Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI SEHAT DENGAN IMUNISASI BCG

DI PUSKESMAS

Oleh :
CICILIA SAPUTRA

NIM. PO7224422143

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan
Anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Sehat dengan imunisasi BCG.
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Sehat dengan imunisasi BCG ini tidak akan
selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan
Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Penajam, Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................7
A.Konsep Dasar Teori TBC (Tuberculosis) Pada Anak.........................................7
B. Konsep Dasar Teori Imunisasi BCG .................................................................10
C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi dengan Imunisasi
BCG....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................25

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang - Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa
setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan.
Imunisasi dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada
setiap bayi dan anak. Penyelenggaraan imunisasi ini tertuang dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 yang diundangkan tanggal 11
April 2017. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, difteri,
tetanus, hepatitis B, pertusis, campak, rubella, polio, radang selaput otak, dan
radang paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari
berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan
atau kematian. Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang
terbukti paling cost-effective (murah), karena dapat mencegah dan
mengurangi kejadian kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat PD3I yang
diperkirakan 2 hingga 3 juta kematian tiap tahunnya.
Di Indonesia, setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan mendapatkan
imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3
dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis polio tetes, dan 1 dosis campak/MR. Penentuan
jenis imunisasi didasarkan atas kajian ahli dan analisis epidemiologi atas
penyakit-penyakit yang timbul. Pada tahun 2019 imunisasi dasar lengkap di
Indonesia sebesar 93,7%, Angka ini sudah memenuhi target Rencana strategi
tahun 2019 yaitu sebesar 93%. Sedangkan untuk xapaian imunisasi dasar
lengkap di provinsi Kalimantan Timur mencapai 92,6% pada trahun 2019
(Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Kelompok bakteri Mycobacterium selain
Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran
nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis)

4
yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC.
Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang paru-paru (TB Paru),
tulang (TB Tulang), dan kelenjar getah bening (TB Kelenjar∕limfadenitis TB).
Jenis tuberkulosis yang paling banyak ditemui adalah TB paru dimana
tuberkulosis paru dapat diderita oleh anak termasuk pada usia 0–5 tahun
(Infodatin Tuberkulosis, 2018).
Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC
yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan
insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan
(Infodatin, 2018). Tuberkulosis (TB) masih merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada anak di dunia, namun kurang mendapat
prioritas dalam penanggulangannya. Data surveilans dan epidemiologi TB
pada anak jarang didapat. Hal ini disebabkan berbagai faktor antara lain
sulitnya diagnosis TB anak, meningkatnya TB ekstra paru pada anak, tidak
adanya standar baku definisi kasus, dan prioritas yang kurang diberikan pada
TB anak di banding TB dewasa (Kartasasmika, 2019).
Angka insiden tuberkulosis Indonesia pada tahun 2018 sebesar 316 per
100.000 penduduk dan angka kematian penderita tuberkulosis sebesar 40 per
100.000 penduduk (Global Tuberculosis Report WHO, 2018). Di Indonesia
sendiri pervalensi kejadian TBC pada anak usia >1 tahun 0,2%, 1-4 tahun
0,4%, dan usia 5-14 tahun 0,3% (Infodatin Tuberkulosis, 2018). Pada tahun
2019 persentase penderita seluruh jenis TB pada anak usia 0-14 tahun
mencapai 11,9% (Kemenkes RI, 2020).Dalam penelitian Rahmawati &
Yulianti tahun 2019 di RS Anak Kota Bandung menyatakan bahwa terdapat
berbagai faktor risiko penularan TB pada anak, yaitu usia, jenis kelamin,
status gizi, dan status imunisasi BCG dengan pervalensi usia anak yang
menderita TB berada pada usia 1–24 bulan (25,6%) dan usia 25–60 bulan
(74,4%).
Salah satu cara pencegahan terjadinya TBC adalah dengan melakukan
pemberian imunisasi BCG pada bayi untuk memberikan kekebalan tubuh
pada anak dari infeksi kuman penyebab TBC. Oleh sebab itu penting bagi

5
tenaga kesehatan terutama bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
imunisasi bagi bayi dan balita agar dapat memenuhi imunisasi dasar lengkap.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi dengan
imunisasi BCG menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut varney dan mendokumentasikan asuhan
kebidanan dalam bentuk catatan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori imunisasi BCG
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada bayi dengan
imunisai BCG
c. Melaksanakan asuhan kebidanan bayi dengan imunisai BCG
pendekatan varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian pada bayi dengan imunisasi BCG
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada bayi
dengan imunisai BCG
4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada bayi dengan imunisai
BCG
5) Merancang intervensi pada bayi dengan imunisai BCG
6) Melakukan implementasi pada bayi dengan imunisai BCG
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
d. Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk catatan SOAP
e. Membahas adanya kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori TBC (Tuberculosis) Pada Anak


1. Pengertian TBC
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies
Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M.
Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis
yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai
MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa
mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC (Kemenkes RI,
2018).
Tuberkulosis juga didefinisikan sebagai penyakit akibat infeksi
Mycobacterium tuberculosissistemis, sehingga dapat mengenai hampir
semua organ tubuh. Infeksi kuman ini terbanyak di paru dan biasanya
merupakan lokasi infeksi primer. Kuman tersebut biasanya masuk
kedalam tubuh manusia melalui udara yang dihirup kedalam paru,
kemudian kuman tersebut dari paru menyebar ke bagian tubuh lain
melalui sistem peredaran darah, saluran limfa, saluran pernapasan
(bronkus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya
(IDAI, 2017).
Penyakit tuberkulosis pada anak sering tidak terdiagnosis atau
terlewatkan diagnosisnya. Hal ini karena gejala tuberkulosis pada anak
lebih banyak tuberkulosis ekstra pulmonal. Kasus tuberkulosis pada anak
berkisar 15% dari seluruh kasus tuberkulosis di dunia. Angka kematian
tuberkulosis pada anak mencapai 7%, sedangkan tuberkulosis dengan
HIV angka kematiannya mencapai 41% (Kong, A. Y., Ribisl, K., 2016).

