Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KOMPREHENSIF

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA IBU NIFAS


DI UPT PUSKESMAS WARU
PENAJAM PASER UTARA

DISUSUN OLEH :

Nensi Oktavia
NIM. P07224422061

KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PRODI PROFESI KEBIDANAN SAMARINDA
TAHUN 2022

1
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK BALITA SEHAT
Asuhan kebidanan Holistik pada ibu nifas telah diperiksa, dievaluasi oleh pembim

bing ruangan dan pembimbing institusi di UPT Puskesmas Waru

Penajam Paser Utara, 06 Desember 2022

Mahasiswa

Nensi Oktavia

NIM. P07224422061

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

Dwi Hendriani,M.Kes Eti Nur Ainah, S.Tr.Keb

NIP. 198107152008122002 NIP. 198704152010012018

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha ESA, karena dengan limpahan

rahmat dan AnugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan

Kebidanan pada Ibu Nifas di UPT Puskesmas Waru. Asuhan kebidanan pada Ibu

Nifas ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan

Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik

dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.

Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Penajam Paser Utara, Desember 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................

A. Latar Belakang...................................................................................................

B. Tujuan................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................

A. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas...................................

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas........................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa nifas (Puerperium) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta d
an berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari (Yuliana & Hakim, 2020)
Selama masa pemulihan berlangsung, ibu akan mengalami banyak peru
bahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamana
n pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi pat
ologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik. Perawatan masa nifas m
erupakan strategi meningkatkan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir
(Nancy et al, 2021).
Berdasarkan dari perubahan-perubahan tersebut maka ibu nifas normal
membutuhkan kebutuhan dasar yang meliputi nutrisi, mobilisasi, miksi, defek
asi, perawatan payudara (mammae), laktasi (Mochtar, 2012).
Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu (maternal mortality rate) meru
pakan jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan, dan pasc
a persalinan yang dijadikan indikator derajat kesehatan perempuan. Angka Ke
matian Ibu (AKI) merupakan salah satu target global Sustainable Developmen
t Goals (SDGs) dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 70 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.
Angka Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu sebanyak 303.000 jiwa. Angka
Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yaitu sebesar 235 per 100.000 kelahiran hidup
(ASEAN Secretariat, 2020). Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan I
ndonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia meningkat dari 228
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2007 menjadi 359 per 100.000 k
elahiran hidup pada tahun 2007-2012. Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami
penurunan pada tahun 2012-2015 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup da

5
n jumlah kematian ibu di Indonesia pada tahun 2019 yaitu sebanyak 4.221 kas
us (Kemenkes RI, 2019).
Dinas Kesehatan Kalimantan Timur (2017) menunjukkan jumlah kemat
ian ibu yakni 15 per 100.000 kelahiran hidup dan jumlah kematian bayi 95 p
er 1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) menurut data Dinas Kese
hatan Penajam Paser utara tahun 2021 adalah 15 per 100.000 kelahiran hidup.
Sekitar 25-50% kematian ibu disebabkan masalah yang berkaitan dengan keh
amilan, persalinan, dan nifas (WHO, 2018)
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi kematian ibu pada
masa nifas yaitu dengan mengeluarkan kebijakan kunjungan nifas paling sedi
kit 4 kali. Kunjungan masa nifas tersebut terdiri dari kunjungan pertama (6-4
8 jam), kunjungan kedua (3-7 hari), kunjungan ketiga (8-28 hari), dan kunjun
gan keempat (29-42 hari). Kunjungan masa nifas ini dilakukan untuk menilai
status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menang
ani masalah-masalah yang terjadi serta untuk mengetahui penyulit yang diala
mi ibu (Kemenkes RI, 2020).
Kewenangan Bidan dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 28 Tahun 201
7 Bab III mengenai penyelenggara Keprofesian kebidanan pasal 19 ayat 2 (d) pelaya
nan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan ibu nifas
normal.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk memberikan
asuhan kebidanan secara holistic atau pendekatan menyeluruh dan
komprehensif Pada Ibu Nifas di UPT Puskesmas Waru Kecamatan Waru
Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2022.

6
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan me
nggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan me
nurut Varney dan mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk cat
atan SOAP.

2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan pendekat
an Varney yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian pada ibu nifas
2) Menginterpretasikan data dasar pada ibu nifas
3) Mengidentifikasikan diagnosis dan masalah potensial pada ibu nifas
4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada ibu nifas
5) Merancang intervensi pada ibu nifas
6) Melakukan implementasi pada ibu nifas
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
b. Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk catatan SOAP

D. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Memberikan pengalaman dan pembelajaran tentang ibu nifas normal deng
an penerapan dan pengembangan ilmu yang diperoleh serta mendapatkan
wawasan dalam menerapkan manajemen kebidanan Varney pada ibu nifas
normal.

2. Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan pasien dan masyarakat tentan
g asuhan pada Ibu Nifas

7
3. Bagi Bidan
Agar mampu meningkatkan profesionalisme, mutu, serta kualitas tenaga k
esehatan khususnya mengenai asuhan pada ibu nifas normal.

4. Bagi Institusi Pendidikan


Dapat meningkatkan mutu dan kualitas serta perkembangan sesuai prosedu
r dalam memberikan pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan untuk me
mecahkan masalah kebidanan.

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR TEORI NIFAS


1. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sa
mpai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal m
asa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2012).
Masa nifas (Puerperium) adalah masa di mulai setelah kelahiran pl
asenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum
hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pem
ulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik y
ang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada aw
al postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis
bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).

2. Tahapan Masa Nifas (Puerperium)


Menurut Wulandari (2020) Ada beberapa tahapan yang di alami oleh wani
ta selama masa nifas, yaitu sebagai berikut :
a. Immediate puerperium
Waktu 0-24 jam setelah melahirkan. ibu telah di perbolehkan berdiri at
au jalan-jalan
b. Early puerperium
Waktu 1-7 hari pemulihan setelah melahirkan. pemulihan menyeluruh
alat-alat reproduksi berlangsung selama 6- minggu
c. Later puerperium
Waktu 1-6 minggu setelah melahirkan, inilah waktu yang diperlukan ol
eh ibu untuk pulih dan sehat sempurna.

3. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas (Puerperium)

9
Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post partum Me
nurut Sutanto (2019) :
a. Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)
1) Perasaan ibu berfokus pada dirinya.
2) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
3) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
4) Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu melahirkan.
5) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaa
n tubuh ke kondisi normal.
6) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peni
ngkatan nutrisi.
7) Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi
tubuh tidak berlangsung normal.
8) Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini ada
lah sebagai berikut:
b. Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)
1) Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi,
muncul perasaan sedih (baby blues).
2) Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan meningkat
kan teng gung jawab akan bayinya.
3) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK,
BAB dan daya tahan tubuh.
4) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
menggen dong, menyusui, memandikan, dan mengganti popok.
5) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribad
i.
6) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tid
ak mampu membesarkan bayinya. Wanita pada masa ini sangat se
nsitif akan ketidakmampuannya, cepat tersinggung, dan cenderung
menganggap pemberitahuan bidan sebagai teguran. Dianjurkan unt

10
uk berhati-hati dalam berkomunikasi dengan wanita ini dan perlu
memberi support.
c. Fase Letting Go (Hari ke-10 sampai akhir masa nifas)
1) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya. Setelah ib
u pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian
keluarga.
2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan me
mahami kebutuhan bayi

4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Puerperium)


Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan ko
ndisi post partum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setel
ah melahirkan (Risa & Rika, 2014) antara lain :
a. Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondi
si sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pe
meriksaan palpasi untuk meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya (TF
U).
TABEL 2.1
Perubahan Uterus
Waktu TFU Berat Uterus (Gr)
Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000
Uri Lahir 2 Jari bawah pusat 750
1 Minggu ½ pusat shympisis 500
2 Minggu Tidak teraba 350
6 Minggu Bertambah kecil 50
8 Minggu Normal 30

b. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berba
u amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanit
a. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhe

11
a mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses invol
usi.
Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu kelua
rnya:
1) Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post pa
rtum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar,
jaringan sisasisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (ramb
ut bayi), dan mekonium.
2) Lokhea sanguilenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlan
gsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
3) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung seru
m, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari k
e-7 sampai hari ke14.
4) Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput len
dir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat b
erlangsung selama 2-6 minggu post partum.
Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukkan
adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan ole
h tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang
berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai
dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan kelu
ar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”.
Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea statis”.
c. Perubahan Vagina
Vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar sela
ma proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah pros
es tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 min

12
ggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementar
a labia menjadi lebih menonjol.
d. Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumn
ya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum h
ari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sek
alipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.
e. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebab
kan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan
yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang be
rlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid d
an kurangnya aktivitas tubuh.
f. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk b
uang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah
terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah meng
alami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat menahan
air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut diseb
ut “diuresis”.

g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah ya
ng berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga ak
an menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, sert
a fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pad
a 6-8 minggu setelah persalinan.

13
h. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang tibatiba. Volume darah bertamba
h, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vit
um cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi denga
n timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti s
ediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima
postpartum.
i. Perubahan Tanda-tanda Vital
Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain:
1) Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) Post Partum suhu badan akan naik sedikit (3
7,50 – 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan dan kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan a
kan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi
karena ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun,
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
2) Denyut nadi
Pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis mela
hirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/
menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdara
han post partum.

3) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan dara
h akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada saat post partum menandakan terjadinya
preeklampsi post partum.
4) Pernafasan

14
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan me
ngikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafa
s. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kem
ungkinan ada tanda-tanda syok.

5. Kebutuhan Masa Post Partum


a. Nutrisi dan Cairan
Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi yang b
aik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi su
sunan air susu. Kebutuhan gizi iba saat menyusui adalah sebagai berik
ut:
1) Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari
2) Diet berimbang protein, mineral dan vitamin
3) Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (+8 gelas)
4) Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan
5) Kapsul Vit. A 200.000 unit
Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti sus
unanya harus seimbang , porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin,
pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin serta bahan pe
ngawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung uns
ure-unsur , seperti sumber tenaga, pembangunan, pengatur dan perlind
ung.

1) Sumber Tenaga atau Energi


Sumber tenaga yang diperlukan untuk membakar tubuh dan pembe
ntukan jaringan baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber energy ada
lah karbohidrat dan lemak. Karbohidrat berasal dari padi-padian, k
entang, umbi, jagung, sagu, tepung roti, mie, dan lain-lain. Lemak
bias diambil dari hewani dan nabati.lemak hewani yaitu mentega d

15
an keju. Lemak nabati berasal dari minyak kelapa sawit, minyak sa
yur dan margarine.
2) Sumber Pembangun (Protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang
rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewan
i dan protein nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan,
udang kering, susu dan keju. Sedangkan protein nabati banyak terk
andung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain.
3) Sumber Pngatur dan Pelindung (Mineral, Vitamin dan air)
Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari se
rangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tu
buh. Sumber zat pengatur bias diperoleh dari semua jenis sayur dan
buah-buahan segar.
b. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) adalah Kebijaksanaan agar secepatny
a tenaga kesehatan membimbing ibu post partum bangun dari tempat ti
dur membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Ibu post partum sud
ah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 - 48 jam postpartu
m. Hal ini dilakukan bertahap. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ib
u post partum dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung peny
akit paru-paru, demam dan sebagainya
Keuntungan dari ambulasi dini:

1) Ibu merasa lebih sehat


2) Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik.
3) Memungkinkan kita mengajarkan ibu untuk merawat bayinya.
4) Tidak ada pengaruh buruk terhadap proses pasca persalinan, tidak
memengaruhi penyembuhan luka, tidak menyebabkan perdarahan,
tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri
c. Eliminasi

