang

imunisasi hepatitis B-0 dengan pemberian imunisasi hepatitis B-0 pada bayi

di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Alai (Ningsih and Rahmawati, 2015).

Penelitian lain yang dilakukan oleh (Astutik, 2016) dengan judul

“Perawatan Tali Pusat Dengan Tehnik Kasa Kering Steril Dan Kasa Alkohol

70% Terhadap Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir (Di Wilayah Kerja

Puskesmas Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun)” menenrangkan bahwa

seluruh (100%) responden 24 mengalami pelepasan tali pusat secara normal

(5 – 7 hari) setelah dilakukan perawatan tali pusat menggunakan kasa kering

steril. Seluruh responden (100%) mengalami pelepasan tali pusat secara

lambat (>7 hari) setelah dilakukan perawatan tali pusat menggunakan kasa

4
alkohol 70 %. Jadi, ada pengaruh perawatan tali pusat dengan menggunakan

kasa kering steril terhadap pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir di wilayah

kerja Puskesmas Sumbersari Saradan Kab. Madiun.

Kunjungan Neonatal kedua (KN 2) adalah kunjungan 2-7 hari. Asuhan

yang diberikan yaitu konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI

eksklusif dan perawatan tali pusat, periksa tanda bahaya infeksi, pencegahan

hipotermi.

Menurut penelitian Nasriani tahun 2020 tentang “Hubungan

Pemberian Bantuan Cara Menyusui yang Benar dan Anjuran Menyusui On

Demand dengan Cakupan Asi Eksklusif Di Kabupaten Pangkep” menyusui

paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (On Demand) termasuk pada

malam hari, minimal 8 kali perhari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh

seringnya bayi menyusu. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI

akan berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila bayi menyusu terlalu

sebentar. Oleh karena itu, menyusui tanpa dijadwalkan sangat bermanfaat jika

ingin sukses menyusui secara eksklusif. Karena produksi mengikuti hukum

permintaan, semakin sering dihisap maka semakin banyak berproduksi.

Menyusui on demand berhubungan dengan cakupan ASI Eksklusif. Hal ini

berarti bahwa peningkatan cakupan ASI eksklusif cenderung dipengaruhi

oleh pelaksanaan menyusui on demand (Nasriani, 2020). Kemudian dilanjut

KN3 adalah kunjungan setelah 7-28 hari. Asuhan yang diberikan yaitu

imunisasi bayi 1 bulan meliputi BCG dan Polio 1, memastikan tidak terdapat

tanda-tanda infeksi, memastikan pemberian ASI ekslusif

5
Dari latar belakang diatas, bayi baru lahir yang tidak dilakukan asuhan

yang tepat mengakibatkan diagnosa potensial yang membahayakan bayi salah

satunya infeksi. Sehingga perlu dilakukannya langkah preventif yang aman

hingga dilakukannya intervensi dari diagnosa potensial. Maka kami, dalam

memberikan penatalaksanaan pemberian imunisasi HB-0 untuk mencegah

penyakit hepatitis pada bayi baru lahir. Pada laporan komprehensif ini kami

ingin melakukan intervensi berdasarkan evidence based.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang dan kenyataan yang ada dapat

merumuskan masalah yaitu: Bagaimana Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Fisiologis pada By. Ny. S usia 2 jam di PMB Susi Kusumaningtyas. dengan

kebutuhan imunisasi Hepatitis B-0 ?

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Laporan ini dibuat agar penulis dapat mengerti, memahami dan

melakukan tindakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan

menerapkan manajemen kebidanan

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada bayi baru lahir.

b. Mengidentifikasi diagnosa kebidanan bayi baru lahir.

c. Menyusun intervensi kebidanan kepada bayi baru lahir untuk

dilakukan pemberian HB-0.

6
d. Melakukan implementasi kepada kepada bayi baru lahir dengan

intervensi pemberian HB-0.

e. Melakukan evaluasi setelah dilakukan pemberian HB-0.

D. MANFAAT

1. Bagi PMB Susi Kusumaningtyas

Dapat menjadi bahan masukan untuk menambah pengetahuan tenaga

kesehatan dengan penatalaksanaan pada kepada bayi baru lahir dengan

pemberian HB-0

2. Bagi Keluarga

Keluarga dapat secara bersama-sama membantu mengoptimalkan

kesehatan anggota keluarga lainnya dengan membantu meringankan

keluhan

3. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa mampu mengembangkan kemampuan dan menanggapi

masalah serta kebutuhan bayi baru lahir dan mampu memberikan asuhan

kebidanan.

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI MEDIS

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia

kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram, merupakan

individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran

serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke ke

hidupan ekstrauterin (Dewi, 2010). Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi

baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan,

lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan)

yang berat. Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari

(Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Bayi baru lahir dibagi menjadi 2 :

a. Bayi normal/sehat adalah bayi lahir dengan berat badan antara 2500-

4000 gram dengan lama kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu yang

memerlukan perawatan biasa.

b. Bayi gawat (high risk baby) memerlukan penanggulangan khusus seperti

adanya asfiksia dan perdarahan.

2. Perubahan yang Terjadi pada BBL

Perubahan-perubahan yang segera terjadi sesudah kelahiran pada bayi baru

lahir (Sulistyawati and Nugrahaeny, 2010) adalah :

8
a. Perubahan metabolisme karbohidrat

Dalam waktu 2 jam setelah lahir kadar gula darah tali pusat akan

menurun, energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam

pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak

sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 Mg/100. Bila ada gangguan

metabolisme akan lemah. Sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan

neonatus maka kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemia.

b. Perubahan suhu tubuh

Setelah bayi lahir pengaturan suhu tubuhnya belum berfungsi

secara sempurna, sehingga berisiko mengalami hipotermi. Empat

mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas

tubuhnya yaitu konduksi, konveksi radiasi dan evaporasi.

Ketika bayi baru lahir, bayi berasa pada suhu lingkungan yang >

rendah dari suhu di dalam rahim. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu

kamar maka akan kehilangan panas melalui konveksi. Evaporasi sebanyak

200 kal/kg/BB/menit. Sedangkan produksi yang dihasilkan tubuh bayi

hanya 1/100 nya, keadaan ini menyebabkan penurunan suhu bayi sebanyak

20C dalam waktu 15 menit. Akibat suhu yang rendah metabolisme

jaringan meningkat dan kebutuhan O2 pun meningkat.

c. Perubahan pernafasan 

Pernapasan pertama pada bayi normal dalam waktu 30 menit pertama

sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan

alveoli, selain karena adanya surfaktan juga karena adanya tarikan napas

9
dan pengeluaran napas dengan merintih sehingga udara bisa tertahan di

dalam. Cara neonatus bernapas dengan cara bernapas diafragmatik dan

abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernapas belum

teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-

paru kaku sehingga terjadi atelektasis.

Selama dalam rahim ibu janin mendapat O2 dari pertukaran gas mill

plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi.

Rangsangan gas melalui paru-paru untuk gerakan pernafasan pertama.

a. Tekanan mekanik dari toraks pada saat melewati janin lahir.

b. Menurun kadar pH O2 dan meningkat kadar pH CO2 merangsang

kemoreseptor karohd.

c. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang, permukaan

gerakan pinafasa.

d. Pernafasan pertama pada BBL normal dalam waktu 30 detik setelah

persalinan. Dimana tekanan rongga dada bayi pada melalui jalan lahir

mengakibatkan cairan paru-paru kehilangan 1/3 dari jumlah cairan

tersebut. Sehingga cairan yang hilang tersebut diganti dengan udara.

Paru-paru mengembang menyebabkan rongga dada troboli pada

bentuk semula, jumlah cairan paru-paru pada bayi normal 80 – 100

ml.

d. Perubahan struktur

Dengan berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan O2

meningkat tekanan CO2 menurun. Hal ini mengakibatkan turunnya

10
resistensi pembuluh darah paru-paru sebagian sehingga aliran darah ke

pembuluh darah tersebut meningkat. Hal ini menyebabkan darah dari arteri

pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Dan

menciutnya arteri dan vena umbilikasis kemudian tali pusat dipotong

sehingga aliran darah dari plasenta melalui vena cava inverior dan foramen

oval atrium kiri terhenti sirkulasi darah bayi sekarang berubah menjadi

seperti semula.

e. Sirkulasi darah

Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta melalui vena

umbilikalis lalu sebagian ke hati dan sebagian lainnnya langsung ke

serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah

di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik

kanan darah dipompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus

arteriosus aorta.

Sedangkan setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan

mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti dengan

menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan

tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung

kanan, sehingga menyebabkan foramen ovale menutup.

f. Perubahan pada traktus digestivus

Pada BBL traktus digestivus mengandung zat berwarna hitam

kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida atau disebut mekonium.

11
Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupanAlat-alat

pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi.

3. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir Normal

a. Berat badan : 2500 – 4000 gr.

b. Panjang badan : 48 – 52 cm.

c. Lingkar kepala : 33 – 35 cm.

d. Lingkar dada : 30 – 38 cm.

e. Bunyi jantung : 120 – 160 x/menit.

f. Pernafasan dada : 40 – 60x/menit.

g. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan dan diikuti vernik caseosa.

h. Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna.

i. Kuku telah agak panjang dan lepas.

j. Genetalia jika perempuan labia mayora telah menutupi labia minora, jika

laki-laki testis telah turun.

k. Refleks hisab dan menelan telah terbentuk dengan baik.

l. Refleks moro bila dikagetkan akan kelihatan seperti memeluk.

m. Gerak refleks sudah baik bila tangan diletakkan benda bayi akan

menggenggam.

n. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam (Dewi,

2010).

4. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir

a. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir

12
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-

4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis,

bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak

ada cacat bawaan (Kemenkes RI, 2010).

Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar

dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-

160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, kulit kemerahmerahan dan licin

karena jaringan subkutan yang cukup, lanugo tidak terlihat dan rambut

kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR

>7, gerakan aktif, bayi lahir langsung menangis, refleks-refleks sudah

terbentuk dengan baik rooting (mencari putting susu dengan rangsangan

taktil pada pipi dan daerah mulut), sucking (hisap dan menelan), morro

(gerakan memeluk bila dikagetkan), grasping (menggenggam), organ

genitalia pada bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum dan penis

berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra berlubang serta

adanya labia minora dan mayora, mekonium sudah keluar dalam 24 jam

pertama berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2010).

b. Tanda bayi sakit

Sesak napas, frekuensi pernapasan 60 kali/ menit, gerak retraksi di

dada, malas minum, panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif,

berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum

(Prawirohardjo, 2010).

c. Tanda bayi sakit berat

13
Apabila terdapat salah satu atau lebih tanda-tanda yaitu sulit minum,

sinosis sentral (lidah biru), perut kembung, periode apneu, kejang/

periode kejang-kejang kecil, merintih, perdarahan, sangat kuning, berat

badan lahir < 1500 gram (Prawirohardjo, 2010).

5. Klasifikasi BBL

Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi menurut

(Marmi and Kukuh, 2012), yaitu :

a. Bayi baru lahir atau neonatus menurut masa gestasinya :

1) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)

2) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)

3) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)

b. Bayi baru lahir atau neonatus menurut berat badan lahir :

1) Berat lahir rendah : < 2500 gram

2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram

3) Berat lahir lebih : > 4000 gram

c. Bayi baru lahir atau neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi

(masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :

1) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)

2) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)

6. Pemeriksaan Pada BBL

Menurut (Mochtar, 2011), pemeriksaan yang dilakukan pada BBL adalah :

a. APGAR Score

14
1) Nilai 1-3 : asfiksia berat

2) Nilai 4-6 : asfiksia sedang

3) Nilai 7-10: asfiksia ringan (normal)

Tanda APGAR

Skor 0 1 2 Angka

A: Appearance Pucat Badan Merah, Seluruh tubuh

color (warna kulit). ekstremitas biru kemerah-

merahan

P: Pulse (heart rate) Tidak ada Kurang dari 100 Di atas 100

(frekuensi denyut

jantung)

G: Grimace (reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Menangis,

terhadap mimic batu/ bersin

rangsangan)

A: Activity (tonus Lumpuh Ekstremitas Gerakan Aktif

otot) sedikit fleksi

R: Respiration Tidak ada Lemah, tidak Menangis kuat

(usaha bernapas) teratur

Jumlah

b. Pengukuran Antropometri

Macam-macam pengukuran antropometri yang dilakukan pada bayi baru

lahir yaitu lingkar kepala, lingkar dada, panjang badan dan berat badan.

c. Refleks

Macam-macam refleks terdiri dari refleks kedipan (glabelar refleks),

refleks mencari putting (rooting refleks), refleks menghisap (sucking

15
refleks), tonic neck refleks, grasping refleks, refleks moro, walking

refleks dan babinsky refleks.

7. Tahapan Bayi Baru Lahir

Menurut (Ladewig et al., 2010), ada beberapa tahapan pada bayi baru

lain seperti :

a. Periode Pertama

ReaktivitasPeriode pertama reaktivitas berakhir kira-kira 30 menit setelah

kelahiran. Frekuensi nadi cepat dan tidak teratur. Frekuensi mencapai 80

kali/ menit. Fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis. Menangis

kuat, refleks mengisap yang kuat.

b. Fase Tidur

Dimulai kira-kira 30 menit setelah periode pertama reaktivitas dan bisa

berakhir sampai 2-4 jam. Frekuensi jantung dan pernapasan menurun.

Kestabilan warna kulit; terdapat beberapa akrosianosis. Bising usus bisa

didengar.

c. Periode Kedua Reaktivitas

Periode kedua reaktivitas berakhir sekitar 4-6 jam. Frekuensi nadi 120-160

kali/ menit. Pernapasan berkisar dari 30 hingga 60 kali/ menit. Warna kulit

menjadi warna merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan disertai

bercak. Bayi kerapkali berkemih dan mengeluarkan mekonium selama

periode ini. Refleks pengisapan sangat kuat dan bayi bisa sangat aktif.

8. Program Kunjungan Bayi Baru Lahir atau Neonatus

16
Menurut (Kemenkes RI, 2016) tentang standar pelayanan minimal KN

dibagi menjadi 3, yaitu:

a. KN1 adalah kunjungan pada 0-2 hari. Asuhan yang diberikan yaitu

pemberian vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B0 bila belum

diberikan pada saat lahir, perawatan tali pusat, pencegahan hipotermi,

pencegahan infeksi.

Menurut penelitian Edward Surjono, Ellen Wijaya, Elizabeth

Clarissa tahun 2011 “Pentingnya Profilaksis Vitamin K1 Pada Bayi Baru

Lahir” bayi baru lahir cenderung mengalami defisiensi vitamin K karena

cadangan vitamin K dalam hati relatif masih rendah, sedikitnya transfer

vitamin K melalui tali pusat, rendahnya kadar vitamin K pada ASI, dan

saluran pencernaan bayi baru lahir yang masih steril. Kekurangan vitamin

K berisiko tinggi bagi bayi sehingga mengakibatkan Vitamin K Deficiency

Bleeding (VKDB). Tindakan preventif dengan pemberian profilaksis

vitamin K1 pada bayi baru lahir adalah hal penting yang harus diingat oleh

penolong persalinan. Bayi baru lahir yang tidak mendapatkan profilaksis

vitamin K memiliki risiko tinggi terjadinya perdarahan akibat VKDB.

