Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN CAPUT


SUKSEDENEUM
DI PUSKESMAS PETUNG

Disusun Oleh:
NORKAYA
NIM. P07224421028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENEKES KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA TERAPAN & PROFESI
KEBIDANAN SAMARINDA TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
DENGAN CAPUT SUKSEDENEUM
DI PUSKESMAS PETUNG

Asuhan kebidanan pada neonatal telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing
ruangan dan pembimbing institusi di Puskesmas Petung

Petung,21 Januari 2022

Mahasiswa,

Norkaya
NIM. P07224421028

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Institusi Preceptor lahan

Inda Corniawati,,M.Keb Cuzanamurti W,Amd.Keb


Nip. 197508242006042002 Nip.196804241987112003

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Pada
Bayi Baru Lahir. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir ini tidak akan selesai
tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan
Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Petung,21 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................ 4
A. Konsep Dasar Teori BBL.................................................................. 4
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan............................... 10
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................... 19
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 25
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan bayi dan menurut data World Health Organizatian
(WHO) tahun 2017 Angka Kematian Bayi (AKB) di Dunia tahun 2017
sebesar 49 per 1.000 kelahiran hidup
Target Sustainable Development Goals (SDG’s) untuk memperbaiki
kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak yang harus dicapai pada tahun 2030
yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) diturunkan hingga 70 per 100.000 kelahiran
hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) diturunkan hingga 12 per 1000
kelahiran hidup. AKI dan AKB merupakan salah satu indikator utama derajat
kesehatan suatu negara. AKI dan AKB juga mengindikasikan kemampuan dan
kualitas pelayanan kesehatan (WHO, 2017).
Kematian bayi dianggap sebagai ukuran dasar kesehatan masyarakat di
suatu negara. Selama dekade terakhir, angka kematian bayi secara
keseluruhan di Amerika Serikat menurun sebanyak 15% dari 6,86 kematian
bayi per1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 5,82 pada tahun 2014
(Center for Health Statistics, 2017). Banyak pengamat yang berpendapat
bahwa statistik ini menyesatkan karena perbedaan internasional dalam
kelengkapan pelaporan kematian, terutama kematian di ambang viabilitas,
dan persyaratan pencatatan kelahiran yang bervariasi di negara lain. Namun,
bahkan jika kelahiran dengan usia kehamilan kurang dari 22 minggu
dikecualikan, angka kelahiran prematur di Amerika Serikat masih melebihi
angka di Eropa, dan angka kematian bayi di AS tetap lebih tinggi daripada
kebanyakan negara Eropa (Matoba & Collins, 2017).
Hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
menunjukkan AKN 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000
kelahiran hidup. Meskipun demikian, angka kematian neonatus, bayi dan
balita diharapkan akan terus mengalami penurunan. Intervensi-intervensi

1
2

yang dapat mendukung kelangsungan hidup anak ditunjukan untuk dapat


emnurunkan AKN menjadi 10 per 1.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi
16 per 1.000 kelahiran hidup ditahun 2024. Sementara, sesuai dengan Target
Pembangunan Berkelanjutan, AKABA diharapkan dapat mencapai angka
18,8 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2030 (Kemenkes, 2019).
Berdasarkan data yang dilaporkan kepada Direktoran Kesehatan Keluarga
pada tahun 2019, dari 29.322 kematian balita, 69% (20.244 kematian)
diantaranya terjadi pada masa neonatus. Dari seluruh kematian neonatus yang
dilaporkan 80% (16.156 kematian) terjadi pada periode enam hari pertama
kehidupan. Sementara, 21% (16.156 kematian) terjadi pada periode enam hari
pertama kehidupan. Sementara, 21% (6.151 kematian) terjadi pada usia 29
hari – 11 bulan dan 10% (2.927 kematian) terjadi pada usia 12-59 bulan
(Kemenkes, 2019).

.Angka kematian bayi akibat infeksi yang di sebabkan oleh


Caput Succedaneum menurut WHO Tahun 2012 sebesar 0,06% dari
4 juta bayi yang meninggal dalam usia 30 hari (neonatal lanjut)
(WHO,2012). Sedangkan di Indonesia angka kematian bayi akibat infeksi
Caput Succedaneum pada tahun 2012 sebesar 11% dari 35 pe 1000
kelahiran hidup (Istiyantari, 2015).

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan Caput suksedeneum sesuai dengan manajemen varney, dan
mendokumentasikan asuhan yang diberikan dalam bentuk SOAP
Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar secara subjektif dan
objektif pada bayi baru lahir dengan caput suksedeneum.
3

b. Menginterpretasi data klien meliputi diagnosa, masalah, dan


kebutuhan pada bayi baru lahir dengan caput suksedeneum.
c. Merumuskan diagnosa potensial dan antisipasi yang harus dilakukan
bidan pada bayi baru lahir dengan caput suksedeneum.
d. Mengidentifikasi rencana tindakan segera pada bayi baru lahir dengan
caput suksedeneum.
e. Menyusun rencana tindakan pada bayi baru lahir dengan caput
suksedeneum.
f. Melaksanakan tindakan terhadap kebidanan pada bayi baru lahir
dengan caput suksedeneum.
g. Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dan
memperbaiki tindakan yang dipandang perlu.
h. Mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek pada asuhan
kebidanan bayi baru lahir dengan caput suksedeneum.
i. Memberikan alternatif pemecahan masalah terhadap kesenjangan
antara teori dan praktek pada asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan
caput suksedeneum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir


a. Definisi
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami
proses kelahiran, berusia 0 - 28 hari, BBL memerlukan penyesuaian
fisiologis berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan
intra uterin ke kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk
dapat hidup dengan baik (Marmi, 2016).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia
kehamilan genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau
letak sungsang yang melewati vagina tanpa memakai alat (Isdayanti,
2019).
Sarwono (2005) dalam buku Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir (Sondakh, 2016) Bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat badan sekitar
2500-3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm.
Ciri-ciri bayi normal adalah, sebagai berikut :
a. Berat badan 2.500-4.000 gram.
b. Panjang badan 48-52.
c. Lingkar dada 30-38.
d. Lingkar kepala 33-35.
e. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.
f. Pernapasan ±40-60 kali/menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan lici karena jaringan subkutan cukup.
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala baisanya telah sempurna.
i. Kuku agak panjang dan lemas.
j. Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora, dan pada laki- laki, testis sudah turun dan skrotum sudah ada.

