Disusun Oleh:
NORKAYA
NIM. P07224421028
Asuhan kebidanan pada neonatal telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing
ruangan dan pembimbing institusi di Puskesmas Petung
Mahasiswa,
Norkaya
NIM. P07224421028
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Institusi Preceptor lahan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Pada
Bayi Baru Lahir. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir ini tidak akan selesai
tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan
Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................ 4
A. Konsep Dasar Teori BBL.................................................................. 4
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan............................... 10
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................... 19
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 25
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan bayi dan menurut data World Health Organizatian
(WHO) tahun 2017 Angka Kematian Bayi (AKB) di Dunia tahun 2017
sebesar 49 per 1.000 kelahiran hidup
Target Sustainable Development Goals (SDG’s) untuk memperbaiki
kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak yang harus dicapai pada tahun 2030
yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) diturunkan hingga 70 per 100.000 kelahiran
hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) diturunkan hingga 12 per 1000
kelahiran hidup. AKI dan AKB merupakan salah satu indikator utama derajat
kesehatan suatu negara. AKI dan AKB juga mengindikasikan kemampuan dan
kualitas pelayanan kesehatan (WHO, 2017).
Kematian bayi dianggap sebagai ukuran dasar kesehatan masyarakat di
suatu negara. Selama dekade terakhir, angka kematian bayi secara
keseluruhan di Amerika Serikat menurun sebanyak 15% dari 6,86 kematian
bayi per1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 5,82 pada tahun 2014
(Center for Health Statistics, 2017). Banyak pengamat yang berpendapat
bahwa statistik ini menyesatkan karena perbedaan internasional dalam
kelengkapan pelaporan kematian, terutama kematian di ambang viabilitas,
dan persyaratan pencatatan kelahiran yang bervariasi di negara lain. Namun,
bahkan jika kelahiran dengan usia kehamilan kurang dari 22 minggu
dikecualikan, angka kelahiran prematur di Amerika Serikat masih melebihi
angka di Eropa, dan angka kematian bayi di AS tetap lebih tinggi daripada
kebanyakan negara Eropa (Matoba & Collins, 2017).
Hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
menunjukkan AKN 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000
kelahiran hidup. Meskipun demikian, angka kematian neonatus, bayi dan
balita diharapkan akan terus mengalami penurunan. Intervensi-intervensi
1
2
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan Caput suksedeneum sesuai dengan manajemen varney, dan
mendokumentasikan asuhan yang diberikan dalam bentuk SOAP
Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar secara subjektif dan
objektif pada bayi baru lahir dengan caput suksedeneum.
3
4
5
b. Perubahan Fisiologi
Perubahan fisiologi yang terjadi pada bayi baru lahir menurut
(Sondakh, 2016) sebagai berikut:
a. Perubahan pada sistem pernapasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik sesudah
kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal
sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa
rangsangan lainnya. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar
30-60 kali/menit.
b. Perubahan sistem Kardiovaskuler
Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida
akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya
penurunan resistansi pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir
keparu-paru dan ductus arteriosus tertutup.
c. Perubahan termoregulasi dan metabolic
Sesaat sesudah lahir, bila bayi dibiarkan dalam suhu ruangan 25 ºC,
maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi,
konduksi, dan radiasi. Suhu lingkungan yang tidak baik
akanmenyebabkan bayi menderita hipotermi dan trauma dingin (cold
injury).
d. Perubahan Sistem Neurologis
Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-
6
B. Caput Succedaneum
a. Pengertian
Caput succedaneum merupakan edema subcutis akibat penekanan
jalan lahir pada persalinan letak kepala, berbentuk benjolan yang segera
tampak setelah bayi lahir. Tidak memerlukan pengobatan khusus dan
biasanya menghilang setelah 2-5 hari. Tegas pada tulang yang bersangkutan
dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya, sering ditemukan pada tulang
temporal dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi
7
lebih sering pada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat,
seperti ekstraksi cunam dan vakum. Ojumah N (12 Desember 2017)
Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan
vacuum ekstraksi.
1) Persalinan lama
Bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya
caput vakum sebagai edema sirkulai berbatas dengan sebesar alat penyedot
vakum yang digunakan.
c. Patofisiologis
d. Komplikasi
1) Infeksi
Infeksi pada Caput Succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala terluka.
2) Ikterus
8
3) Anemia
Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedaneum karena pada
benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.
e. Penanganan
Pemeriksaan lebih lanjut harus dipertimbangkan pada setiap bayi
dengan kaput succedaneum besar yang gagal berkurang dalam 48-72 jam jika
ada pembesaran pembengkakan lebih dari 24 jam setelah melahirkan, dan
terutama jika ada defisit neurologis atau ketidakstabilan hemodinamik. Caput
succedaneum cenderung sembuh dalam empat sampai enam hari dan
pengobatan biasanya tidak diperlukan. Ojumah N (12 Desember 2017)
4) Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menyusui dengan tiduran
untuk mengurangi bayi jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas
karena tekanannya meninggi dan cairan serebrospinalis meningkat keluar.
5) Memberikan konseling kepada orangtua tentang :
a) Keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan
menghilang dalam 2-3 hari.
Alamat :
2. Keluhan utama/alasan MRS
a. Keluhan utama:
b. Alasan MRS:
Datang sendiri terkait keluhan atau rujukan
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan sekarang
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
Riwayat kehamilan dan kelahiran :
Riwayat antenatal
Riwayat intranatal
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat penyakit menular
b. Riwayat penyakit menurun :
B. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
meliputi nadi dimana rata-rata nadi apikal 120-160 dpm (115 dpm pada 4-
6 jam, meningkat sampai 120 dpm pada 12-24 jam setelah kelahiran);
dapat berfluktuasi dari 70-100 dpm (tidur) sampai 180 dpm (menangis)
meliputi berat badan (BB) saat lahir yaitu 2500-4000 gram, panjang badan
yaitu 48-52 cm, lingkar kepala (Sitiatava, 2012) antara lain circumferentia
dari ukuran lingkar kepala pada BBL namun setelah anak berusia > 1
tahun lingkar dada relatif lebih besar di banding lingkar kepala, dan
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan Kecil Masa Kehamilan (KMK)
(Sitiatava, 2012)
b. Pemeriksaan fisik
bersih tidak tampak ada lesi, ubun-ubun datar, kontruksi rambut tampak
kuat, distribusi rambut tampak merata, tekstur lembut, dan tampak bersih,
konjungtiva tidak tampak pucat, sklera tidak tampak kuning, tidak tampak
perdarahan, tidak tampak oedema pada kelopak mata, pupil kontriksi bila
untuk pemeriksaan telinga didapatkan hasil tampak bersih dan tidak ada
secret, terdapat lubang telinga, daun telinga tampak normal, tidak tampak
tampak oral trush, palatum mole dan durum tidak tampak kelainan, tidak
tampak labioskhizis dan labio Palato skhizis, belum terdapat gigi, suara
kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening, untuk dada dengan hasil tidak
bentuk dada tidak tampak barrel chest, funnel chest, pigeon chest,
abdomen, simetris, tidak tampak asites, tali pusat telah putus, untuk
yaitu labia mayora menutupi labia minora, terdapat klitoris dan terletak
pada ujung anterior labia minora dan tertutup oleh lipatan kecil kulit
terpisah dengan lubang vagina dan genetalia laki-laki tampak testis turun
18
didapatkan hasil tampak lubang anus, tidak terdapat ruam popok, serta
panjang, tidak terdapat luka, jari kaki dan tangan tidak tampak polidaktili,
didapatkan hasil teraba lembek, tidak teraba kelainan, tugor kulit kembali
hasil tidak teraba massa/benjolan, rugae pada skrotum teraba dengan jelas
≤ 3 detik
periode transisi (Doenges, 2001) dalam hal ini evaluasi bunyi jantung
terkait dengan (1) kualitas (harus jelas dan dapat dibedakan, tidak
tertutupi, tidak difus, atau jauh) (2) Intensitas (3) frekuensi (harus sama
dengan denyut nadi radialis (4) irama (Wong, 2009) dimana bunyi jantung
jelas di apeks), bunyi jantung II karena katup aorta dan katup pulmonal
iga 2 tepi kiri sternum terpecah pada inspirasi dan tunggal pada ekspirasi)
c. Pemeriksaan neurologis/refleks
suara, refleks rooting didapatkan hasil positif, membuka mulut jika ada
didapatkan hasil positif, jari kaki menekuk ke bawah (Sitiava, 2012), dan
20
refleks graft didapatkan hasil positif, kaki seakan – akan berjalan ketika
bayi diangkat
d. Pemeriksaan penunjang
43%-61% untuk Ht, tes Coombs langsung pada darah tali pusat yang
jam sampai 3 hari (Doenges, 2001) antara lain: pemeriksaan jumlah sel
pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 sampai 2 hari, dan 12 mg/dl pada
V. INTERVENSI
1. Jaga kehangatan tubuh bayi
Rasional : Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat
stress karena perubahan suhu lingkungan (Andersson, 2018).
2. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Rasional : Kontak kulit dengan kulit membuat bayi lebih tenang
sehingga didapat pola tidur yang lebih baik. Selain itu dapat
menstabilisasikan pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi,
menjaga kolonisasi kuman (Angelhoff et al., 2018).
3. Lakukan perawatan tali pusat
Rasional : Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat
dalam minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi
pada neonatus (Stewart et al., 2016).
4. Berikan profilaksis mata dalam bentuk salep tetrasiklin 1% kira-kira 1
jam setelah kelahiran (setelah masa interaksi orangtua bayi).
Rasional : Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama
pada bayi dengan ibu yang menderita penyakit menular seksual seperti
22
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
24
25
Penilaian sepintas
Bayi lahir 21 Januari 2022 pada pukul 14.46 WITA, jenis
persalinan spontan. Bayi lahir dengan jenis kelamin perempuan, bayi lahir
bernafas spontan, bergerak aktif, kulit kemerahan, ketuban jernih, apgar
score 7/10 ,pada kepala tampak caput suksedeneum.
28
A :
Diagnosis : NCB-SMK usia 1jam dengan caput suksedeneum
Masalah : ibu cemas dengan kondisi kepala bayinya
Diagnosa Potensial : Infeksi
Masalah Potensial : penanganan Caput suksedeneum yang tidak tepat.
Kebutuhan Segera : Mengurangi mengangkat bayi dengan menyusui
bayi dengan posisi berbaring miring kekiri atau
kanan sampai 72 jam.
29
P :
Waktu Penatalaksanaan Paraf
16.00 Menjelaskan pada ibu bahwa hasil pemeriksaan bayi dalam Mhs
keadaan normal;dan pada daerah kepala terdapat benjolan caput
suksedeneum yang dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam
dan Pemeriksaan lebih lanjut harus dipertimbangkan jika dalam
waktu 48-72 belum hilang atau ada pembesaran pembengkakan
lebih dari 24 jam setelah melahirkan.Ibu mengerti tentang
penjelasan yang diberikan mengenai hasil pemeriksaan bayinya.
16.05 Membungkus tali pusat dengan kasa steril; Keadaan tali pusat Mhs
baik, tidak ada perdarahan tali pusat dan tanda-tanda infeksi tali
pusat; Ibu mengerti penjelasan yang diberikan
16.07 Menjaga kehangatan bayi dgn cara memakaikan baju, gurita, Mhs
popok, topi; Bayi telah dipakaikan baju, gurita, popok, dan topi
16.10 Memberikan tetes mata gentamycin sulfate 0,3% pada masing - Mhs
masing mata bayi ; Bayi telah diberikan salep mata
16.11 Memberikan injeksi Neo-K 1 mg pada paha sebelah kiri bayi Mhs
secara IM sebanyak 0,5 cc ; Bayi telah diberikan injeksi Neo-K
17.11 Memberikan imunisasi Hb0 pada paha sebelah kanan bayi Mhs
secara IM sebanyak 0,5 cc ; Bayi telah diberikan imunisasi Hb0
17.12 Tunda memandikan bayi selama 6 jam; Bayi dimandikan pada Mhs
jam 07.00 WITA besok pagi
17.20 Memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu tentang pemberian Mhs
ASI dan untuk mengurangi mengangkat bayi dengan menyusui
bayi dengan posisi berbaring miring kekiri atau kanan dalam
waktu 72 jam serta tentang cara merawat tali pusat; Ibu
mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan bayi tampak
30
PEMBAHASAN
31
32
Setelah bayi lahir, bayi tidak langsung dimandikan, hal ini sesuai
dengan teori kepustakaan untuk tidak memandikan bayi minimal 6 jam setelah
lahir untuk mencegah hipotermi (Andersson, 2018). Bayi juga langsung dapat
menyusu setelah persalinan dikarenakan refleks bayi baik terutama (rooting,
sucking, swallowing) dan pengeluaran ASI ibu R lancar.
Salah satu penilaian untuk menilai maturitas yang sering digunakan
adalah dengan menggunakan skor The New Ballard . Sistem penilaian ini
dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD dari sebelumnya Skor
Dubowitz untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian
neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular meliputi postur, square
window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver.
Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar,
payudara, mata/telinga, dan genitalia (Lee et al., 2017).
Penulis juga memberikan vaksin Hb 0 pada neonatus untuk mencegah
penyakit hepatitis B dan kerusakan hati dan injeksi Vitamin K untuk
mencegah terjadinya perdarahan pada semua bayi baru lahir (Marmi, 2016).
yang sering digunakan adalah dengan menggunakan skor The New Ballard .
Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD dari
sebelumnya Skor Dubowitz untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir
melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular meliputi
postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear
maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan
plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia (Lee et al., 2017)
Berdasarkan hasil pengumpulan data dasar, data lalu diinterpretasikan.
Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.
C. Mengidentifikasi Diagnosis / Masalah Potensial
Berdasarkan interpretasi data dasar, Bayi Ny. R usia 1 jam merupakan
bayi baru lahir normal dengan caput suksedeneum yang memiliki diagnosis
potensial ataupun masalah potensial. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan di
lapangan.
D. Mengidentifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Pada langkah ini dilakukan identifikasi kebutuhan tindakan segera,
namun pada kasus bayi Ny. R usia 1 jam diperlukan tindakan segera karena
merupakan bayi baru lahir dengan caput suksedeneum yang memerlukan
pemantauan. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan di lapangan, tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik.
E. Merencanakan Intervensi
Rencana asuhan yang akan diberikan pada bayi Ny. R usia 1 jam adalah
1. Membangun hubungan saling percaya terhadap orang tua klien
2. Mendeteksi masalah dan penanganannya
3. Melakukan pencegahan hipotermi, hipertermi pada bayi, mmenjaga
kehangatan suhu tubuh
4. Tidak memandikan bayi < 6 jam setelah bayi lahir
5. Mendorong perilaku yang sehat
Berdasarkan rencana intervensi sesuai dengan teori, tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.
34
F. Melakukan Implementasi
Berdasarkan rencana asuhan yang dibuat, penatalaksanaan yang dilakukan
terhadap bayi Ny. R usia 1 jam :
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada orang tua klien
2. KIE mengenai ASI Ekslusif
3. KIE cara menyusui yang benar
4. KIE tentang personal hygine
5. KIE Perawatan Tali Pusat
6. KIE tentang menjaga kehangatan suhu bayi
7. KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke tempat pelayanan kesehatan
Implementasi yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana
intervensi berdasarkan teori (Marmi, 2016) sehingga tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.
G. Melakukan Evaluasi
Setelah dilakukan pemeriksaan pada bayi Ny. R usia 1 jam , Ibu
memahami keadaannya.
Ibu bersedia untuk IMD dan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
dan bersedia mengurangi mengangkat bayi dengan menyusui bayi dengan
posisi berbaring miring kekiri atau kanan dalam waktu 72 jam bayi tampak
menyusu dengan kuat.Ibu bersikap kooperatif dan mampu memahami
penjelasan yang diberikan serta bersedia kembali 3 hari lagi untuk kontrol.
Berdasarkan respon klien selama asuhan diberikan, tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik. Evaluasi merupakan penilaian
keefektifan asuhan dilapangan karena asuhan diberikan dengan baik dan
mudah dipahami klien.
35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian Pada kasus Bayi Ny. R usia 1 jam dengan data
subyektif yaitu berat badan 2750 gram, panjang badan 49 cm, A/S
7/10, bayi lahir spontan, menangis kuat, tidak ada cacat bawaan,
warna kulit kemerahan, jenis kelamin perempuan, pergerakkan
aktif, anus (+) Kepala tampak kaput suksedeneum.
B. Saran
.
3. Bagi Institusi
a. Puskesmas/ Klinik
b. Pendidikan
Andersson, O. (2018). Between the sheets – or how to keep babies warm. Acta
Paediatrica, International Journal of Paediatrics, 107(8), 1300–1301.
https://doi.org/10.1111/apa.14341
Angelhoff, C., Blomqvist, Y. T., Sahlén Helmer, C., Olsson, E., Shorey, S.,
Frostell, A., & Mörelius, E. (2018). Effect of skin-to-skin contact on parents’
sleep quality, mood, parent-infant interaction and cortisol concentrations in
neonatal care units: Study protocol of a randomised controlled trial. BMJ
Open, 8(7), 1–8. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2018-021606
Bhatt, C. B., & Beck-Sagué, C. M. (2018). Medicaid expansion and infant
mortality in the United States. American Journal of Public Health, 108(4),
565–567. https://doi.org/10.2105/AJPH.2017.304218
Center for Health Statistics, N. (2017). NCHS Data Brief. 279, 1–8.
https://www.cdc.gov/nchs/data/databriefs/db279_table.pdf#1.
Isdayanti, Y. (2019). Hubungan Asfiksia Dan Sepsis Neonatorum Dengan
Kejadian Ikterus Neonatorum Di Rsud Salatiga.
http://repository2.unw.ac.id/id/eprint/232
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1464
MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. In
4 Oktober 2010. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK No.
1464 thn ttg Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.pdf
Khairy, M. A., Abuelhamd, W. A., Elhawary, I. M., & Mahmoud Nabayel, A. S.
(2019). Early predictors of neonatal hyperbilirubinemia in full term newborn.
Pediatrics and Neonatology, 60(3), 285–290.
https://doi.org/10.1016/j.pedneo.2018.07.005
Lee, A. C. C., Panchal, P., Folger, L., Whelan, H., Whelan, R., Rosner, B.,
Blencowe, H., & Lawn, J. E. (2017). Diagnostic accuracy of neonatal
assessment for gestational age determination: A systematic review.
Pediatrics, 140(6). https://doi.org/10.1542/peds.2017-1423
Marmi, R. (2016). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah. Pustaka
Pelajar.
Maryuni, dan A. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Pra-sekolah. In
Media.
Matoba, N., & Collins, J. W. (2017). Racial disparity in infant mortality. Seminars
in Perinatology, 41(6), 354–359.
https://doi.org/10.1053/j.semperi.2017.07.003
Ojumah N, Ramdhan RC, Wilson C, dkk. (12 Desember 2017) Cedera Kelahiran
Neonatal Neurologis: Tinjauan Literatur. Cureus 9(12): e1938. DOI
10.7759/cureus.1938
Pohlman, M. N., Nursanti, I., Anto, Y. V., Achmad, S., & Yogyakarta, Y. (2015).
HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN IKTERUS
NEONATORUM DI RSUD. 4(2), 96–103.
Pressler, J. L. (2016). The Question of “When?” The Timing of Tests and
Measures in Newborn and Infant Research. Newborn and Infant Nursing
Reviews, 16(4), 190–191. https://doi.org/10.1053/j.nainr.2016.09.013
Puspita, N. (2018). The Effect of Low Birthweight on the Incidence of Neonatal
Jaundice in Sidoarjo. Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(2), 174.
https://doi.org/10.20473/jbe.v6i22018.174-181
Sondakh. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Erlangga.
Stewart, D., Benitz, W., Watterberg, K. L., Cummings, J. J., Benitz, W. E.,
Eichenwald, E. C., Poindexter, B. B., Stewart, D. L., Aucott, S. W.,
Goldsmith, J. P., Puopolo, K. M., Wang, K. S., Raju, T. N. K., Barfield, W.
D., Keels, E. L., Lacaze, T., Mascola, M., & Couto, J. R. (2016). Umbilical
cord care in the newborn infant. Pediatrics, 138(3).
https://doi.org/10.1542/peds.2016-2149
Teixeira, M. H., Magalhães, V., & Borges, S. (2020). Hyperbilirubinemia impact
on newborn hearing : a literature review. 66(7), 1002–1008.
Walyani, E. S. (2015). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Pustaka Baru.
Widiawati, S. (2017). Hubungan sepsis neonatorum , BBLR dan asfiksia dengan
kejadian ikterus pada bayi baru lahir. Riset Informasi Kesehatan, 6(1), 52–57.
Williamson, K. (2015). Buku Ajar Asuhan Neonatus. Buku Kedokteran EGC.