Pembimbing Klinik
Ruang VK RSUD Raden Mattaher :
Rozita, SST
Disusun Oleh:
Tialawati Sirait
(PO71202220058)
4. Tahap-Tahap Persalinan
a. Kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan
his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien
masih dapat berjalan-jalan. (Manuaba, 2010). Kala I persalinan terdiri
dari dua fase, yaitu:
Fase laten dalam kala I persalinan
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap.
Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
Fase aktif dalam kala I persalinan
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan terus meningkat
secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih).
Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau
10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm.
Terjadi penurunan bagian terbawah janin
Gangguan yang mungkin terjadi selama kala I
persalinan:
1) Ketuban pecah dini atau lama
2) Risiko terjadinya infeksi
3) Perdarahan pervaginam
4) Plasenta previa
b. Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi (Kurniawati dkk, 2009).Tanda
dan gejala kala II persalinan, yaitu sebagai berikut:
Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau
vaginanya
Perineum terlihat menonjol
Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Lamanya kala II (sejak pembukaan lengkap sampai lahir), rata-
rata berlangsung 50 menit untuk primigravida dan 30 menit pada
multigravida, tetapi hal ini dapat sangat bervariasi (Manuaba, 2010).
Kemampuan ibu untuk menggunakan otot-otot abdomennya dan posisi
bagian presentasi berpengaruh pada durasi kala II. Beberapa proses
kala II persalinan yaitu:
1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100
detik.
2) Menjelang akhir kala I ketuban pecah dan ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan karena tertekannya pleksus Frankenhauser.
4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput bertindak
sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,
hidung dan muka, dan kepala seluruhnya.
5) Kepala lahir seluruhnya diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala terhadap punggung.
6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput dan di bawah dagu,
ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam
ke atas untuk melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir
ketika dikait untuk melahirkan sisa badan, bayi lahir diikuti oleh sisa
air ketuban (Manuaba, 2010).
Gangguan yang mungkin terjadi pada kala II persalinan:
1) Distosia Bahu, kesulitan melahirkan bahu setelah kepala lahir.
2) Ruptura Uteri, robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau
persalinan dimana umur kehamilan > 28 minggu.
3) Atonia Uteri, kegagalan miometrium untuk berkontraksi sehingga
uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek, tidak
mampu menjalankan fungsi, oklusi pembuluh darah.
4) Laserasi Jalan Lahir, diskontinuitas jaringan tubuh (dengan segala
akibatnya) yang disebabkan oleh trauma proses persalinan atau
tindakan yang diterapkan, yang terjadi pada serviks, vagina, vulva
dan perineum.
5) Terjadinya syok, tanda dan gejala yaitu nadi cepat, lemah (110 kali/
menit atau lebih), tekanan darah rendah (sistolik kurang dari 90
mmHg), pucat pasi, berkeringat dingin, kulit lembab, napas cepat
(lebih dari 30 kali/menit), cemas, tidak sadar, produksi urine sedikit
(kurang dari 30 ml/ jam).
c. Kala III
Kala III adalah dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada saat
plasenta seluruhnya sudah dilahirkan. Pada kala III, otot uterus
(miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat
perlekatan menjadi semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah
uterus atau ke dalam vagina.
Pengawasan pada kala pelepasan dan pengeluaran ini cukup
penting, karena kelalaian dapat menyebabkan risiko perdarahan yang
dpaat membawa kematian. Kala ini berlangsung mulai dari bayi lahir
sampai uri keluar lengkap. Kala III terdiri dari 2 fase yaiu fase pelepasan
uri dan fase pengeluaran uri. Dalam waktu 1-5 menit seluruh plasenta
terlepas, terdorong kedalam vagiba dan akan lahir spontan atau dengan
sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran
plasenta bisertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200cc.
Gangguan yang mungkin terjadiadalah perdarahan post partum. Hal-
hal yang menyebabkan perdarahan post partum ialah:
Atonia uteri
Retensio plasenta
Inversio Plasenta
d. Kala IV
Kala IV (observasi) dimaksudkan untuk melakukan observasi
karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya syok hipovolemia pada ibu
yang dapat mengancam jiwa. Persalinan kala empat dimulai setelah
lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu. Observasi dilakukan
untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang
dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-
tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan
terjadinya pendarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc. Adapun 7 pokok penting yang
harus diperhatikan pada persalinan kala IV, diantaranya adalah:
1) Kontraksi uterus harus baik
2) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
3) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
4) Kandung kencing harus kosong
5) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
6) Resume keadaan umum bayi meliputi Appearance, Pulse, Grimace,
Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks,
tonus otot/keaktifan, dan pernapasan)
7) Resume keadaan umum ibu
Gangguan-gangguan yang mungkin muncul pada kala IV persalinan:
Laserasi jalan lahir
Robekan serviks
Perdarahan post partum
Gambar 2.4 Gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi
luar (Prawirohardjo,2009)
6. Putaran Paksi Luar (External Rotation)
Ialah berputarnya kepala menyesuaikan kembali dengan sumbu badan
(arahnya sesuai dengan punggung bayi) (Prawirohardjo,2009).
Gambar 2.5 Gerakan kepala janin putaran paksi luar (Prawirohardjo,2009)
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah
punggung anak untuk menghilangka torsi pada leher yangt terjadi karena
putaran paksi dalam. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang
kepala berhadapan dengan tuber ischiadhikum. Gerakan ini disebabkan
karena ukuran bahu(diameter bisacromial) menempatkan diri dalam
diameter antroposterior dari pintu bawah panggul. (Prawirohardjo,2009)
7. Expulsi : lahirnya seluruh badan bayi.
6. Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan
bayinya serta kenyamanan fisik ibu bersalin, meliputi pemeriksaan abdomen
dan pemeriksaan dalam.
a. Pemeriksaan abdomen digunakan untuk:
- Menentukan tinggi fundus uterus
- Memantau kontraksi usus
- Memantau denyut jantung janin
- Menentukan presentasi
- Menentukan penurunan bagian terbawah janin
b. Pemeriksaan dalam diperlukan untuk menilai:
- Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit,
serta melihat keadaan dan pembukaan serviks
- Kapasitas panggul
- Ada atau tidak adanya penghalang (tumor) pada jalan lahir
- Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpamanya
bartholmitis, urethritis, sistitis, dan sebagainya.
- Pecah tidaknya ketuban
- Presentasi kepada janin
- Turunnya kepala dalam ruang panggul
- Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
- Apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus telah
berlangsung (Prawirohardjo, 2006).
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun
adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
b. Pemeriksaan urin gula
Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic.
c. Pemeriksaan darah
2) Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan
gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
3) Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar
DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
4) Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi
frekuensi jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi
kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama
sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus
pada saat yang sama.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Persalinan Kala I
1. Berikan dukungan dan suasana yang menyenangkan bagi parturien
2. Berikan informasi mengenai jalannya proses persalinan kepada
parturien dan pendampingnya.
3. Pengamatan kesehatan janin selama persalinan
Pada kasus persalinan resiko rendah, pada kala I DJJ diperiksa setiap
30 menit dan pada kala II setiap 15 menit setelah berakhirnya kontraksi
uterus ( his ).
Pada kasus persalinan resiko tinggi, pada kala I DJJ diperiksa dengan
frekuensi yang lbih sering (setiap 15 menit ) dan pada kala II setiap 5
menit.
4. Pengamatan kontraksi uterus
Meskipun dapat ditentukan dengan menggunakan kardiotokografi, namun
penilaian kualitas his dapat pula dilakukan secara manual dengan
telapak tangan penolong persalinan yang diletakkan diatas abdomen
(uterus) parturien.
5. Tanda vital ibu
Suhu tubuh, nadi dan tekanan darah dinilai setiap 4 jam.
Bila selaput ketuban sudah pecah dan suhu tubuh sekitar 37.50 C
(“borderline”) maka pemeriksaan suhu tubuh dilakukan setiap jam.
Bila ketuban pecah lebih dari 18 jam, berikan antibiotika profilaksis.
6. Pemeriksaan VT berikut
Pada kala I keperluan dalam menilai status servik, stasion dan posisi
bagian terendah janin sangat bervariasi.
Umumnya pemeriksaan dalam (VT) untuk menilai kemajuan
persalinan dilakukan tiap 4 jam.
Indikasi pemeriksaan dalam diluar waktu yang rutin diatas adalah:
a. Menentukan fase persalinan.
b. Saat ketuban pecah dengan bagian terendah janin masih belum masuk
pintu atas panggul.
c. Ibu merasa ingin meneran.
d. Detak jantung janin mendadak menjadi buruk (< 120 atau > 160 dpm).