Kemudian menjaga kehangatan bayi dengan cara memakaikan baju bayi,

popok bayi, penutup kepala, sarung tangan dan kaki, serta membedong

bayi (Surjono, Wijaya and Clarissa, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mahdalena Prihatin Ningsih

dan Lisa Rahmawati tentang “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang

Imunisasi Hepatitis B-0 dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0 di

17
Wilayah Kerja Puskesmas Padang Alai Tahun 2015” Salah satu faktor

yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah pengetahuan. Semakin

tinggi pengetahuan seseorang terhadap suatu objek, maka semakin baik

perilaku yang ditunjukkan terhadap objek tersebut. Dalam hal ini perilaku

responden akan baik jika responden juga memiliki pengetahuan yang baik

tentang imunisasi hepatitis B-0. Sebagian besar responden memiliki

pengetahuan rendah tentang imunisasi Hepatitis B. Sebagian besar

responden tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B-0. Terdapat hubungan

antara pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis B-0 dengan pemberian

imunisasi hepatitis B-0 pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Padang

Alai (Ningsih and Rahmawati, 2015).

Penelitian lain yang dilakukan oleh (Astutik, 2016) dengan judul

“Perawatan Tali Pusat Dengan Tehnik Kasa Kering Steril Dan Kasa

Alkohol 70% Terhadap Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir (Di

Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun)”

menenrangkan bahwa seluruh (100%) responden 24 mengalami pelepasan

tali pusat secara normal (5 – 7 hari) setelah dilakukan perawatan tali pusat

menggunakan kasa kering steril. Seluruh responden (100%) mengalami

pelepasan tali pusat secara lambat (>7 hari) setelah dilakukan perawatan

tali pusat menggunakan kasa alkohol 70 %. Jadi, ada pengaruh perawatan

tali pusat dengan menggunakan kasa kering steril terhadap pelepasan tali

pusat pada bayi baru lahir di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Saradan

Kab. Madiun.

18
b. KN2 adalah kunjungan 2-7 hari. Asuhan yang diberikan yaitu konseling

perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif dan perawatan tali pusat,

periksa tanda bahaya infeksi, pencegahan hipotermi.

Menurut penelitian Nasriani tahun 2020 tentang “Hubungan

Pemberian Bantuan Cara Menyusui yang Benar dan Anjuran Menyusui On

Demand dengan Cakupan Asi Eksklusif Di Kabupaten Pangkep” menyusui

paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (On Demand) termasuk pada

malam hari, minimal 8 kali perhari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh

seringnya bayi menyusu. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI

akan berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila bayi menyusu

terlalu sebentar. Oleh karena itu, menyusui tanpa dijadwalkan sangat

bermanfaat jika ingin sukses menyusui secara eksklusif. Karena produksi

mengikuti hukum permintaan, semakin sering dihisap maka semakin

banyak berproduksi. Menyusui on demand berhubungan dengan cakupan

ASI Eksklusif. Hal ini berarti bahwa peningkatan cakupan ASI eksklusif

cenderung dipengaruhi oleh pelaksanaan menyusui on demand (Nasriani,

2020).

c. KN3 adalah kunjungan setelah 7-28 hari. Asuhan yang diberikan yaitu

imunisasi bayi 1 bulan meliputi BCG dan Polio 1, memastikan tidak

terdapat tanda-tanda infeksi, memastikan pemberian ASI ekslusif.

9. Asuhan Segera Bayi Baru Lahir

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi

tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. (Sudarti, 2010)

19
Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir :

1. Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat.

a. Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan kontak antara kulit bayi

dengan kulit ibu.

b. Ganti handuk / kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut

dan memastikan bahwa kepala telah terlindungi dengan baik untuk

mencegah keluarnya panas tubuh.

c. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap

15 menit.

1) Bila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksilah bayi.

2) Bila suhu bayi < 36,5oC, segera hangatkan bayi tersebut.

2. Kontak dini dengan bayi

Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk :

a. Kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi baru

lahir.

b. Ikatan batin dan pemberian ASI.

Dorong ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap (dengan

menunjukkan refleks rooting) jangan paksa bayi untuk menyusu.

3. Segera setelah melahirkan badan bayi :

a. Sambil secara cepat menilai pernapasannya, letakkan bayi dengan

handuk di atas perut ibu.

20
b. Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah atau lendir dari

wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa

ulang pernapasan bayi. (Prawirohardjo, 2006)

10. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir

Penatalaksanaan awal bayi baru lahir (Menurut buku Asuhan persalinan

Normal Revisi 2016) terdiri dari:

1. Pencegahan infeksi 

Tindakan pencegahan infeksi saat melakukan penanganan bayi baru lahir :

a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan bayi.

b. Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum

dimandikan.

c. Pastikan semua peralatan telah desinfektan tingkat tinggi / steril. Jika

menggunakan bola karena penghisap, pakai yang bersih dan baru.

d. Pastikan bahwa benda-benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi

dalam keadaan bersih.

2. Penilaian Awal

Keadaan umum bayi baru lahir dinilai pada menit ke-1 dan ke-5

sesudah lahir. Penilaiannya dengan menggunakan  Apgar score. Bayi baru

lahir normal, nilai Apgarnya antara Apgar score. Bayi baru lahir normal,

nilai Apgarnya antara 7-10. Nilai Apgar 4-6 menandakan bayi menderita

asfiksia sedang-ringan, sedangkan  nilai Apgar 0-3 menandakan bayi

menderita asfiksia berat. Dan bila nilai Apgar dalam 2 menit tidak

mencapai nilai 7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lanjut.

21
Yang dinilai 0 1 2 Jumlah

Appearance Biru, pucat Badan merah, Seluruh tubuh

(warna kulit) Ekstremitas biru kemerah-

merahan

Pulse rate Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100

(frekuensi

nadi)

Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin

(reaksi mimik

rangsangan)

Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif

(tonus otot) fleksi

Respiratory Tidak ada Lemah/tidak Baik/menangis

(pernapasan) teratur

Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir secara cepat dan tepat

(0-30). Nilai kondisi bayi dengan 5 pertanyaan berikut :

a. Apakah air ketuban jernih atau tidak ?

b. Apakah bercampur mekonium ?

c. Apakah bayi bernafas spontan ?

d. Apakah kulit bayi berwarna kemerahan ?

e. Apakan tonus otot bayi cukup ?

f. Apakah ini kehamilan cukup bulan ?

3. Pencegahan Kehilangan Panas 

22
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara

evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi. Mencegah terjadinya

kehilangan panas dapat dilakukan dengan cara mengeringkan tubuh bayi

tanpa membersihkan verniks, meletakkan bayi agar terjadi kontak kulit

ibu ke kulit bayi, menyelimuti bayi dan ibu dan pakaikan topi di kepala

bayi, tidak segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir (BBL

dimandikan 6 jam setelah lahir), dan menempatkan bayi di lingkungan

yang hangat (JNPK-KR, 2010).

Bayi baru lahir dapat mengatur temperatur tubuhnya secara

memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak

segera dicegah. Mekanisme kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir:

a. Evaporasi adalah kehilangan panas karena menguapkan air ketuban

yang tidak cepat dikeringkan, atau terjadi setelah bayi dimandikan.

b. Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontrak langsung antara

tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.

c. Konveksi adalah kehilangan panas saat bayi terpapar dengan udara di

sekitar yang lebih dingin.

d. Radiasi adalah kehilangan panas saat bayi ditempatkan dekat benda

yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur

tubuh bayi.

Cara mencegah kehilangan panas 

a. Keringkan bayi secara seksama.

b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.

23
c. Tutup bagian kepala bayi.

d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

e. Jangan segera memandikan bayi baru lahir.

f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

Berdasarkan penelitian (Ekawati, 2015) tentang Pengaruh IMD

terhadap Perubahan Suhu Tubuh pada Bayi Baru Lahir didapatkan hasil

bahwa hampir seluruhnya atau 76,2% bayi baru lahir sebelum dilakukan

IMD mengalami penurunan suhu tubuh dan sesudah dilakukan IMD

sebagian kecil atau 23,8% bayi baru lahir yang mengalami suhu tubuh

rendah artinya adanya pengaruh pelaksanaan IMD terhadap perubahan

suhu tubuh bayi baru lahir. Sehingga IMD dapat untuk mencegah

terjadinya Hipotermi pada bayi baru lahir.

