Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUS SPONTAN

A. Latar Belakang

Post partus spontan, atau puerperium, merupakan fase krusial yang

menyusul kelahiran bayi di mana tubuh ibu mengalami serangkaian perubahan

fisiologis, emosional, dan psikologis untuk pemulihan optimal. Secara

fisiologis, uterus aktif berkontraksi untuk mengurangi risiko perdarahan

postpartum dan kembali ke ukuran normalnya. Hormon-hormon seperti

estrogen dan progesteron, yang meningkat selama kehamilan, mulai

mengalami penurunan menuju tingkat normal, sementara prolaktin meningkat

untuk merangsang produksi air susu ibu (ASI). Selain itu, pemulihan luka,

termasuk luka robekan atau episiotomi, juga merupakan bagian penting dari

proses ini, dan kontraksi uterus yang terus-menerus bisa menimbulkan rasa

sakit dan ketidaknyamanan pada ibu (Sukarni, 2018).

Selama periode ini, ibu juga mengalami transformasi emosional yang

signifikan. Hormonal dan fisiknya yang berubah, bersama dengan adanya

tanggung jawab baru sebagai orang tua, dapat memicu perubahan suasana hati,

kecemasan, atau bahkan gejala baby blues. Dalam aspek psikologis,

puerperium memerlukan penyesuaian terhadap peran baru sebagai ibu, serta

membangun ikatan emosional yang kuat dengan bayi. Dalam keseluruhan,

latar belakang post partus spontan mencakup serangkaian transisi yang

menciptakan fondasi bagi kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang bagi

ibu dan bayinya (Saleha, 2020).


B. Definisi

Persalinan normal adalah proses kelahiran bayi dengan tenaga ibu

sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi. Atau

persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi, yang dapat hidup

ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Natalia

dkk, 2021).

Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai

secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian

selama proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang

kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan

ibumaupun bayi berada dalam kondisi sehat (Heoman, 2019).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia

kehamilan cukup bulan,letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu,

persentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi, dan panggul

ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri.pada persalinan normal dapat berubah

menjadi persalinan patologi apabila kesalahan dalam penilaian kondisi ibu dan

janin atau juga akibat kesalahan dalam memimpin proses persalinan (Whalley

dkk, 2019).

C. Etiologi

Penyebab persalinan belum diketahui dengan pasti, namun beberapa

teori menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim

pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi. Berikut merupakan teori-teori yang

dikaitkan sebagai penyebab kelahiran (Yeyeh, 2019):


a. Teori Penurunan Hormon

Satu sampai dua minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan

hormon progesteron dan estrogen. Fungsi progesteron sebagai

penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan

pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.

b. Teori Plasenta Menjadi Tua

Turunnya kadar hormon estrogen dan progesterone menyebabkan

kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan konstraksi rahim.

c. Teori Distensi Rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia

otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter.

d. Teori Iritasi Mekanik

Di belakang servik terletak ganglion servikale (fleksus

frankenhausen).Bila ganglion ini di geser dan di tekan, misalnya oleh

kepala janin akan timbul konstraksi uterus.


D. Anatomi Fisiologis

Proses persalinan melibatkan serangkaian perubahan anatomi dan

fisiologis yang kompleks pada tubuh ibu untuk memungkinkan kelahiran bayi.

Berikut adalah beberapa aspek anatomi fisiologis yang terlibat dalam proses

persalinan (Coad, 2019):

1. Kontraksi Uterus

Selama persalinan, otot-otot uterus mengalami kontraksi secara teratur

untuk membantu mendorong bayi keluar dari rahim. Kontraksi ini

diperkuat oleh hormon oksitosin.

2. Pembukaan Serviks

Serviks, leher rahim, mengalami proses pembukaan (dilatasi) agar bayi

dapat melewati jalan lahir. Pembukaan serviks merupakan tahap awal dan

penting dalam persalinan.

3. Penurunan dan Rotasi

Bayi biasanya menurun ke panggul ibu dan melakukan rotasi untuk

menghadap arah yang tepat dalam persiapan untuk keluar dari rahim.

4. Peregangan Jaringan

Jaringan di sekitar vagina dan perineum mengalami peregangan untuk

memfasilitasi keluarnya bayi. Kadang-kadang, dapat dibutuhkan

episiotomi (pemotongan pada perineum) atau terjadi robekan perineum.


5. Peningkatan Tekanan Darah Abdominal

Tekanan darah di dalam perut meningkat selama kontraksi untuk

membantu mendorong bayi keluar. Ini juga membantu dalam pendorongan

plasenta setelah kelahiran.