7. Makanan oral
Sebaiknya pasien tidak mengkonsumsi makanan padat selama
persalinan fase aktif dan kala II. Pengosongan lambung saat persalinan
aktif berlangsung sangat lambat.
Penyerapan obat peroral berlangsung lambat sehingga terdapat bahaya
aspirasi saat parturien muntah.
Pada saat persalinan aktif, pasien masih diperkenankan untuk
mengkonsumsi makanan cair.
8. Cairan intravena dengan keuntungan pemberian selama inpartu, yaitu:
Bilamana pada kala III dibutuhkan pemberian oksitosin profilaksis pada
kasus atonia uteri.
Pemberian cairan glukosa, natrium dan air dengan jumlah 60–120 ml per
jam dapat mencegah terjadinya dehidrasi dan asidosis pada ibu.
9. Posisi ibu selama persalinan
Pasien diberikan kebebasan sepenuhnya untuk memilih posisi yang
paling nyaman bagi dirinya.
Berjalan pada saat inpartu tidak selalu merupakan kontraindikasi.
10. Analgesia
Kebutuhan analgesia selama persalinan tergantung atas permintaan
pasien.
11. Lengkapi partogram
Keadaan umum parturien ( tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan ).
Pengamatan frekuensi – durasi – intensitas his.
Pemberian cairan intravena.
Pemberian obat-obatan.
12. Amniotomi
Bila selaput ketuban masih utuh, meskipun pada persalinan yang
diperkirakan normal terdapat kecenderungan kuat pada diri dokter yang
bekerja di beberapa pusat kesehatan untuk melakukan amniotomi
dengan alasan:
Persalinan akan berlangsung lebih cepat.
Deteksi dini keadaan air ketuban yang bercampur mekonium ( yang
merupakan indikasi adanya gawat janin ) berlangsung lebih cepat.
Kesempatan untuk melakukan pemasangan elektrode pada kulit kepala
janin dan prosedur pengukuran tekanan intrauterin.
Namun harus dingat bahwa tindakan amniotomi dini memerlukan
observasi yang teramat ketat sehingga tidak layak dilakukan sebagai
tindakan rutin.
13. Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih selama persalinan harus dihindari oleh karena
dapat:
Menghambat penurunan kepala janin
Menyebabkan hipotonia dan infeksi kandung kemih
Persalinan pervaginam mengalami komplikasi retensio urinae ( 1 :
200 persalinan ).
Faktor resiko terjadinya retensio urinae pasca persalinan adalah
persalinan pervaginam operatif dan pemberian analgesia regional
2.Pengkajian Kala II
Pada Ibu
a. Aktivitas/istirahat
Melaporkan kelelahan
Melaporkan ketidak mampuan dorongan sendiri/terelaksasi
Lingkaran hitam diatas mata.
b. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat (5-10 mmHg)
c. Integritas ego
Dapat merasa kehilangan control/sebaliknya
d. Eliminasi
Keinginan untuk defikasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih.
e. Nyeri/ketidak nyamanan.
Dapat merintih/menangis selama kontraksi
Melaporkan rasaterbakar/meregang pada perineum
Kaki dapatbergetarselama upaya mendorong. Kontraksi kuat terjadi
dalam 1.5- 2 menit
f. Pernafasaan
Peningkatan frekwensi pernafaasan
g. Seksualitas
Servik dilatasi penuh(10 cm)
Peningkatan pendarahan pervaginam
Membrane mungkin rupture bila masih utuh
Peningkatan pengeluaran cairan amnion selam kontraksi
Pada Bayi Baru Lahir (BBL)
a. Penilaian APGAR meliputi pernapasan, frekuensi jantung, warna kulit,
tonus otot, dan refleks.
b. Pengukuran Antropometri, meliputi Berat badan, panjang badan,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas, dan lingkar perut.
c. Pengukuran suhu tubuh
d. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala dan Wajah :
Kepala :
Inspeksi : bentuk kepala, keadaan fontanel, apakah ada
molase, caput succadenum dan chepal hematoma,
perdarahan atau kelainan lainnya.