4
5

k. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.


l. Refleks Moro atau gerak memeluk jikadikagetkan sudah baik.
m. Refleks grap atau menggenggam sudah baik.
n. Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan.

b. Perubahan Fisiologi
Perubahan fisiologi yang terjadi pada bayi baru lahir menurut
(Sondakh, 2016) sebagai berikut:
a. Perubahan pada sistem pernapasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik sesudah
kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal
sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa
rangsangan lainnya. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar
30-60 kali/menit.
b. Perubahan sistem Kardiovaskuler
Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida
akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya
penurunan resistansi pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir
keparu-paru dan ductus arteriosus tertutup.
c. Perubahan termoregulasi dan metabolic
Sesaat sesudah lahir, bila bayi dibiarkan dalam suhu ruangan 25 ºC,
maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi,
konduksi, dan radiasi. Suhu lingkungan yang tidak baik
akanmenyebabkan bayi menderita hipotermi dan trauma dingin (cold
injury).
d. Perubahan Sistem Neurologis
Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-
6

gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot


yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
e. Perubahan Gastrointestinal
Kadar gula darah tali pusat 65mg/100mL akan menurun menjadi
50mg/100 mL dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan
yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir
diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula akan
mencapai 120mg/100mL.
f. Perubahan Ginjal
Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir
dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka
berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.
g. Perubahan Hati
Dan selama periode neontaus, hati memproduksi zat yang essensial
untuk pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak
terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan
dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.
h. Perubahan Imun
Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu
masuk. Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan
meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir.

B. Caput Succedaneum
a. Pengertian
Caput succedaneum merupakan edema subcutis akibat penekanan
jalan lahir pada persalinan letak kepala, berbentuk benjolan yang segera
tampak setelah bayi lahir. Tidak memerlukan pengobatan khusus dan
biasanya menghilang setelah 2-5 hari. Tegas pada tulang yang bersangkutan
dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya, sering ditemukan pada tulang
temporal dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi
7

lebih sering pada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat,
seperti ekstraksi cunam dan vakum. Ojumah N (12 Desember 2017)

b. Penyebab Caput Succedaneum

Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan
vacuum ekstraksi. 

1) Persalinan lama

Dapat menyebakan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada


jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tettutup,
tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan
longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.

2) Persalinan dengan ekstraksi vakum

Bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya
caput vakum sebagai edema sirkulai berbatas dengan sebesar alat penyedot
vakum yang digunakan.

c. Patofisiologis

Kelainan timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika


memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limpe
disertai pengeluaran cairan tubuh kejaringan exstravasa. Benjolan caput ini
berisi cairan serum. Ojumah N (12 Desember 2017)

d. Komplikasi

1) Infeksi

Infeksi pada Caput Succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala terluka.

2) Ikterus
8

Pada bayi yang terkena Caput Succedaneum dapat menyebabkan ikterus


karena kompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu dan
bayi.

3) Anemia

Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedaneum karena pada
benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.

e. Penanganan
Pemeriksaan lebih lanjut harus dipertimbangkan pada setiap bayi
dengan kaput succedaneum besar yang gagal berkurang dalam 48-72 jam jika
ada pembesaran pembengkakan lebih dari 24 jam setelah melahirkan, dan
terutama jika ada defisit neurologis atau ketidakstabilan hemodinamik. Caput
succedaneum cenderung sembuh dalam empat sampai enam hari dan
pengobatan biasanya tidak diperlukan. Ojumah N (12 Desember 2017)

1) Bayi dirawat seperti bayi normal

2) Awasi keadaan umum bayi

3) Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar


matahari (agar tidak terjadi hipotermi)

4) Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menyusui dengan tiduran
untuk mengurangi bayi jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas
karena tekanannya meninggi dan cairan serebrospinalis meningkat keluar.
5) Memberikan konseling kepada orangtua tentang :

a) Keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan
menghilang dalam 2-3 hari.

b) Perawatan bayi sehari-hari.


c) Manfaat pemberian ASI
6) Mencegah terjadinya infeksi dengan cara :
9

a) Perawatan tali pusat dengan baik

b) Personal hygine yang baik pada daerah luka

c) Pemberin ASI yang adekuat

c. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir


a. Pengertian
Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar tetap hangat,
membersihkan saluran nafas, mengeringkan tubuh bayi (kecuali
telapak tangan), memantau tanda bahaya, memotong dan mengikat
tali pusat, melakukan IMD, memberikan suntikan vitamin K1,
memberi salep mata antibiotik pada kedua mata, memberi
immunisasi Hepatitis B, serta melakukan pemeriksaan fisik
(Marmi, 2016).
b. Asuhan bayi baru lahir
Menurut (Marmi, 2016) asuhan bayi baru lahir yang diberikan yaitu :
1) Menjaga bayi agar tetap hangat. Langkah awal dalam menjaga
bayi tetap hangat adalah dengan menyelimuti bayi sesegera
mungkin sesudah lahir, tunda memandikan bayi selama 6 jam
atau sampai bayi stabil untuk mencegah hipotermi.
2) Membersihkan saluran napas dengan menghisap lendir yang
ada di mulut dan hidung (jika diperlukan). Tindakan ini juga
dilakukan sekaligus dengan penilaian APGAR skor menit
pertama. Bayi normal akan menangis spontan segera setelah
lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, jalan napas
segera dibersihkan.
3) Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan
menggunakan kain atau handuk yang kering, bersih dan halus.
Dikeringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan
membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah
10

dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu


2 menit sebelum tali pusat diklem, Hindari mengeringkan
punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi
membantu bayi mencari putting ibunya yang berbau sama.
4) Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan
antiseptik. Tindakan ini dilakukan untuk menilai APGAR skor
menit kelima. Cara pemotongan dan pengikatan tali pusat
adalah sebagai berikut :
a) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
Penyuntikan oksitosin dilakukan pada ibu sebelum tali pusat
dipotong (oksotosin IU intramuscular)
b) Melakukan penjepitan ke-I tali pusat dengan klem logam
DTT 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi, dari titik
jepitan tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi
tali pusat kea rah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat
dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2
dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
c) Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu
tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi,
tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem
tersebut dengan menggunakan gunting DTT (steril)
d) Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi,
kemudian lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
e) Melepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke
dalam larutan klorin 0,5%
f)Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisisasi
menyusui dini.
5) Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6
bulan dilanjutkan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping
ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat
11

