PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita.
Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu
untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherney et al, 2007).
Tujuan dari pengelolaan proses persalinan adalah mendorong kelahiran yang
aman bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan
untuk mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu dan bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses
persalinan. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 Angka Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi
yaitu 208/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB)
26/1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013). Angka Kematian Ibu untuk
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 116/100.000 kelahiran hidup,
sedangkan Angka Kematian Bayi sebesar 12/1.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesejahteraan perempuan dan target yang telah ditentukan dalam
tujuan pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) tujuan ke 5
yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai
tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko 2 jumlah kematian ibu atau
102/100.000 kelahiran hidup, maka dari itu upaya untuk mewujudkan target
tersebut masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus
(Kemenkes RI, 2013). Penyebab tingginya angka kematian ibu antara lain,
terlalu muda atau terlalu tua saat melahirkan, tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan secara teratur, dan banyaknya persalinan yang ditolong oleh tenaga
non profesional. Sedangkan penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh
sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pernapasan
akut (Riset Kesehatan Dasar Depkes, 2007).
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada persalinan
fisiologis dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut varney dan mendokumentasikan asuhan
kebidanan dalam bentuk catatan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori pada persalinan fisiologis.
A. Konsep Teori
1. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran janin, plasenta dan
ketuban beserta selaputnya dari dalam uterus ke luar uterus (Maritali,
2012).
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari
serviks, kelahiran bayi dan kelahiran plasenta dengan proses alamiah
(Rohani, 2011).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang dapat hidup
dari dalam uterus dan keluar melalui vagina secara spontan pada
kehamilan cukup bulan tanpa bantuan alat dan tidak terjadi komplikasi
pada ibu ataupun pada janin dengan presentasi belakang kepala
berlangsung kurang dari 24 jam (Varney, 2003).
Menurut Rukiyah (2009), persalinan adalah proses dimana bayi,
plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah
37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai sejak
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
Bentuk persalinan berdasarkan teknik :
a. Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan
ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan sectio sesaria
c. Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang.
4
5
2. Fisiologi
a. Jenis persalinan
Menurut Rohani (2011), berdasarkan umur kehamilan terdiri
dari uraian sebagai berikut :
1) Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu
atau bayi dengan berat kurang dari 500 gram.
2) Partus Immaturus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum janin dapat hidup (viable),
berat janin di bawah 500-1.000 gram atau usia kehamilan antara
22-28 minggu.
3) Partus prematurus
Persalinan dari hasil konsepsi pada umur kehamilan 28-36
minggu. Janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin antara
1.000-2.500 gram.
4) Partus matures/aterm (cukup bulan)
Partus pada umur kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat
badan di atas 2.500 gram.
5) Partus postmaturus (serotinus)
Persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus
yang ditaksir, janin disebut postmatur.
6) Partus presipitatus
Partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar mandi, diatas
kenderaan dan sebagainya.
7) Partus percobaan
Suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti
tentang ada atau tidaknya Cephalo pelvic Disproportion (CPD).
b. Penyebab timbulnya persalinan
6
(10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten
dan fase aktif.
a) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat
dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,
berlangsung dalam 7-8 jam.
b) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung
selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase.
(1) Periode akselerasi : berlangsung selama 2
jam,
pembukaan menjadi 4 cm.
(2) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2
jam,
pembukaan berlangsung
cepat menjadi 9 cm.
(3) Periode deselerasi : berlangsung lambat,
dalam 2 jam pembukaan
jadi 10 cm atau lengkap.
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi
uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat
jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi
penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve
Friedman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1
cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara
primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium
uteri internum akan membuka lebih dulu, sehingga serviks
akan mendatar dan menipis, kemudian ostium internum
sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum
9
1) Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering,
dan teratur.
a) Nulipara
b) Multipara
3. Patofisiologi
a. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir merupakan komponen yang sangat penting dalam
proses persalinan yang terdiri dari jalan lahir tulang dan jalan lahir
lunak. Proses persalinan merupakan proses mekanisme yang
melibatkan 3 faktor, yaitu jalan lahir, kekuatan yang mendorong dan
akhirnya janin yang di dorong dalam satu mekanisme terpadu. Jalan
lunak pada keadaan tertentu tidak akan membahayakan janin dan
sangat menentukan proses persalinan (Manuaba, 2010)
b. Passanger (janin)
1) Janin besar
Bayi dengan berat 3500–4000 gram digolongkan bayi besar.
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena
besarnya kepala atau kepala yang lebih keras tidak dapat
memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit
melalui rongga panggul (Wiknjosastro, 2007).
2) Berat badan janin
Janin (bayi) aterm mempunyai tanda cukup bulan, 280 hari
(40 minggu) dengan berat badan sekitar 2500 sampai 3000 gram
dan panjang badan sekitar 50 sampai 55 cm (Saiffudin, 2008)
Bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah dibedakan
menjadi:
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500
gram.
14
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500
gram.
c) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <
1000 gram.
c. Power
1) His (kontraksi uterus)
His adalah kontraksi uterus (uterine contraction). Selama
dalam kehamilan, persalinan dan nifas, uterus mengadakan
kontraksi, tetapi frekuensi dan intensitasnya berbeda–beda. Pada
akhir kala I atau kala II, jumlah kontraksi adalah 3-4 kali tiap 10
menit (2-3 menit sekali) dengan intensitas 50-60 mmHg. Sifat-
sifat his yang baik adalah:
a) Teratur.
b) Makin lama makin sering, intensitas makin kuat, durasi
makin lama.
c) Ada dominansi fundus.
d) Menghasilkan pembukaan dan atau penurunan kepala.
2) Umur ibu
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman
untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
Usia di bawah 16 tahun atau diatas 35 tahun
mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi. Usia
dibawah 16 tahun insiden preeklampsia sedangkan usia diatas
35 tahun meningkatkan insiden hipertensi kronis dan persalinan
yang lama pada nulipara (Varney, 2007).
3) Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari
atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup
maupun mati. Paritas mempengaruhi durasi persalinan dan
insiden komplikasi. Pada multipara dominasi fundus uteri lebih
15
4. Komplikasi
Adaptasi/Perubahan Fisiologi dan Psikologi
a. Adaptasi Janin
1) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Untuk memprediksikan keadaan janin yang berkaitan dengan
oksigenisasi DJJ rata-rata pada aterm adalah 140 x/m. DJJ normal
adalah 120-160 x/m.
17
2) Sirkulasi Janin
Sirkulasi jnin dipengaruhi oleh posisi ibu, kontraksi uterus,
tekanan darah dan aliran darah tali pusat. Kontraksi uterus
selama masa persalinan cenderung mengurangi sirkulasi melalui
anterior spinalis, sehingga mengurangi perfusi melalui ruang
intervilosa.