6. Perubahan Hormonal

Hormon oksitosin merangsang kontraksi uterus, sedangkan hormon

prolaktin mempersiapkan kelenjar susu untuk produksi ASI setelah

kelahiran.

7. Perubahan Sistem Kardiovaskular

Selama persalinan, ada peningkatan sirkulasi darah ke rahim untuk

memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup kepada bayi.

8. Pengeluaran Plasenta

Setelah bayi lahir, uterus terus berkontraksi untuk membantu

mengeluarkan plasenta. Proses ini disebut sebagai fase ketiga persalinan.

E. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala persalinan adalah petunjuk-petunjuk fisik dan

emosional yang mengindikasikan bahwa tubuh seorang wanita sedang

mempersiapkan diri untuk proses melahirkan. Secara fisik, tanda-tanda

persalinan meliputi kontraksi uterus yang teratur dan semakin kuat,

pembukaan serviks yang bertahap, serta penurunan dan rotasi bayi ke panggul

ibu. Wanita juga mungkin mengalami pelebaran perineum dan pembukaan

kantung ketuban. Gejala lainnya mencakup pendarahan ringan, disebabkan

oleh pelepasan lendir lendir bercampur darah yang disebut "pembukaan


lendir" atau "bloody show." Pada tingkat emosional, banyak wanita

mengalami perubahan suasana hati, kecemasan, dan meningkatnya fokus pada

persiapan menjadi ibu (Soelaiman, 2018).

Seiring berjalannya waktu, intensitas dan frekuensi kontraksi

meningkat, dan serviks terus membuka, menandakan masuknya wanita ke

dalam fase aktif persalinan. Pada saat ini, rasa sakit dapat menjadi lebih intens

dan teratur. Proses persalinan secara keseluruhan sangat individual, tetapi

pemahaman terhadap tanda dan gejala ini membantu para profesional

kesehatan dan ibu untuk memantau perkembangan persalinan dan merespons

dengan tepat guna untuk mendukung kelahiran yang aman dan sehat (Oxorn &

Forte, 2021).

F. Patofisiologi

Ada 4 faktor yang mempengaruhi proses persalinan kelahiran yaitu

passenger (penumpang yaitu janin dan placenta), passagway (jalan lahir),

powers (kekuatan) posisi ibu dan psikologi (Price & Wilson, 2019):

1. Penumpang

cara penumpang atau janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan

akibat interaksi beberapa faktor yakni ukuran kepala janin, presentasi,

letak, sikap dan posisi janin.

2. Jalan lahir

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,

dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun

jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut


menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu lebih berperan dalam proses

persalinan janin. Maka dari itu ukuran dan bentuk panggul harus

ditentukan sebelum persalinan.

3. Kekuatan ibu (powers)

Kekuatan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter. Posisi ibu

mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan, posisi tegak

memberi sejumlah keuntungan yaitu rasa letih hilang, merasa nyaman dan

memperbaiki sirkulasi.

G. Pathway
H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat berupa (Sukarni, 2018);

1. Pemeriksaan laboratorium rutin (Hb dan urinalisis serta protein urine).

2. Pemeriksaan ultrasonografi.

3. Pemantauan janin dengan kardiotokografi.

4. Amniosentesis dan kariotiping.

I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dapat berupa (Oktarina, 2019);


a. Ibu:
1. 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml U/ml)
2. 20 ml Lidokain 1% tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa
Epinefrin
3. 3 botol RL
4. 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C)
b. Bayi:
1. Salep mata tetrasiklin
2. Vit K 1 mg
DAFTAR PUSTAKA

Coad, D. (2019). Anatomi & Fisiologi untuk Bidan. Jakarta: EGC.


Heoman. (2019). Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: EGC.
Natalia, C., Marcelina, L. A., & Permatasari, I. (2021). Hubungan Status Gizi Dan
Pemenuhan Kebutuhan Gizi Dengan Kondisi Luka Perineum Pada Ibu
Postpartum Di Puskesmas Pejuang Dan Puskesmas Pekayon. Jurnal
Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 5(2), 89.
https://doi.org/10.52020/jkwgi.v5i2.3224
Oktarina. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: EGC.
Oxorn, H., & Forte, W. R. (2021). Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: Andi Offset.
Price, & Wilson. (2019). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Saleha, S. (2020). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Soelaiman. (2018). Buku Acuan Persalinan. Jakarta: EGC.
Sukarni. (2018). Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Whalley, J., Simkin, P., & Keppler, A. (2019). Kehamilan dan Persalinan.
Jakarta: Gramedia.
Yeyeh, A. (2019). Asuhan Kebidanan I. Trans Info Media: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai