Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KONSEP PERSALINAN
MATA KULIAH KEPERAWATAN MATERNITAS
Dosen : Ns. Ayu Wahyuni Lestari, M.Kep

Oleh : MELLY INRIANI


NIS :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )


YAHYA BIMA PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN NONREGULER TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan TUGAS

KULIAH MATERNITAS tentang “KONSEP KEHAMILAN makalah ini ditulis untuk

memenuhi syarat dalam menyelesaikan tugas keperawatan maternitas pada sekolah tinggi

ilmu kesehatan ( stikes ) yahya bima program studi ilmu keperawatan nonreguler tahun 2021

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu penyusun

mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan yang akan datang. Penyusun juga

mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu mengarahkan

kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Dompu, 17 mei 2022


Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh

wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi

pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherney

et al, 2007). Tujuan dari pengelolaan proses persalinan adalah mendorong

kelahiran yang aman bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari

petugas kesehatan untuk mengantisipasi dan menangani komplikasi yang

mungkin terjadi pada ibu dan bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering

terjadi terutama saat proses persalinan (Koblinsky et al, 2006).

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012 Angka Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih

tinggi yaitu 208/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi

Dukungan sosial dan emosional serta pelayanan selama persalinan adalah salah satu

intervensi yang tepat digunakan untuk mencapai pengalaman melahirkan yang positif

(Alexander et al, 2013).


Proses persalinan dipengaruhi tiga faktor berupa passage (jalan lahir), passanger

(janin), power (kekuatan). Persalinan dapat berjalan dengan normal (Euthocia)

apabila ketiga faktor terpenuhi dengan baik. Selain itu terdapat faktor lain yang

mempengaruhi proses persalinan yaitu psikologis dan penolong (Rohani dkk, 2011).

Pada ibu yang pertama kali menjalani proses persalinan akan takut, cemas, khawatir

yang berakibat pada peningkatan nyeri selama proses persalinan dan dapat

menganggu jalan persalinan menjadi tidak lancar (Wijaya dkk, 2014).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian kejadian

pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta

dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,

berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). (Ari

Kurniarum, S.SiT., 2016)

Persalinan merupakan proses keluarnya bayi, plasenta dan selaput

ketuban dari rahim ibu dengan usia kehamilan yang cukup bulan yaitu

setelah 37 minggu tanpa adanya penyulit persalinan. Persalinan

dikatakan normal apabila pengeluaran hasil konsepsi dapat hidup

diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan atau tanpa

bantuan. (Reeder S J,2011

Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian

perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan

lahir (Moore,2001)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu

maupun pada janin (Prawirohardjo, 2002).

2. Macam-Macam Persalinan

a. Persalinan Spontan Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu

sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.

b. Persalinan Buatan Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya

ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.

c. Persalinan Anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi

baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau

prostaglandin. (Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)

3. Persalinan Berdasarkan Umur Kehamilan

a. Abortus Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi

dengan berat badan kurang dari 500 gram.

b. Partus immaturus Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28

minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram.

c. Partus prematurus Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37

minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.

d. Partus maturus atau a’term Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan

42 minggu atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.

e. Partus postmaturus atau serotinusPengeluaran buah kehamilan setelah

kehamilan 42 minggu.

4. Sebab–Sebab Mulainya Persalinan


Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Agaknya banyak

faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan.

Beberapa teori yang dikemukakan adalah: penurunan kadar progesteron, teori

oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori prostaglandin. Beberapa

teori yang menyebabkan mulainya persalinan adalah sebagai berikut:

a. Penurunan Kadar Progesteron

Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen

meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan

antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir

kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana

terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami

penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan,

sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oxitosin. Akibatnya otot rahim

mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.

(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)

b. Teori Oxitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan

keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot

rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan

kadar progesteron menurun sehingga oxitocin bertambah dan meningkatkan

aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat

tanda-tanda persalinan.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)

c. Keregangan Otot-Otot
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah

melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

Seperti halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh

isi yang bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.

Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin

teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan

ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga

menimbulkan proses persalinan.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)

d. Pengaruh Janin

Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan

karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena tidak

terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi

janin, dan induksi (mulainya ) persalinan. (Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)

e. Teori Prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang

dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga

menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan

menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara

intravena,intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada

setiap umur kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat

menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar.

Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini

juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air
ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau

selama persalinan.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)

5. Tanda dan Gejala Persalinan

a. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat

1) Lightening

Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa

keadaannya

menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia merasa

bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan

nyeri pada anggota bawah.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)

2) Pollikasuria

Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor,

fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin sudah

mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan

kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing

yang disebut Pollakisuria.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)

3) False labor

Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu

oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari

kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:

a) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah

b) Tidak teratur

c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu

dan bila dibawa jalan malah sering berkurang Tidak ada pengaruh pada

pendataran atau pembukaan cervix. (Ari Kurniarum,S.SiT., 2016)


4) Perubahan cervix

Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan bahwa

cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak, kemudian menjadi

lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan

penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing- masing ibu, misalnya

pada multipara sudah terjadipembukaan 2 cm namun pada primipara

sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.(Ari Kurniarum, S.SiT.,

2016)

5) Energy Sport

Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam

sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa

kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari

sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini

tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan rumah,

mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah lainnya sehingga

ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan

menjadi panjang dan sulit.(Ari Kurniarum,12 S.SiT., 2016)

6) Gastrointestinal Upsets

Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,

obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap

sistem pencernaan.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)

b. Tanda-tanda persalinan

Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah:

1) Timbulnya kontraksi uterus Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu

his pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut:


a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.

b) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.

c) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya

makin besar.

d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan serviks.

e) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.

Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks

(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi

dapat penyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.

2) Penipisan dan pembukaan serviks Penipisan dan pembukaan serviks

ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda

pemula.

3) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir) Dengan pendataran dan

pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit

darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karenalepasnya selaput

janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa

capillair darah terputus.

4) Premature Rupture of Membrane Adalah keluarnya cairan banyak secara

mendadak dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput

janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau

hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang

lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada

pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum

persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam

24 jam setelah air ketuban keluar. (Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)


c. Fase-Fase Dalam Persalinan

1) Fase persalinan kala I

Menurut Girsang beberapa jam terakhir dalam kehamilan ditandai adanya

kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan

mendorong janin keluar melalui jalan lahir normal. Persalinan kala satu

disebut juga sebagai proses pembukaan yang dimulai dari pembukaan nol

sampai pembukaan lengkap (10cm) (Girsang, 2017).

Kala satu persalinan terdiri dari 2 fase, yaitu sebagai berikut.

a) Fase Laten

Fase laten dimulai dari permulaan kontraksi uterus yang regular

sampai terjadi dilatasi serviks yang mencapai ukuran diameter 3 cm.

Fase ini berlangsung selama kurang lebih 6 jam. Pada fase ini dapat

terjadi perpanjangan apabila ada ibu yang mendapatkan analgesic atau

sedasi berat selama persalinan. Pada fase ini terjadi akan terjadi

ketidaknyamanan akibat nyeri yang berlangsung secara terus- menerus.

b) Fase Aktif Selama fase aktif persalinan, dilatasi serviks terjadi lebih

cepat, dimulai dari akhir fase laten dan berakhir dengan dilatasi serviks

dengan diameter kurang lebih 4 cm sampai dengan 10 cm. Pada

kondisi ini merupakan kondisi yang sangat sulit karena kebanyakan ibu

merasakan

ketidaknyamanan yang berlebih yang disertai kecemasan dan

kegelisahan untuk menuju proses melahirkan.

2) Fase persalinan kala II

Kala dua disebut juga kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari pembukaan

lengkap (10 cm) hingga bayi lahir. Proses ini berlangsung selama kurang
lebih 2 jam pada ibu primigravida dan kurang lebih 1 jam pada ibu

multigravida. Adapun tanda dan gejala yang muncul pada kala dua adalah

sebagai berikut:

a) Kontraksi (his) semakin kuat, dengan interval 2-3 menit

dengan durasi 50-100 detik;

b) Menjelang akhir kala satu, ketuban akan

pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak dan

tidak

bisa dikontrol

c) Ketuban pecah pada pembukaan yang dideteksi lengkap

dengan diikuti rasa ingin mengejan; d) Kontraksi dan mengejan akan

membuat kepala bayi lebih terdorong menuju jalan lahir, sehingga

kepala mulai muncul kepermukaan jalan lahir, sub occiput akan

bertindak sebagai hipomoklion, kemudian bayi lahir secara berurutan

dari ubun-ubun besar, dahi, hidung, muka, dan seluruhnya.

3) Fase persalinan kala III

Kala tiga disebut juga kala persalinan plasenta. Lahirnya plasenta dapat

diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut:

a) Uterus menjadi bundar.

b) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah

Rahim.

c) Tali pusat bertambah panjang.

d) Terjadi perdarahan (adanya semburan darah secara tiba-tiba); e)

Biasanya plasenta akan lepas dalam waktu kurang lebih 6-15 menit

setelah bayi lahir.


4) Fase persalinan kala IV

Kala empat adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan

plasenta lahir yang bertujuan untuk mengobservasi persalinan terutama

mengamati keadaan ibu terhadap bahaya perdarahan postpartum. Pada

kondisi normal tidak terjadi perdarahan pada daerah vagina atau organ

setelah melahirkan plasenta.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut (Saragih, 2017), ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses

persalinan normal yang dikenal dengan istilah 5P, yaitu: Power, Passage,

Passenger. Psikis ibu bersalin, dan Penolong persalinan yang dijelaskan dalam

uraian berikut.

1) Power (tenaga)

Menurut Marmi (2016:51) power adalah kekuatan yang

mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar

dalam persalinan ialah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi

diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja sama yang baik dan

sempurna.

a) Kontraksi Uterus (HIS) Otot rahim terdiri dari 3 lapis, dengan susunan

berupa anyaman yang sempurna. Tediri atas lapisan otot

longitudinal dibagian luar, lapisan otot sirkular dibagian

dalam, dan lapisan otot menyilang diantara keduannya.

Dengan susunan demikian, ketika otot rahim berkontraksi

maka pembuluh darah yang terbuka setelah plasenta lahir

akan terjepit oleh otot dan perdarahan dapat berhenti (Sulistyawati,

2010:24).
b) Kontraksi dinding rahim.

c) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.

d) Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.

2) Passenger

a) Janin

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor

janin, yangmeliputi berat janin, letak janin, posisi sikap janin

(habilitus), serta jumlahjanin. Pada persalinan normal yang

berkaitan dengan passenger antara lain: janin bersikap fleksi

dimana kepala, tulang punggung, dan kaki berada dalam keadaan

fleksi, dan lengan bersilang di dada. Taksiran berat janin normal

adalah 2500-3500 gram dan DJJ normal yaitu 120-160x/menit

b) Plasenta

Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga

dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin.

c) Air ketuban

Merupakan elemen penting dalam proses persalinan. Air

ketuban dapat dijadikan acuan dalam menentukan

diagnose kesejahteraan janin (Sulistyawati, 2010:32).


3) Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar

panggul,vagina dan introitus vagina (lubang luar vagina). Meskipun

jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut

menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam

proses persalinan. Oleh karena itu, ukuran dan bentuk panggul harus

ditentukan sebelum persalinan dimulai.

4) Psikis ibu bersalin

Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang menyertai

kehidupan hampir setiap wanita. Pada umumnya persalinan dianggap hal

yang menakutkan karena disertai nyeri hebat, bahkan terkadang

menimbulkan kondisi fisik dan mental yang mengancam jiwa. Nyeri

merupakan fenomena yang subjektif, sehingga keluhan nyeri persalinan

setiap wanita tidak akan sama, bahkan pada wanita yang samapun tingkat

nyeri persalinannya tidak akan sama dengan nyeri persalinan yang

sebelumnya. Sehingga persiapan psikologis sangat penting dalam

menjalani persalinan. Jika seorang ibu sudah siap dan memahami proses

persalinan maka ibu akan mudah bekerjsama dengan petugas kesehatan

yang akan menolong persalinannya. Dalam proses persalinan normal,

pemeran utamanya adalah ibu yang disertai dengan perjuangan dan

upayanya. Sehingga ibu harus meyakini bahwa ia mampu menjalani proses

persalinan dengan lancar. Karena jika ibu sudah mempunyai keyakinan

positif maka keyakinan tersebut akan menjadi kekuatan yang sangat besar
saat berjuang mengeluarkan bayi. Sebaliknya, jika ibu tidak semangat atau

mengalami ketakutan yang berlebih maka akan membuat proses persalinan

menjadi sulit. Penolong persalinan Orang yang berperan sebagai penolong

persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas dalam

menolong persalinan, antara lain: dokter, bidan, perawat maternitas dan

petugas kesehatan yang mempunyai kompetensi dalam pertolongan

persalinan, menangani kegawataruratan serta melakukan rujukan jika

diperlukan. Petugas kesehatan yang memberi pertolongan persalinan dapat

menggunakan alat pelindung diri, serta melakukan cuci tangan untuk

mencegah terjadinya penularan infeksi dari pasien. Pemanfaatan

pertolongan persalinan oleh tenaga professional di masyara katmasih

sangat rendah dibandingkan dengan target yang diharapkan.

Pemilihanpenolong persalinan merupakan faktor yang menentukan

terlaksananya proses persalinan yang aman (Nurhapipa, 2015).


B. Konsep Dasar Nyeri Persalinan kala II

1. Pengertian Nyeri Persalinan

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Sedangkan nyeri

persalinan merupakan pengalaman subyektif tentang sensasi fisik yang terkait

dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin

selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan

darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot. (I.

Utami & Fitriahadi, 2019)

Nyeri persalinan merupakan rasa sakit yang ditimbulkan saat persalinan yang

berlangsung dimulai dari kala I sampai kala 3 persalinan. Nyeri persalinan juga

merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan

kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama

persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan

darahdenyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot.

Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi sebenarnya


telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi braxton hicks

akibat perubahan-perubahan dari hormon estrogen dan progesteron tetapi sifatnya

tidak teratur, tidak nyeri dan kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg, dan

kekuatan kontraksi braxton hicks ini akan menjadi kekuatan his dalam persalinan

dan sifatnya teratur. Kadang kala tampak keluarnya cairan ketuban yang biasanya

pecah menjelang pembukaan lengkap, tetapi dapat juga keluar sebelum proses

persalinan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan dapat berlangsung

dalam waktu 24 jam.(I. Utami & Fitriahadi, 2019).

Dalam persalinan, pijat juga membuat ibu merasa lebih dekat orang yang

merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli dan ingin menolong merupakan

sumber kekuatan saat ibu sakit, lelah, dan kuat. Banyak bagian tubuh ibu bersalin

dapat dipijat, seperti kepala, leher, punggung, dan tungkai. Saat memijat, pemijat

harus memperhatikan respon ibu, apakah tekanan yang diberikan sudah tepat.(I.

Utami & Fitriahadi, 2019)

2. Penyebab nyeri persalinan

Nyeri persalinan disebabkan oleh faktor fungsional,sedangkan sisanya 10%

disebabkan oleh faktor fisik.

a. Tiga faktor fungsional yang mendasari timbulnya nyeri persalinan,yaitu:

1) Relaksasi otot yang tidak sempurna Hal ini mungkin disebabkan karena

ibu hamil merasa takut atau tegang terhadap rasa nyeri yang mungkin

timbul selama bersalin.Sebenarnya uterus hanya  memiliki sedikit reseptor

nyeri sehingga kontraksi itu sendiri semestinya tidak menyebabkan

nyeri.Tetapi peregangan uterus itulah yang menyebabkan ketegangan

jaringan otot di sekitarnya(otot perut,punggung,dan daerah


panggul)sehingga secara tidak langsung  selagi bersalin akan menimbulkan

rasa nyeri.

2) Tehnik pernafasan yang tidak sempurna Ibu yang merasa takut dan cemas

akan bernafas cepat dan dangkal,sehingga bukan saja menyebabkan

turunnya kadar oksigen dalam uterus dan tubuh bayi (yang dapat

memperberat rasa nyeri ke seluruh otot rangka.Rasa nyeri bersalin

adakalanya dapat sedikit di kurangi dengan menarik nafas teratur.Tarikan

nafas yang lambat dan dalam biasanya sangat bermanfaat karena secara

alamiah dapat mengurangi ketegangan otot-otot sehingga secara tidak

langsung akan mengurangi rasa nyeri yang timbul.

3) Posisi tubuh ibu yang tidak tepat Beberapa posisi tubuh tertentu dapat

meningkatkan rasa nyeri,tetapi ada juga yang sebaliknya(dapat

mengurangi rasa nyeri).Kesalahan posisi ini disebabkan karena kurangnya

pengetahuan ibu atau tidak adanya bantuan dari tenaga penolong(dokter

atau bidan)untuk menentukan posisi yang tepat pada saat partus.

b. Faktot fisik,antara lain:

1) Posisi bayi(dalam kandungan)yang sulit

2) Ukuran tubuh bayi atau keluar nya bayi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2016).

3) Kondisi tertentu pada ibu,seperti tekanan darah tinggi,kesehatan yang

menurun,atau kelelahan

4) Perengangan(penipisan dan dilatasi) servik

Persepsi dan daya tahan(toleransi)terhadap rasa nyeri pada masing masing

perempuan tidaklah sama. Ada wanita yang mengalami rasa nyeri lebih

awal,tetapi ia sanggup menahannya dalam waktu lama.Ada pula yang


tidak merasakan nyeri pada awalnya,tetapi jika nyeri timbul,ia sanggup

menahan nyeri dalam waktu singkat.Tidak ada teori yang pasti mengenai

hal tersebut,tetapi idealnya ibu hamil sebaiknya jangan sampai merasakan

nyeri bersalin yang berkepanjangan,sehingga dapat melalui persalinannya

dengan baik.Pada umumnya rasa nyeri akan semakin dirasakan bila ibu

hamil dalam keadaan lelah,merasa takut,cemas,kesepian,atau kandung

kemih dalam keadaan penuh. Pada saat rasa nyeri  mulai timbul,ibu hamil

dapat menguranginya dengan mengambil posisi senyaman mungkin atau

adakalanya dokter memberi obat pereda nyeri.

3. Tanda dan gejala nyeri melahirkan

Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) tahun 2016

tanda dan gejala dari nyeri melahirkan sebagai berikut.

a. Tanda Mayor : mengeluh nyeri, perineum terasa tertekan, ekspresi wajah

meringis, berposisi meringankan nyeri, uterus teraba membulat.

b. Tanda Minor : mual, nafsu makan menurun/meningkat, tekanan darah

meningkat, frekuensi nadi meningkat, ketegangan otot meningkat, pola tidur

berubah, fungsi berkemih berubah, diaforesis, gangguan perilaku, perilaku

ekpresif, pupil dilatasi, muntah, fokus pada diri sendiri.

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri

melahirkan Menurut Manurung (2011), faktor – faktor yang mempengaruhi

responnyeri saat persalinan:

a. Usia

Usia dewasa menggambarkan kematangan dalam pola berfikir dan

bertindak. Respon fisiologis yang ditampilkan oleh ibu melahirkan tergantung

dari tingkat nyeri. Gambaran tersebut menyebabkan ada perbedaan


pemahaman nyeri selama bersalin. Ibu melahirkan di usia dewasa kadang

melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Ibu

melahirkan di usia muda akan mengungkapkan nyeri sebagai sensasi yang

sanagt menyakitkan di setiap fase persalinan.

b. Kultur

Orang belajar dari budaya nya, bagaimana seharusnya mereka berespon

terhadap nyeri misalnya suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri

akibat yang harus diterima sebagai seorang wanita. Wanita itu adalah orang

yang harus menjalani fisiologi reproduksinya sehingga wajar menerima

apapun yang terjadi selama hamil dan melahirkan.

c. Makna nyeri

Makna nyeri berhubungan dengan pengalaman seseorang terhadap nyeri

dan bagaimana mengatasinya. Jika riwayat persalinan ibu sebelumnya pernah

mengalami sensasi nyeri yang begitu tidak menyenangkan maka persalinan

saat ini, nyeri bisa dipersepsikan sebagaimana nyeri sebelumnya. Seseorang

yang pernah berhasil mengatasi nyeri di masa lampau, dan saat ini nyeri yang

sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya

seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam

mengatasi nyeri

d. Perhatian

Klien yang memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi

persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang

meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang

menurun.

e. Ansietas
Hubungan cemas dengan nyeri adalah hubungan timbal balik. Cemas

meningkatkan persepsi terhadapat nyeri dan nyeri bisa menyebabkan

seseorang cemas. Dampak dari cemas sendiri terhadap impuls syaraf

parasimpatis yang merangsang kelenjar adrenal bagian medulla mensekresi

hormone katekolamin. Katekolamin menyebabkan vasokontriksi vaskuler.

Sehingga sirkulasi menjadi terganggu dan asupan oksigen ke jaringan

berkurang menimbulkan sensasi nyeri semakin kuat.

f. Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan

sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang

mengatasi nyeri. Orang akan cenderung melukai dirinya dan menyalahkan

kondisi saat ini.

g. Support keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung kepada aggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.

Perhatian khusus dibutuhkan oleh seorang ibu disaat melahirkan untuk

menurunkan tingkat kecemasannya dan memenuhi kebutuhan fisik ibu.

5. Dampak nyeri persalinan

a. Mempengaruhi kontraksi uterus melalui sekresi kadar katekolamia yang

menaikkan aktivitas system saraf simpatis.

b. Perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernapasan dan akibatnya

memengaruhi lama persalinan.

c. Kecemasan dan kelelahan atau kekuatan (tenaga untuk mengejan) Ibu akan

habis saat persalinan. Nyeri merupakan yang dapat memicu stress dan stress

dapat memicu kejadian nyeri. Sehingga kejadian nyeri dapat memicu


kesejahteraan psikologis. Perawat harus memperhatikan hal – hal berikut

untuk mengetahui efek nyeri pada klien, menurut (Manurung, 2011):

1) Tanda dan gejala fisik, karena adanya nyeri yang dirasakan klien bisa

berpengaruh pada fungsi normal tubuh.

2) Efek tingkah laku, seperti respon verbal, gerakan tubuh, ekspresi wajah,

dan interaksi sosial.

3) Efek pada ADL, klien mengalami nyeri kurang mampu berpartisipasi

secara rutin dalam aktivitas sehari-hari

6. Penatalaksanaan nyeri

Mengatasi nyeri selama persalinan digunakan farmakologis yaitu dengan obat dan

cara nonfarmakologis atau tanpa obat.

a. Farmakologi adalah dengan pemberian obat-obatan analgesic yang bisa

disuntikkan, melalu infuse intra vena yaitu syaraf yang mengantar nyeri

selama persalinan. Tindakan farmakologis masih menimbulkan pertentangan

karena pemberian obat selama persalinan dapat menembus sawar

plasenta,sehingga dapat berefek pada aktivitas rahim. Efek obat yang

diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat secara langsung maupun tidak

langsung.

b. Nonfarmakologi, metode pengontrolan nyeri secara nonfarmakologi sangat

penting karena tidak membahayakan bagi ibu maupun janin,tidak

memperlambat persalinanjika diberikan control nyeri yang kuat, dan tidak

mempunyai efek alergi maupun efek obat.

1) Distraksi, memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri

merupakan mekanisme yang bertanggung jawab pada teknik kognitif

afektif lainnya.
2) Relaksasi, teknik untuk mencapai kondisi rileks, yaitu ketika seluruh

system saraf, organ tubuh, dan panca indra kita beristirahat untuk

melepaskan ketegangan yang ada. Cara yang paling umum digunakan

adalah kontrol pernapasan (tekhnik nafas dalam)

3) Pemijatan/masase, masase adalah bentuk stimulasi kulit yang digunakan

selama proses persalinan dalam menurunkan nyeri secara efektif.

4) Hipnoterapi, suatu proses sederhana agar diri kita berada pada kondisi

rileks

5) Imajinasi terbimbing, melibatkan wanita yang menggunakan imajinasi

untuk mengontrol dirinya. Hal ini dicapai dengan menciptakan bayangan

yang mengurangi keparahan nyeri.

6) Psiko profilaksis, melatif ibu agar mempunyai respon yang positif terhadap

persalinan sehingga nyeri saat melahirkan tidak menimbulkan hal-hal yang

mempersulit lahirnya bayi.

7) Akupresure, teknik nonfarmakologi dengan menggunakan teknik

penekanan, pemijatan, dan pengurutan sepanjang meridian tubuh atau garis

aliran energy. Teknik ini dapat menurunkan nyeri dan mengefektifkan

waktu persalinan (Ilmiah, 2015).ks, tenang dan terfokus guna mencapai

suatu hasil atau tujuan.

7. Pengukuran skala nyeri persalinan

Penilaian nyeri menggunakan skala penilaian Numeric Rating Scale (NRS)

lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, pasien

menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala ini efektif untuk digunakkan

saat mengkaji intesitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik.


Keterangan:

0 : Tidak nyeri

1- 3 : Nyeri ringan (secara objektif pasien mampu berkomunikasi

dengan baik)

4 - 6 : Nyeri sedang secara objektif pasien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dan dapat

mengikuti perintah dengan baik

7- 9 : Nyeri berat secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan dapat menunjukan lokasi

nyeri, dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi

napas panjang dan distraksi.

10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memu
BAB

Anda mungkin juga menyukai