3) Pernapasan dan perilaku lain janin
Perubahan tertentu menstimulasi kemoseptor pada aorta dan
badan carotid guna mempersiapkan janin untuk memulai
pernafasan setelah lahir. Perubahan yang terjadi :
a) 7-2 ml ketuban diperas keluar dari paru-paru (selama
persalinan pervaginam)
b) Tekanan oksigen (PO2) janin menurun
c) Tekanan karbondioksida (PCO2) arteri meningkat
d) PH arteri menurun.
b. Adaptasi Ibu
1) Perubahan kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 2100 ml darah dikeluarkan dari uterus dan
masuk kedalam sistem vaskuler ibu. Hal ini meningkatkan curah
jantung sekitar 10-15% pada tahap I persalinan dan sekitar 30-
50% pada tahap II persalinan.
2) Perubahan pernapasan
Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian O2
terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasan. Hiperventilasi
dapat menyebabkan alkalosis respiraktorik (pH meningkat),
hipoksia dan hipokapnea (CO2 menurun).
3) Perubahan pada ginjal
Pada trimester ke II kandung kemih menjadi organ abdomen.
Kandung kemih terisi dapat teraba diatas simpisis pubis. Selama
18
b) Keluhan Utama :
Nyeri, Pengeluaran Lendir Darah, Kontraksi Semakin Bertambah
Ibu mengatakan rasa nyeri terasa dibagian belakang dan
menyebar kedepan, lendir, darah sering tampak, kekuatan
kontraksi semakin bertambah (Sumarah, 2008).
e) Riwayat Menstruasi
HPHT : Wajib ditanyakan HPHT untuk
menentukan usia kehamilan dan tafsiran
persalinan. HPHT merupakan dasar
untuk menentukan usia kehamilan dan
perkiraan tafsiran partus (Varney, 2006).
Siklus : 28 ± 1 hari (Ilmu Kandungan, 2012)
Teratur/tidak : Teratur
Lama : 3-5 hari (Ilmu Kandungan, 2012)
Banyaknya haid : 33,2 ± 16 cc (Ilmu Kandungan, 2012)
Bau : Menstruasi berbau, tanda infeksi pada
organ reproduksi (Sinopsis Obstetri,
2008)
Keluhan waktu haid : Sebagian kecil merasa berat di panggul
atau merasa nyeri (dismenore) (Ilmu
Kandungan, 2012)
TTP : Merupakan data dasar untuk
mengevaluasi ukuran kandungan, apakah
persalinan cukup bulan atau kurang
bulan dan kemungkinan komplikasi
untuk jumlah minggu kehamilan
(Varney, 2007)
f) Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Abnor
Suam An Pnl BB/
UK Peny Jenis Tmpt Peny JK H M malita Laktasi Peny
i k g PB
s
1
2
2) Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg-120/80
mmHg, <140/90 mmHg
(Salmah:2006 & UNPAD,
1983)
Nadi : 60-100 x/menit
(Salmah,2006)
Pernapasan : 16-20 x/menit
(Salmah,2006)
Suhu Tubuh : 36,5-37,5 0C
(Salmah,2006)
Antropometri : Tinggi Badan : >145 cm
Tinggi Badan ibu lebih dari
145 cm. Bila kurang curiga
kesempitan panggul (CPD).
LILA : >23,5 cm
ukuran lila tidak boleh
kurang dari 23.5 cm, bila
kurang berarti status gizi
buruk. (Christina, 1989)
b) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kepala : Kulit kepala tampak bersih, distribusi rambut
merata
Wajah : Tidak tampak pucat dan oedema, tampak/tidak
tampak kloasma gravidarum
Oedema adalah tanda klasik preeklampsia
(varney,2007)
Pucat merupakan tanda anemia dan dehidrasi
(Musrifatul, 2009)
Mata : Tampak simetris, kelopak mata tidak oedema,
tampak sclera berwarna putih, tidak tampak
kelainan, konjungtiva tampak berwarna merah
muda
Konjunctiva yang berwarna putih atau pucat
tanda anemia (musrifatul, 2009)
Hidung : Tampak bersih, tidak tampak cuping hidung, polip,
dan peradangan
Mulut : Tampak bibir bersih, mukosa mulut lembab, lidah
bersih dan tremor, gigi geraham lengkap, tidak
tampak stomatitis, caries dentis, dan pembesaran
tonsil
Jika lidah kaku atau tidak tremor maka itu
adalah tanda preeklampsia (Varney, 2007)
Telinga : Tampak bersih, tidak tampak pengeluaran secret
Leher : Tampak/tidak tampak hyperpigmentasi, tidak
tampak pembesaran tonsil, faring, laring, vena
jugularis, kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening
Terjadinya undulasi atau bendungan pada vena
jugularis salah satu indikasi penyakit jantung
(musrifatul, 2009)
Dada : Tampak simetris, tidak tampak retraksi dinding
dada
Payudara : Tampak simetris dan bersih, areolla dan putting
tampak kehitaman, lebih besar, tidak tampak
benjolan.
Abdomen : Tampak pembesaran, tampak/tidak tampak linea
dan striae, tidak tampak bekas operasi dan asites
Genetalia : Tidak tampak oedema, varices, serta hemoroid,
tampak pengeluaran lendir darah, cairan ketuban
(Helen varney, Dkk ,2006:674)
Ekstremitas : Tampak simetris, tidak oedema
Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar
getah bening, dan kelenjar tiroid
Payudara : Tidak teraba benjolan ,pengeluaran kolestrum pada
trimester 3 dan pasca bersalin. (varney 2008)
Abdomen : Tinggi fundus : (3 jari di bawah PX sampai
setinggi PX. Varney 2001)
Kontraksi uterus : (semakin lama semakin kuat
dan adekuat di sertai dengan
pembukaan dan penipisan
serviks. Varney 2007)
Konsistensi : (keras. Varney 2008)
Letak janin : (membujur. Varney 2008)
Persentasi janin : (kepala. Varney 2008)
Denominator : (oksiput anterior. Varney 2008)
Vesika urinaria : (kosong. Varney 2008)
Genetalia : Tidak teraba oedema, tidak teraba pembesaran
pada kelenjar bartholini (Manuaba, 1998).
Ekstremitas: Tidak teraba oedema, cavilarie revile kembali
dalam waktu < 2 detik
Auskultasi
Dada : Irama jantung teratur, Frek:…. x/mTidak terdengar
suara nafas tambahan.
Abdomen : DJJ : Irama teratur, terdengar jelas, tidak lebih dari
dua punctum maksimal, dua jari bawah pusat, tidak
sama dengan nadi ibu frekuensi 120-160 x/menit,
(varney, 2007)
Perkusi
Dada : Sonor
Ekstremitas :
Reflek trisep : + (Lengan ekstensi)
Refleks bisep : + (Ekstensi pada jari tengah)
Reflek patella : + (Ekstensi pada tungkai kaki)
Refleks babinski : + (Jari – jari kaki fleksi)
c) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Dalam :
Tanggal : jam :
Seorang bidan tidak boleh melakukan pemeriksaan dalam pada
keadaan perdarahan, plasenta previa, ketuban pecah dini,
persalinan preterm (Buku Ajar Praktik Kebidanan, 2004)
1. Vulva vagina : vagina yang terasa tegang dapat berkaitan
dengan adanya rasa takut (Buku Ajar Praktik Kebidanan,
2004)
2. Portio : Lunak / kaku
3. Pembukaan
4. Fase laten : pembukaan 0-3 cm terjadi selama 8 jam
5. Fase aktif : akselerasi : pembukaan 3-4 cm terjadi selama 2
jam
6. Dilatasi maksimal : pembukaan 4-9 cm terjadi selama 2 jam
7. Deselerasi : pembukaan 9-10 cm selama 2 jam (Varney,
2007)
8. Ketuban : (+) utuh
(-) jernih/Mekonium/Darah/kering
9. Presentasi : belakang kepala (sinsiput) (Obstetri Fisiologi
Unpad, 1983)
10. Denominator : Oksiput Anterior (UUK) (Obstetri Fisiologi
UNPAD, 1983)
11. Disekitar bagian terendah apakah teraba bagian terkecil janin:
tidak teraba bagian terkecil janin
12. Station/Hodge : umumnya kepala janin sudah masuk dalam
ruang panggul (Sinopsi Obstetri, 1998)
HIS :
KALA I
Fase Laten: Mulai terjadi setiap 10 sampai 20 menit, berlangsung
sampai 15 hingga 20 detik dengan intensitas ringan –
sedang (Varney, 2008).
Fase Aktif : Durasi lebih panjang dan intensitas kuat serta
frekuensi akan lebih sering. Menjelang akhir fase aktif
kontraksi muncul biasanya 2 sampai 3 detik,
berlangsung sekitar 60 detik, dimana intensitas
akan lebih kuat (Varney, 2008).
d) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboatorium
Kadar Hb normal lebih dari 11 gr%
Albumin urine negative
Reduksi urine negative (Sulaiman, 1983:157)
Pemeriksaan Radiologi
Ultrasonografi (UNPAD,1983)
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosis : G Papah UK......minggu...hari Janin tunggal hidup
inpartu kala 1 fase laten/aktif
V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
R/ risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi
hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan PI
secara benar dan konsisten (APN, 2008)
9. Siapkan alat untuk proses persalinan yaitu1 set Partus set, 1 set heacting
set dan APD
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.
VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalambentuk
SOAP
Pengkajian Kala II
I. PENGKAJIAN
1) Data Subjektif
Identitas
Anamnesa
Keluhan utama :
(2) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
(3) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rektum/vaginanya
(4) Perineum menonjol
(5) Vulva vagina dan spingter ani membuka
(6) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
2) Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum :
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg-120/80
mmHg, <140/90 mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5-37,5 0C
Pernapasan : 16-20 x/menit
b) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Genetalia : Tampak perineum menonjol, vulva-
sfingter ani membuka (APN,2008)
Palpasi
Abdomen : HIS : >3 x 10’ = 50”
Kala II : His menjadi lebih kuat selama 50 detik
datang setiap 3 menit .(IGG manuaba, 1998)
Auskultasi
Abdomen : DJJ : terdengar jelas, teratur, frekuensi 120-
160 x/menit, interval teratur tidak lebih dari 2
punctum maximal (Mochtar, 1998:51)
Daerah/letak DJJ : kuadran kiri/kanan
bawah
c) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Dalam :
Tanggal : jam :
Vulva,vagina : Tampak membuka
Pengeluaran pervaginam : Lendir darah, cairan
ketuban
Dinding vagina : Tidak oedema
Pembukaan : 10 cm
Effacement : 100%
Ketuban : Jernih/utuh
Presentasi : Jelakang kepala
Denominator : UUK kanan/kiri depan
Tidak teraba bagian terkecil janin
Hodge : III/IV
V. INTERVENSI
1. Beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan telah lengkap
R/ Agar ibu dapat segera bersiap-siap untuk mengejan, (Doenges,
2001)
2. Siapakan bimbingan untuk meneran dengan baik dan benar.
R/ Meneran yang baik dan benar dapat mengurangi resiko kelelahan
yang berlebih pada ibu, serta sebagai salah satu indikator kemajuan
dalam proses persalinan (Doenges, 2001).
3. Lakukan Pemantauan DJJ
R/ Frekuensi jantung bayi kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali
permenit dapat menunjukan gawat janin dan perlu dievaluasi
segera. (Varney, 2007)
4. Anjurkan keluarga pendamping untuk melakukan stimulasi puting
susu bila kontraksi tidak baik
R/ Stimulasi puting susu berfungsi untuk menstimulasi produktivitas
oksitosin ibu, yang berperan dalam proses persalinan mengejan
(Doenges, 2001).
Lakukan persiapan pertolongan kelahiran bayi
5. Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman bagi dirinya untuk
meneran
R/ Saat ibu merasa nyaman, maka ibu dapat berkonsentrasi untuk
mengejan (Doenges, 2001)
6. Lakukan bimbingan untuk meneran dengan baik dan benar.
R/ Meneran yang baik dan benar dapat mengurangi resiko kelelahan
yang berlebih pada ibu, serta sebagai salah satu indikator kemajuan
dalam proses persalinan (Doenges, 2001).
Lakukan pertolongan kelahiran bayi
7. Lindungi perineum saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter
5-6 cm
R/ Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi
secara bertahap dan hati-hati dapat mengurangi regangan
berlebihan (robekan) pada vagina dan perineum (APN, 2008)
8. Periksa lilitan tali pusat
R/ jika ada lilitan tali pusat di leher bayi dan cukup longgar maka
lepaskan lilitan tersebut dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan
talli pusat sangat erat maka jepit tali pusat dengan klem pada 2
tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong tali pusat diantara 2
klem tersebut. (APN, 2008)
9. Tunggu Putaran Paksi Luar
R/ apabila kepala lahir tetapi tidak terjadi putaran paksi luar maka ini
merupakan tanda gejala distosia bahu (APN, 2008)
10. Lahirkan bahu bayi dengan cara Biparietal
R/ letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu
meneran sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh
bayi hingga bahu depan melewati simfisis
11. Lakukan Sangga Susur untuk melahirkan badan dan tungkai bayi
R/ setelah badan dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua kaki.
(Asrinah, 2010)
Penanganan BBL
12. Lakukan penilain selintas pada BBL saat mengeringkan
R/ Mengidentifikasi adanya tanda bahaya atau komplikasi yang terjadi
pada BBL. (Marilynn Doenges, 2001).
13. Keringkan tubuh bayi tanpa mengeringkan telapak tangan, ganti
handuk basah dengan handuk yang kering
R/ bayi rentan terhadap terjadinya hipotermi
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya.
VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalambentuk
SOAP.
Pengkajian Kala III
I. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
2. Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg-120/80
mmHg, <140/90 mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5-37,5 0C
Pernapasan : 16-20 x/menit
b) Pemeriksaan fisik
Genetalia : Tampak tali pusat memanjang, tampak
semburan darah mendadak dan singkat
(APN,2008)
Palpasi
Abdomen : Teraba tinggi fundus berada diatas pusat
(APN,2008)
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosis : GPAPAH inpartu kala III
V. INTERVENSI
1. Cek fundus dan pastikan kehamilan tunggal
R/ Untuk memastikan tidak ada kehamilan ganda (Varney, 2007).
Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi yang akan sangat
menurunkan pasokan oksigen kepada bayi (APN, 2008)
Penanganan BBL
2. Lakukan pemotongan Tali Pusat
R/ bayi yang tali pusatnya langsung dipotong setelah lahir akan
memiliki persediaan zat besi yang lebih sedikit untuk 6 bulan
kehidupan pertamanya ( karya tulis di Royal College of
Obstetriciana and Gynecologist).
3. Ikat tali pusat
R/ tali pusat yang tidak diikat akan menyebabkan aliran balik darah
dari bayi ke plasenta ( karya tulis di Royal College of
Obstetriciana and Gynecologist).
4. Letakkan bayi di atas dada ibu untuk melakukan IMD
R/ Mencegah terjadinya hipotermi pada bayi serta membantu ibu
melakukan bounding attachment dengan bayinya (Varney,
2007).
Manajemen Aktif Kala III
Penatalaksanaan aktif kala III persalinan meliputi pemberian
profilaksis uterotonika, penjepitan tali pusat dini dan traksi tali
pusat terkontrol untuk melahirkan plasenta. Dengan manajemen
hamil, tanda-tanda pemisahan plasenta ditunggu dan plasenta
dilahirkan secara spontan. Manajemen aktif diperkenalkan untuk
mencoba mengurangi perdarahan, (Begley, dkk, 2019).
5. Injeksikan Oksitosin 10 unit IM
R/ oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan
kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta
dan mengurangi kehilangan darah. Aspirasi sebelum
penyuntikkan akan mencegah penyuntikkan oksitosin ke
pembuluh darah (APN, 2008)
6. Lakukan penegangan Tali Pusat Terkendali
R/ Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi
(APN, 2008). Segera melepaskan plasenta yang telah terpisah
dari dindinng uterus akan mencegah kehilangan darah yang
tidak perlu. (APN, 2008)
7. Lahirkan Plasenta dan selaput ketuban
R/ melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati-hati akan
membantu mencegah tertinnggalnya selaput ketuban di jalan
lahir (APN, 2008)
8. Lakukan masase uterus
R/ Rangsangan taktil untuk merangsang timbulnya kontraksi dan
mencegah perdarahan (Varney, 2007).
9. Cek kelengkapan placenta
R/ Menghindari terjadinya perdarahan akibat tertinggalnya sisa
placenta (Varney,2007).
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya.
VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan
dalambentuk SOAP
Pengkajian Kala IV
I. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
2. Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg-120/80 mmHg,
<140/90 mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5-37,5 0C
Pernapasan : 16-20 x/menit
b) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Abdomen : Tampak mengecil
Genetalia : Ada/tidak ada laserasi, tidak ada memar ataupun
hematoma (Varney, 2007)
Palpasi
Abdomen : Teraba uterus di tengah-tengah abdomen,
teraba membulat keras (Varney,2007)
V. INTERVENSI
1. Evaluasi kemungkinan laserasi dan lakukan penjahitan apabila
terjadi laserasi
R/ Pada persalinan presipitatus dapat terjadi laserasi dan cedera.
Laserasi serviks dapat menyebabkan perdarahan berikutnya.
(Varney, 2007)
2. Lakukan penjahitan laserasi
R/ penjahitan laserasi merupakan suatu upaya untuk mendekatkan
jaringan-jaringan dalam proses penyembuhan dan juga untuk
menghentikan perdarahan (Pusdiknakes, 2013)
3. Ajarkan masase uterus pada ibu
R/ memberikan rangsangan taktil pada uterus mencegah
terjadinya perdarahan (Varney, 2007).
4. Lakukan Estimasi perdarahan
R/ perdarahan post partm merupakan kehilangan darah dalam
jumlah 500 ml atau lebih (Varney, 2008).
5. Lakukan pemantauan kala IV
R/ Perubahan keadaan tubuh ibu dari saat hamil, mempengaruhi
KU dan TTV ibu yang menggambarkan kondisi ibu,
pemantauan kontraksi uterus untuk menghindari terjadinya
perdarahan postpartum. (Varney, 2007).
6. Lakukan prosedur kebersihan dan keamanan
R/ mencegah terjadinya penyebaran infeksi nosokomial
(Marilynn Doenges, 2001).
7. Lengkapi Partograf
R/ Pendokumentasian terhadap proses persalinan yang telah
dilakukan (APN, 2008)
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan
dalambentuk SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
KALA I PERSALINAN
SUBJEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. A Nama Suami : Tn. R
Umur : 26 tahun Umur : 27 tahun
Suku/Bangsa: Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Babulu darat RT 6
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya terasa kencang-kencang sejak jam 1.00 wita dan jam
5.00 wita keluar lendir campur darah
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan yang lalu
Tidak pernah memiliki penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes,
hepatitis, anemia, infeksi, campak, malaria, TBC, dan alergi.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Perut terasa kencang sejak tadi malam dan keluar lendir darah.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit jantung, tekanan
darah tinggi, hepatitis, diabetes, anemia, infeksi, campak, malaria,TBC,
gangguan mental, dan alergi.
5. Riwayat Haid
HPHT :13-2-2022 TP :20-11- 2022
Ibu pertama kali haid sekitar umur 13 tahun, dengan siklus haid 28 hari,
haid ibu teratur, lama haid sekitar 3-6 hari, banyaknya haid 2-3x ganti
pembalut/hari, warna darah merah dengan konsistensi cair.
6. Riwayat Obstetri
1 Hamil ini
8. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan tidak menggunakan kontrasepsi apapun.
Nutrisi Ibu makan 3x sehari dengan menu Ibu makan 2x, dengan menu 1
sayur, lauk, nasi. Minum air putih 6 porsi nasi dan ± 2 potong lauk
gelas/hari dan susu 1 gelas tiap hari pauk. Minum air putih
Aktivitas Pada saat dirumah, anak dan suami - Ibu beristirahat di tempat tidur.
aktivitas ibu adalah mengurus rumah
- Ibu berjalan-jalan
dan diluar rumah hanya berbelanja
untuk keperluan rumah.
Ibu mengatakan senang atas kehamilan ini, suami dan keluarga senang
atas kehamilannya
b. Sosial
c. Kultural
Didalam keluarga tidak ada adat istiadat dan kebiasaan yang dapat
membahayakan kehamilan
d. Spiritual
Ibu dan suami di dalam keagamaan tidak ada hal yang dapat
membahayakan ibu dan janin
O:
1. Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : Baik
- Suhu :36°C
- Nadi :80x/menit
- Pernafasan :20x/menit
- Antropometri
- LILA :23,6 cm
- IMT : 24,3
2. Pemeriksaanfisik
Kepala :kulit kepala tampak bersih, distribusi rambut merata,
konstruksi rambut kuat, tekstur rambut halus, tampak bersih
tidak tampak ketombe, tidak ada benjolan/massa.
L IV : divergen
Genitalia : tidak tampak oedema dan varices pada vulva dan vagina, tampak
pengeluaran cairan lendir bercampur darah, tidak tampak luka parut,
tidak tampak fistula, tidak tampak hemorrhoid.
Ekstremitas:
Atas : simetris, tidak ada oedem, CRT kembali dalam 2 detik, reflex bisep
(+), reflex trisep (+)
Bawah : simetris, tidak ada oedem dan varises, CRT kembali dalam 2 detik,
homan sign (-), babinski (-), patella (+).
3. Pemeriksaan Khusus
Jam : 08.00 WITA
Pemeriksaan dalam :
Vulva dan pengeluaran : oedem (-), benjolan (-), massa (-), jaringan
Laboratorium :
Hemoglobin : 11 gr/dl
Goldar :-
A:
JAM PENATALAKSANAAN
09.06 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dalam keadaan normal
dan ibu sudah dekat dengan proses persalinan ; Ibu mengerti penjelasan yang
diberikan
09.06 Meminta kepada pihak keluarga untuk mendampingi saat melahirkan,
Suami mendampingi ibu saat melahirkan
09.07 Melakukan observasi Kala 1 yaitu observasi his dan pemeriksaan DJJ setiap
30 menit ;
DJJ : 140 x / menit , His : 3 x 10’ dengan durasi 20 - 35
“ intensitas sedang
09.08 Menyiapkan partus set dan APD serta kelengkapan pertolongan persalinan ;
Partus set : bak instrumen , doek steril/underpad, klem 2 buah, gunting tali
pusat, gunting umbilical, pengikat tali pusat, spuit 3 cc, kassa steril
Heating Set :Nallpoeder, benang jahit, pinset, kassa steril, gunting benang dan
benang.
APD :Celemek, masker, handscoon, topi , dan sepatu boots.
Dekontaminasi : Waslap 2, air DTT, dan air klorin
09.10 Menyiapkan pakaian bayi dan pakaian ganti baju ibu ; Pakaian ibu (baju ganti,
sarung, pempers, korset) dan pakaian bayi ( lampin, baju bayi, popok, topi,
sarung tangan dan kaki)
; pakaian telah siap.
09.11 Membantu ibu untuk miring kiri dan kanan secara bergantian, miring kiri
dianjurkan untuk memudahkan suplai oksigen dari ibu ke janin dan agar tidak
ada penekanan pada pembuluh darah balik besar (vena cava inferior) pembuluh
darah yang bertanggung jawab mengembalikan darah dari tubuh bagian bawah
ke jantung
; Posisi ibu miring kiri
09.12 Melakukan observasi Kala 1 yaitu observasi his dan pemeriksaan DJJ setiap
30 menit ;
DJJ : 140 x / menit , His : 3 x 10’ dengan durasi 20 - 35 “ intensitas sedang
09.13 Mengajarkan kepada ibu untuk melakukan teknik nafas dalam pada waktu
his
akupresur bekerja baik pada aspek fisiologis rasa sakit maupun pada
subjektivitasnya. Mandi air panas, terapi musik, aromaterapi, dan teknik
pernapasan meningkatkan relaksasi dan menurunkan tingkat kecemasan
(Mascarenhas VH dkk, 2019). Teknik nafas dalam dengan cara melakukan
menarik napas dari hidung dalam waktu 3-5 detik, lalu menghembuskan
napas lewat mulut dalam waktu 3-5 detik pada saat kontraksi uterus.
Kemudian pasien bernapas dengan normal 1-2 menit, lalu menarik napas
dalam dengan mengempiskan rongga abdomen lalu mengeluarkan dari
mulut dalam waktu 3-5 detik dengan kombinasi posisi duduk 10 menit,
berdiri 10 menit dan berjalan 10 menit, setelah 30 menit (Astuti, 2019).
Sedangkan Teknik counter pressure vertebra sacralis pada ibu bersalin
kala I adalah sebagai berikut: Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
dan memakai sarung tangan sebagai perlindungan diri peneliti;
Menganjurkan ibu posisi miring kiri secara rilek, kaki kanan ditekuk dan
diganjal oleh bantal.; Mengolesi telapak tangan dengan minyak zaitun,
kemudian menekan pada daerah lumbal dan sacral dengan ;
Menggerakkan tangan secara sirkuler (melingkar) dengan menggunakan
telapak tangan secara perlahan dan ditekan; lakukan massage counter
pressure pada bagian vertebra sacralis saat terjadi kontraksi dengan
menekan terus menerus secara kuat menggunakan telapak tangan selama
10-15 menit, lepaskan kemudian beri tekanan lagi, begitu seterusnya
selama kontraksi; 6) Terakhir berikan usapan lembut untuk
memunculkan endorphin (Puspitasari, 2020).
; Ibu mengerti dan bersedia menarik nafas panjang dari hidung dan dibuang
melalui mulut.
09.14 Memberikan ibu minum air putih ketika kontraksi berkurang karena untuk
menambah kekuatan ibu dalam menghadapi proses persalinan
; Ibu telah minum air putih.
09.15 Mengajarkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB, untuk mempermudah
proses penurunan kepala
Mempertahankan kandung kemih bebas dari distensi, yang dapat
meningkatkan ketidaknyamanan, mengakibatkan kemungkinan trauma,
mempengaruhi penurunan janin, dan memperlama persalinan. (Doenges,
2001)
09.45 Dilakukan pemeriksaan dalam , Pembukaan : 10 cm, Ketuban : pecah sspontan
jernih , Denominator Ubun-ubun Kecil, Portio tidak teraba, Presentasi kepala,
Hodge III
09.45 Melakukan observasi Kala 1 yaitu observasi his dan pemeriksaan DJJ setiap 30
menit ;
DJJ : 140 x / menit , His : 4 x 10’ dengan durasi 40-45“ intensitas kuat
KALA II PERSALINAN
S:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
TD : 110/70mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36°C
2. Pemeriksaan Fisik
DJJ : 140 x / menit
His : 4 x 10’ dengan durasi 40-45“ intensitas kuat
Genetalia : Tampak perineum membuka, vulva vagina dan spingter
Ani menonjol, pengeluaran lender darah meningkat.