2. Jenis-jenisTBC

7
a. TB Paru
Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan
(Infodatin Tuberkulosis, 2018).
Gejala awal anak yang terinfeksi kuman TBC adalah lemah
badan, penurunan berat badan, demam, dan keluar keringat pada
malam hari. Gejala selanjutnya berupa batuk terus-menerus, nyeri
dada dan (mungkin) batuk darah. Dan terdapat gejala lain yang dapat
terjadi tergantung pada organ yang terinfeksi (Kemenkes RI, 2016).
b. TB Kelenjar getah bening (Limfadenitis Tuberculosis)
Limfadenitis TB merupakan TBEP (Tuberkulosis Ekstra Paru)
yang paling umum di dunia sebanyak 30‒40% (Naufal Fadhillah
Alam et al, 2020). Limfadenitis merupakan salah satu manifestasi
dari orang yang suspek TB oleh karena reaksi inflamasi lokal berupa
pembesaran Kelenjar getah bening , salah satunya yaitu pada leher,
terhadap beberapa penyakit termasuk TB. Menurut penelitian
Tanwir et al (2016), sekitar 62% pasien TB terdapat limfadenitis TB.
Penelitian yang lain dari Ismail & Muhammad (2017) juga
menyebutkan bahwa 74,5% yang memiliki pembesaran kelenjer
hetah bening pada lehernya terdiagnosis TB. Pada penelitian Tanwir
et al (2016), Terdapat beberapa presentasi klinis yang sering ada
pada limfadenitis TB beserta presentasenya yaitu; pembesaran
kelenjar getah bening pada leher (100%), sakit kepala (17,71%),
demam (35,42%), batuk (6,28%), penurunan berat badan (72,57%),
kelelahan (79,42%). Selain itu, sering didapatkan manifestasi klinis
berupa keringat malam (13,3%) pada pasien limfadenitis TB.
Riwayat TB sebelumnya juga menjadi salah satu faktor
seseorang terkena limfadenitis TB. Beberapa hal yang menyebabkan

8
terjadinya rekurensi dari riwayat TB sebelumnya dipengaruhi oleh
faktor pengobatan yang tidak tuntas, imunitas, dan kuman TB.
Sehingga seseorang dengan riwayat TB sebelumnya berisiko lebih
untuk terkena TB paru dan TB ekstra paru (Tabillah et al, 2017).
c. TB Tulang (Spondilitis Tuberkulosa)
Spondilitis tuberkulosis (TB) atau dikenal dengan Pott’s
disease adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis yang mengenai tulang belakang. Infeksi
pada sistem muskuloskeletal mencapai 35% dari seluruh kasus TB
ekstra paru dan paling sering ditemukan pada tulang belakang, yaitu
sekitar 50% dari seluruh kasus TB sistem muskuloskeletal (Sahputra
& Munandar, 2015).
Manifestasi klinis pada spondilitis TB tidak ditemukan pada
bayi di bawah 1 tahun. Penyakit ini baru muncul setelah anak belajar
berjalan atau melompat. Gejala pertama biasanya dikeluhkan adanya
benjolan pada tulang belakang yang disertai oleh nyeri. Untuk
mengurangi rasa nyeri, pasien akan enggan menggerakkan
punggungnya, sehingga seakan-akan kaku. Pasien akan menolak jika
diperintahkan untuk membungkuk atau mengangkat barang dari
lantai. Nyeri tersebut akan berkurang jika pasien beristirahat.
Keluhan deformitas pada tulang belakang (kyphosis) terjadi pada
80% kasus disertai oleh timbulnya gibbus yaitu punggung yang
membungkuk dan membentuk sudut, merupakan lesi yang tidak
stabil serta dapat berkembang secara progresif (I Gede Epi Paramarta
et. Al, 2018).
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Kusmiati &
Nerendani (2016) menyatakan manifestasi klinis spondilitis TB
biasanya tanpa nyeri (indolen). Pada fase aktif pasien menunjukkan
gejala malaise, penurunan berat badan, keringat malam, kenaikan
suhu di sore hari. Nyeri punggung belakang dan kaku saat bergerak
bisa sebagai keluhan awal penyakit, terutama apabila didapatkan

9
deformitas kifosis yang terlokalisir dan nyeri bila dilakukan perkusi.
Didapatkan juga spasme otot di paraspinal yang melibatkan otot di
sekeliling vertebra. Nyeri ini berkurang saat istirahat atau tidur,
tetapi nyeri dapat muncul karena pergerakan diantara permukaan
yang inflamasi disebut dengan typical night cries

3. Penyebab TBC Pada Anak


Infeksi TB pada anak dan pasien TB anak terjadi akibat kontak
dengan orang dewasa yang sakit TB aktif. Diagnosis TB pada dewasa
mudah ditegakkan dari pemeriksaan sputum yang positif. Sulitnya
konfirmasi diagnosis TB pada anak mengakibatkan penanganan TB anak
terabaikan, sehingga sampai beberapa tahun TB anak tidak termasuk
prioritas kesehatan masyarakat di banyak negara, termasuk Indonesia.
Akan tetapi beberapa tahun terakhir dengan penelitian yang dilakukan di
negara berkembang, penanggulangan TB anak mendapat cukup perhatian
(Kartasasmita, 2019).
Faktor risiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang
terpajan dengan orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB positif),
daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan
sanitasi tidak baik), dan tempat penampungan umum (panti asuhan,
penjara, atau panti perawatan lain), yang banyak terdapat pasien TB
dewasa aktif. Sumber infeksi TB pada anak yang terpenting adalah
pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius, terutama dengan BTA
positif. Berarti bayi dari seorang ibu dengan BTA sputum positif
memiliki risiko tinggi terinfeksi TB. Semakin erat bayi tersebut dengan
ibunya, semakin besar pula kemungkinan bayi tersebut terpajan percik
renik (droplet nuclei) yang infeksius.
Dari beberapa negara Afrika dilaporkan hasil isolasi
Mycobacterium tuberculosis (MTB) 7%-8% pada anak yang dirawat
dengan pneumonia berat akut dengan dan tanpa infeksi human

10
immunodeficiency virus (HIV), dan TB merupakan penyebab kematian
pada kelompok anak tersebut (Jeena PM, Pillay T, Coovadia HM, 2017).

4. Penegakkan Diagnosa TBC Pada Anak


Tes mantoux dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan
tuberkulin (protein kuman TB) di bawah kulit. Setelah disuntik, biasanya
akan didiamkan hingga 48-72 jam untuk memperoleh hasilnya. Jika pada
bekas suntikan muncul benjolan kurang lebih 10 mm, maka
hasil tes dikatakan positif (Sarah, 2019). Tes Mantoux (tes tuberkulin)
telah menjadi metode tradisional untuk mendeteksi infeksi basil
tuberkular. Namun, penerapannya sering kali dipengaruhi oleh kesulitan
dalam interpretasi hasil. Dalam penelitian Toman Kei (2016) kesalahan
2% dalam pengukuran mengurangi keakuratan uji Mantoux sebesar 25%
dan dampaknya melebihi 50% untuk kesalahan 5%.
Tes Mantoux adalah salah satu tes pendukung penting untuk
diagnosis tuberkulosis (TB) pada populasi anak dan variabilitas hasil tes
dapat menyebabkan dilema dalam diagnosis TB pada masa kanak-kanak.
Tes ini membantu dalam diagnosis TB di antara anak-anak dan untuk
memandu dokter dalam menegakkan diagnosis dan pemberian terapi,
yang memerlukan konfirmasi lebih lanjut dengan tes yang lebih spesifik
seperti tes pelepasan Interferon-γ (IGRA) dan tes diagnostik untuk TB
adalah isolasi BTA dari cairan tubuh (Goel, Mantan. & Sethi, 2017).

11
B. Konsep Dasar Teori Imunisasi BCG
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang artinya kebal atau resisten.
Pemberian imunisasi pada anak berarti pemberian kekebalan terhadap
suatu penyakit tertentu, Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes
RI, 2016).
Tujuan dari pemberian imunisasi adalah untuk menurunkan angka
kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah
dengan Imunisasi (PD3I). Imunisasi BCG (Bacillus Calmette–Guerin)
sendiri diberikan untuk membentuk kekebalan tubuh bayi dari infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosa penyebab terjadinya Tuberculosis
(TBC) atau disebut juga batuk darah (IDAI, 2017).

2. Pengertian Vaksin BCG


Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati,
masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah
diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid,
protein rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi
tertentu (Kemenkes RI, 2016).
Bacillus Calmette – Guérin (BCG), satu-satunya tuberkulosis
Vaksin (TB) yang dilisensikan untuk digunakan manusia, efektif dalam
melindungi bayi dan anak-anak dari infeksi yang parah akibat TB
meningeal, meskipun perlindungannya berbeda-beda orang dewasa (B
Zhu el al, 2018).
Vaksin tuberkulosis (TB) Bacillus Calmette-Guérin (BCG)
adalahstrain hidup yang dilemahkan berasal dari
isolat Mycobacteriumbovis. Vaksin antituberkulosis saat ini yaitu BCG

12
ditemukan pada 1920-an, namun mekanisme BCG menginduksi
kekebalan pelindung dan variabilitas kemanjuran perlindungan di antara
populasi masih belum sepenuhnya dipahami. BCG menentang konsep
kekhususan vaksin, karena terdapat bukti bahwa BCG dapat melindungi
bayi yang diimunisasi dari patogen selain Mycobacterium tuberculosis -
mengakibatkan heterolog atau perlindungan nonspesifik (Butkeviciute,
Jones & Smith, 2018).

3. Fungsi Imunisasi BCG


Imunisasi BCG merupakan pemberian vaksin yang mengandung
kuman TBC yang telah dilemahkan. BCG juga merupakan imunisasi
yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit
tuberkulosis (TBC) yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular.
Imunisasi ini berguna untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang
primer atau yang ringan dan juga TBC yang berat seperti TBC pada
selaput otak, TBC milier yaitu pada seluruh lapangan paru dan TBC
tulang (Maryunani Anik, 2010).
Imunisasasi BCG merupakan vaksin yang digunakan di Indonesia
yang diproduksi oleh PT. Biofarma Bandung. Vaksin ini berisi suspensi
Mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan. Vaksin BCG tidak
mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi resiko tuberkulosis
berat seperti meningitis tuberkulosa dan tuberkulosis milier (Ranuh dkk,
2014).

4. Sifat Imunisasi BCG


Vaksin BCG merupakan vaksin yang sensitif terhadap panas atau heat
sensitiveyaitu golongan vaksin yang akan rusak jika terpapar dengan
suhu panas yang belebihan. Vaksin yang bersifat seperti ini antara lain
vaksin polio, vaksin BCG dan vaksin campak (Dwi Andhini dan
Proverawati, 2010).

13
Penyimpanan Imunisasi BCG Menurut WHO dalam Ranuh dkk
(2011) penyimpanan vaksin BCG dalam thermostability of vaccines
umur vaksin dapat bertahan sampai 1 tahun dengan suhu penyimpanan
2-8°C dan pada suhu beberapa °C di atas suhu udara luar atau ambient
temperature lebih dari 34 drj C.Vaksin BCG berbentuk bubuk kering
harus dilarutkan dengan 4 cc NaCL 0,9 %. Setelah dilarutkan atau
setelah vaksin dibuka harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya
dibuang. Penyimpanan pada suhu lebih dari5°C terhindar dari sinar
matahariatau indoor day light (Marimbi Hanum, 2010).