dilakukan setelah mengikat tali pusat. Langkah IMD pada bayi


baru lahir adalah lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi
selama paling sedikit satu jam dan biarkan bayi mencari dan
menemukan putting dan mulai menyusui (Angelhoff et al.,
2018).
6) Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang
pengenal tersebut berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal,
jam lahir, dan jenis kelamin.
7) Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan
darah pada bayi baru lahir belum sempurna, semua bayi baru
lahir beresiko mengalami perdarahan. Untuk mencegah
terjadinya perdarahan pada semua bayi baru lahir, terutama bayi
BBLR diberikan suntikan vitamin K1 (phytomenadione)
sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muscular pada anterolateral
paha kiri. Suntikan vit K1 dilakukan setelah proses IMD dan
sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B
8) Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk
mencegah terjadinya infeksi pada mata. Salep ini sebaiknya
diberikan 1 jam setelah lahir.
9) Menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O) diberikan 1-
2 jam setelah pemberian vitamin K1 secara intramuscular.
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari.
10) Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui
apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera
serta kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan
dan kelahiran. Memeriksa secara sistematis head to toe (dari
kepala hingga jari kaki).
Menurut Sondakh (2016), diantaranya :
a) Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura
12

menutup/melebar adanya caput succedaneum, cepal


hepatoma.
b) Mata: pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, dan
tanda-tanda infeksi
c) Hidung dan mulut: pemeriksaan terhadap labioskisis,
labiopalatoskisis dan reflex isap
d) Telinga: pemeriksaan terhadap kelainan daun telinga dan
bentuk telinga.
e) Leher: perumahan terhadap serumen atau simetris.
f) Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pernapasan dan ada
tidaknya retraksi
g) Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran
hati, limpa, tumor).
h) Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan jumlah darah
pada tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat
atau selangkangan.
i) Alat kelamin: untuk laki-laki, apakah testis berada dalam
skrotum, penis berlubang pada ujung, pada wanita vagina
berlubang dan apakah labia mayora menutupi labio minora.
j) Anus: tidak terdapat atresia ani
k) Ekstremitas: tidak terdapat polidaktili dan syndaktili.

d. Kewenangan bidan pada neonates


Kewenangan bidan Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2010)
Bab III mengenai Penyelenggaraan Praktik Kebidanan pasal 11 ayat 2
dikatakan bahwa Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K 1,
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari) dan
perawatan tali pusat.
13

2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dengan segera merujuk


3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan pra sekolah
6) Pemberian konseling dan penyuluhan
7) Pemberian surat keterangan kelahiran
8) Pemberian keterangan kematian

e. Pelayanan kesehatan neonates


Pelayanan kesehatan neonates menurut (Walyani, 2015) adalah
pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan
kepada neonates sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28
hari setelah lahir.
a. Kunjungan neonates ke-1 (KN I) dilakukan 6-48 jam setelah lahir,
dilakukan pemeriksaan pernapasan, warna kulit gerakan aktif atau
tidak, ditimbang, ukur panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada,
pemberian salep mata, vitamin K1, Hepatitis B, perawatan tali pusat
dan pencegahan kehilangan panas bayi.
b. Kunjungan neonates ke-2 (KN 2) dilakukan pada hari ke-3 sampai
hari ke-7 setelah lahir, pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali
pusat, pemberian ASI eksklusif, personal hygiene, pola istirahat,
keamanan dan tanda-tanda bahaya.
c. Kunjungan neonates ke-3 (KN 3) dilakukan pada hari ke-8 sampai
hari ke-28 setalah lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan
dengan berat badan, tinggi badan dan nutrisinya.

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


I. PENGKAJIAN
Pengkajian data subyektif dan data obyektif menggunakan konsep
refocusing atau menggunakan data fokus yang disesuaikan dengan
14

kebutuhan klien, berlandaskan teori yang ada, untuk menegakkan


diagnosis.
Tanggal/Waktu Pengkaji :
Tanggal/Watktu MRS :
Nama Pengkaji :
Tempat Pengkaji :
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir :penyebab depresi bayi pada saat
lahir mencangkup bayi yang
kurang bulan. Faktor Persalinan
kurang bulan / lewat bulan dapat
memungkinkannya terjadi
implikasi pada bayi baru lahir
berupa berat badan lahir rendah
(Puspita, 2018).
Jenis kelamin :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah / ibu :
Pendidikan ayah / ibu :latar belakang pendidikan yang
rendah dapat mengakibatkan
ketidaktahuan orang tua
mengenai gizi dan penanganan
BBL (Marmi, 2016)
Pekerjaan ayah / ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
15

Alamat :
2. Keluhan utama/alasan MRS
a. Keluhan utama:
b. Alasan MRS:
Datang sendiri terkait keluhan atau rujukan
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan sekarang
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
 Riwayat kehamilan dan kelahiran :
 Riwayat antenatal
 Riwayat intranatal
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat penyakit menular
b. Riwayat penyakit menurun :

B. Data Obyektif

a. Pemeriksaan umum

terdiri dari kesadaran yaitu compos mentis, tanda-tanda vital

meliputi nadi dimana rata-rata nadi apikal 120-160 dpm (115 dpm pada 4-

6 jam, meningkat sampai 120 dpm pada 12-24 jam setelah kelahiran);

dapat berfluktuasi dari 70-100 dpm (tidur) sampai 180 dpm (menangis)

(Doenges, 2001), pernapasan berkisar antara 40-60 kali/menit, suhu

berkisar antara 36,5oC-37,5oC (Sitiatava, 2012), serta antropometri

meliputi berat badan (BB) saat lahir yaitu 2500-4000 gram, panjang badan

yaitu 48-52 cm, lingkar kepala (Sitiatava, 2012) antara lain circumferentia

subocciput bregmatika yaitu 32 cm, circumferentia fronto

occipitalis yaitu 34 cm dan circumferentia mento occipitalis yaitu 35 cm,


16

lingkar dada berkisar antara 30 – 38 cm yang pada umumnya tidak > 3 cm

dari ukuran lingkar kepala pada BBL namun setelah anak berusia > 1

tahun lingkar dada relatif lebih besar di banding lingkar kepala, dan

lingkar lengan atas (LILA) harus ≥ 11 cm karena neonatus dengan LILA

dibawah 11 cm dapat diindikasikan Kekurangan Energi Kalori (KEK),

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan Kecil Masa Kehamilan (KMK)

(Sitiatava, 2012)

b. Pemeriksaan fisik

head to toe terdiri dari pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi

dan perkusi. Pada pemeriksaan inspeksi meliputi pemeriksaan kepala

didapatkan hasil bentuk kepala bulat, tidak terdapat caput succedeneum,

maupun cephal hematoma, tidak terdapat molding, kulit kepala tampak

bersih tidak tampak ada lesi, ubun-ubun datar, kontruksi rambut tampak

kuat, distribusi rambut tampak merata, tekstur lembut, dan tampak bersih,

selanjutnya pada pemeriksaan wajah didapatkan hasil tidak tampak oedem,

wajah tidak tampak pucat, untuk pemeriksaan mata didapatkan hasil

tampak simetris, bersih, tidak tampak strabismus, fungsi penglihatan baik,

konjungtiva tidak tampak pucat, sklera tidak tampak kuning, tidak tampak

perdarahan, tidak tampak oedema pada kelopak mata, pupil kontriksi bila

sinar mendekati, dilatasi bila sinar menghilang (Donna L. Wong, 2009),

untuk pemeriksaan telinga didapatkan hasil tampak bersih dan tidak ada

secret, terdapat lubang telinga, daun telinga tampak normal, tidak tampak

sianosis pada daun telinga, pendengaran baik (menilai adanya gangguan


17

pendengaran dilakukan dengan membunyikan bel atau suara apabila

terjadi refleks terkejut, kemudian apabila tidak terjadi refleks maka

kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran (Aziz, 2009), untuk

pemeriksaan hidung didapatkan hasil tampak lubang hidung, tidak terdapat

pernapasan cuping hidung, tidak tampak sekret, untuk pemeriksaan mulut

didapatkan hasil tidak tampak sianosis di sekitar mulut dan membran

mukosa lembab, bibir tampak simetris, tidak tampak stomatitis, tidak

tampak oral trush, palatum mole dan durum tidak tampak kelainan, tidak

tampak labioskhizis dan labio Palato skhizis, belum terdapat gigi, suara

tangisan kuat, untuk pemeriksaan leher didapatkan hasil tidak tampak

peradangan tonsil dan faring, tidak tampak pembesaran vena jugularis,

kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening, untuk dada dengan hasil tidak

tampak retraksi dinding dada dan pergerakan pernafasan tidak berlawanan,

bentuk dada tidak tampak barrel chest, funnel chest, pigeon chest,

khyposcoliosis., tampak kedua sisi dada simetris (Depkes, 2004), untuk

pemeriksaan abdomen didapatkan hasil tidak tampak pembesaran

abdomen, simetris, tidak tampak asites, tali pusat telah putus, untuk

pemeriksaan punggung didapatkan hasil tampak simetris, tidak tampak

spina bifida, pemeriksaan genetalia eksterna meliputi genetalia perempuan

yaitu labia mayora menutupi labia minora, terdapat klitoris dan terletak

pada ujung anterior labia minora dan tertutup oleh lipatan kecil kulit

(prepusium), meatus uretra berada didepan orifisium vagina, lubang uretra

terpisah dengan lubang vagina dan genetalia laki-laki tampak testis turun
18

pada skrotum, rugae nampak dengan jelas, meatus urinarius berada

ditengah dan diujung glands, tidak tampak kelainan epispadius dan

hipospadius, penis lurus proposional pada tubuh, pemeriksaan anus

didapatkan hasil tampak lubang anus, tidak terdapat ruam popok, serta

ekstremitas dengan hasil tampak simetris ,tidak tampak kelainan, sama

panjang, tidak terdapat luka, jari kaki dan tangan tidak tampak polidaktili,

sindaktili maupun brakidaktili

Pemeriksaan palpasi meliputi pemeriksaan kepala didapatkan hasil tidak

terba benjolan atau kelainan, pemeriksaan wajah didapatkan hasil tidak

teraba oedem, pemeriksaan mata didapatkan hasil palpebra tidak oedem,

pemeriksaan hidung didapatkan hasil tidak teraba pembesaran polip,

pemeriksaan leher didapatkan hasil tidak terba pembesaran vena jugularis,

kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, pemeriksaan abdomen

didapatkan hasil teraba lembek, tidak teraba kelainan, tugor kulit kembali

≤ 3 detik, pemeriksaan genetalia meliputi genetalia laki-laki didapatkan

hasil tidak teraba massa/benjolan, rugae pada skrotum teraba dengan jelas

dan genetalia perempuan didapatkan hasil tidak teraba massa/benjolan,

tidak teraba pembesaran pada kelenjar bartholin, dan pemeriksaan

ekstremitas didapatkan hasil tidak teraba oedema, cavilarie refille kembali

≤ 3 detik

Pemeriksaan auskultasi meliputi pemeriksaan dada terdiri dari

pemeriksaan paru didapatkan hasil bunyi nafas bilateral, kadang-kadang

krekels umum pada awalnya (Doenges, 2001), pemeriksaan jantung


19

didapatkan hasil terdengar reguler, murmur jantung sering ada selama

periode transisi (Doenges, 2001) dalam hal ini evaluasi bunyi jantung

terkait dengan (1) kualitas (harus jelas dan dapat dibedakan, tidak

tertutupi, tidak difus, atau jauh) (2) Intensitas (3) frekuensi (harus sama

dengan denyut nadi radialis (4) irama (Wong, 2009) dimana bunyi jantung

I karena katup mitral dan trikuspidalis menutup pada permulaan systole

(kontraksi), bersamaan dengan ictus kordis, denyutan karotis, terdengar

jelas di apeks), bunyi jantung II karena katup aorta dan katup pulmonal

menutup pada permulaan diastole (relaksasi jantung), paling jelas di sela

iga 2 tepi kiri sternum terpecah pada inspirasi dan tunggal pada ekspirasi)

(Aziz, 2009), dan pemeriksaan abdomen didapatkan hasil frekuensi

peristaltik usus 5-35 kali/menit.