Pemeriksaan Dalam :
P:
O:
TFU : sepusat
Data Bayi :
A:
09.52 wita melakukan klem tali pusat. Klem pertama 5cm dari pusat,
kemudian dorong isi tali pusat ke arah maternal sejauh 3cm
kemudian klem 2cm dari klem pertama; tali pusat telah di klem,
klem pertama ±5cm dari pusat dan klem kedua ±2cm dari klem
Melakukan
pertama. pemotongan tali pusat dengan melindungi perut bayi
dan mengikat tali pusat bayi dengan benang tali pusat.
Tali pusat telah di potong dan di ikat.
Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit.
Meluruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel pada dada
ibu. Memposisikan bayi lebih rendah dari puting susu ibu dan
kepala bayi berada diantara payudara.
; dilakukan IMD, bayi diberi topi, bayi dan ibu diselimuti
09.54 wita Memindahkan klem 5-10 cm didepan vulva ibu
; Klem telah dipindahkan ±5 cm didepan vulva.
Meletakkan satu tangan pada perut bawah ibu untuk mendeteksi
kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali
pusat
; Uterus berkontraksi, tali pusat telah ditegangkan
Menegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan lain
melakukan dorso kranial pada uterus secara hati- hati. Jika plasenta
tidak lahir 30-40 detik, menghentikan penegangan dan menunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya, kemudian mengulangi prosedur
; tali pusat memanjang, terdapat semburan darah yang mendadak
dan singkat, klem didekatkan ±5cm dari vulva.
O:
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36 °C
09.56 Mengevaluasi laserasi pada vagina dan terdapat perdarahan dan tidak
perineum. ada laserasi perineum
10.00 Mengajarkan ibu cara melakukan massage Ibu bisa melakukan masase
uterus dan menilai kontraksi. Dengan cara Uterus sesuai arahan bidan
menggosok fundus uteri secara sirkuler
menggunakan telapak tangan hingga
kontraksi uterus baik(fundus teraba keras).
Salah satu upaya untuk mengurangi Bayi berada di atas perut ibu
jumlah perdarahan 2 jam postpartum untuk IMD
(kala empat), yaitu dengan
melaksanakan IMD. Inisiasi Menyusu
Dini adalah proses alami memberi
kesempatan pada bayi untuk mencari
dan mengisap ASI sendiri dalam 1 jam
pertama awal kehidupannya. Proses
hentakan kepala bayi ke dada ibu,
sentuhan tangan bayi di puting susu dan
sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi
pada puting ibu merangsang
pengeluaran hormon oksitosin. Hormon
oksitosin bermanfaat untuk membantu
rahim berkontraksi sehingga membantu
percepatan involusi uteri dan pelepasan
plasenta, serta mengurangi perdarahan
pada ibu (Setiyani, A. dkk,2021).
12.50 Memindahkan ibu ke ruang nifas Ibu pindah ke ruang nifas
DATA BAYI
S : Tidak ada
O:-
A:
P.
PEMBAHASAN
Pengumpulan data dasar meliputi pengkajian data subjektif yang berasal dari
pasien dan data objektif yang berasal dari pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Pada data subjektif didapatkan Ny.G merasakan
perutnya terasa kencang-kencang dan keluar lendir bercampur darah. Hal ini
sesuai tanda-tanda persalinan yaitu persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta
dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Widyastuti, 2021).
Usia kehamilan Ny. G dari perhitungan hari pertama haid terakhir pada
tanggal 13 Februari 2022, sehingga tafsiran persalinan menurut rumus Neagle
adalah pada tanggal 20-11-2022. Rumus Neagle memperlihatkan umur
kehamilan berlangsung selama 288 hari dan berlanjut selama berkesinambungan
(Varney, 2015). Sehingga dari perhitungan menggunakan rumus Neagle usia
kehamilan Ny. G adalah 37 Minggu. Dengan demikian keluhan yang dirasakan
Ny. G dalam batas normal.
Pada data objektif pemeriksaan umum didapatkan kesadaran composmentis
dan keadaan umum sedang. Tanda-tanda vital, Tekanan darah ibu 110/70mmHg,
nadi 90 x/menit, respirasi : 20x/menit dan suhu 36 C. Pemeriksaan antropometri,
tinggi badan 155 cm, berat badan saat hamil 50 kg, berat badan saat ini kg 60 dan
lingkar lengan atas 24,3 cm. Dalam batas normal hal ini sesuai dengan teori
(Varney, 2015). Dari hasil pemeriksaan fisik di dapatkan hasil IMT Ny. G 20,83,
Ny.G masuk kategori berat badan normal hal ini sesuai dengan teori manuaba
(2010) yaitu batas normal IMT adalah 18,5-24,9 kg/m² (WHO) dengan total
kenaikan berat badan yang disarankan selama kehamilan adalah 11,3-15,9 kg
dimana selama trimester 3 sebanyak 0,4 kg/minggu.
Ini merupakan kehamilan pertama Ny.G, suami dan istri merencanakan
kehamilan ini dan didalam lingkungan sosial, adat istiadat, dan keagaman tidak
ada kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Hal ini sesuai
dengan teori Goldstein (2018). Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
Asuhan persalinan pada Ny.G didasarkan oleh adanya tanda-tanda persalinan
yaitu pada tanggal 29-10-2022 jam 01.00 WITA. Ny. G merasakan adanya
kencang-kencang pada perut. Jam 5.00 wita terdapat pengeluaran lendir darah
Hingga pada pagi harinya ibu merasakan kencang-kencang pada perutnya semakin
sering dan lama. Pada tanggal 29-10-2022 pukul 08.00 WITA dilakukan
pemeriksaan dalam, dan didapatkan hasil pembukaan 8 cm dengan kontraksi 3 x
10 menit durasi 20-35 detik. Pemeriksaan dalam, pada tanggal 29-10-2022 jam
09.45 WITA dilakukan dan didapatkan hasil pembukaan sudah 10
cm dengan kontraksi 3 x 10 menit durasi ≥40 detik. Berdasarkan dari data
tersebut mahasiswa melakukan persiapan persalinan secara normal, dan
memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan menghadirkan
pendamping ibu agar merasa nyaman, membantu ibu untuk memperoleh posisi
yang nyaman pada saat meneran, membimbing saat meneran selama his,
memeriksa denyut jantung janin diantara HIS dan memberikan asupan cairan
diantara HIS (APN, 2017). Dilanjutkan melakukan pertolongan persalinan sesuai
dengan ketentuan langkah asuhan persalinan normal.
Kala I pada Ny.G merasakan nyeri saat kontraksi. Nyeri saat persalinan
merupakan kondisi fisiologis yang secara umum dialami oleh hampir semua ibu
bersalin. Nyeri disebabkan oleh kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Dengan
seiring bertambahnya intensitas dan frekuensi kontraksi uterus nyeri yang
dirasakan akan bertambah kuat, puncak nyeri terjadi pada fase aktif dimana
pembukaan lengkap sampai 10 cm dan ber langsung sekitar 4,6 jam untuk
primipara dan 2,4 untuk multipara (Martin & Griffin, 2012).
Dalam penelitian di dapatkan bahwa akupresur bekerja baik pada aspek
fisiologis rasa sakit maupun pada subjektivitasnya. Mandi air panas, terapi
musik, aromaterapi, dan teknik pernapasan meningkatkan relaksasi dan
menurunkan tingkat kecemasan (Mascarenhas VH dkk, 2019). Teknik nafas
dalam dengan cara melakukan menarik napas dari hidung dalam waktu 3-5
detik, lalu menghembuskan napas lewat mulut dalam waktu 3-5 detik pada saat
kontraksi uterus. Kemudian pasien bernapas dengan normal 1-2 menit, lalu
menarik napas dalam dengan mengempiskan rongga abdomen lalu mengeluarkan
dari mulut dalam waktu 3-5 detik dengan kombinasi posisi duduk 10 menit,
berdiri 10 menit dan berjalan 10 menit, setelah 30 menit (Astuti, 2019).
Sedangkan Teknik counter pressure vertebra sacralis pada ibu bersalin kala
I adalah sebagai berikut: Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dan memakai
sarung tangan sebagai perlindungan diri peneliti; Menganjurkan ibu posisi miring
kiri secara rilek, kaki kanan ditekuk dan diganjal oleh bantal.; Mengolesi telapak
tangan dengan minyak zaitun, kemudian menekan pada daerah lumbal dan sacral
dengan ; Menggerakkan tangan secara sirkuler (melingkar) dengan menggunakan
telapak tangan secara perlahan dan ditekan; lakukan massage counter pressure
pada bagian vertebra sacralis saat terjadi kontraksi dengan menekan terus menerus
secara kuat menggunakan telapak tangan selama 10-15 menit, lepaskan kemudian
beri tekanan lagi, begitu seterusnya selama kontraksi; 6) Terakhir berikan usapan
lembut untuk memunculkan endorphin (Puspitasari, 2020).
Sehingga bidan mengajarkan cara mengurangi nyeri dengan relaksasi nafas
dalam dan akupresure untuk membantu mengurangi rasa nyeri saat persalinan.
Kala II pada Ny.G berlangsung sekitar ± 5 menit, dimana di lakukan pimpinan
persalinan sesuai dengan Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir
oleh Widyastuti, R (2021). pentingnya posisi dan teknik meneran yang benar
pada saat bersalin. mengedan mengikuti dorongan alamiahnya selama kontraksi,
beritahukan untuk tidak menahan napas saat mengedan, minta untuk berhenti
mengedan dan beristirahat di antara kontraksi, jika ibu berbaring miring atau
setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk mengedan jika lutut ditarik ke arah
dada dan dagu ditempelkan dada, minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat
mengedan, tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu
kelahiran bayi, ibu harus tetap tenang dan rileks, penolong persalinan tidak boleh
mengatur posisi mengedan, penolong persalinan harus memfasilitasi ibu dalam
memilih sendiri posisi mengedan dan menjelaskan alternatif-alternatif posisi
mengedan yang dipilih ibu tidak efektif.
Kala III pada Ny.G berlangsung ±5 menit. Hal ini sesuai dengan (Varney,
2015) yang mengatakan setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc. Setelah bayi lahir di lakukan pengecekkan TFU
(tinggi fundus uteri) dan didapat kan hasil pemeriksaan TFU setinggi pusat. Hal
ini sesuai dengan teori yang mengatakan Fundus berada diatas pusat (Sulfianti et
al, 2020).
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.
Pemeriksaan perineum tidak terdapat rupture. Pada Ny.G dilakukan pemantauan
(Tekanan darah, nadi, suhu badan, TFU, kontraksi, kandung kemih dan
perdarahan) setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam
ke dua (APN, 2017). Mengajarkan ibu cara masase yang benar untuk mencegah
perdarahan post partum, memberi kenyamanan pada ibu (membersihkan ibu, alat
dan tempat tidur), dan memberikan asupan nutrisi kepada ibu. Dan setelah
pemantauan didapatkan hasil bahwa kala IV ibu normal tidak terjadi penyulit.
Selama proses persalinan Kala I sampai Kala IV persalinan ibu tidak memiliki
masalah apapun. Di karenakan pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan SOP
yang berlaku.
Interpretasi data dasar meliputi diagnosis kebidanan, masalah dan kebutuhan.
Pada langkah ini dilakukan analisis untuk mendapatkan diagnosis GIP0000 Usia
Kehamilan 37 Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif karena pada saat dilakukan
pemeriksaan ibu datang ke klinik dengan hasil pemeriksaan dalam pembukaan 8
cm, sehingga ibu masuk dalam kategori fase aktif. Sedangkan diagnosis pada kala
II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir diagnosis ibu adalah
GIP0000 Usia Kehamilan 37 Minggu inpartu Kala II, Diagnosis Kala III dimulai
segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yaitu GIP0000 Usia
Kehamilan 37 Minggu inpartu Kala III, sedangkan Kala IV dimulai dari saat
lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum yaitu P11001 inpartu Kala
IV .
Berdasarkan interpretasi data dasar, Ny.G GIP0000 Usia Kehamilan 37
Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif merupakan persalinan normal yang tidak
memiliki diagnosis potensial ataupun masalah potensial. pada saat persalianan
bayi lahir segera menangis.
Pada kasus Ny.G GIP0000 Usia Kehamilan 37 Minggu Inpartu Kala I Fase
Aktif tidak diperlukan tindakan segera karena merupakan persalinan normal
cukup bulan.
Asuhan yang diberikan yaitu Melakukan Pemantauan dari Kala I-IV
persalinan normal (Widyastuti, 2021). Berdasarkan rencana intervensi sesuai
dengan teori, tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.