Palpasi: Sutura kepala, benjolan pada kepala, pemeriksaan
lingkar kepala bayi
Mata :
Inspeksi : reaksi pupil, sclera, konjungtiva, gerakan mata
bayi, tidak ada kotoran/sekret
Mulut :
Inspeksi : bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada bagian
yang terbelah, lidahnya rata dan simetris
Palpasi : adanya refleks isap, menelan, dan rooting
2) Tubuh :
Inspeksi kulit: adanya veniks kaseosa, milia (bintik keputihan
yang khas terlihat pada hidung , dahi, dan pipi), lanugo (rambut
halus yang melapisi janin), deskuamasi (pelepasan kulit yang
secara normal terjadi selama 2-4 minggu pertama kehidupan),
eritema toksikum (alergi kemerahan yang terlihat sebagai
bercak-bercak kemerahan pada kulit bayi normal), warna
keseluruhan tubuh bayi (merah muda, kebiruan, atau ikterik)
3) Dada :
Inspeksi : gerakan dinding dada, frekuensi pernapasan
Palpasi : ukur lingkar dada
Auskultasi : bunyi napas dan bunyi jantung
4) Abdomen :
Inspeksi : bentuk perut bayi, tali pusat bayi (tidak ada
perdarahan, pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada
tali pusat atau kemerahan sekitar tali pusat)
Palpasi : Benjolan, pembengkakan, ukur lingkar perut
5) Genetalia dan anus :
Inspeksi : Periksa jenis kelamin, raba alat kelamin luar (pada
perempuan kadang terlihat cairan vagina berwarna putih atau
kemerahan dan pada laki-laki terdapat lubang pada ujung penis),
adanya lubang anus pada bayi, periksa adanya mekonium.
Palpasi : teraba testis di skrotum
6) Ekstremitas :
Inspeksi : Periksa adanya refleks moro, graps, bentuk kaki
simetris, dan jumlah jari pada kaki.
Palpasi : Pengukuran lingkar lengan atas
4. Pengkajian Kala IV
Pengkajian yang dilakukan pada tahap kala IV, antara lain :
a. Aktivitas / Istirahat
Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk
b. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat (50 - 70x / menit) karena hipersensitivitas vagal
TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap
analgesia / anastesia, atau meningkat pada respon terhadap
pemeriksaan oksitosin atau hipertensi karena kehamilan
Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas
bawah), atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau
mungkin umum (tanda hipertensi pada kehamilan)
Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 -
500 ml untuk kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk kelahiran
sesaria
c. Integritas Ego
Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misal :
eksitasi atau perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak
berminat (kelelahan), atau kecewa
Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku
intrapartum atau kehilangan kontrol, dapat mengekspresikan rasa
takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada
neonatal.
d. Eliminasi
Hemoroid sering ada dan menonjol
Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau kateter
urinarius mungkin dipasang
Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat
aliran urinarius dan atau cairan IV diberikan selama persalinan dan
kelahiran.
e. Makanan / Cairan
Dapat mengeluh haus, lapar, mual
f. Neurosensori
Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya dan menetapnya
hipertensi, khususnya pada pasien dengan diabetes mellitus, remaja,
atau pasien primipara)
g. Nyeri /Ketidaknyamanan
Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya
setelah nyeri, trauma jaringan/perbaikan episiotomi, kandung kemih
penuh, atau perasaan dingin/otot tremor dengan “menggigil”
h. Keamanan
Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)
Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan merapat
i. Seksualitas
Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilikus
Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap
dengan hanya beberapa bekuan kecil
Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
Payudara lunak dengan puting tegang
j. Penyuluhan / Pembelajaran
Catat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah
k. Pemeriksaan Diagnostik
Hemoglobin / Hematokrit (Hb/Ht), jumlah darah lengkap, urinalisis.
Pemeriksaan lain mungkin dilakukan sesuai indikasi dari temuan fisik.
Diagnosa Keperawatan
Nyeri melahirkan (D.0079) b.d kontraksi uterus dibuktikan
dengan mengeluh nyeri
Ansietas (D.0080) b.d krisis situasional dibuktikan dengan
tampak gelisah dan tampak bingung
Keletihan (D.0057) b.d kondisi fisiologis (kehamilan)
dibuktikan dengan mengeluh lelah dan kurang tenaga
Defisit pengetahuan (0111) b.d kurang terpapar
informasi dibuktikan dengan menanyakan masalah yang
dihadapi
Resiko Infeksi (0142) b.d kerusakan integritas
kulit/jaringan (robekan jalan lahir)
Intervensi Keperawatan
No Tgl/ Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional
wkt SLKI (SIKI)
saat
cemas
3. Melatih
pasien
untuk aktif
3 Keletihan Setelah dilakukan Manajemen Energi Observasi
(D.0057) b.d tindakan 3x24 jam (I. 05178) 1. Mengetahui
kondisi diharapkan teratasi a. Observasi kondisi fisik
fisiologis dengan kriteria hasil: 1. Observasi ibu
(persalinan) Tingkat Keletihan Kelelahan fisik 2. Mengetahui
dibuktikan (L.14137) dan emosional bagaimana
dengan 2. Monitor pola dan pola tidur
Indicator A T
mengeluh jam tidur ibu
lelah Gelisah
Gangguan 3. Identifikasi 3. Untuk
gangguan tubuh meminimalk
dan kurang konsentra
yang an resiko
tenaga si
mengakibatkan kelelahan
Frekuensi kelelahan Terapeutik
nafas
Keterangan: b. Terapeutik 1. Supaya ibu
1.meningkat 1. Berikan tidak tegang
2.cukup aktivitas 2. Untuk
meningkat distraksi untuk meregangka
3.sedang merilekskan n otot
4. cukup menurun 2. Fasilitasi supaya
5. menurun duduk disisi tidak kaku
tempat tidur, Edukasi
jika tidak dapat 1. Melatih otot
berpinfdah supaya tidak
atau berjalan kaku
c. Edukasi 2. Untuk
1. Anjurkan membant
melakukan u
aktivitas fisik kebutuhan
secara atau
bertahap keperluan
2. Anjurkan ibu
menghubungi
perawat jika
tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
4 Defisit Setelah dilakukan Edukasi Observasi
pengetahua tindakan 3x24 jam 1. Supaya
n (0111) b.d diharapkan Kesehatan (I.04152) tidak
kurang teratasi a. Observasi menggang
terpapar dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi gu
informasi Tingkat tanda identifikasi kenyamana
dibuktikan Pengetahuan kemampuan n ibu
dengan (L.04034) menerima sehingga
menanyakan Indicator A T informasi mampu
masalah Perseps b. Terapeutik menerima
yang i yang 1. Sediakan materi informasi
dihadapi keliru dengan
2. Jadwalkan penkes
terhada baik
sesuai
p Terapeutik
kesepakatan
masalah 3. Berikan 1. Supaya ibu
Pertanya lebih
kesempatan untuk
an jelas dalam
bertanya
mengena menerima
Edukasi
i yang informasi
1. Jelaskan faktor
dialami resiko yang dapat 2. Menyesuai
mempengaruhi kan waktu
Kemampu
kesehatan senyaman
an
2. Edukasi perilaku ibu
menggam
barkan hidup bersih dan 3. Supaya ibu
pengalam sehat menjadi
an
sebelumny
a paham
Keterangan: Edukasi
1.meningkat 1. Untuk
2.cukup meminimal
meningkat kan resiko
3.sedang yang
4. cukup menurun menurunka
5. menurun n pada ibu
2. Supaya
terhindar
dari kuman
dan virus
sehingga
ibu
harus
hidup
bersih
5 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi Observasi
Infeksi tindakan 3x24 jam (I. 14539) 1. Mengetah
(D.0142) b.d diharapkan nyeri a.Observasi ui
kerusakan teratasi 1. Monitor tanda
integritas gejala infeksi local tanda
kulit/jaringan dengan kriteria hasil: dan sistemik gejala
(robekan Tingkat Infeksi b. Terapeutik infeksi
jalan lahir) (L.14137) 1. Berikan perawatan yang
Indicator A T area kulit/jaringan muncul
Nyeri 2. Pertahankan teknik Terapeutik
Bengkak aseptic pada 1. Menguran
pasien beresiko gi resiko
Cairan tinggi kerusakan
berbau c.Edukasi kulit
busuk 1.Jelaskan dan
Kemeraha tanda gejala infeksi supaya
n 2.Ajarkan cara cuci tidak
Keterangan: tangan yang benar kering
1.meningkat 3.Ajarkan 2. Meminima
2.cukup meningkat cara lkan
3.sedang personal hygine dan kerusakan
4. cukup menurun cara memeriksa jaringan
5. menurun kondisi luka dan
terjadinya
infeksi
Edukasi
1. Supaya
pasien
dan
keluarga
mengetah
u I tanda
gejala
infeksi
2. Meminima
lkan
bakteri
atau
virus
3. Supaya
selalu
bersih
atau
terhindar
dari
bakteri
dan virus,
dan
melihat
kondisi
luka
apabila
terjadi
supaya
tidak
infeksi
A. Konsep Medis Bayi Baru Lahir
1. Definisi
Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja
mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011).
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0 - 28 hari (Mega, 2020).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Manuaba, 2012).
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37- 42
mingguatau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram,
bayi baru lahir (newborn atau neonatus) adalah bayi yang baru di lahirkan sampai
dengan usia empat minggu (Deasy, kk., 2020).
Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37-42 minggu, berat
badan 2500-4000 gram, panjang lahir 48-52 cm. lingkar dada 30-38 cm, lingkar
kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120- 160 kali
permenit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup,
rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku
agak panjang dan lemas, nilai Appearance Pulse Grimace Activity Respiration
(APGAR) >7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, genetalia pada laki-laki
kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang
berlubang sedangkan genetalia pada perempuan kematangan ditandai dengan
labia mayora menutupi labia minora, refleks rooting susu terbentuk dengan baik,
refleks sucking sudah terbentuk dengan baik (Armini, 2017).
6. Patofisiologi
Adaptasi fisiologis Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi :
• Sistem pernafasan
Masa alveoli akan kolaps dan paru- paru kaku. Pernafasan pada
neonatus biasanya pernafasan diafragma dan abnominal.
Sedangkan respirasi setelah beberapa saat kelahiran yaitu 30 -60
x/menit.
• Jantung dan sirkulasi darah
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat.
Dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru
mengecil dan darah mengalir ke paru-paru. Dengan demikian
duktus botali tidak berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup.
Penutupan foramen ovale terjadi karena pemotongan tali pusat
• Saluran pencernaan
Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan
dalam 24 jam pertama.
• Hepar
Fungsi hepar janin dalam kandungan setelah lahir dalam keadaan
imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan
ketidakseimbangan hepar untuk menindakan bekas penghancuran
darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada
neonatus, misalnya enzim UDPGT (Urin Difosfat Glukoronide
Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrigerase)
yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga
neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis
• Metabolisme
Pada jam -jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil
metabolisme lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai
120 mg/100 ml.
• Produksi panas
Pada neonatus yang mengalami hipotermi, bayi mengadakan
penyesuaian suhu terutama dengan NST (Non Sheviring
Thermogenesis) yaitu dengan pembakaran "brown fat" (lemak
coklat) yang memberikan lebih banyak energi daripada lemak
biasa.
• Kelenjar endokrin
Kelenjar tiroid yang sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan
mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum akhir.
• Keseimbangan air dan ginjal
Tubuh bayi mengandung banyak air dan kadar natrium relatif lebih
besar daripada kalium
• Susunan saraf
Gerakan menelan pada janin, sehingga janin yang dilahirkan diatas
32 Minggu dapat hirup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan
maka janin amat sensitif terhadap cahaya
• Imunologi
Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan asi
• Sistem integumen
• Sistem hematopoiesis
• Sistem skeletal
Saat baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki.
Ekstremitas harus simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki,
garis-garis yg telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup
bulan. (Armini, 2017).
7. Pathway
Persalinan
Peningkatan
metabolise
Daya tahan Jaringan lemak tubuh ASI ibu kurang baik
tubuh rendah subkutan tipis
Peningkatan
kebutuhan O2
Risiko infeksi Pemaparan dengan Menyusui tidak
D.0141 suhu luar efektif D.0029
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif D.0001
Risiko hipotermia
D.0140
8. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Di Kamar Bersalin
1. Menilai adaptasi
a. Penilaian Awal
Begitu bayi lahir, langsung dikaji dengan cepat 3 hal dari Skor APGAR:
• Warna Kulit: Apakah warna kulit bayi merah muda? Atau pucat/biru?
Jika penilaian awal didapatkan hasil buruk (kulit biru, bayi lemas, tidak
menangis) maka segera dilakukan tindakan resusitasi
b. Penilaian APGAR Score
Dilakukan pada 1 menit, 5 menit dan 10 menit setelah lahir.