4. Rangsangan Taktil

Jika bayi baru lahir tidak mulai bernafas secara memadai setelah

tubuhnya dikeringkan dan lendirnya dihisap, maka berikan rangsangan

taktil secara singkat. Rangsangan taktil dapat dilakukan dengan 2 cara

yaitu:

a. Gosok punggung, tubuh, kaki/tangan bayi dengan lembut sebanyak 1

atau 2 kali.

b. Dengan lenbut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi sebanyak 1 atau 2

kali.

24
5. Asuhan tali pusat

Dalam melakukan asuhan tali pusat, prinsipnya harus bersih dan

kering. Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, maka

lakukan pengikatan tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan

menggunakan benang desinfeksi tinggat tinggi atau klem plastik tali

pusat. Lankah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh

lainnya.

b. Bilas tangan dengan air matang / desinfeksi tingkat tinggi.

c. Keringkan tangan tersebut dengan handuk / kain bersih dan kering.

d. Ikat puntung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan

menggunakan benang diinfeksi tingkat tinggi / klem plastik tali pusat.

e. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling

puntung tali pusat dan lakukan pengikatan ke 2 dengan simpul kunci

dibagian tali pusat pada hasil yang berlawanan.

f. Lepaskan menjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin

0,5%.

g. Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering. Pastikan bahwa

bagian kepala bayi tertutup dengan baik.

25
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam asuhan tali pusat:

a. jangan membungkus, mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke

puntung tali pusat dan nasihati keluarga agar tidak memberikan

apapun pada pusat bayi.

b. Pemakaian alkohol ataupun betadin masih diperkenankan sepanjang

tidak menyebabkan tali pusat basah / lembab.

c. Beri nasihat kepada ibu / keluarga sebelum penolong meninggalkan

bayi

1) Lipat popok di bawah putung tali pusat.

2) Jika putung tali pusat kotor, cuci dengan lembut menggunakan

air matang, dan sabun keringkan dengan kain bersih.

3) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencapai bantuan perawatan

jika pusat menjadi merah atau mengeluarkan nanah / darah dan

segera rujuk bayi kefasilitas yang lebih memadai.

Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi,

dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi

mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan

tanpa membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau

perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali

pusat dengan cara menjepit tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari

pusat (umbilikus) bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan

melakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.

Kemudian melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat dengan cara

26
mengangkat tali pusat yang telah di jepit kemudian melakukan

pemotongan tali pusat (melindungi perut bayi) di antara 2 klem tersebut.

Selanjutnya mengikat tali pusat dengan umbilical cord.

Penelitian mengungkapkan bahwa Efektifitas Waktu Penundaan

Pemotongan Tali Pusat terhadap Kadar Hemoglobin Pada Bayi Baru Lahir

di RS Anutapura Kota Palu yang dilakukan Lili Suryani memberikan hasil

bahwa penundaan pemotongan tali pusat 2 menit setelah lahir dapat

meningkatkan kadar HB pada bayi baru lahir, Penundaan penjepitan

memungkinkan waktu untuk mentransfer darah janin di plasenta ke bayi

pada saat kelahiran. Transfusi plasenta ini dapat memberi bayi tambahan

volume darah 40% lebih banyak (Suryani, 2019). Selain itu menurut

Ajeng Rakhma Sejati, dalam penelitian nya tentang pengaruh penundaan

pemotongan tali pusat terhadap lama lahir plasenta, lama puput tali pusat

dan keberhasilan inisiasi menyusu dini (imd) di rb anny rahardjo dan rb

rosnawati jakarta timur didapatkan hasil bahwa lama puput tali pusat 1,5

lebih cepat untuk bayi yang dilakukan penundaan pemotongan tali pusat

(Sejati, 2018).

Perawatan tali pusat dilakukan dengan tidak membungkus tali pusat

atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kemenkes RI,

2013). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Asiyah, Islami and

Mustagfiroh, 2017) tentang perawatan tali pusat terbuka sebagai upaya

mempercepat pelepasan tali pusat menunjukkan bahwa waktu lepasnya tali

27
pusat yang dirawat terbuka rata-rata 5-7 hari sebanyak 15 bayi (75 %),

lebih cepat dibandingkan dengan perawatan tali pusat tertutup.

6. Inisiasi Menyusu Dini

Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera

setelah lahir selama paling sedikit satu jam. Prinsip menyusu/ pemberian

ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif (JNPK-KR,

2010).

Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi

tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk

melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari,

menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan

berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu pertama

biasanya berlangsung pada menit ke- 45-60 dan berlangsung selama 10-

20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara. Jika bayi belum

menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat

dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60

menit berikutnya. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2

jam, lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya kemudian

dikembalikan lagi kepada ibu untuk belajar menyusu (Kemenkes RI,

2013).

Hal ini sudah sesuai dengan teori penelitian (Setyorini, Rustina and

Nasution, 2011), mengemukakan bahwa ada pengaruh inisiasi menyusu

dini dengan peningkatan suhu tubuh bayi karena kulit bayi menempel

28
pada kulit ibu sehingga terjadi konduksi, yaitu perpindahan panas secara

langsung dari ibu ke bayi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

bahiyatun (2015), dapat kita ketahui bahwa ibu pasca bersalin yang

melakukan IMD akan mengalami pelepasan plasenta secara cepat dan

mengalami perdarahan yang sedikit dibandingkan dengan ibu pasca

bersalin yang tidak melakukan IMD (Bahiyatun, 2015). Penelitian

Pawestri dalam Pengaruh Imd Dengan Perdarahan Ibu 2 Jam Post Partum

Di Kota Semarang mendapatkan hasil bahwa Terdapat perbedaan yang

bermakna antara Jumlah perdarahan ibu 2 jam posr partum yang

dilakukan tindakan IMD dengan jumlah perdaarahan ibu 2 jam post

partum yang tidak dilakukan IMD. IMD dapat meningkatkan kadar

oksitosin sehingga terjadi peningkatan kontraksi uterus yang dapat

menguranggi perdarahan ibu post partum dan juga menyebabkan proses

involusia semakin cepat. IMD juga dapat menyebabkan ibu dalam

keadaan rileks dan jauh dari kondisi stress, sehingga produksi oksitosin

dapat meningkat dan dapat mengurangi jumlah perdarahan postpartum

(Khayati, 2017).

7. Memberikan suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri

anterolateral setelah Inisiasi Menyusu Dini

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1

(Phytomenadione) injeksi 1 mg IM di paha kiri, setelah 1 jam kontak kulit

ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL

29
akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL

(Kemenkes RI, 2013).

Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic

disease of the newborn dapat diberikan dalam suntikan yang memberikan

pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan

beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi

yang kurang pasti pada bayi (Lissauer and Fanaroff, 2013)

8. Upaya profilaksis terhadap gangguan mata.

Tetes mata / salep antibiotik tersebut harus diberikan dalam waktu 1

jam pertama setelah kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan pada

mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam 1 jam pertama

kehidupannya.

Tehnik pemberian profilaksis mata :

a. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.

b. Jelaskan pada keluarganya tentang apa yang anda lakukan, yakinkan

mereka bahwa obat tersebut akan sangat menguntungkan bayi.

c. Berikan salep / teki mata dalam satu garis lurus, mulai dari bagian

mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar

mata.

d. Jangan biarkan ujung mulut tabung / salep atau tabung penetes

menyentuh mata bayi.

e. Jangan menghapus salep / tetes mata bayi dan minta agar

keluarganya tidak menghapus

30
Salep mata untuk mencegah infeksi mata diberikan setelah 1 jam

kontak kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi tersebut

mengandung antibiotika tetrasiklin 1%. Salep antibiotika harus tepat

diberikan pada waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan

infeksi mata tidak efektif bila diberikan lebih dari satu jam setelah

kelahiran (JNPK-KR, 2010).

9. Memberikan imunisasi Hb 0

Imunisasi hepatitis B 0,5 ml diberikan secara intramuskular, di

paha kanan anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian

vitamin K1 atau batas maksimal 7 hari (JNPK-KR, 2010).Menurut

(Varney, 2012) apabila HB0 belum diberikan pada saat lahir, maka

diberikan sebelum bayi berumur 7 hari.

10. Mulai Pemberian ASI

Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah

bayi lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba

untuk menyusukan bayinya segera setlah tali pusat diklem dan dipotong

berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya.

Keuntungan pemberian ASI

a. Merangsang produksi air susu ibu.

b. Memperkuat reflek menghisap bayi.

c. Mempromosikan keterikatan antara ibu dan bayinya.

d. Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum.

e. Merangsang kontraksi uterus.

31
Posisi untuk menyusui 

a. Ibu memeluk kepala dan tubuh bayi secara urus agar muka bayi

menghadapi ke payudara ibu dengan hidung di depan puting susu ibu.

Perut bayi menghadap ke perut ibu dan ibu harus menopang seluruh

tubuh bayi tidak hanya leher dan bahunya.

b. Dekatkan bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk menghisap

puting susu.

c. Membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada puting susu

di payudaranya.

1) Dagu menyentuh payudara ibu.

2) Mulut terbuka lebar.

3) Mulut bayi menutupi sampai ke areola.

4) Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar.

5) Bayi menghisap dengan perlahan dan dalam, serta kadang-

kadang berhenti.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan

dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia

2 tahun. Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur

dalam SK Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian

ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk

dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI

32
Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi baru lahir

dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.

Waktu awal kelahiran bayi belum membentuk kekebalan daya tahan

tubuh secara sempurna, sehingga ASI dapat memberikan zat-zat kekebalan

yang belum dapat dibuat oleh bayi tersebut, sehingga bayi yang minum

ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal dari kehidupannya. Komponen

zat anti infeksi yang banyak dalam ASI akan melindungi bayi dari

berbagai macam infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan

antigen lainnya (Suraatmaja, 2010).

11. Melakukan rawat gabung dengan ibu

Rawat gabung ialah penempatan bayi dalam satu kamar dengan

ibunya,biasanya disamping ibu atau tempat tidur ibunya. Rawat gabung

juga merupakan lanjutan dari ambulasi dini supaya ibu mampu merawat

anaknya karena hubungan kasih sayang antara ibu dan anak akan terjalin.

Dan ibu akan lebih pandai memelihara anaknya setelah keluar dari rumah

sakit (Wirakusumah, 2016).

Menurut penelitian Lestari tentang Hubungan Rawat Gabung dengan

Mobilisasi Dini didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara rawat

gabung dengan mobilisasi dini pada ibu nifas hari pertama (x2 hitung > x2

tabel dengan derajat kepercayaan 95%, berarti Ho ditolak dan H1.

Sehingga keinginan ibu untuk segera merawat bayinya sendiri, serta

keinginan ibu untuk segera menyusui bayinya menyebabkan meningkatnya

motivasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini.

33
11. Perawatan Sehari-Hari Bayi Baru Lahir

1. Mata

Harus selalu diperiksa untuk melihat tanda-tanda infeksi. Mata dapat

dibersihkan dengan air steril atau aqua destilla.

2. Mulut

Diperiksa untuk melihat kemungkinan infeksi dengan kandida (oral

thrush).

3. Kulit

Terutama di lipatan-lipatan (paha, leher, belakang telinga, dan ketiak)

harus selalu bersih dan kering. Bagian-bagian tersebut harus besih dari

verniks kaseosa.

4. Tali pusat

Pada umumnya akan puput waktu bayi berumur 6-7 hari. Bila tali pusat

belum puput maka setiap sesudah mandi tali pusat harus dibersihkan dan

dikeringkan.

5. Kain popok

Harus segera diganti setiap kali basah karena air kencing atau tinja.

Bokong bayi dibersihkan dengan air steril dan kemudian dikeringkan.

Bila bokong selalau basah kemungkinan lecet dan terjadi infeksi besar air

pembersih bokong ditambah dengan zat antiseptic yang dapat membunuh

kuman.

34
6. Minuman bayi

Kebutuan cairan pada tiap-tiap bayi untuk mencapai kenaikan berat badan

yang optimal berbeda-beda. Oleh sebab itu, pemberian cairan kepada bayi

yang daya isap dan menelannya baik hendaknya sesuai kebutuhan yaitu

20-30 cc setiap 3 jam sekali. Dalam hari-hari pertama berat badan akan

turun oleh karena pengeluaran mekonium dan masuknya cairan belum

mencukupi

12. Refleks Pada Bayi Baru Lahir

1. Mata

a. Berkedip atau reflek corneal

Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau

pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang

hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf

cranial.

b. Pupil

Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus

sepanjang hidup.

c. Glabela

Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata)

menyebabkan mata menutup dengan rapat.

2. Mulut dan tenggorokan

a. Menghisap (sucking)

35
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral

sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama

masa bayi, bahkan tanpa rangsangan.

b. Muntah

Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau

masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah,

reflek ini harus menetap sepanjang hidup.

c. Rooting

Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan

menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan

mulai menghisap, harus hilang pada usia kira – kira 3 -4 bulan.

d. Menguap

Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan

jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup.

e. Ekstrusi

Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan

mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan.

f. Batuk

Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus

terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir.

3. Ekstrimitas

36
a. Menggenggam

Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki

menyebabkan fleksi tangan dan jari.

b. Babinski

Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan

menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan

haluks dorso fleksi.

4. Masa tubuh

a. Reflek moro

Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang

menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta

mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk “C”

diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi

dengan lemah.

b. Startle

Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan

fleksi siku tangan tetap tergenggam.

c. Tonik leher

Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan

kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang

berlawanan dan kaki fleksi.

37
d. Neck – righting

Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan

batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis.

e. Inkurvasi batang tubuh (gallant)

Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang

menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi.

B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

1. Menajemen Kebidanan

a. Definisi Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara

sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Mufdilah & Hidayat, A

Kharimaturrahmah, 2012).

b. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan

Menurut Varney dalam Kriebs & Gegor (2010) menajemen

asuhan pada kebidanan terdiri dari tujuh langkah :

1) Langkah I: Pengumpulan Data Dasar

Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi dari

klien/orang yang meminta asuhan. Data yang tepat adalah data

38
yang relefan dengan situasi yang sedang ditinjau.kegiatan

pengumpulan data dimulia saat klien masuk dan dilanjutkan

secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,

dan pemeriksaan. Klasifikasi data dibagi menjadi dua yaitu data

subyektif dan data obyektif.

2) Langkah II: Interpretasi Data Dasar atau Menganalisa Data

Data dasar yang sudah dikumpulkan kemudian

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa

yang spesifik. Sedangkan pengertian masalah/diagnosa adalah

suatu pernyataan dari masalah pasien/klien yang nyata atau

potensial dan membutuhkan tindakan.

3) Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

dan tindakan segera sebagai antisipasinya.

Langkah ketiga yaitu mengidentifikasi masalah potensial

berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi. Pada

langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan. Langkah ini penting sekali dalam

melakukan asuhan yang aman dan bersifat antisipasi yang

rasional/ logis.

Pada langkah III perlunya tindakan segera dan melakukan

tindakan berdasarkan masalah potensial yang sudah dirumuskan.

Tindakan segera dilakukan untuk mengantisipasi ancaman yang

39
fatal, sehingga nyawa ibu dan janin dapat terselamatkan. Untuk

dilakukannya tindakan antisipasi atau langkah pencegahan bidan

bisa menggunakan Skor Poedji Rochjati.

4) Langkah IV : Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi

Segera dengan Tenaga Kesehatan Lain

Pada kondisi tertentu, seorang bidan harus melakukan

tindakan segera untuk menyelamatkan pasien. Tindakan tersebut

mungkin perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan

dokter kandungan atau tim kesehatan lainnya. Seorang bidan

juga harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk

menentukan kepada siapa sebaiknya konsultasi dan kolaborasi

dilakukan.

5) Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Komprehensif/

Menyeluruh

Langkah kelima dilakukan perencanaan asuhan

komprehensif atau menyeluruh berdasarkan langkah

sebelumnya. Semua perencanaan asuhan disusun berdasarkan

pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to

date, perawatan berdasarkan bukti (evidance based), serta

divalidisasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan

dan tidak diinginkan oleh pasien. Pasien perlu dilibatkan dalam

menyusun perencanaan karena pengambilan keputusan dalam

40
melaksanakan rencana asuhan harus disetujui oleh pasien

(Sulistyawati, 2011).