Berdasarkan rencana asuhan yang dibuat, penatalaksanaan yang dilakukan
terhadap Ny.G Usia Kehmilan 37 Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif :
Kala 1 melakukan KIE manajemen nyeri, Teknik nafas dalam dengan cara
melakukan menarik napas dari hidung dalam waktu 3-5 detik, lalu
menghembuskan napas lewat mulut dalam waktu 3-5 detik pada saat kontraksi
uterus. Kemudian pasien bernapas dengan normal 1-2 menit, lalu menarik napas
dalam dengan mengempiskan rongga abdomen lalu mengeluarkan dari mulut
dalam waktu 3-5 detik dengan kombinasi posisi duduk 10 menit, berdiri 10 menit
dan berjalan 10 menit, setelah 30 menit (Astuti, 2019). Sedangkan Teknik
counter pressure vertebra sacralis pada ibu bersalin kala I adalah sebagai berikut:
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dan memakai sarung tangan sebagai
perlindungan diri peneliti; Menganjurkan ibu posisi miring kiri secara rilek, kaki
kanan ditekuk dan diganjal oleh bantal.; Mengolesi telapak tangan dengan minyak
zaitun, kemudian menekan pada daerah lumbal dan sacral dengan ; Menggerakkan
tangan secara sirkuler (melingkar) dengan menggunakan telapak tangan secara
perlahan dan ditekan; lakukan massage counter pressure pada bagian vertebra
sacralis saat terjadi kontraksi dengan menekan terus menerus secara kuat
menggunakan telapak tangan selama 10-15 menit, lepaskan kemudian beri
tekanan lagi, begitu seterusnya selama kontraksi; 6) Terakhir berikan usapan
lembut untuk memunculkan endorphin (Puspitasari, 2020).
Kala 2 melakukan KIE cara posisi Meneran, cara meneran yang baik dan
benar, Istrirahat saat Hadirkan pendamping saat persalinan, pentingnya posisi dan
teknik meneran yang benar pada saat bersalin. mengedan mengikuti dorongan
alamiahnya selama kontraksi, beritahukan untuk tidak menahan napas saat
mengedan, minta untuk berhenti mengedan dan beristirahat di antara kontraksi,
jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk
mengedan jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan dada, minta ibu
untuk tidak mengangkat bokong saat mengedan, tidak diperbolehkan untuk
mendorong fundus untuk membantu kelahiran bayi, ibu harus tetap tenang dan
rileks, penolong persalinan tidak boleh mengatur posisi mengedan, penolong
persalinan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi mengedan dan
menjelaskan alternatif-alternatif posisi mengedan yang dipilih ibu tidak efektif
(Widyastuti, R, 2021)..
Kala 3 melakukan manajemen aktif kala 3 Penatalaksanaan aktif kala
III persalinan meliputi pemberian profilaksis uterotonika, penjepitan tali
pusat dini dan traksi tali pusat terkontrol untuk melahirkan plasenta.
Dengan manajemen hamil, tanda-tanda pemisahan plasenta ditunggu dan
plasenta dilahirkan secara spontan. Manajemen aktif diperkenalkan untuk
mencoba mengurangi perdarahan, (Begley, dkk, 2019).
Kala 4 memberikan KIE tentang IMD Memberikan KIE tentang IMD dan
Asi ekslusif. Sesuai penelitian bahwa Salah satu upaya untuk mengurangi
jumlah perdarahan 2 jam postpartum (kala empat), yaitu dengan
melaksanakan IMD. Inisiasi Menyusu Dini adalah proses alami memberi
kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri dalam 1 jam
pertama awal kehidupannya. Proses hentakan kepala bayi ke dada ibu,
sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi
pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Hormon
oksitosin bermanfaat untuk membantu rahim berkontraksi sehingga
membantu percepatan involusi uteri dan pelepasan plasenta, serta
mengurangi perdarahan pada ibu (Setiyani, A. dkk,2021).
Pernyataan Kemenkes RI dalam Setiyani, A., & Usnawati, N. (2021) Pemberian
ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi karena mengandung
kolostrum yang kaya akan antibodi protein yang berfungsi untuk meningkatkan
imunitas tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah besar. Hari pertama sampai
hari ketiga ASI mengandung kolostrum berwarna kuning yang merupakan nutrisi
alami pada bayi baru lahir. Immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit
dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi dengan warna susu
lebih putih diproduksi hari keempat sampai hari kesepuluh. ASI juga kaya akan
enzim yang tidak mengganggu fungsi enzim yang sudah ada di usus. Pemberian
ASI eksklusif kepada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan. Pemberian makanan
tambahan dapat di berikan setelah umur 6 bulan bersamaan dengan pemberian
ASI hingga usia anak mencapai 2 tahun. Berdasarkan peraturan WHO, Indonesia
mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33/2012 kewajiban ibu untuk
menyusui bayinya sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan sebagai bentuk
dukungan implemntasi pemberian ASI eksklusif.
Implementasi yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana intervensi
berdasarkan teori Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir oleh
Widyastuti, R (2021) sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktik di lapangan.
Setelah dilakukan pemeriksaan pada Ny. G usia kehamilan 37 Minggu
Inpartu Kala I Fase Aktif , Ibu memahami keadaannya. Ibu bersedia untuk
mengikuti KIE yang telah di berikan bidan. Ibu bersikap kooperatif selama
asuhan di berikan. Ibu melakukan relaksasi nafas dalam dan
spendamping/suami ibu membantu melakukan massase/ counterpressure dan an
ibu merasakan nyeri berkurang dan dapat melahirkan dengan nyaman.
Berdasarkan respon klien selama asuhan diberikan, tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik. Evaluasi merupakan penilaian
keefektifan asuhan dilapangan karena asuhan diberikan dengan baik dan
mudah dipahami klien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian Pada kasus Ny. G umur 26 tahun dengan data subyektif
yaitu Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x / menit, pernafasan 20 x /
menit, suhu 36 C. TFU 29 cm, TBJ : 2790 gr Pemeriksaan dalam VT :
Pembukaan 8 cm, Ketuban (+), effacement 75%, Hodge II, presentasi :
kepala, UUK, DJJ : 140x/detik Usia Kehamilan : 37 Minggu
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada kasus ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pasien
3. Bagi institusi
a. Rumah Sakit
b. Pendidikan
Begley, C. M., Gyte, G. M., Devane, D., McGuire, W., Weeks, A., &
Biesty, L. M. (2019). Active versus expectant management for
women in the third stage of labour. The Cochrane database of
systematic reviews, 2(2), CD007412.
https://doi.org/10.1002/14651858.CD007412.pub5
Bobak dkk. 2005. Buku Ajar keperawatan maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.
Smith, C. A., Levett, K. M., Collins, C. T., Dahlen, H. G., Ee, C. C., &
Suganuma, M. (2018). Massage, reflexology and other manual
methods for pain management in labour. The Cochrane database of
systematic reviews, 3(3), CD009290.
https://doi.org/10.1002/14651858.CD009290.pub3
https://doi.org/10.1590/1982-01942019 https://doi.org/10.1590/1982-
0194201900048 00048