NB: APGAR Score TIDAK digunakan untuk mendiagnosa asfiksia atau
memulai resusitasi. Pengukuran pada menit pertama, kelima dan
kesepuluh hanya dicantumkan sebagai penilaian keberhasilan
resusitasi dan ada peningkatan Skor APGAR. Diagnosa Asfiksia
dibuat dari penilaian 3 hal (di poin a)
• Seksualitas
Genitalia wanita : Labia vagina agak kemerahan atau edema,tanda
vagina/hymen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma)atau rabas
berdarah sedikit (pseudo menstruasi) mungkin ada.
Genitalia pria :Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa
terjadi(lubang prepusium sempit, mencegah retraksi foreksim ke glan).
3. Bersihan Jalan Nafas Setelah Dilakukan Pemantauan Respirasi (I. Mengumpulkan Dan
Tidak Efektif Tindakan Keperawatan 01014) Observasi Menganalisis Data
Berhubungan Dengan 3x 24 Jam, Diharapkan Monitor Frekuensi, Irama, Untuk Memastikan
Spasme Jalan Nafas : Kedalaman Dan Upaya Kepatenan Jalan
(D.0001) 1. Sianosis Menurun Napas Napas Dan
2. Frekuensi Monitor Pola Napas ( Seperti Keefektifan
Nafas Membaik Bradipnea, Takipnea, Pertukaran Gas
3. Pola Hiperventilasi, Kusmaul,
Nafas Cheyne-Stokes, Biot, Ataksik)
Membaik Monitor Adanya Sumbatan
(Bersihan Jalan Jalan Napas
Nafas (L. 01001) Auskultasi Bunyi Napas
Monitor Saturasi Oksigen
Terapeutik
Atur Interval Pemantauan
Respirasi Sesuai Kondisi
Pasien
Dokumentasikan Hasil
Pemantauan
Eduakasi
Jelaskan Tujuan Dan
Prosedur Pemantauan
Informasikan Hasil Pemantauan,
Jika Perlu
Asri, D.H dan Cristine C.P. 2013. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta: EGC.
Hidayat, A. A. 2014. Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data.
Jakarta: Salemba Medika.
Manurung, S. 2011. Buku ajar keperawatan maternitas asuham keperawatan
intranatal. Jakarta: Trans Info Media.
NANDA Intl. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2002-2014.
Jakarta: EGC.
Norma Nita, Dwi Mustika. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Nurarif, A.H., Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
Mediaction Publishing.
Potter, Perry. 2010. Fundamental of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi
7. Vol. 3. Jakarta: EGC.
Rohani, dkk. 2011. Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta:
Salemba Medik.
Saifudin Abdul Bari. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatus. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo.
Sukarni, I dan Wahyu, P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas,
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sulistyawati A & Nugraheny E. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika.
Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin: Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta: Fitramaya.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.
Armini, N.W., Sriasih, NG.K., dan Marhaeni, G.A. 2017, Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Deasy, dkk (2020).Ilmu kuliah : Ilmu kesehatan Anak. Medan : Yayasan kita menulis
Dewi, M. P., & Mahmudah, M. (2011). Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Pentingnya Kolostrum Bagi Bayi Baru Lahir Di RB Rahayu Tawangmangu
Karanganyar. Maternal, 4(04).
https://ejurnal.stikesmhk.ac.id/index.php/maternal/article/view/140
Indrayani, T., & Fatimah, S. K. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu, Sikap Ibu Dan
Media Informasi Dalam pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari Pada bayi
baru lahir di BPM Hj. Darmis syaiful Jakarta Timur. Dinamika Kesehatan:
Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 9(1), 195-204.
https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id/index.php/dksm/article/
Lissauer. (2013). Perawatan tali pusat kering pada bayi.
http:Kesehatan RI/2013/12/ infeksi-tali-pusat.html.
Manuaba, I.B.G. 2012, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Mega Cahyani, P. N. L. S., Yuni Gumala, S. K. M., Made, N., Suarjana, S. K. M., &
Made, I. (2020). Hubungan Konsumsi PUFA Dengan Status Gizi Dan Lingkar
Kepala Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Yayasan Bumi Sehat (Doctoral
dissertation, Jurusan Gizi).
Ni Wayan Metriani, N. W. (2021). Gambaran Kejadian Infeksi Bayi Baru Lahir Di
Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar
Tahun 2020 (Doctoral dissertation, Jurusan Kebidanan 2021).
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Rahardjo, K., Marmi. 2015. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Walyani ES dan Purwoastuti E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.