6) Langkah VI : Melaksanakan Asuhan Sesuai Perencanaan Secara

Efisien dan Aman

Menurut Sulistyawati (2011) pelaksanaan perencanaan

asuhan dilakukan secara efisien dan aman. Realisasi dari

perencanaan dapat dilakukan oleh pasien, bidan atau anggota

keluarga yang lain. Menejemen yang efisien akan menyingkat

waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan. Pelaksanaan

asuhan dapan dilakukan dalam tindakan mandiri, kolaborasi dan

tindakan pengawasan.

7) Langkah VII : Melakukan Evaluasi Terhadap Asuhan yang

Telah Dilaksanakan

Menurut Sulistyawati (2011) evaluasi meliputi tercapianya

asuhan kebidanan, efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah

dan hasil tindakan. Berupa pemulihan kondisi pasien,

peningkatan kesejahteraan emosional, peningkatan pengetahuan

dan kemampuan pasien mengenai perawatan diri, serta

peningkatan kemandirian pasien dan keluarga dalam memenuhi

kebutuhan kesehatannya.

c. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Menurut Nursing Documentasion (1994) dalam Ai & Rukiyah

(2014) pendokumentasian hasil asuhan merupakan catatan tentang

41
interaksi antara pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan yang

mencatat tentang hasil pemeriksaan prosedur, pengobatan pada

pasien dan pendidikan kesehatan pada pasein serta respon pasien

pada semua kegiatan yang dilakukan. Metode pendokumentasian

yang dilakukan dalam asuhan kebidanan adalah dengan

menggunakan SOAP :

1) S (Subyektif) : Data subyektif ini diperoleh dari hasil anamnesa

pasien. Meliputi identitas pasien, keluhan utama, riwayat

kesehatan pasien yang diderita sekarang maupun dahulu,

riwayat obstetri (riwayat haid, riwayat kehamilan sekarang dan

dahulu, riwayat persalinan, nifas dan KB) dan psikologi, sosial,

cultural dan spiritual.

2) O (Obyektif) : Data obyektif diperoleh dari hasil pemeriksaan

fisik maupun penunjang pada pasien.

3) A (Analisa): Mencatat diagnosa masalah yang telah diperoleh

dari data subyektif dan obyektif.

4) P (Penatalaksanaan) : Mencatat perencaan dan hasil asuhan yang

telah dilakukan

42
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISILOGIS

PADA BY.NY. S USIA 2 JAM DENGAN

KEBUTUHAN IMUNISASI HEPATITIS B-0

DI PMB SUSI KUSUMANINGTYAS

A. PENGKAJIAN

Dilaksanakan pada tanggal 1 November 2022 pukul: 15.00 WIB.

Data Subyektif

1. Biodata

a. Identitas bayi

Nama : By. Ny S

Tanggal/ Jam lahir : 1 November 2022 / 13.00 WIB

Jenis Kelamin : Perempuan

b. Identitas orang tua

1. Nama : Ny. S 1. Nama : Tn. A

2. Umur : 26 th 2. Umur : 27 th

3. Agama : Islam 3. Agama : Islam

4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA

5. Pekerjaan : Wiraswasta 5. Pekerjaan : Wiraswasta

43
6. Suku bangsa : Jawa 6. Suku Bangsa : Jawa

7. Alamat : Petekeyan 17/4 7. Alamat : Petekeyan 17/4

2. Riwayat kehamilan ibu

a. Umur kehamilan : 38+6 minggu

b. Riwayat penyakit dalam hamil : Ibu mengatakan tidak menderita sakit

selama hamil.

Ibu mengatakan tidak menderita penyakit jantung, ginjal, paru-

paru, DM, Hipertensi, Asma, dan TBC, PMS, Hepatitis B.

Jantung :Ibu mengatakan dada sebelah kirinya tidak berdebar-

debar dan tidak keluar keringat dengan pola telapak

tangannya.

Ginjal : Ibu mengatakan pada pinggangnya, tidak pernah sakit saat

BAK.

Asma : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak nafas.

TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk dalam waktu lama lebih

dari 3 bulan.

Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami BAK dengan

warna kuning kecokelatan dan BAB pucat.

DM : Ibu mengatakan tidak mudah haus, lapar, dan sering BAK

di malam hari.

44
Hipertensi :Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tekanan darah

tinggi lebih dari 140/90 mmHg dengan keluhan

misalnya pusing, tengkuk terasa kaku dan tegang.

Lain-lain :Ibu mengatkan tidak memiliki riwayat penyakit apapun,

misalnya HIV/AIDS, malaria, dan lain-lain.

c. Kebiasaan selama hamil :

 Merokok, frekuensi : Ibu mengatakan tidak merokok,

begitu juga dengan suaminya.

 Konsumsi alkohol, :Ibu mengatakan tidakmengkonsumsi

alkohol, begitu juga dengan suaminya.

 Jamu-jamuan, frekuensi : Ibu mengatakan tidak konsumsi jamu-

jamuan

 Narkoba, frekuensi : Ibu mengatakan tidak mengonsumsi

narkoba

 Obat-obatan bebas : Ibu mengatakan tidak mengonsumsi

obat-obatan bebas

3. Riwayat Natal :

a. Tanggal lahir : 1 November 2022

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. Tunggal/ Gemelli : Tunggal

d. Lama kala I : 8 jam

e. Lama kala II : 1 jam

f. Komplikasi Persalinan : Tidak ada

45
4. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi : Bayi sudah dilakukan IMD, ASI sudah keluar

b. Pola eliminasi : Bayi sudah mengeluarkan mekonium dan BAK

c. Pola Istirahat : Bayi belum tidur dan belum mempunyai pola

istirahat.

d. Pola aktifitas : Bayi bergerak aktif

Data Obyektif

1. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Umum:

1) Keadaan umum : Baik Tensi : - mmHg

2) Kesadaran : Composmestis Nadi : 120 x/menit

3) Suhu /T : 36,5 0 C RR : 48 x/menit

4) IMT : - kg/m2

b. Pengukuran antropometri :

1) BB : 3100 gram

2) PB : 50 cm

3) Lingkar Kepala : 33 cm

4) Lingkar dada : 33 cm

5) Lingkar lengan : 12 cm

2. Status Present

Kepala : mesochepal, sutura teraba terpisah.

Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,

46
tidak ada tanda-tanda infeksi, reflek pupil +

Hidung : simetris, tidak ada nafas cuping higung, tidak ada secret

Mulut : simetris, lembab, tidak sianosis.

Telinga : simetris, tidak ada penumpukan serumen.

Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar tyroid dan

kelenjar limfe.

Dada : simetris, pernafasan dada teratur, tidak ada retraksi dinding

dada.

Pulmo/jantung: tidak terdengar wheezing, ronkhi, dan stridor, terdengar

bunyi jantung irama regular.

Abdomen : tidak ada perbesaran hepar, tidak ada tanda-tanda infeksi.

Genetalia : simetris, bersih,testis sudah turun.

Punggung : tidak ada benjolan/kelainan pada tulang belakang.

Anus : terdapat lubang pada anus, tidak ada infeksi.

Ekstremitas : tungkai bergerak aktif, tidak ada kelainan, jari-jari

lengkap.

Kulit : kemerahan, tugor kulit baik.

Reflek :

 Rooting reflex : baik, bayi mencari saat pipi nya diusap.

 Sucking reflek :baik, bayi menghisap kuat saat menyusu ASI.

 Grasp reflek : baik, bayi menggenggam kuat saat tangannya

disentuh jari.

 Moro reflek : baik, bayi terjekut (gerakan seperti memek saat

47
mendengar suara keras.

 Tonic neck reflek: baik, kepala bayi otomatis ikut terangkat saat

bayi diangkat.

 Babinski reflek: baik, jari-jari bayi hiperekstensi ketika disentuh.

3. Pemeriksaan penunjang

Tidak dilakukan

B. INTEPRETASI DATA

1. Diagnosa Kebidanan

By Ny. S, umur 2 jam, jenis kelamin perempuan, gerakan aktif

2. Masalah

Tidak ada

Dasar : Pemeriksaan fisik bayi baru lahir

Kebutuhan : Imunisasi Hepatitis B-0, Kehangatan tubuh, ASI, serta

Informasi tentang tanda bahaya BBL.

C. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL

Penyakit Hepatitis B

D. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Memberikan imunisasi Hepatitis B-0

48
E. INTERVENSI

Tanggal : Selasa,1 November 2022 Jam : 15.05 WIB

Diagnosa masalah : By Ny. S, umur 2 jam, jenis kelamin perempuan,

gerakan aktif.

Tujuan Asuhan : Untuk mengetahui bayinya

Kriteria hasil : Klien bisa memahami yang dijelaskan bidan

Rencana Asuhan :

1. Informasikan hasil pemeriksaan pada mengenai kondisi bayinya .

2. Berikan inform consent sebelum dilakukan asuhan.

3. Berikan informasi mengenai imunisasi hepatitis B-0

4. Pemberian imunisasi hepatitis B-0

5. Lakukan perawatan tali pusat untuk pencegahan infeksi.

6. Anjurkan agar selalu menjaga kehangatan bayi dan ASI eksklusif.

7. Berikan informasi mengenai tanda-tanda bahaya bayi baru lahir

8. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang 3 hari lagi lagi atau sewaktu - waktu

jika ada keluhan.

F. IMPLEMENTASI

Tanggal : Selasa, 1 November 2022 Jam : 15.20 WIB

No Jam Keterangan

1. 15. 20 WIB Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa

bayinya dalam keadaan sehat.

49
2. 15. 22 WIB Memberikan penjelasan tentang imunisasi HB0

kepada ibu dan keluarga salah satunya bermanfaat

untuk mencegah p.enyakit hepatitis (penyakit

kuning).

3. 15. 25 WIB Memberikan inform consent sebelum dilakukan

asuhan.

4. 15. 27 WIB Menyuntikkan imunisasi HB0 pada bayi sebanyak

0,5 cc secara IM di 1/3 paha kanan atas

anterolateral.

5. 15. 30 WIB Melakukan pencegahan infeksi dengan melakukan

perawatan tali pusat yaitu dengan menutup

menggunakan kasa steril tanpa diberi bethadine atau

cairan lain agar tidak lembab dan cepat puput.

6. 15. 33 WIB Menjaga kehangatan tubuh bayi.

7. 15. 35 WIB Menganjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya

secara ondemand yaitu secara sering minimal 2 jam

sekali untuk mendukung suksesnya ASI eksklusif

8. 15. 40 WIB Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir

seperti tidak mau menyusu, lemah, kejang-

kejang,talin pusat memerah dan berbau busuk,

demam tinggi, dan diare lebih dari 3 hari.

9. 15. 45 WIB Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 3 hari

lagi atau sewaktu – waktu jika ada keluhan.

50
10. 15. 47 WIB Mendokumentasikan seluruh asuhan yang diberikan.

G. EVALUASI

Tanggal : Selasa, 1 November 2022 Jam : 15.50 WIB

No Jam Keterangan

1. 15. 50 WIB Ibu mengerti dan senang mengetahui kondisi

bayinya sehat.

2. 15. 52 WIB Ibu paham mengenai manfaat imunisasi HB-0

3. 15 .55 WIB Inform consent telah disetujui

4. 15. 57 WIB Imunisasi HB-0 telah disuntikkan

5. 16. 00 WIB Byai telah dilakukan perawatan tali pusat

6. 16. 03 WIB Bayi telah dibedong dan dipakaikan topi serta

dijauhkan dari jendela.

7. 16. 05 WIB Ibu mengerti dan mengetahui, ibu mau menyusui

anaknya secara sering

8. 16. 10 WIB Ibu paham dan dapat menyebutkan kembali tanda

bahaya pada bayi baru lahir.

9. 16. 12 WIB Ibu mengerti dan bersedia untuk kunjungan ulang 3

hari lagi atau sewaktu – waktu jika ada keluhan.

10. 16. 15 WIB Asuhan telah didokumentasikan

51
BAB IV

PEMBAHASAN

Kebutuhan bayi baru lahir usia 2 jam yakni dengan pemberian imunisasi

Hepatitis B-0 sebagai upaya preventif dalam mencegah penyakit hepatitis B pada

bayi.

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari

(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam

yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000

gram (Dewi, 2010). Bayi baru lahir sangat rentan akan berbagai infeksi oleh

karena itu dilakukan upaya preventif untuk mencegah berbagai infeksi atau

penyakit tersebut diantaranya dengan pemberian imunisasi HB-0 pada usia 2 jam

bayi baru lahir yakti setelah 1 jam pemberian injeksi Vit K-1.

Intervensi asuhan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0,5 ml diberikan

secara intramuskular, di paha kanan anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam

setelah pemberian vitamin K1 atau batas maksimal 7 hari (JNPK-KR,

2010).Menurut (Varney, 2012) apabila HB0 belum diberikan pada saat lahir,

maka diberikan sebelum bayi berumur 7 hari. Menurut penelitian yang dilakukan

oleh Mahdalena Prihatin Ningsih dan Lisa Rahmawati tentang “Hubungan

Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Hepatitis B-0 dengan Pemberian Imunisasi

Hepatitis B-0 di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Alai Tahun 2015” Salah satu

faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah pengetahuan. Semakin

tinggi pengetahuan seseorang terhadap suatu objek, maka semakin baik perilaku

52
yang ditunjukkan terhadap objek tersebut. Dalam hal ini perilaku responden akan

baik jika responden juga memiliki pengetahuan yang baik tentang imunisasi

hepatitis B-0. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan rendah tentang

imunisasi Hepatitis B. Sebagian besar responden tidak mendapatkan imunisasi

hepatitis B-0. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi

hepatitis B-0 dengan pemberian imunisasi hepatitis B-0 pada bayi di Wilayah

Kerja Puskesmas Padang Alai (Ningsih and Rahmawati, 2015).

Penelitian lain yang dilakukan oleh (Astutik, 2016) dengan judul

“Perawatan Tali Pusat Dengan Tehnik Kasa Kering Steril Dan Kasa Alkohol 70%

Terhadap Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir (Di Wilayah Kerja

Puskesmas Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun)” menenrangkan bahwa

seluruh (100%) responden 24 mengalami pelepasan tali pusat secara normal (5 – 7

hari) setelah dilakukan perawatan tali pusat menggunakan kasa kering steril.

Seluruh responden (100%) mengalami pelepasan tali pusat secara lambat (>7 hari)

setelah dilakukan perawatan tali pusat menggunakan kasa alkohol 70 %. Jadi, ada

pengaruh perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa kering steril terhadap

pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari

Saradan Kab. Madiun.

Pendidikan kesehatan mengenai ASI Eksklusif, perawatan tali puasat,

tanda bahaya infeksi, dan lainnya. Menurut penulis, perawatan bayi baru lahir

sangat diperlukan karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi dan

hipotermi. Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup dihadiri oleh bidan yang

dapat diberi tanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada

53
persalinan normal. Oleh karena kelainan pada ibu dan bayi dapat terjadi beberapa

saat sesudah persalinan yang dianggap normal, maka seorang bidan harus

mengetahui dengan segera timbulnya perubahan-perubahan pada ibu dan bayi dan

bila perlu memberikan pertolongan pertama seperti menghentikan perdarahan,

memberikan jalan napas, memberikan oksigen dan melakukan pernapasan buatan

sampai ibu dan bayi tersebut dibawa ke rumah sakit untuk dilakuakan perawatan

yang lebih intesif. Menurut penelitian Nasriani (2020) tentang “Hubungan

Pemberian Bantuan Cara Menyusui yang Benar dan Anjuran Menyusui On

Demand dengan Cakupan Asi Eksklusif Di Kabupaten Pangkep” menyusui paling

baik dilakukan sesuai permintaan bayi (On Demand) termasuk pada malam hari,

minimal 8 kali perhari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi

menyusu. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang.

Produksi ASI juga dapat berkurang bila bayi menyusu terlalu sebentar. Oleh

karena itu, menyusui tanpa dijadwalkan sangat bermanfaat jika ingin sukses

menyusui secara eksklusif. Karena produksi mengikuti hukum permintaan,

semakin sering dihisap maka semakin banyak berproduksi. Menyusui on demand

berhubungan dengan cakupan ASI Eksklusif. Hal ini berarti bahwa peningkatan

cakupan ASI eksklusif cenderung dipengaruhi oleh pelaksanaan menyusui on

demand (Nasriani, 2020).

Dari kasus di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian imunisasi hepatitis

B-0 sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit hepatitis B trutama pada bayi

bru lahir yang rawan akan infeksi. Hal tersebut diterapkan pada By. Ny. S dan

hasil yang didapatkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan aplikasi,

54
semua dikerjakan sesuai apa yang ada dalam teori yaitu mengenai hal-hal yang

perlu dilakukan selama masa neonatus.

55
BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dengan umur kehamilan 37-42

minggu dengan berat 2500-4000 gram yang melewati masa penyesuaian pada

minggu pertama kehidupannya, lahir langsung nangis dan tidak ada kelainan

kongenital yang berat.

Setelah dilakukan beberapa asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

normal, dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan asuhan kebidanan

pada bayi baru lahir normal, tidak ada kesenjangan antara teori dan aplikasi,

semua dikerjakan sesuai apa yang ada dalam teori yaitu mengenai hal-hal

yang perlu dilakukan selama masa neonatus.

Dokumentasi dituliskan sesuai dengan teori, dilakukan segera setelah

asuhan bayi baru lahir diberikan kepada By. Ny. S yakni dengan menuliskan

berdasarkan manejemen asuhan kebidanan.

B. SARAN

1. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu akan pentingnya

pemberian imunisasi HB-0 pada bayi baru lahor untuk mencegak

penyakit Hepatitis B.

56
2. Bagi Bidan

Diharapkan dapat digunakan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan serta memberikan asuhan kasih sayang pada ibu dan

bayinya.

3. Bagi Institusi

Diharapkan laporan asuhan kebidanan ini dapat digunakan sebagai bahan

literature bagi Universitas Karya Husada Semarang khususnya program

studi Profesi Kebidanan.

57
DAFTAR PUSTAKA

Asiyah, N., Islami and Mustagfiroh, L. (2017) ‘Perawatan Tali Pusat Terbuka
Sebagai Upaya Mempercepat Pelepasan Tali Pusat’, Indonesia Jurnal
Kebidanan, 1(1), pp. 29–36. doi: 10.26751/ijb.v1i1.112.
APN. 2016. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

Asrinah (2010) Asuhan Kebidanan : Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Astutik, P. (2016) ‘Perawatan Tali Pusat dengan Tehnik Kasa Kering Steril dan
Kasa Alkohol 70% terhadap Pelepasan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir (Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Saradan Kabupaten Madiun)’,
STIKes Satria Bhakti Nganjuk, pp. 42–51. Available at: ojs.unpkediri.ac.id.
Bahiyatun (2015) ‘The Differences of time Release of Placenta and the Amount of
Bleeding in the Mother with and without Implement the Early Initiation of
Breastfeeding ( EIB ) Perbedaan Lama Pelepasan Plasenta dan Jumlah
Perdarahan pada Ibu yang Melaksanakan dan Tidak Mela’, 4(1), pp. 681–
686.
Dewi, V. N. L. (2010) Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Ekawati, H. (2015) ‘Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Perubahan
Suhu Tubuh Pada Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Mitra Husada’,
Jurnal Stikes Muhamadiyah Lamongan, 7(1).
JNPK-KR (2010) Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta:
JNPK - KR.
Kemenkes RI (2010) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI (2013) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI (2016) ‘Profil Kesehatan Indonesia’, pp. 1–220.
Khayati, N. (2017) ‘Pengaruh IMD Dengan Perdarahan Ibu 2 Jam Post Partum Di
Program Studi D3 Keperawatan FIKKES Unimus Email :
pawestritri@yahoo.co.id Program Studi D3 Keperawatan FIKKES Unimus
Email : nikmatul.kayati@yahoo.com’, (September), pp. 282–285.
Ladewig et al. (2010) Buku Saku Asuhan Ibu & Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.
Lissauer and Fanaroff (2013) Selayang Neonatologi. Jakarta: Indeks.

58
Manuaba (2012) Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran.
Marmi, S. and Kukuh, R. (2012) Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mochtar, R. (2011) Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta: Kedokteran EGC.
Nasriani (2020) ‘Hubungan Pemberian Bantuan Cara Menyusui yang Benar dan
Anjuran Menyusui On Demand dengan Cakupan ASI Eksklusif di
Kabupaten Pangkep’, Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 15(3), pp. 277–
281.
Ningsih, M. P. and Rahmawati, L. (2015) ‘Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Imunisasi Hepatitis B-0 Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0 Di
Wilayah Kerja Puskesmas Padang Alai Tahun 2015 Pendahuluan Penyakit
Hepatitis B Merupakan Salah Satu Penyakit Menular Yang Berbahaya Dan
Dapat Menyebabkan’, Jurnal Ilmiah Kebidanan, 8(2), pp. 32–39.
Prawirohardjo, S. (2010) Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edited by A.
B. Saifuddin, T. Rachimhadhi, and G. H. Wiknojosastro. Jakarata: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rudolph, A. M. . (2014) Buku Ajar Pediatri. Jakarta: EGC.
Rukiyah, A. Y. and Lia, Y. (2012) Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Trans Info Media.
Saifuddin, A. B. (2011) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sejati, A. R. (2018) ‘Pengaruh Penundaan Pemotongan Tali Pusat Terhadap Lama
Lahir Plasenta , Lama Puput Tali Pusat Dan Keberhasilan Inisiasi Menyusu
Dini ( Imd ) Di Rb Anny Rahardjo Dan RB Rosnawati Jakarta Timur’,
10(1), pp. 53–57.
Setyorini, Y., Rustina, Y. and Nasution, Y. (2011) ‘Peningkatan Suhu Bayi Baru
Lahir Dan Ibu Melalui Inisiasi Menyusu Dini’, Jurnal Keperawatan
Indonesia, 14(1), pp. 45–50.
Sudarti, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.
Yogyakarta. Nuha Medika

Sulistyawati, A. (2011) Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika.
Sulistyawati, A. and Nugrahaeny, E. (2010) Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin
Normal. Yogyakarta: Salemba Medika.

59
Suraatmaja, S. (2010) Kapita selekta Gastroenterologi anak. Jakarta: Sagungseto.
Surjono, E., Wijaya, E. and Clarissa, E. (2011) ‘Pentingnya Pemberian Vitamin
K1 Profilaksis pada Bayi Baru Lahir’, Journal of Medicine, 10(1), pp. 51–
55. Available at: https://www.infodokterku.com/indek.php/en/96-daftar-isi-
content/info-kesehatan/health-program/195-pentingnya-pemberian-vitamin-
k-pada-bayi-baru-lahir.
Suryani, L. (2019) ‘Efektifitas waktu penundaan pemotongan tali pusat terhadap
kadar hemoglobin pada bayi baru lahir di rs anutapura kota palu’, pp. 1–6.
Varney, H. (2012) Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Varney, H. and Jan M.K, C. (2010) Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 4th edn. 2010:
EGC.
Wirakusumah (2016) Obstetri Fisiologi: Ilmu Kesehatan Reproduksi. 2nd edn.
Jakarta: EGC.
Wijaya. 2012. Evaluasi Persiapan Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar (PONED) Di Kabupaten Brebes Tahun Tahun 2012.
Jurnal kesehatan Masyarakat, 1 (2) : hal 72-81

Wong, D. L. (2012) Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. 6th edn. Jakarta:
EGC.

60

Anda mungkin juga menyukai