16
Setelah 6 jam post partum diharapkan. ibu dapat berkemih, jika kandun
g kemih penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih disarankan melak
ukan kateterisasi. Hal-hal yang menyebabkan kesulitan berkemih (pred
lo urine) pada post partum: Berkurangnya tekanan intra abdominal.
1) Otot-otot perut masih lemah.
2) Edema dan uretra
3) Dinding kandung kemih kurang sensitive
4) Ibu post partum diharapkan bisa defekasi atau buang air besar setel
ah hari kedua post partum jika hari ketiga belum delekasi bisa diber
i obat pencahar oral atau rektal.
d. Kebersihan diri
Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu kebersihan tubuh pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sang
at penting untuk tetap terjaga. Langkah langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum
2) Mengajarkan ibu cara memberikan alat kelamin dengan sabun dan
air dari depan ke belakang
3) Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari
4) Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan alat kelamin
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi luka jahit pada al
at kelamin, menyarankan untuk tidak menyentuh daerah tersebut (E
lisabeth Siwi Walyani, 2017).
e. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih s
ulit buang air besar dan terjadi obstifasi apalagi berak keras dapat diber
ikan obat laksans per oral atau per rectal. Jika masih belum bisa dilaku
kan klisma. Konsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum.
f. Kebersihan Genetalia

17
Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak bengkak/memar d
an mungkin ada luka jahitan robekan atau episiotomi, anjurkan ibu unt
uk membersihkan alat genetalianya dengan menggunakan air bersih, m
embersihkan daerah vulva terlebih dahulu dilanjutkan dengan sekitar a
nus. Keringkan dulu sebelum memakaikan pembalut, dan gentilah pem
balut minimal 3 kali sehari. Pada persalinan yang terdapat jahitan, jang
an khawatir untuk membersihkan vulva, justru vulva yang tidak dibersi
hkan dapat menyebabkan infeksi. Bersihkan vulva setiap buang air bes
ar, buang air kecil dan mandi.
g. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat
karena produksi keringat pada ibu nifas akan lebih banyak. Sebaiknya
menggunakan pakaian yang longgar dibagian dada, sehingga payudara
tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar t
idak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat lochea.
h. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan dalam tubuh akan dikeluarkan kembal
i melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pa
da wajah, kaki, betis dan tangan ibu. Usahakan mandi lebih sering dan
menjaga agar kulit tetap dalam keadaan kering.

i. Istirahat
Untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, usahakan untuk rileks dan
istrahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Meminta bantuan
suami atau keluarga yang lain jika ibu merasa lelah. Putarkan dan deng
arkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan bayi istirahat untuk menghilan
gkan tegang dan lelah.
j. Seksual
Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah m
erah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam

18
vagina tanpa ada rasa nyeri. Begitu ibu merasa aman untuk melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
k. Senam nifas
Senam nifas yaitu gerakan untuk mengembalikan otot perut yang kend
ur karena peregangan selama hamil. Senam nifas ini dilakukan sejak ha
ri pertama melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh,terdiri da
ri sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemuli
han keadaan ibu.
l. Perawatan payudara
Perawatan payudara hendaknya telah dimulai sejak wanita hamil supay
a putting susu lemas, tidak keras dan tidak kering sebagai persiapan me
nyusui bayinya. Dianjurkan kepada ibu untuk menyusui bayinya karen
a sangat baik untuk kesehatan bayinya.
Bila bayi meninggal laktasi harus segera dihentikan dengan cara:
1) Pembalutan mammae sampai tertekan.
2) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral da
n perlodel
m. Rencana kontrasepsi
Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa nifas.
Apabila hendak memakai kontrasepsi yang mengandung hormone, har
us menggunakan obat yang tidak menganggu produksi ASI. Hubungan
suami istri pada masa nifas tidak terganggu (Mochtar, 2012)

6. Tanda –Tanda Bahaya Masa Nifas (Puerperium)


a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebi
hi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari pemb
alut saniter dalam waktu setengah jam)
b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
c. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung Sakit Kepala yang ter
us menerus. nyeri epigastrium, atau, masalah penglihatan.

19
d. Pembengkakan pada wajah dan tangan Deman muntah, rasa sakit sewa
ktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan Payudara yang meme
rah panas dan/atau sakit.
e. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan Rasa sakit.
warna merah, kelembutan dan/atau pembengkakan pada kaki.
f. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri-sendiri atau bayi.
g. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah (Wilujeng & Hartati,
2018)

B. KONSEP DASAR TEORI PERAWATAN NIFAS (PUERPERIUM)


1. Pengertian Perawatan Nifas
Perawatan masa nifas adalah perawatan yang diberikan setelah sele
sai bersalin hingga alat-alat reproduksi kembali seperti sebelum hamil. Per
awatan nifas berlangsung sampai 6 minggu.
Post natal Care adalah perawatan atau asuhan pencegahan dan peni
laian rutin untuk mengidentifikasi, mengelola, dan merujuk komplikasi pa
da ibu nifas. Asuhan kunjungan nifas ini meliputi konseling Keluarga Bere
ncana, kesehatan mental ibu, gizi dan kebersihan (WHO, 2015).
2. Tujuan Perawatan Nifas
Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan pengawasan
yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit/Puskesmas maupun setel
ah keluar dari rumah sakit/Puskesmas.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah Sri Wahyuningsih, (201
9)
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
Tujuan perawatan masa nitas adalah untuk mendeteksi adanya kemung
kinan adanya pendarahan post partum, dan infeksi, penolong persalina
n harus waspada, sekurang-kurangnya satu jam post partum untuk men
gatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanit
a sangat lemah setelah melahirkan, lebih lebih bila partus berlangsung l
ama.

20
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
Yang harus diberikan oleh penolong persalinan kepada ibu yaitu : ibu d
ianjurkan untuk menjaga kebersihan badan, mengajarkan ibu bersalin b
agaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air bersihk
an daerah di sekitar vulva dahulu, dari depan ke belakang dan baru seki
tar anus. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum d
an sesudahnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi saran
kan ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masala
h, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bay
i. Bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi
pemeriksaan placenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV, pengawasa
n konsistensi rahim dan pengawasan KU ibu. Bila ditemukan permasal
ahan maka segera melakukan tindakan sesuai dengan standar pelayana
n pada penatalaksanaan masa nifas.
d. Memberikan pendidikan kesehatan
Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi,. KB,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi se
hat. Ibu post partum harus diberikan pendidikan pentingnya kebutuhan
gizi ibu menyusui
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, minera

3. Kunjungan Nifas
Menurut Rukiyah & Yulianti (2018), kunjungan ibu nifas adalah su
atu program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan m
edis pada ibu nifas yang dilakukan selama 6 minggu setelah persalinan.
Kunjungan nifas terdiri dari 4 kali kunjungan (Kemenkes, 2020) frekuensi
kunjungan, waktu kunjungan yaitu:
a. Kunjungan pertama, waktu 6-48 jam setelah post partum

21
Tujuan:
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perd
arahan berlanjut
3) Memberikan konseling pada ibu dan salah satu anggota keluarga
4) Pemberian ASI awal
5) Melaksanakan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadinya hipoter
mi
b. Kunjungan kedua, waktu 3-7 hari post partum
Tujuan :
1) Memastikan involusi uterus berjalan: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
2) Menilai tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
3) Memastikan ibu mendapaatkan cukup makanan, cairan da istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidakk memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat dan menjaga bayi agar tetap hangat.
c. Kunjungan ketiga, waktu 8-28 hari post partum
Tujuan :
1) Menanyakan tentang penyulit yang ibu dan bayi alami
2) Memberikan konseling untuk kontrasepsi secara dini
3) Pemeriksaan pasca persalinan dilakukan pada hari ketiga, ketujuh
& minggu keenam. Pemeriksan pasca persalinan meliputi:
4) Pemeriksaan Umum : Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu,
keluhan yang dirasakan.
5) Keadaan Umum: Kesadaran, keadaan emosi, selera makan, dll.
6) Payudara: Keadaan putting susu, pengeluaran ASI.
7) Perut: Dinding perut

22
8) Perineum, kandung kemih, rectum: Sekret yang keluar (Lokia,
flour albus)
9) Keadaan alat-alat kandungan: Perdarahan yang mungkin terjadi
dalam masa 40 hari ini biasanya disebabkan oleh adanya
subinvolusi uteri (Prawirohardjo, 2010).
d. Kunjungan keempat, waktu 29-42 hari post partum
Tujuan :
1) Menanyakan pada ibu tentang hal-hal menyulitkan yang dialami ol
eh ibu atau bayinya.
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini
4. Kewenangan bidan dalam memberikan asuhan masa nifas
Kewenangan Bidan dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 28
Tahun 2017 Bab III mengenai penyelenggara Keprofesian kebidanan pasal
19 ayat 2 (d) pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi pelayanan ibu nifas normal.

23
C. KONSEP DASAR TEORI MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
1. Pengertian manajemen Asuhan Kebidanan
Menurut Helen Varney (1997) dalam Sih Rini (2017), proses mana
jemen asuhan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengubah pikiran dan tindakan menjadi urutan logis dan me
mberikan perilaku yang diharapkan dalam memberikan asuhan, penemuan,
dan keterampilan berbasis ilmiah dalam langkah logis untuk pengambilan
keputusan yang efektif dan berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka kerja yang dig
unakan bidan untuk menerapkan metode pemecahan masalah yang sistema
tis, dimulai dengan pengumpulan data, analisis data, diagnosis, perencanaa
n, pelaksanaan dan evaluasi kebidanan (Sih Rini H dkk, 2017)

2. Tujuan Asuhan Kebidanan


Tujuan utama asuhan kebidanan adalah untuk menyelamatkan ibu dan
bayi dengan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Pelayanan kebida
nan ini berfokus pada : Pencegahan, promosi, kesehatan holistik yang disa
mpaikan secara kreatif dan fleksibel, dukungan, perawatan, bimbingan, pe
mantauan dan pendidikan yang berpusat pada perempuan, bantuan terus m
enerus, sesuai keinginan dan tidak berwibawa, dan menghormati pilihan p
erempuan (Sih Rini H dkk, 2017)

3. Tahapan dalam manajemen Asuhan Kebidanan


Manajemen asuhan kebidanan terdiri dari 7 langkah menurut varney
(1997) dalam (Sih Rini H dkk, 2017). Adapaun tahapan 7 langkah asuhan
kebidanan tersebut adalah :
a. Langkah I : Pengumpulan data dasar
Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yan
g diperlukan untuk megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Meng
umpulkan semua informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan de
ngan kondisi klien

24
b. Langkah II : Interpretasi data dasar
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau
masalah klien atau kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar at
as data-data yang telah dikumpulkan. Kata “masalah dan diagnosa”
keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat disel
esaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dit
uangkan dalam rencana asuhan kebidanan terhadap klien. Masalah
bisa menyertai diagnose. Kebutuhan adalah suatu bentuk asuhan y
ang harus diberikan kepada klien, baik klien tahu ataupun tidak t
ahu.
c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosis/Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Membut
uhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Penting untuk
melakukan asuhan yang aman
d. Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera atau Kolaborasi.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dok
ter dan atau untuk dikonsultaikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V : Merencanakan asuhan menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan ol
eh langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh m
eliputi apa yang sudah diidentifikasi dari klien dan dari kerangka p
edoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang di
perkirakan akan terjadi berikutnya.
f. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efi
sien dan aman. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap me
mikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.
g. Langkah VII : Evaluasi

25
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar te
lah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifik
asikan didalam masalah dan diagnose

4. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan SOAP


Pendokumentasian dengan SOAP menurut Sih Rini H (2017) merupakan
metode yang sederhana akan tetapi mengandung semua unsur data dan lan
gkah yang dibutuhkan dalam asuhan kebidanan, jelas dan logis.
a. Subjektif
Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien
b. Objektif
Hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan pasien dan hasil pemerik
saan laboratorium
c. Analisis
Hasil analisis dan interpretasi (Kesimpulan) dari data subjektif dan obj
ektif
d. Penatalaksanaan
Mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilaku
kan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komp
rehensif, penyuluhan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
SOAP ini dilakukan pada asuhan tahap berikutnya, atau pada eveluasi
hari berikutnya, yang dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah untu
k asuhan yang lebih efektif, kunjungan dilakukan sampai asuhan selesai at
au sampai masalah dapat teratasi.

26
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Hari dan tanggal Pengkajian : Sabtu, 27 Nopember 2022, Jam 10.00 Tem
pat : BPM Bidan Cicilia
Oleh : Nensi Oktavia

Identitas
Identitas istri/suami
Nama : Ny. P / Tn. D
Umur : 30 tahun / 30 tahun
Nikah/lamanya : 1 kali / ± 7 tahun
Suku : Jawa / Jawa
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Swasta
Alamat : Waru RT.12 Kec. Waru Kab. PPU

1. SUBJEKTIF.
a. Keluhan utama
Ibu mengatakan luka jahitan masih agak nyeri, masih ada pengeluaran
darah dari jalan lahir, Ibu belum dapat beraktivitas seaktif biasanya, Ib
u telah menyusui bayinya namun pengeluaran ASI kurang lancar dan p
utingnya lecet
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Riwayat kehamilan
(a) Merupakan kehamilan kedua dan tidak pernah keguguran
(b) Hari pertama haid terakhir tanggal 18-02-2022

27
(c) Hari taksiran persalinan tanggal 25-11-2022
(d) Selama hamil ibu telah memeriksakan kehamilannya sebanyak
5 kali
(e) Selama hamil telah mendapatkan suntikan imunisasi Tetanus T
oxoid sebanyak 1 kali yaitu :
TT 4 : 8 Mei 2022 di BPM Bidan Cicilia
(f) Tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes, asma
dan penyakit serius lainnya
(g) Tidak ada riwayat penyakit menurun, menular dan menahun dal
am keluarga
(h) Selama hamil ibu tidak pernah mengalami mual muntah berlebi
h, nyeri perut yang hebat, perdarahan atau tanda bahaya kehami
lan lainnya
2) Riwayat persalinan
(a) Kala I
Ibu datang dengan keluhan nyeri perut sampai pinggang, keluar
lender darah jam 10.00 wita dengan G2P1001 usia kehamilan 4
0 minggu, pembukaan 10 cm jam 20.00 wita, ketuban pecah ja
m 19.55 wita, Denyut Jantung Janin (DJJ) 133 kali/menit, his 3
kali dalam 10 menit dengan durasi 35-40 detik.
(1) Keadaan umum ibu baik
(2) Kesadaran composmentis
(3) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg, Nadi : 82 kali/menit
Suhu : 36,9 ºC, Pernapasan : 22 kali/menit
(b) Kala II
Mengajarkan tehnik mengedan yang benar, dengan his yang ad
ekuat dan kekuatan mengedan ibu maka pada jam 20.08 wita la
hir bayi perempuan dengan Presentasi Belakang Kepala, Berat
Badan Lahir 3600 gram, Panjang Badan Lahir 53 cm, dan APG
AR score 8/10.

28
(c) Kala III
Jam 20.09 dilakukan manajemen aktif kala III yaitu penyuntik
an oxytosin, Peregangan Tali puasat Terkendali (PTT) selama 7
menit dan pada jam 20.15 wita plasenta lahir lengkap dengan k
otiledon dan selaput yang utuh, dan dilakukan penjahitan luka p
erineum dengan anastesi. Tidak dilakukan pengikatan pembulu
h darah karena tidak ada perdarahan aktif, penjahitan menggun
akan benang plain catgut ukuran 3/0. Penjahitan pada mukosa v
agina menggunakan teknik jelujur, sementara pada perineum m
enggunakan teknik satu-satu dengan jumlah jahitan sebanyak 6
dengan jarak setiap jahitan adalah 1 cm dan jarak antara jahitan
terakhir dengan pangkal luka adalah 0,5 cm. Penjahitan dilakuk
an oleh bidan.
(d) Kala IV
Tabel 3.1
Pemantauan Kala IV
Jam Waktu TD (mm Nadi (kl Suhu TFU Kontraksi Kandung Perda
ke (Wita) Hg) /mnt) (ºC) Uterus Kemih rahan
I 20.30 100/58 79 37 1 jr b/pst Baik Kosong ±100
20.45 82 1 jr b/pst Baik Kosong ±50
21.00 110/65 80 1 jr b/pst Baik Kosong ±50
21.15 80 1 jr b/pst Baik Kosong ±25
II 21.45 108/70 82 36.8 1 jr b/pst Baik Kosong ±10
22.15 112/72 82 1 jr b/pst Baik Kosong ±10

d. Riwayat kesehatan yang lalu


1) Tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan asma
2) Tidak ada riwayat operasi
3) Tidak ada riwayat alergi obat
e. Riwayat keluarga Berencana
Ibu memakai KB suntik

29
f. Riwayat psikososial, spiritual dan ekonomi
1) Ibu, suami dan keluarga sangat senang dengan kelahiran ini
2) Ibu dan suami senantiasa berdoa agar anaknya selalu sehat
g. Pola pemenuhan dasar
1) Nutrisi
a) Sebelum nifas Ibu mengatakan makan 2-3 kali sehari, porsi sed
ang dengan nasi, sayur, ikan dan kadang-kadang buah, serta mi
num 7-8 gelas sehari dengan air putih, susu dan the
b) Selama nifas Ibu mengatakan makan lebih banyak dari sebelum
nya 3-4 kali sehari, porsi sedang dengan nasi, sayur, ikan, buah
dan minum 1 gelas air putih.dan 1 gelas teh.
2) Eliminasi
a) Sebelum nifas Buang Air Kecil (BAK) 4-5 kali sehari, warna ur
ine kuning jernih, bau khas amoniak dan tidak ada nyeri saat B
AK Buang Air Besar (BAB) 1-2 kali sehari, warna kuning keco
klatan, lunak, dan tidak ada keluhan
b) Selama nifas Ibu mengatakan BAK lancar sehari 5-6 kali, BA
B sehari 1-2 kali.
h. Riwayat social budaya
1) Dukungan keluarga
Ibu mengatakan tinggal dengan mertua, suami bekerja dari pagi hin
gga sore hari

2) Kebiasaan adat istiadat


Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan dalam keluarga mengenai lara
ngan makan dan larangan minum yang banyak

2. OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik

30
Kesadaran composmentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah :116/69 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, Suhu : 36,6 ºC, Pe
rnapasan : 20 kali/menit,
b. Pemeriksaan Fisik
1) Wajah
Inspeksi: cemas karena masih ada rasa nyeri
Palpasi : Tidak ada pitting oedem
2) Mata
Inspeksi: konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterus
3) Hidung
Inspeksi: tidak ada pernapasan cuping hidung, dan polip
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4) Mulut
Inspeksi: bibir tidak pucat dan tidak pecah-pecah atau kering, kead
aan mulut bersih, gigi tidak caries
5) Telinga
Inspeksi: tidak ada kelainan dan tidak ada serumen
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6) Leher
Inspeksi: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limf
e, dan vena jugularis
7) Payudara
Inspeksi: simetris kiri dan kanan, puting susu lecet, sedikit menonjo
l tampak hiperpigmentasi pada aerola, ada pembesaran, tidak ada p
eradangan
Palpas : tidak ada nyeri tekan, ada pengeluaran ASI namun tidak la
ncar

8) Abdomen

31
Inspeksi: tidak ada bekas luka operasi, tampak linea nigra dan stria
e livid
Palpasi : ada sedikit nyeri tekan, TFU ½ pusat symphisis, kontraksi
uterus baik teraba bundar dan keras
9) Vulva dan perineum
Inspeksi : tidak varices, tampak pengeluaran lochia sanguilenta, ter
dapat luka jahitan perineum, luka jahitan mulai kering.
Palpasi : pada luka jahitan terdapat nyeri tekan, tidak ada pitting oe
dem Pada luka jahitan, tidak terdapat pus/nanah, suhu perineum ku
rang lebih sama dengan suhu tubuh sekitarnya, tidak ada bau busuk
dari daerah luka.
10) Ekstremitas
Inspeksi : tidak ada varices
Palpasi : tidak ada pitting oedema

3. ANALISA
Diagnosa : Ny. P usia 30 tahun P2002 Nifas hari ke 5

4. PENATALAKSANAAN
Tanggal 27 Nopember 2022, Jam 16.30
a. Memberitahu ibu bahwa kondisinya saat ini dalam keadaan baik
; Klien mengerti dan telah mengetahui kondisinya saat ini
b. Memberikan Pendidikan kesehatan tentang pentingnya istirahat yang c
ukup ± 8 jam di malam hari dan ± 2 jam di siang hari dan bila ibu men
yusui bayinya saat berbaring ibu dapat pula memejamkan mata untuk b
eristirahat.
; Klien mengerti dengan penjelasan yang disampaikan dan bersedia me
lakukannya
c. Menjelaskan kepada ibu akibat kurang istirahat dapat mengakibatkan k
urangnya produksi ASI dan dapat menyebabkan depresi serta ketidakm
ampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri

32
; Klien mengerti dengan penjelasan yang disampaikan
d. Menganjurkan kepada ibu tetap memberikan ASI sesering mungkin sa
mpai usia 6 bulan tanpa makanan lain
; Klien mengerti dan bersedia melakukannya
e. Menjelaskan kepada ibu tehnik menyusui yang baik dan benar yaitu m
encuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleska
n di sekitar puting, kemudian memilih posisi duduk atau berbaring.
1) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi menyanggah selu
ruh tubuh bayi, kepala dan tubuh bayi lurus menghadap ke dada ib
u sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu ibu.
2) Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa, sehingga bibir
bawah bayi terletak di bawah puting susu.
3) Meletakkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada pa
yudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, dan bibir bawah bayi membu
ka lebar.
; Klien mengerti dan sedang melakukannya
f. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri terutam
a daerah perineum meski luka bekas jahitan sudah mulai kering, denga
n mengganti pakaian dalam apabila terasa lembab, basah, kotor dan ap
abila ibu sudah tidak nyaman lagi dan mengganti pembalut atau pakaia
n dalam 3- 4 jam sekali atau bila keadaan pembalut telah penuh atau di
rasa tak nyaman sebagai upaya pencegahan infeksi
; Klien mengerti dan bersedia melakukannya
g. Menganjurkan suami dan keluarga untuk memberikan Dukungan
kepada ibu. Dukungan yang lebih besar akan berdampak pada status
kesehatan yang lebih baik pada periode pasca melahirkan. Lebih lanjut,
dukungan dapat berdampak pada proses adaptasi dan transisi seorang
wanita dan mempengaruhi keputusan langsungnya serta meningkatkan
kesehatan ibu pasca melahirkan
; Suami dan keluarga mengerti dengan anjuran yang disampaikan dan a
kan mendukung baik fisik maupun mental

33
h. Menganjurkan kepada ibu untuk segera ke Fasilitas pelayanan kesehata
n bila merasa ada tanda-tanda infeksi pada luka jahitan atau bila memil
iki keluhan lainnya
; Klien bersedia melakukannya

B. PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis menyajikan hasil pemeriksaan, permasalahan yang te
rjadi, asuhan yang diberikan untuk menangani masalah yang terjadi dan memb
andingkan kesesuaian antara teori dengan praktik yang terjadi pada Ny. “P” di
BPM.
1. Pada saat kunjungan hari ke 5 masa nifas, ibu mengatakan masih ada peng
eluaran darah dari jalan lahir, Ibu belum dapat beraktivitas seaktif biasanya
Ibu telah menyusui bayinya namun pengeluaran ASI kurang lancar serta p
utingnya lecet
2. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil KU baik, kesadaran Composmenti
s, Tekanan darah :116/69 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, Suhu : 36,6 ºC, Per
napasan : 20 kali/menit, TFU ½ pusat symphisis, kontraksi uterus baik tera
ba bundar dan keras, tampak pengeluaran cairan dari kemaluan berwarna
merah kecoklatan (lochea sanguilenta), luka jahitan mulai kering. Sesuai d
engan penelitian Agustin et al (2021), yang menyatakan bahwa pada hari k
e 3-7 setelah persalinan terdapat pengeluaran lochea sanguilenta. Hal ini ti
dak ada kesenjangan antara teori dan praktek
3. Saat pengkajian pada pola aktifitas, ibu mengatakan belum dapat beraktivit
as seaktif biasanya. Hal ini dikarenakan adanya luka jahitan perineum. ses
uai dengan penelitian Aidha et al (2019) bahwa Mobilisasi dini merupakan
aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk
mempertahankan kemandirian dan mobilisasi juga sangat penting dalam p
ercepatan penyembuhan luka. Dan begitu juga saat pengakajian pada peng
eluaran ASI, ibu mengatakan ASI kurang lancar dan putingnya lecet. Hal i
ni disebabkan karena adanya puting lecet sehingga ibu merasa takut untuk

34
menyusuinya dan putting lecet disebabkan karena ketidaktahuan ibu tentan
g cara menyusui yang benar. Sesuai dengan penelitian elly et al (2020) bah
wa Ketidaklancaran ASI merupakan satu diantara permasalahan yang timb
ul. Masalah ini disebabkan karena persepsi ibu yang salah tentang ASI dan
menyusui yang benar serta pengetahuan yang kurang. Menurut Fialo et al
(2017) nyeri pada puting merupakan faktor yang menyebabkan rasa tidak
nyaman pada masa nifas. Cedera puting merupakan komplikasi penting ter
kait menyusui yang menyebabkan rasa tidak nyaman yang hebat pada ibu
yang baru saja melahirkan dan dapat berkontribusi pada penyapihan dini, h
al ini memerlukan intervensi dan perawatan. Dalam hal ini tidak ada kesen
jangan antara teori dan praktek
4. Setelah dilakukan pengkajian yang dilihat dari data subjektif, maka dapat
dirumuskan bahwa diagnosa Ny. P adalah ”P2002 nifas hari ke 5”
5. Perencanaan meliputi pemberian KIE tentang pola istirahat yang berhubun
gan dengan kelancaran ASI dan depresi pada ibu, cara menyusui yang ben
ar, personal hygiene terutama daerah perineum, anjurkan ibu untuk konsult
asi jika ada keluhan
6. Penatalaksanaan terdapat dalam teori yang sesuai dengan jurnal meliputi m
enganjurkan istirahat 8 jam pada malam hari dan 2 jam pada siang hari kar
ena pola istirahat akan mempengaruhi kelancaran keluarnya ASI (Nancy et
al, 2021), menganjurkan untuk menjaga kebersihan diri terutama perineum
yaitu dengan melakukan pencucian dengan air bersih yang mengalir denga
n menggunakan sabun kemudian dikeringkan dengan menggunakan handu
k bersih (Agustin et al, 2021). Mengajarkan cara menyusui yang benar, yai
tu Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi menyanggah seluruh t
ubuh bayi, kepala dan tubuh bayi lurus menghadap ke dada ibu sehingga hi
dung bayi berhadapan dengan puting susu ibu. Segera dekatkan bayi ke pa
yudara sedemikian rupa, sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah putin
g susu. Meletakkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada p
ayudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, dan bibir bawah bayi membuka leba
r. Keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh teknik dan posisi menyusui ya

35
ng benar. jika teknik menyusui benar maka tingkat keberhasilan laktasinya
akan berhasil dan sebaliknya jika cara menyusui salah tingkat keberhasilan
laktasinya juga kurang berhasil sehingga dapat berpengaruh terhadap ibu d
an bayinya seperti: puting susu terasa nyeri bahkan lecet, bayi kurang tidur
dan berat badan bayi menurun (Ratih, 2019), Menganjurkan suami dan
keluarga untuk memberikan Dukungan kepada ibu. Dukungan yang lebih
besar akan berdampak pada status kesehatan yang lebih baik pada periode
pasca melahirkan. Lebih lanjut, dukungan dapat berdampak pada proses
adaptasi dan transisi seorang wanita dan mempengaruhi keputusan
langsungnya serta meningkatkan kesehatan ibu pasca melahirkan (Nancy
et al, 2021). Artinya disini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek
7. Evaluasi
a. Ibu mengerti dengan semua penjelasan dan anjuran yang disampaikan
b. Ibu sudah belajar cara menyusui yang benar
c. Ibu merasa bahagia dengan adanya kunjungan dari bidan
Berdasarkan penjelasan diatas asuhan masa nifas pada Ny. P telah memen
uhi standar asuhan nifas hari ke 5, dimana asuhan yang wajib di lakukan pada
nifas hari ke 5 adalah memastikan involusi uterus berjalan dengan baik, tidak a
da perdarahan abnormal dan tidak ada pengeluaran yang berbau, menilai adan
ya tanda-tanda demam, infeksi, memastikan ibu mendapatkan cukup makanan
cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tand
a-tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, ta
li pusat dan perawatan bayi sehari-hari (Sari, 2014).

36
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas pasca episiotomi pada N
y “P” dari pengkajian hingga evaluasi, dengan demikian penulis mengambil ke
simpulan bahwa :
1. Ny. P usia 30 tahun melahirkan pada tanggal 26 Nopember 2022. Pada s
aat pengkajian tanggal 27 Nopember 2022 ibu mengatakan ada pengeluar
an darah dari jalan lahir, Ibu belum dapat beraktivitas seaktif biasanya, Ib
u telah menyusui bayinya namun pengeluaran ASI kurang lancar serta pu
tingnya lecet.
2. Dari hasil pemeriksaan didapatkan darah yang keluar berwarna merah ke
coklatan, luka perineum agak kering dan ada lecet pada putting susu
3. Analisa dari data subjektif dan objektif didapatkan Diagnosa pada ibu nif
as, yaitu Ny. P usia 30 tahun P2002 Nifas hari ke 5
4. Perencanaan meliputi pemberian KIE tentang pola istirahat yang berhubu
ngan dengan kelancaran ASI dan depresi pada ibu, cara menyusui yang b
enar, personal hygiene terutama daerah perineum, menganjurkan ibu unt
uk konsultasi jika ada keluhan
5. Penatalaksanaan dalam asuhan kebidanan dengan menganjurkan istirahat
8 jam pada malam hari dan 2 jam pada siang hari karena pola istirahat ak
an mempengaruhi kelancaran keluarnya ASI (Nancy et al, 2021), Keberh
asilan menyusui dipengaruhi oleh teknik dan posisi menyusui yang benar
jika teknik menyusui benar maka tingkat keberhasilan laktasinya akan b
erhasil dan sebaliknya jika cara menyusui salah tingkat keberhasilan lakt
asinya juga kurang berhasil sehingga dapat berpengaruh terhadap ibu dan
bayinya seperti: puting susu terasa nyeri bahkan lecet, bayi kurang tidur
dan berat badan bayi menurun (Ratih, 2019), melakukan pencucian deng

37
an air bersih yang mengalir dengan menggunakan sabun kemudian dikeri
ngkan dengan menggunakan handuk bersih (Agustin et al, 2021),
dukungan yang lebih besar akan berdampak pada status kesehatan yang
lebih baik pada periode pasca melahirkan. Lebih lanjut, dukungan dapat
berdampak pada proses adaptasi dan transisi seorang wanita dan
mempengaruhi keputusan langsungnya serta meningkatkan kesehatan ibu
pasca melahirkan (Nancy et al, 2021). Artinya disini tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek
6. Saat evaluasi pada Ny. P , Ibu mengerti dengan semua penjelasan dan anjura
n yang disampaikan, Ibu sudah belajar cara menyusui yang benar, Ibu merasa b
ahagia dengan adanya kunjungan dari bidan

B. SARAN
1. Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki dalam melakukan
asuhan kebidanan pada ibu Nifas secara terintegrasi sesuai dengan standar
profesi bidan dan dapat mengatasi kesenjangan yang timbul antara teori da
n praktek sehingga dapat meningkatkan pengaplikasian teori yang didapat
dengan perkembangan ilmu kebidanan terbaru

2. Bagi Masyarakat
a. Diharapkan kepada ibu-ibu masa nifas dapat meningkatkan kondisi fisi
k dan psikis, cara menyusui yang baik dan benar, serta personal hygien
e pada luka perineum. Hal ini untuk menghindari komplikasi yang lebi
h berat dalam masa nifas
b. Perlunya dukungan dan ketelibatan suami serta keluarga dalam masa ni
fas yang merupakan interaksi terus menurus yang bersifat penuh perha
tian, kasih sayang, pemenuhan kebutuhan dan saling membutuhkan.

38
3. Bagi Bidan
Tenaga kesehatan yang bekerja didalam lingkungan kebidanan diharapkan
tetap dapat meningkatkan sarana dan prasarana dalam melaksanakan pelay
anan kesehatan yang lebih professional, meningkatkan komunikasi dengan
masyarakat sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih o
ptimal kepada masyarakat. Memberikan asuhan sesuai dengan wewenang
dan kode etik bidan serta dalam melakukan pendokumentasian petugas kes
ehatan harus lebih teliti dan cermat yang dilakukan sebagai pembuktian pe
rtanggungjawaban.

4. Bagi Institusi Pendidikan


Dengan mengetahui permasalahan yang timbul pada ibu nifas diharapkan i
ntitusi pendidikan dapat meningkatkan mutu dan kualitas serta perkemban
gan sesuai prosedur dalam memberikan pelaksanaan manajemen asuhan ke
bidanan untuk memecahkan masalah kebidanan.

DAFTAR ISI

39
Damanik & Siddik. (2018). Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ruptur
Perineum Di Klinik Bersalin Hj. Nirmala Sapni Krakatau Pasar 3 Medan.
Jurnal Bidan Komunitas Vol. 1 No. 2 Hal. 95-103

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No. 97 Tahun


2014 diakses di http://kesga.kemkes.go.id

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Survei Demogravi Dan Kesehatan Indonesia 2


017. Jakarta

Marmi. Intranatal Care. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2016

Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Mutmainah, Yuliasri, & Mariza. (2019). Pencegahan ruptur perinium pada ibu
bersalin dengan pijat perinium. Jurnal kebidanan Vol 5 No 2.

Prawiharjo,sarwono.,2012.Ilmu Kebidanan ,Bina Pustaka,Jakarta.

Prawitasari, Yogistyowati, & Sari. (2015). Factors Affecting Perineal Rupture of


Normal Delivery in RSUD Muntilan Magelang District. Jurnal Ners dan
Kebidnaan.

Saifuddin, A. B. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Keseshatan Maternal D


an Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta: ANDI
Offset

Triyanti D, Ningsih SS, Anesty TD, Rohmawati S. Faktor -Faktor Yang Berhubun
gan Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin di BPM Fauziah
Hatta Palembang Tahun 2017. 2017;5(February):152–9.

Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta: EGC

Chrisvalen. 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Luka Perineum di RS


U Assalam Gemorong Sragen. Karya Tulis Ilmiah DIII Kebidanan STIKE
S Kusuma Husada : Surakarta.

40
Rukiyah, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : Salemba Medika.

Oxorn , Harry, Et Al. 2012. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan.Yogy
akarta :Yayasan Esensial Medika.

Kozier, dkk. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan (ed.7 Vol. 2). Jakarta : E
GC.

41

Anda mungkin juga menyukai