5. Cara Pemberian Imunisasi BCG


Sesuai anjuran WHO cara pemberian imunisasi BCG adalah
melalui intradermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas
atau penyuntikan pada paha kanan. Imunisasi BCG disuntikkan secara
intrakutan didaerah lengan kanan atas. Disuntikkan ke dalam lapisan
kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan
intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan
jarum pendek yang sangat halus dengan panjang jarum 10 mm dan
ukuran jarum 26 mm. Kerjasama antara Ibu dengan petugas imunisasi
sangat diharapkan, agar pemberian vaksin berjalan dengan tepat (Dwi
Andhini dan Proverawati, 2010).
Penyuntikan imunisasi BCG ini sebaiknya diberikan pada muskular
deltoid kanan atau lengan kanan atas sehingga bila terjadi limfadenitis
pada aksila akan lebih mudah terdeteksi. Vaksin BCG disuntikkan pada
intrakutan didaerah muskular deltoid karena vaksin BCG lapisan
chorium kulit sebagai depo berkembang biak reaksi indurasi, eritema,
pustula. Bayi kulitnya tipis jadi cocok disuntikkan secara intrakutan
dibandingkan suntikan secara subkutan yang terlalu dalam disuntikkan
pada bayi (Marimbi Hanum, 2010).
Dosis pemberian vaksin BCG adalah 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio

14
musculus deltoideus), dengan menggunakan alat suntik ADS (Auto
Disable Syringe) 0,05 ml (Kemenkes RI, 2016).

6. Kontra indikasi
Kontraindikasi imunisasi BCG antara lain bayi yang
mengalami defisiensi sistem kekebalan, reaksiuji tuberkulin >5 mm,
demam tinggi, terinfeksi HIV asimtomastis maupun simtomatis,
adanya penyakit kulit yang berat/ menahun, atau sedang menderita
TBC (Ranuh dkk, 2017).
KIPI yang terjadi yaitu reaksi lokal yang timbul setelah
imunisasi BCG adalah ulkus lokal yang superfisial pada 3 minggu
setelah penyuntikkan. Ulkus tertutup krusta, akan sembuh dalam 2-3
bulan, dan meninggalkan parut bulat dengan diameter 4-8 mm.
Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus yang timbul lebih besar,
namun apabilapenyuntikkan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (Ranuh dkk, 2017).
7. Efek Samping
Imunisasi BCG tidak menimbulkan reaksi yang bersifat umum
seperti demam. Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan
ditempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah
menjadi luka. Lukatidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan
dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran
kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat tidak sakit dan
tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal tidak memerlukan
pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya(Kemenkes RI,
2016).

15
C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi dengan Imunisasi
BCG
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian
Waktu pengkajian :
Tempat pengkajian :
Nama pengkaji :
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir : Vaksin BCG paling efektif bila
diberikan pada bayi yang baru lahir
sampai usia dua bulan (IDAI, 2019)
Jenis kelamin
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :

2. Alasan datang∕ Keluhan Utama


Ingin imunisasi BCG

3. Riwayat Kesehatan klien

16
a. Riwayat imunisasi :Tujuan dari pemberian imunisasi
adalah untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan
kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I) (Kemenkes RI, 2016)
b. Riwayat Alergi :
c. Riwayat penyakit yang pernah diderita :
d. Riwayat operasi/pembedahan :
e. Riwayat pemeriksaan tumbuh kembang :

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Riwayat penyakit menular :Infeksi TB pada anak dan
pasien TB anak terjadi akibat kontak dengan orang dewasa
yang sakit TB aktif (Kartasasmita, 2019)
b. Riwayat penyakit menurun :Salah satu penyakit keturunan
yang disebabkan oleh kelainan kromosom adalah sindrom
down, sindrom turner, dan lain-lain. (Soetjiningsih, 2012)

5. Pola Fungsional Kesehatan

17
Pola Keterangan
Nutrisi ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi baru lahir hingga usia 6
bulan,
ASIdapatmenurunkanmorbilitasdanmortalitasanak,karenadisamping
nilaigizinyatinggijugamengandungberbagaimacam kekebalan tubuh
yang dapat melindungi anak dariinfeksi penyakit(IDAI, 2017)
Eliminasi Bayi sehat umumnya akan BAK 5-6 kali per hari dan BAB 3-4 kali
per hari. Warna BAK yang baik adalah jernih tidak berwarna pekat,
sedangkan warna BAB akan berubah dari warna hitam pekat,
menjadi hijau dan akhirnya berwarna kekuningan (IDAI, 2017)
Istirahat Dalam sehari bayi dapat tidur sampai total 20 jam, yang terpecah
dalam periode-periode tidur 20 menit hingga 4 jam. Posisi tidur yang
dianjurkan adalah posisi terlentang karena dapat mencegah
terjadinya sindrom kematian mendadak bayi atau sudden infant
death syndrome (SIDS) (IDAI, 2017)
Personal Setelah penyuntikan vaksin BCG, umumnya terjadi bisul atau luka
hygiene bernanah. Hal ini dikarenakan vaksin BCG mengandung bakteri
hidup sehingga penyuntikannya akan menyerupai infeksi alamiah,
dimana tubuh melakukan respons imun dan terbentuk bisul. Tidak
perlu penanganan khusus pada bekas luka suntikan. Komplikasi dari
bisul yang mungkin terjadi adalah infeksi sekunder bakterial jika
dilakukan penanganan yang tidak tepat, misalnya ditaburi atau dioles
bahan-bahan yang tidak steril (IDAI, 2016)

6. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (genogram)
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum

18
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda Vital :
Tekanan darah: Tekanan darah normal yaitu tekanan sistolik dan
diastolik kurang dari presentil ke-90untuk usia dan jenis kelamin.
(Wong, Donna L. 2003)
Nadi :Apikal 120 sampai 140 denyut/menit
Pernafasan : 30 – 60 kali/menit
Suhu : 36,5-37 oC
Antropometri
Panjang badan:

Berat badan :
Lila : Lajutumbuhlambatdari 11cm
padasaatlahirmenjadi 16cm padaumur 1
tahunselanjutnyatidakbanyakberubah 1sampai 3
tahun(Soetjiningsih, 2012)
Lingkar Kepala: Pertumbuhanlingkarkepala yang paling
pesatadalahpada 6 bulanperatama,yaitudari 34
padawaktulahirmenjadi 44cm padaumur 6
bulansedangkanpadaumur 1 tahun 47cm,2 tahun
49cm,dewasa 54cm(Shannon E Perry, 2018).

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.
Inspeksi :
Kulit : Tidak ada oedema, tidak ada kelainan.
Kepala : Kulit kepala bersih, kontruksi rambut kuat,
distribusi rambut merata.
Wajah : Mata segaris denga telinga; hidung digaris tengah
(varney,2007)

19
Mata : Sklera jenih, konjungtiva jernih, iris berwarna
merata dan blateral, pupil bilateral dan reaktif
terhadap cahaya, kornea jernih, retina
transparan.klopak mata tanpa ptosis dan edeme.
(varney, 2007).
Telinga : Posisi telinga garis lurus terhadap mata
(Varney, 2007)
Hidung :Tidak ada sumbatan jalan nafas Posisinya garis
tengah; nares ada di kedua sisi, (Varney, 2007).
Mulut : lembab, simteris, mukosa mulut basah, tidak ada
labio schizis.

Leher :
- Tonsil : Tidakadaperadangan
- Faring : Tidakadaperadangan
- Vena Jugularis : Tidakadabendungan
- Kel.Tiroid : Tidakadapembesaran
- Kel.GetahBening: Tidakadapembesaran

Dada dan payudara : Elips, tidak ada retraksi dinding dada


Ekskursi dikedua sisi sama, tulang iga simetris
puting payudara jaraknya sejajar tanpa ada puting
tambahan, areola tegag dan tidak ada rabas.
(Varney, 2007)
Abdomen : Tidak ada pembesaran.
Genetalia eksterna : Pada perempuan: Labia mayora menutupi
labia minora, labia minora terbentuk sempurna,
terdapat klitoris, meatus uretra ada di depan vagina,
genetalia dapat dibedakan antara pria dan wanita,
perineum halus. (Varney, 2007)

20
Pada laki-laki : penis lurus, meatus urnarius
ditengah dan diujung glans, testis dan skrotum
penuh dan banyak ruage, pigmentasi gelap.
(Varney, 2007)
Anus : Tidak ada hemoroid, ada lubang anus di tengah.
(Varney, 2007)
Ekstermitas : panjang proporsional terhadap satu sama lain,
ekstermitas bawah dan tubuh simetris, jari 10
dengan jarak yang sama satu sama yang lain
(Varney, 2007).
Palpasi :
Kepala : Tidak ada massa atau area yang lunak ditulang
tengkorak (varney, 2007)
Wajah : Tidak ada odeme.
Mata : Tidak ada odeme.
Telinga : Struktur elastis.
Hidung : tidal ada fraktur pada tulang hidung
Leher : Tiroid terdapat di garis tengah, nodus limfe tidak
dapat dipalpasi, tidak ada massa.(varney, 2007)
Dada : posesus xifoideus ada, tulang iga tanpa masa atau
krepitus, jaringan payudara 1 cm (Varney, 2007).
Abdomen : abdomen lunak dan tidak nyeru teken dan massa.
(Varney, 2007)
Genetalia eksterna : tidak ada pembengkakan
Anus : terdapat lubang anus
Ekstermitas : klavikula tanpa fraktur; humerus, radius dan ulna
ada.
Auskultasi
Contoh :
 Suara tracheal : pada daerah trachea, intensitas tinggi,
ICS 2 1:1

21
 suara bronchial : pada percabangan bronchus, pada saat
udara masukintensitas keraspada ICS 4-5 1:3,
 Suara broncho vesikuler : pada bronchus sebelum
alveolus, intensitassedang ICS 5.
 suara vesikuler : pada seluruh bagian lateral paru,
intensitas rendah 3:1
 Wheezing terdengar pada saat inspirasi dan rales pada
saat ekspirasi
Perkusi :
Contoh : Perkusi pada daerah jantung, hati adalah pekak, ,
perkusi pada daerah lambung adalah timpani.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan diagnostik lainnya :

II. INTERPRESTASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulakan diinterprestasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis : Bayi sehat umur ... dengan Imunisasi BCG
Masalah :
Kebutuhan :
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.
Diagnosis Potensial : tidak ada

22
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi / darurat yang harus
dilakukan. Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan
secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.
kebutuhan tindakan segera : tidak ada

V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasikan.
1. Lakukanpemeriksaan/ observasikeadaanbayi
Rasional :
Denganpemeriksaanpadabayikitabisatahuapakahbayiinibisadiberiimuni
sasiapatidak
2. Memberitahuibuhasilpemeriksaanpada bayinya
Rasional :
Denganmenjelaskanpadaibudiharapkanibumengertitentangkeadaanbayi
nyasaatini
3. Berikan KIE
ibudan/ataukeluargatentangmanfaatdanefeksampingimunisasi BCG
Rasional :Denganmenjelaskantentangmanfaatdanefeksampingimunisas
i BCG
diharapkanibumengertidandapatlebihtenangdalammenghadapiefeksam
ping yang timbul.Efek samping dari BCG yaitu Setelah 1-2 minggu
akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah
menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu
pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda
parut.
4. Memberikan imunisasi BCG di lengan atas tangan kanan secara
intramuskular dengan dosis 0,05 cc secara Intra Cutan.
Rasional : Bacillus Calmette – Guérin (BCG), satu-satunya
tuberkulosis Vaksin (TB) yang dilisensikan untuk digunakan manusia,

23
efektif dalam melindungi bayi dan anak-anak dari infeksi yang parah
akibat TB meningeal, meskipun perlindungannya berbeda-beda orang
dewasa (B Zhu el al, 2018). Pemberianimunisasi yang
tepatdanmemberikanhasil yang optimal
untukkekebalantubuhterhadapPenyakit TBC

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasimerupakanpenilaiantentangkeberhasilandankeefektifanasuhankebid
anan yang telahdilakukan.Evaluasididokumentasikandalambentuk SOAP.

24
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pengkajian
Tanggal pengkajian : 10-12-2022
Tempat pengkajian : BPM Cicilia
Nama pengkaji : Cicilia Saputra
S.
1. Identitas
Identitas Bayi
Nama : By. M
Tanggal lahir : 26-11-2022
Umur : 14 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Identitas Orang Tua
Nama Istri : Ny. T Nama Suami : Tn. D
Umur : 18 Th Umur : 20 Th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan Swasta
Alamat : Waru Rt 12

2. Alasan Datang∕Keluhan Utama


Ingin imunisasi

3. Riwayat Kesehatan Klien


Bayi tidak sedang sakit seperti batuk, pilek, demam atau memiliki riwayat
penyakit yang dapat mempengaruhi pemberian imunisiasi
Riwayat imunisasi
Imunisasi Tanggal Tempat Ket.

25
Hb 0 BPM Bidan
Polio BPM Bidan

4. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang sedang sakit atau memiliki riwayat penyakit
menular seperti TBC yang dapat mempengaruhi pemberian imunisasi

5. Pola fungsional kesehatan

Pola Keterangan
6.
Nutrisi Bayi hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman
apapun, bayi disusui tiap 2 jam sekali atau saat bayi ingin menyusu.
Eliminasi BAK 5-6 kali warna kuning jernih
BAB 2-3 kali sehari warna kuning kecoklatan konsistensi lunak
Aktifitas Bayi lebih sering tidur dengan frekuensi tidur ±16 jam dala sehari,
bayi lebih sering tidur pada siang hari dan bangun dimalam hari,
bayi sesekali dibangunkan untuk menyusu
Personal Bayi dimandikan 2 kali sehari, ganti pakaian dan popok tiap kali
hygiene bayi BAB dan BAK,

Riwayat psikososiokultural spiritual


Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga
Bayi merupakan anak pertama dalam keluarga terdiri atas ayah ibu dan bayi.
Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Tidak ada kebudayaan yang dilakukan ataupun kepercayaan dalam agama yang
dianut yang dapat mempengaruhi pemberian imunisasi

26
O.
1. Pemeriksaan Umum
4. Antropometri
Panjang Badan lahir : 47 cm
Berat Badan Lahir : 3700 gram
Berat Badan saat ini : 4300 gram
5. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,6oC
Pernapasan : 42 x⁄i

d. Pemeriksaan Fisik
Kepala : bulat bulat, warna rambut hitam, distribusi rambut merata
Wajah : simetris, tidak pucat
Mata : simetris, bersih, sklera putih, tidak ada tanda ikterus
Hidung : bersih, terdapat dua lubang hidung, tidak ada pernapasan cuping
hidung
Telinga : simetris, terdapat lubang dikedua telinga, tidak ada pengeluaran
cairan, daun telinga teraba lunak dan membalik seketika saat
ditekuk
Mulut : simetris, terdapat palatum, tidak ada labioscizis ataupun
labiopalatoscizis
Leher : pergerakan leher aktif,
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : teraba lembek, tali pusat sudah lepas
Genetalia : terdapat testis dan skrotum, terdapat uretra, tidak ada hipospadia
atau epispadia
Anus : terdapat lubang anus
Ekstermitas
Atas : simetris, gerak aktif, jari tangan lengkap, terdapat garis telapak
tangan, tidak ada polidaktili

27
Bawah : simetris, gerak aktif, jari kaki lengkap, terdapat garis telapak kaki,
tidak ada polidaktili

e. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
A.
Diagnosis : Bayi sehat Usia 31 hari dengan imunisasi BCG
Masalah : tidak ada
Diagnosis Potensial : tidak ada
Masalah Potensial : tidak ada
Kenbutuhan segera : tidak ada

P.
No Tanggal Penatalaksaan
Paraf
.
10-12-2022 Melakukan pemeriksaan fisik dan menjelaskan hasil
16.00 pemeriksaan pada ibu bahwa kondisi bayi normal
1. kenaikan berat badan sesuai dengan usia dan grafik
KMS berada pada garis hijau; ibu mengetahui
kondisinya bayinya saat ini
2. 16.05 Melakukan pencatatan manajemen terpadu bayi muda
(MTBM) yaitu pemeriksaan kemungkinan penyakit
sangat berat atau infeksi bakteri, pemeriksaan diare,
pemeriksaan ikterus, pemeriksaan kemungkinan berat
badan rendah dan atau masalah pemberian ASI,
pemeriksaan status vitamin K, pemeriksaan status
imunisasi, pemeriksaan keluhan lain, dan
pemeriksaan keluhan ibu; tidak ada infeksi penyakit
sangat berat atau infeksi bakeri frekuensi napas 42
x∕i, bayi tidak diare, tidak ada tanda ikterus, tidak ada
masalah pada pemberian ASI, bayi dilakukukan IMD

28
segera setelah lahir, bayi hanya diberikan ASI >12x
dalam sehari dan bayi menyusu dengan baik, status
vitamin K telah diberikan segera setelah lahir, status
imunisasi sebelumnya yaitu HB0 dan Polio yang
diberikan segera setelah lahir dan imunisasi yang
akan diberikan hari ini adalah BCG
16.10 Memberi KIE pada ibu bayi mengenai manfaat
imunisasi BCG yaitu untuk membentuk kekebalan
tubuh bayi dari infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis yaitu penyebab penyakit TBC yang dapat
3.
menyerang tubuh bayi dan menyebabkan TB paru,
TB tulang, ataupun TB kelenjar tergantung organ
tubuh mana yang terinfeksi; ibu mengetahui tujuan
imunisasi BCG
16.15 Memberi KIE mengenai efek samping dari pemberian
imunisasi BCG, imunisasi BCG tidak menyebabkan
demam tetapi pada area penyuntikan akan
menimbulkan reaksi lokal berupaluka parut, awalnya
bekas suntikan akan mengalami kemerahan yang
diikuti bisul berisi nanah yang kemudian akan
4.
mengering dan menimbulkan jaringan parut. Jika
anak belum pernah terpapar oleh kuman TB, maka
reaksi bisul BCG terjadi dalam kurun waktu 2 sampai
12 minggu (paling sering antara 4 sampai 6 minggu);
ibu mengetaui efek samping pemberian imunisasi
BCG
5. 16.20 Memberi KIE perawatan luka bekas suntikan yaitu
cukup dengan membersihkan nanah yang keluar dari
bekas luka dengan menggunakan kassa steril tanpa
memberikan kompres, menutup bekas luka ataupun
menekan area bekas luka; ibu mengetahui cara

29
perawatan luka bekas imunisasi BCG
16.25 Menyiapkan vaksin BCG pada spuilt 0,05 cc dan
6.
kapas DTT ; vaksin siap digunakan
16.30 Mengatur posisi bayi dan ibu seperti posisi akan
menyusui, membebaskan area lengan atas sebelah
kanan dari pakaian bayi, meminta ibu untuk
7.
memegang bagian siku bayi dengan erat agar tidak
bergerak saat diberi suntikan; bayi sudah diposisikan
dengan nyaman
Membersihan area lengan dengan kapas DTT dan
menyuntikan vaksin BCG 0,05 cc secara Intracutan
pada lengan tangan kanan bagian atas hingga tampak
8.
warna keputihan pada area bawah kulit sebagai tanda
vaksin telah disuntikkan; terdapat tanda warna putih
pada kulit di area bekas suntikan
Menjadwalkan kunjungan ulang untuk imunisasi
DPT+HB+HIB dan Polio 2 pada usia bayi 2 bulan
atau pada tanggal 26 Januari 2023 sesuai dengan
9.
jadwal imunisasi dibpm atau ibu dapat membawa
anaknya untuk imunisasi di posyandu terdekat; ibu
bersedia membawa anaknya untuk imunisasi kembali.
10

30
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Data Dasar


Bayi M datang ke bpm untuk melakukan imunisasi pada tanggal 10-12-
2022 , bayi lahir tanggal di 26-11-2022 di BPM. Usia bayi saat datang untuk
imunisasi adalah 31 hari, menurut IDAI (2019) Vaksin BCG paling efektif
bila diberikan pada bayi yang baru lahir sampai usia dua bulan (IDAI, 2019)
Vaksin BCG paling efektif bila diberikan pada bayi yang baru lahir
sampai usia dua bulan. Imunisasi pada bayi baru lahir merupakan kunci
strategi global dalam mengatasi morbiditas dan mortalitas akibat infeksi
penyakit diawal kehidupan (B Zhu et. al, 2018). Dalam penelitian Beate
Kampmann (2017) menyatakan bahwa efektivitas imunisasi yang diberikan
pada periode neonatal hanya dapat diberikan oleh vaksin BCG, Hepatitis B
dan Polio Oral ketiga vaksin tersebut dapat membentuk perlindungan dari tiga
jenis infeksi penyakit yang berbeda sejak usia neonatal. Faktor risiko
terjadinya infeksi TB pada anak antara lain adalah anak yang terpajan dengan
orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis,
kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi tidak baik),
dan tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara, atau panti perawatan
lain), yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif oleh sebab itu pemberian
imunisasi BCG segera setelah lahir sangatlah penting untuk membentuk
kekebalan tubuh anak secara dini dari infeksi kuman penyebab TBC
(Butkeviciute, 2018)
Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil bahwa berat badan bayi saat ini
adalah 4130 gram dan berat badan saat lahir adalah 3100 gram. Terdapat
kenaikan berat badan bayi sejumlah 1030 gram dan berdasakan grafik
kenaikan berat badan pada KMS BB∕U menunjukkan saat ini berat badan
bayi berada pada garis hijau. Sesuai dengan standar penambahan berat badan
pada KMS untuk usia 1 bulan adalah minimal 800 gram. Berat badan
merupakan salah satu indikator guna memantau pertumbuhan (growth)

31
khususnya pada 6 bulan pertama kehidupan. Berat badan merupakan hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain
tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lain. Berat badan dipakai sebagai
indikator yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan
pertumbuhan bayi (Sudiana ert. al, 2017). Dalam penelitian Ukegbu &
Uwaegbute (2016) menyatakan faktor utama dalam penambahan berat badan
bayi usia 0-6 bulan adalah pemberian ASI ekslusif, bayi yang menyusui
ekslusif memiliki rata-rata kenaikan berat badan lebih tinggi dibanding
dengan bayi yang menyusui non-ekslusif.
Dari hasil pemeriksaan Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) saat
ini bayi hanya diberikan ASI sebagai sumber makanan utama, bayi dapat
menyusu dengan baik dan tidak ada masalah dalam pemberian ASI oleh ibu.
Salah satu kegiatan yang termasuk dalam intervensi gizi spesifik dalam 1000
hari pertama kehidupan (HPK) yang merupakan Golden Period bagi seorang
anak yang akan menentukan masa depannya adalah dengan menyusui ekslusif
(Qulub, 2016). Dalam penelitian Kupres et.al (2018) menunjukkan bahwa
bayi yang menyusui ekslusif menunjukkan pertambahan berat badan yang
lebih pesat pada 1 bulan pertama kehidupan, sedangkan bayi yang mendapat
makanan selain ASI menunjukkan pertambahan berat badan yang lebih
lambat. Menyusui ekslusif merupakan landasan dalam kelangsungan hidup
dan kesehatan anak karen melalui ASI ekslusif ibu memberikan nutrisi
terbaik dan sangat penting yang tidak dapat tergantikan dalam mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak (WHO, 2015).
Setelah diberikan suntikan vaksin BCG 0,05 cc secara Intracutan pada
lengan tangan kanan atas tempak tanda berwana keputihan pada bagian
bawah kulit. Sesuai anjuran WHO cara pemberian imunisasi BCG adalah
melalui intradermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas.
Imunisasi BCG disuntikkan secara intrakutan didaerah lengan kanan atas.
Disuntikkan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan (Andini,
2015).Vaksin BCG disuntikkan pada intrakutan didaerah muskular deltoid
karena vaksin BCG lapisan chorium kulit sebagai depo berkembang biak

32
reaksi indurasi, eritema, pustula (Marimbi, 2017). Dalam penelitian Rosandali
el.al (2016) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pembentukan scar
vaksin BCG terhadap kejadian tuberculosis dimana dalam penelitiannya
mendapatkan hasil bahwa orang yang tidak memiliki scar vaksin BCG lebih
banyak pada pasien TB dibandingkan dengan orang sehat. Sel-sel
imunokompeten tubuh telah terbentuk sempurna pada waktu bayi lahir, maka
dengan memberikan vaksinasi BCG pada waktu bayiakan menimbulkan
respon imun yang lebih baik, terutama respon imun seluler bukan respon
imun humoral. Respon imun berkaitan erat dengan kemampuan tubuh untuk
melawan penyakit,maka hasil penelitian yang telah dilakukan memberikan
indikasi bahwa pemberian imunisasi akan menumbuhkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit Tuberkulosis (Muniasih, 2019).

B. Interpretasi Data Dasar


Data yang diperoleh dalam konsep asuhan kebidanan bayi sehat yang
ditemukan di lahan praktik Puskesmas pada Bayi M usia 31 hari dengan
imunisasi BCG penulis menegakkan diagnosa sesuai nomenklatur kebidanan.

C. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial


Tidak ada

D. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera


Tidak ada

E. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh


Pada tahap perencanaan asuhan bayi sehat usia 31 hari direncanakan
pemberian asuhan sejumlah yaitu: pemeriksaan fisik, pemeriksaan
manejemen terpadu balita muda (MTBM), pemberian konseling informasi
dan edukasi mengenai tujuan dan manfaat imunisasi BCG, efek samping
imunisasi BCG, perawatan bekas luka imunisasi BCG, pemberian imunisasi
BCG, dan menjadwalkan kunjungan ulang,

33
F. Pelaksanaan
Pelaksanaan telah dilakukan secara efesien dan aman. Perencanaan ini
di rencanakan seluruhnya telah dilakukan oleh petugas/ bidan, sebagian oleh
klien dan anggota tim kesehatan yang lainnya. Sehingga dalam langkah
pelaksanaan telah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

G. Evaluasi
Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik

BAB V
PENUTUP

34
c. Kesimpulan
Kasus yang dibahas dalam laporan ini adalah asuhan kebidanan bayi
sehat dengan imunisasi BCG. Berdasarkan hasil pengkajian, pemeriksaan
fisik, evaluasi dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya
pelaksanaan asuhan bayi sehat di Puskesmas telah dilaksanakan dengan baik
dan seluruh asuhan yang direncanakan telah diberikan
d. Saran
Setelah menyimpulkan proses kegiatan asuhan kebidanan pada bayi
sehat maka terdapat saran yang diajukan, antara lain:
1. Bagi orang tua, dianjurkan melakukan pemenuhan imunisasi dasar
lengkap pada bayi hingga usia 9 bulan dan imunisasi lanjutan pada usia
18 bulan yang bertujuan untuk memberikan kekebalan tubuh pada bayi
dari infeksi penyakit serta rutin melakukan pemantauan tumbuh kembang
anak di Posyandu
2. Bagi tenaga kesehatan, diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai
pentingnya pemberian imunisasi bagi bayi balita serta memberikan
pelayanan imunisasi secara komprehensif sehingga dapat menghasilkan
pelayanan yang berkualitas dan bayi balita sehat.

35
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group
Dinleyici, Ener Cagri, Ray Borrow, Marco Aurélio Palazzi Safadi, Pierre van
Damme, and Flor M. Munoz. 2021. “Vaccines and Routine Immunization
Strategies during the COVID-19 Pandemic.” Human Vaccines and
Immunotherapeutics 17(2):400–407.
IDAI. (2016). Pedoman Imunisasi di Indonesia (5 ed.). (I. G. Ranuh, H. Suyitno,
S. R. Hadinegoro, C. B. Kartasasmita, Ismoedijanto, & Soedjatmiko,
Penyunt.) Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
MacDonald, Noni E., Shawn Harmon, Eve Dube, Audrey Steenbeek, Natasha
Crowcroft, Douglas J. Opel, David Faour, Julie Leask, and Robb Butler.
2018. “Mandatory Infant & Childhood Immunization: Rationales, Issues and
Knowledge Gaps.” Vaccine 36(39):5811–18.
Mindell, Jodi A., Erin S. Leichman, Courtney DuMond, and Avi Sadeh. 2017.
“Sleep and Social-Emotional Development in Infants and Toddlers.” Journal
of Clinical Child and Adolescent Psychology 46(2):236–46.
Pontoppidan, Maiken, Nete K. Nissa, Jan H. Pejtersena, Megan M. Julianc, and
Mette S. Væverd. 2017. “Parent Report Measures of Infant and Toddler
Social-Emotional Development: A Systematic Review.” Family Practice
34(2):127–37.
Pratiwi, F. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Ibu
Terhadap Pelaksanaan Imunisasi Dasar Pada Balita Di Wilayah Kera
Puskesmas Siantan Tengah Pontianak. Jurnal Untan.
Proverawati, A., & Dwi Andhini, C. S. (2010). Imunisasi dan
Vaksinasi.Yogyakarta: Nuha Medika.

36
Rahmawati, A. I., & W, C. U. (2014, Januari). Faktor yang mempengaruhi
kelengkapan imunisasi dasar di keluarahan Krembangan Utara. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 2, 59-70.
Ranuh et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia.Edisi kelima.Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014
Setyawati, Vilda Ana Veria & Eko Hartini. 2018. Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi
Kesehatan Masyarakat. Deepublish Publisher, CV Budi Utama, Yogyakarta
Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar
I Ilmu Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta :Sagungseto
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :
EGC
Varney, Helen, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Vol.2 Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa
Monica Ester. Editor Sari Kurnianingsih. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Zuckerman, Barry, Mei Elansary, and Robert Needlman. 2019. “Book Sharing:
In-Home Strategy to Advance Early Child Development Globally.”
Pediatrics 143(3).

37

Anda mungkin juga menyukai