Kemudian pada pemeriksaan perkusi yang meliputi pemeriksaan dada

didapatkan hasil suara sonor, dan pada pemeriksaan abdomen didapatkan

hasil tidak terdengar hipertimpani pada abdomen.

c. Pemeriksaan neurologis/refleks

Meliputi refleks morro didapatkan hasil positif, terkejut saat ada

suara, refleks rooting didapatkan hasil positif, membuka mulut jika ada

yang menyentuh bibir (Asuhan Persalinan Normal, 2008), refleks sucking

didapatkan hasil positif, dapat menghisap putting susu, refleks swallowing

dengan hasil positif, dapat menelan (JNPK-KR,2008), refleks babinsky

didapatkan hasil positif, jari kaki menekuk ke bawah (Sitiava, 2012), dan
20

refleks graft didapatkan hasil positif, kaki seakan – akan berjalan ketika

bayi diangkat

d. Pemeriksaan penunjang

meliputi pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada neonatus di jam

pertama kelahiran (Doenges, 2001) antara lain: pemeriksaan pH tali pusat

didapatkan hasil tingkat pH 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status

praasidosis dimana tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna,

hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht) berkisar antara 15-20 g untuk Hb dan

43%-61% untuk Ht, tes Coombs langsung pada darah tali pusat yang

menentukan adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah

merah, menunjukkan kondisi hemolitik. Selanjutnya pada neonatus usia 2

jam sampai 3 hari (Doenges, 2001) antara lain: pemeriksaan jumlah sel

darah putih (SDP) didapatkan hasil 18.000/mm3, neutrofil meningkat

sampai 23.000-24.000/mm3 hari pertama setelah lahir (menurun bila ada

sepsis), pemeriksaan hemoglobin (Hb) berkisar antara15-20 g/dl (kadar

lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan),

pemeriksaan hematokrit (Ht) berkisar antara 43%-61% (peningkat sampai

65% atau lebih menandakan polisitemia; penurunan kadar menunjukkan

anemia atau hemoragi prenatal/perinatal), pemeriksaan essai inhibisi

Guthrie adalah tes untuk adanya metabolit fenilalanin, menandakan

fenilketonuria (PKU), pemeriksaan bilirubin total didapatkan hasil 6 mg/dl

pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 sampai 2 hari, dan 12 mg/dl pada

3 sampai 5 hari, dan pemeriksaan detroksik dimana tetes glukosa pertama


21

selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40 sampai 50 mg/dl,

meningkat 60 sampai 70 mg/dl pada hari ketiga.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : NCB/NKB/NLB – SMK/KMK/BMK usia…jam/hari
Masalah : Tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. INTERVENSI
1. Jaga kehangatan tubuh bayi
Rasional : Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat
stress karena perubahan suhu lingkungan (Andersson, 2018).
2. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Rasional : Kontak kulit dengan kulit membuat bayi lebih tenang
sehingga didapat pola tidur yang lebih baik. Selain itu dapat
menstabilisasikan pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi,
menjaga kolonisasi kuman (Angelhoff et al., 2018).
3. Lakukan perawatan tali pusat
Rasional : Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat
dalam minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi
pada neonatus (Stewart et al., 2016).
4. Berikan profilaksis mata dalam bentuk salep tetrasiklin 1% kira-kira 1
jam setelah kelahiran (setelah masa interaksi orangtua bayi).
Rasional : Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama
pada bayi dengan ibu yang menderita penyakit menular seksual seperti
22

gonore dan klamidiasis. Sebagian besar konjungtivitis muncul pada dua


minggu pertama kelahiran (Sondakh, 2016).
5. Berikan Neo K (Phytomenadione) dengan dosis 1mg atau 0,5cc secara
IM (pada paha sebelah kiri)
Rasional : Bayi baru lahir cenderung mengalami kekurangan
Vitamin K karena cadangan vitamin K dalam hati relatif masih rendah.
Vitamin K dihasilkan di saluran pencernaan segera setelah
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Pada hari ke-8, bayi baru lahir
normal sudah mampu menghasilkan vitamin K. Kekurangan vitamin K
berisiko tinggi bagi bayi untuk mengalami perdarahan yang disebut
juga perdarahan akibat defisiensi vitamin K (Sondakh, 2016).
6. Berikan imunisasi Hb 0 atau vaksin Hepatitis B
Rasional : Tindakan ini memberikan perlindungan terhadap bayi
baru lahir yang ibunya memiliki antigen permukaan hepatitis B yang
tidak terdiagnosis pada saat pelahiran, dengan pemajanan selanjutnya
pada bayi baru lahir. Vaksin hepatitis B ini efektif untuk mencegah
penularan perinatal pada banyak bayi baru lahir (Sondakh, 2016).
7. Tunda untuk memandikan bayi 6-12 jam
Rasional : Memandikan bayi segera setelah lahir yang dapat
mengakibatkan hipotermi. Kulit bayi baru lahir sangat rentan untuk
mengering sehingga meningkatkan risiko terjadinya hipotermi
(Andersson, 2018).
8. Catat waktu dan karakteristik urine serta feses yang pertama kali keluar
Rasional : Pengeluaran mekonium dan adanya bising usus adalah
bukti pasti integritas saluran cerna. Bayi baru lahir yang belum
berkemih selama 24 jam pertama harus dirujuk ke tenaga kesehatan
pediatric (Sondakh, 2016).
9. Lakukan rawat gabung
Rasional : Kontak dini antara ibu dan bayi yang telah dibina sejak
dari kamar bersalin seharusnya tetap dipertahankan dengan merawat
bayi bersama ibunya (rawat gabung) (Sondakh, 2016).
23

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 21 Januari 2022


Waktu Pengkajian : 15.00 WITA
Tempat Pengkajian : Puskesmas Petung
Nama Pengkaji : Norkaya
S:
1. Identitas
a. Identitas bayi
Nama : By. Ny. R
Umur : 0 Hari 1 jam
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 21 Januari 2022
b. Identitas orang tua
Nama ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. A
Umur : 27 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : S I Pendidikan :SI
Pekerjaan : Honor Pekerjaan : Honor
Alamat : Petung
1.
2. Riwayat kehamilan sekarang
Ini merupakan anak Pertama dengan usia kehamilan 39 minggu 1 hari.
3. Riwayat Kelahiran yang lalu
NO Tahun Jenis PB/BB Keadaan Komplikasi Jenis Ket
kelahiran Kelamin bayi persalina
n
1 Hamil ini

24
25

4. Riwayat persalinan sekarang


Riwayat Intranatal Care
1) Jenis Persalinan : Normal pervaginam
2) Lama Persalinan
a) Kala I : 14 jam
b) Kala II : 21 menit
c) Kala III : 59 menit
d) Kala IV : 2 jam
3) Komplikasi saat persalinan : Kala II lama
4) Kondisi Ketuban : jernih
5) Bayi lahir 21 Januari 2022 pada pukul 14.46 WITA, jenis persalinan
spontan. Bayi lahir dengan jenis kelamin perempuan, bayi lahir
bernafas spontan, bergerak aktif, kulit kemerahan, ketuban jernih,
apgar score 7/10
O:
Keadaan umum : Baik
Pemeriksaan tanda-tanda vital :
Pernapasan : 46 x/menit
Nadi : 128 x/menit
Suhu : 36,70C
1. Pemeriksaan Antropometri
BB : 2750 gram Lingkar kepala : 31 cm
PB : 49 cm Lingkar Dada : 33 cm
LILA : 10 cm Lingkar Perut : 33 cm

2. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir


Kepala : Bentuk bulat, terdapat caput succedaneum tidak terdapat
cepal hematoma, penyebaran rambut tampak merata,
26

rambut berwarna hitam, teraba ubun-ubun kecil berbentuk


segitiga
Wajah : Tidak pucat, tidak terdapat oedem, dan warna kulit
kemerahan
Mata : Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak terdapat kotoran dan
perdarahan, pupil normal (dapat membesar dan mengecil),
konjungtiva tidak pucat, sclera berwarna putih
Hidung : Bentuk simetris, tidak terdapat pengeluaran serumen atau
sekret berlebihan
Telinga : Bentuk simetris, berlekuk sempurna, tidak terdapat secret
atau serumen yang berlebihan
Mulut : Bentuk simetris, berwarna kemerahan, tidak pucat,
mukosa mulut lembab, tidak terdapat labio palato skhizis
dan labio skhizis, tidak ada gigi
Leher : Pergerakan leher aktif, tidak terdapat pembesaran vena
jugularis, tidak teraba massa, tidak teraba pembesaran
kelenjar limfe
Dada : Bentuk simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak
menggunakan alat bantu pernafasan, putting susu
menonjol, suara nafas terdengar vesikuler, irama jantung
terdengar teratur, suara jantung I terdengar di intercostal
4-5, tidak terdengar suara nafas tambahan ronchi dan
wheezing
Abdomen : Bentuk simetris, tali pusat ada 2 arteri dan 1 vena, tali
pusat berwarna putih, tidak ada perdarahan pada tali pusat,
tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat, tidak teraba
benjolan atau massa, tidak kembung, terdengar bising usus
frekuensi (3 x/menit)
Punggung : Bentuk simetris, tidak terdapat lanugo, tidak teraba
pembesaran pada spina bifida
27

Genetalia : Jenis kelamin perempuan, labia mayora menutupi labia


minora , tidak ada pengeluaran, tidak ada kelainan
Anus : Terdapat lubang anus, tidak ada kelainan
Ekstermitas
Atas : Simetris, jari tangan lengkap, tidak ada polidaktil
dan sindaktil, pergerakan aktif. Terdapat garis di
telapak tangan kanan dan kiri
Bawah : Simetris, jari kaki lengkap, tidak ada polidaktik
dan sindaktil, pergerakan aktif, terdapat garis pada
telapak kaki kanan dan kiri

3. Status Neurologi (Refleks)


Refleks Moro : (+) saat dikejutkan tangan dan kaki bayi sedikit
terangkat
Refleks Rooting : (+) membuka mulut ketika jari petugas menyentuh
sekitar mulut bayi
Refleks Sucking : (+) Bayi menghisap ketika putting susu di sentuhkan
keujung mulut
Refleks Tonic neck : (+) saat kepala bayi di gerakkan ke samping lengan
pada sisi akan lurus
Refleks Grabs : (+) Bayi menggengam jari petugas saat jari petugas
di letakkan ditelapak tangan bayi
Refleks Babinski : (+) jari-jari tertekuk kebawah saat diberi stimulus
berupa gesekkan
Refleks Swallowing : (+) bayi mampu menelan ASI dengan baik

Penilaian sepintas
Bayi lahir 21 Januari 2022 pada pukul 14.46 WITA, jenis
persalinan spontan. Bayi lahir dengan jenis kelamin perempuan, bayi lahir
bernafas spontan, bergerak aktif, kulit kemerahan, ketuban jernih, apgar
score 7/10 ,pada kepala tampak caput suksedeneum.
28

A :
Diagnosis : NCB-SMK usia 1jam dengan caput suksedeneum
Masalah : ibu cemas dengan kondisi kepala bayinya
Diagnosa Potensial : Infeksi
Masalah Potensial : penanganan Caput suksedeneum yang tidak tepat.
Kebutuhan Segera : Mengurangi mengangkat bayi dengan menyusui
bayi dengan posisi berbaring miring kekiri atau
kanan sampai 72 jam.
29

P :
Waktu Penatalaksanaan Paraf

16.00 Menjelaskan pada ibu bahwa hasil pemeriksaan bayi dalam Mhs
keadaan normal;dan pada daerah kepala terdapat benjolan caput
suksedeneum yang dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam
dan Pemeriksaan lebih lanjut harus dipertimbangkan jika dalam
waktu 48-72 belum hilang atau ada pembesaran pembengkakan
lebih dari 24 jam setelah melahirkan.Ibu mengerti tentang
penjelasan yang diberikan mengenai hasil pemeriksaan bayinya.
16.05 Membungkus tali pusat dengan kasa steril; Keadaan tali pusat Mhs
baik, tidak ada perdarahan tali pusat dan tanda-tanda infeksi tali
pusat; Ibu mengerti penjelasan yang diberikan
16.07 Menjaga kehangatan bayi dgn cara memakaikan baju, gurita, Mhs
popok, topi; Bayi telah dipakaikan baju, gurita, popok, dan topi
16.10 Memberikan tetes mata gentamycin sulfate 0,3% pada masing - Mhs
masing mata bayi ; Bayi telah diberikan salep mata
16.11 Memberikan injeksi Neo-K 1 mg pada paha sebelah kiri bayi Mhs
secara IM sebanyak 0,5 cc ; Bayi telah diberikan injeksi Neo-K
17.11 Memberikan imunisasi Hb0 pada paha sebelah kanan bayi Mhs
secara IM sebanyak 0,5 cc ; Bayi telah diberikan imunisasi Hb0
17.12 Tunda memandikan bayi selama 6 jam; Bayi dimandikan pada Mhs
jam 07.00 WITA besok pagi
17.20 Memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu tentang pemberian Mhs
ASI dan untuk mengurangi mengangkat bayi dengan menyusui
bayi dengan posisi berbaring miring kekiri atau kanan dalam
waktu 72 jam serta tentang cara merawat tali pusat; Ibu
mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan bayi tampak
30

menyusu dengan kuat.


BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan Bayi baru Lahir diberikan berdasarkan pendekatan asuhan


kebidanan dengan tujuh langkah Varney untuk bayi baru lahir normal dan
didokumentasikan dengan SOAP. Berdasarkan temuan kasus di lapangan,
didapatkan hasil :

A. Pengumpulan Data Dasar


Pengumpulan data dasar meliputi pengkajian data subjektif yang
berasal dari orang tua pasien dan data objektif yang berasal dari pemeriksaan
umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada data subjektif
didapatkan Bayi ibu R masuk dalam kategori bayi baru lahir normal
dikarenakan hasil pemeriksaan fisik bayi normal dan bayi lahir dengan usia
kehamilan cukup bulan dan berat badan lahir bayi 2750 gram dan PB 49 cm
sesuai dengan teori yaitu bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan
umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram (Sondakh, 2016).
Pada kasus ibu R bayi lahir spontan, menangis kuat, tidak ada cacat
bawaan, warna kulit kemerahan. Jenis kelamin perempuan, A/S 9/10,
pergerakkan aktif, anus (+), ditandai dengan bayi sudah buang air besar
dengan normal. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menerangkan bahwa
bayi yang sehat akan menangis kuat, bernafas spontan, menggerakkan tangan
dan kakinya dan kulit bewarna kemerahan (Williamson, 2015).
Penanganan bayi baru lahir yang dilakukan setelah bayi lahir adalah
sesuai dengan penatalaksanaan bayi baru lahir yaitu mengisap lendir bayi,
memotong dan menjepit tali pusat dengan jepitan tali pusat steril, meletakkan
bayi diatas dada ibu untuk bayi melakukan IMD, memberikan salep mata,
memberikan injeksi Neo K dan menjaga kehangatan bayi (Bhatt & Beck-
Sagué, 2018).

31
32

Setelah bayi lahir, bayi tidak langsung dimandikan, hal ini sesuai
dengan teori kepustakaan untuk tidak memandikan bayi minimal 6 jam setelah
lahir untuk mencegah hipotermi (Andersson, 2018). Bayi juga langsung dapat
menyusu setelah persalinan dikarenakan refleks bayi baik terutama (rooting,
sucking, swallowing) dan pengeluaran ASI ibu R lancar.
Salah satu penilaian untuk menilai maturitas yang sering digunakan
adalah dengan menggunakan skor The New Ballard . Sistem penilaian ini
dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD dari sebelumnya Skor
Dubowitz untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian
neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular meliputi postur, square
window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver.
Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar,
payudara, mata/telinga, dan genitalia (Lee et al., 2017).
Penulis juga memberikan vaksin Hb 0 pada neonatus untuk mencegah
penyakit hepatitis B dan kerusakan hati dan injeksi Vitamin K untuk
mencegah terjadinya perdarahan pada semua bayi baru lahir (Marmi, 2016).

B. Menginterpretasikan Data Dasar


Interpretasi data dasar meliputi diagnosis kebidanan, masalah dan
kebutuhan. Pada langkah ini dilakukan analisis untuk mendapatkan diagnosis
pada Bayi Ny. A NCB (Neonatus Cukup Bulan ) - SMK (Sesuai Masa
kehamilan) Usia 1 jam.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dasar yang diperoleh dari
perhitungan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) ibu 38 minggu 5 hari dan
berat badan bayi 2750 gram , bayi masuk kategori NCB karena sesuai
dengan teori yaitu bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai
4000 gram (Sondakh, 2016).
Bayi masuk dalam kategori SMK (Sesuai Masa kehamilan) di
peroleh dari hasil pemeriksaan fisik bayi dengan kesesuaian usia bayi,
pada usia cukup bulan (aterm). Salah satu penilaian untuk menilai maturitas
33

yang sering digunakan adalah dengan menggunakan skor The New Ballard .
Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD dari
sebelumnya Skor Dubowitz untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir
melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular meliputi
postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear
maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan
plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia (Lee et al., 2017)
Berdasarkan hasil pengumpulan data dasar, data lalu diinterpretasikan.
Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.
C. Mengidentifikasi Diagnosis / Masalah Potensial
Berdasarkan interpretasi data dasar, Bayi Ny. R usia 1 jam merupakan
bayi baru lahir normal dengan caput suksedeneum yang memiliki diagnosis
potensial ataupun masalah potensial. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan di
lapangan.
D. Mengidentifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Pada langkah ini dilakukan identifikasi kebutuhan tindakan segera,
namun pada kasus bayi Ny. R usia 1 jam diperlukan tindakan segera karena
merupakan bayi baru lahir dengan caput suksedeneum yang memerlukan
pemantauan. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan di lapangan, tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik.
E. Merencanakan Intervensi
Rencana asuhan yang akan diberikan pada bayi Ny. R usia 1 jam adalah
1. Membangun hubungan saling percaya terhadap orang tua klien
2. Mendeteksi masalah dan penanganannya
3. Melakukan pencegahan hipotermi, hipertermi pada bayi, mmenjaga
kehangatan suhu tubuh
4. Tidak memandikan bayi < 6 jam setelah bayi lahir
5. Mendorong perilaku yang sehat
Berdasarkan rencana intervensi sesuai dengan teori, tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.
34

F. Melakukan Implementasi
Berdasarkan rencana asuhan yang dibuat, penatalaksanaan yang dilakukan
terhadap bayi Ny. R usia 1 jam :
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada orang tua klien
2. KIE mengenai ASI Ekslusif
3. KIE cara menyusui yang benar
4. KIE tentang personal hygine
5. KIE Perawatan Tali Pusat
6. KIE tentang menjaga kehangatan suhu bayi
7. KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke tempat pelayanan kesehatan
Implementasi yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana
intervensi berdasarkan teori (Marmi, 2016) sehingga tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.
G. Melakukan Evaluasi
Setelah dilakukan pemeriksaan pada bayi Ny. R usia 1 jam , Ibu
memahami keadaannya.
Ibu bersedia untuk IMD dan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
dan bersedia mengurangi mengangkat bayi dengan menyusui bayi dengan
posisi berbaring miring kekiri atau kanan dalam waktu 72 jam bayi tampak
menyusu dengan kuat.Ibu bersikap kooperatif dan mampu memahami
penjelasan yang diberikan serta bersedia kembali 3 hari lagi untuk kontrol.
Berdasarkan respon klien selama asuhan diberikan, tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik. Evaluasi merupakan penilaian
keefektifan asuhan dilapangan karena asuhan diberikan dengan baik dan
mudah dipahami klien.
35

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada pengkajian Pada kasus Bayi Ny. R usia 1 jam dengan data
subyektif yaitu berat badan 2750 gram, panjang badan 49 cm, A/S
7/10, bayi lahir spontan, menangis kuat, tidak ada cacat bawaan,
warna kulit kemerahan, jenis kelamin perempuan, pergerakkan
aktif, anus (+) Kepala tampak kaput suksedeneum.

2. Pada interpretasi data didapat diagnosa kebidanan pada bayi Ny. R


NCB-SMK usia 1 jam dengan caput suksedeneum

3. Pada kasus Bayi Ny. R dilakukan antisipasi observai dan telah


memperoleh penanganan yang tepat.

4. Pada kasus ini, perencanaan yang diberikan sesuai dengan keadaan


Bayi Ny. R yang meliputi penjelasan tentang kondisi bayinya, beri
nasehat pada Ny. A untuk memberikan ASI Eklusif, dan
perawatan tali pusat yang baik dan benar.

5. Pelaksanaan yang dapat penulis lakukan adalah sesuai


dengan perencanaan yang telah dibuat.
6. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan bayi
baru lahir dengan hasil keadaan umum baik, bayi beristirahat
dengan tenang dan tidak ada keluhan
7. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik pada
kasus ini.
36

B. Saran

Saran yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada


kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pasien

a. Diharapkan mampu mendeteksi dini tanda-tanda bahaya


bayi baru lahir dan menganjurkan untuk segera
membawa ke petugas kesehatan yang terdekat bila
mengalami tanda bahaya pada bayi baru lahir.
b. Diharapkan dapat memberikan penanganan awal
dirumah apabila menderita tanda bahaya pada bayi baru
lahir.
2. Bagi bidan/dokter

Diharapkan lebih mengutamakan upaya promotif dalam


kasus tanda bahaya pada bayi baru lahir misalnya KIE
tentang perawatan tali pusat yang baik dan benar,
pemberikan pendidikan kesehatan tentang asi ekslusif ,
mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
sehingga ibu berprilaku hidup sehat dan memahami tentang
kesehatan bayi

.
3. Bagi Institusi

a. Puskesmas/ Klinik

Pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas/klinik sudah


baik diharapkan untuk lebih meningkatkan kualitas
pelayanan dalam pengelolaan asuhan kebidanan pada
Bayi Baru lahir
37

b. Pendidikan

Referensi bacaan tentang pengetahuan kesehatan


reproduksi masih kurang lengkap, diharapkan karya tulis
ilmiah ini bisa menjadi referensi yang baik untuk bahan
bacaan.
DAFTAR PUSTAKA

Andersson, O. (2018). Between the sheets – or how to keep babies warm. Acta
Paediatrica, International Journal of Paediatrics, 107(8), 1300–1301.
https://doi.org/10.1111/apa.14341
Angelhoff, C., Blomqvist, Y. T., Sahlén Helmer, C., Olsson, E., Shorey, S.,
Frostell, A., & Mörelius, E. (2018). Effect of skin-to-skin contact on parents’
sleep quality, mood, parent-infant interaction and cortisol concentrations in
neonatal care units: Study protocol of a randomised controlled trial. BMJ
Open, 8(7), 1–8. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2018-021606
Bhatt, C. B., & Beck-Sagué, C. M. (2018). Medicaid expansion and infant
mortality in the United States. American Journal of Public Health, 108(4),
565–567. https://doi.org/10.2105/AJPH.2017.304218
Center for Health Statistics, N. (2017). NCHS Data Brief. 279, 1–8.
https://www.cdc.gov/nchs/data/databriefs/db279_table.pdf#1.
Isdayanti, Y. (2019). Hubungan Asfiksia Dan Sepsis Neonatorum Dengan
Kejadian Ikterus Neonatorum Di Rsud Salatiga.
http://repository2.unw.ac.id/id/eprint/232
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1464
MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. In
4 Oktober 2010. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK No.
1464 thn ttg Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.pdf
Khairy, M. A., Abuelhamd, W. A., Elhawary, I. M., & Mahmoud Nabayel, A. S.
(2019). Early predictors of neonatal hyperbilirubinemia in full term newborn.
Pediatrics and Neonatology, 60(3), 285–290.
https://doi.org/10.1016/j.pedneo.2018.07.005
Lee, A. C. C., Panchal, P., Folger, L., Whelan, H., Whelan, R., Rosner, B.,
Blencowe, H., & Lawn, J. E. (2017). Diagnostic accuracy of neonatal
assessment for gestational age determination: A systematic review.
Pediatrics, 140(6). https://doi.org/10.1542/peds.2017-1423
Marmi, R. (2016). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah. Pustaka
Pelajar.
Maryuni, dan A. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Pra-sekolah. In
Media.
Matoba, N., & Collins, J. W. (2017). Racial disparity in infant mortality. Seminars
in Perinatology, 41(6), 354–359.
https://doi.org/10.1053/j.semperi.2017.07.003
Ojumah N, Ramdhan RC, Wilson C, dkk. (12 Desember 2017) Cedera Kelahiran
Neonatal Neurologis: Tinjauan Literatur. Cureus 9(12): e1938. DOI
10.7759/cureus.1938

Pohlman, M. N., Nursanti, I., Anto, Y. V., Achmad, S., & Yogyakarta, Y. (2015).
HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN IKTERUS
NEONATORUM DI RSUD. 4(2), 96–103.
Pressler, J. L. (2016). The Question of “When?” The Timing of Tests and
Measures in Newborn and Infant Research. Newborn and Infant Nursing
Reviews, 16(4), 190–191. https://doi.org/10.1053/j.nainr.2016.09.013
Puspita, N. (2018). The Effect of Low Birthweight on the Incidence of Neonatal
Jaundice in Sidoarjo. Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(2), 174.
https://doi.org/10.20473/jbe.v6i22018.174-181
Sondakh. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Erlangga.
Stewart, D., Benitz, W., Watterberg, K. L., Cummings, J. J., Benitz, W. E.,
Eichenwald, E. C., Poindexter, B. B., Stewart, D. L., Aucott, S. W.,
Goldsmith, J. P., Puopolo, K. M., Wang, K. S., Raju, T. N. K., Barfield, W.
D., Keels, E. L., Lacaze, T., Mascola, M., & Couto, J. R. (2016). Umbilical
cord care in the newborn infant. Pediatrics, 138(3).
https://doi.org/10.1542/peds.2016-2149
Teixeira, M. H., Magalhães, V., & Borges, S. (2020). Hyperbilirubinemia impact
on newborn hearing : a literature review. 66(7), 1002–1008.
Walyani, E. S. (2015). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Pustaka Baru.
Widiawati, S. (2017). Hubungan sepsis neonatorum , BBLR dan asfiksia dengan
kejadian ikterus pada bayi baru lahir. Riset Informasi Kesehatan, 6(1), 52–57.
Williamson, K. (2015). Buku Ajar Asuhan Neonatus. Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai