Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU BERSALIN


DENGAN PERSALINAN NORMAL

Nama Kelompok :
Devira Siswoyo (2134005)
Indrayati (2134006)
Intan Rizki Andini (2134007)
Septa Viana (2134010)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN


TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU BERSALIN
DENGAN PERSALINAN NORMAL

A. Definisi
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari
dalam uterus (rahim) melalui jalan lahir. Saat persalinan terjadi proses
membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Persalinan yang normal terjadi pada umur kehamilan cukup bulan (37-42
minggu) (Bobak, 2012; Sukarni & Wahyu, 2013). Menurut Rohani et al
(2011) persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta,
dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan
frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur.

B. Tanda dan Gejala Persalinan


1. Perasaan Distensi Berkurang (Lightening)
Lightening yang mulai dirasa kira-kira dua minggu seelum persalinan,
adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis minor
(Varney, 2007).
2. Perubahan serviks
Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas
Braxton hiks. Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-
beda sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan
kesiapan untuk persalinan. Setelah menentukan kematangan serviks,
bidan dapat meyakinkan ibu bahwa ia akan berlanjut ke proses
persalinan begitu muncul kontraksi persalinan dan bahwa waktunya
sudah dekat (Asri dkk, 2013).
3. Persalinan palsu Kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang member
pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu
sebenarnya sebenarnya timbul akibat kontraksi Beaxton hicks yang
tidak nyeri, yang telah terjadi sekitar enam minggu kehamilan
(Varney, 2007).
4. Ketuban pecah
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan.
Apabila terjadi sebelum awitan persalian, disebut ketuban pecah dini
(KPD). Kurang lebih 80% wanita yang mendekati usia kehamilan
cukup bulan dan mengalai KPD mulai mengalami persalinan spontan
mereka dalam waktu 24 jam (Asri dkk, 2013).
5. Blood show
Plak lender disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir
serviks pada awak kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dan
menutup jalan lahir selama kehamilan. Pengeluaran plak inilah yang
dimaksud sebagai bloody show. Blody show paling sering terlihat
sebagai rabas lender bercampur darah yang lengket dan harus
dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni. Ketika melihat rabas
tersebut, wanita seringkali berfikir bahwa ia melihat tanda persalinan.
Kadang-kadang seluruh plak lendir dikeluarkan dalam bentuk masa.
Plak yang keluar pada saat persalinan berlangsung dan terlihat pada
vagina seringkali disangka tali pusat yang lepas. Blody show
merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24
sampai 48 jam (Asri, 2013).
6. Lonjakan energi
Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai 48
jam sebelum awitan persalinan. Setelah beberapa hari dan minggu
merasa letih secara fisik dan lelah secara hamil, mereka terjaga pada
suatu hari dan menemukan diri mereka bertenaga penuh. Para wanita
ini merasa enerjik melakukan sebelum kedatangan bayi, selama
beberapa jam sehingga mereka semangat melakukan berbagai
aktivitas yang sebelumnya tidak mampu mereka lakukan, akibatnya
mereka memasuki masa persalinan dalam keadaan letih.
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaskan selain bahwa
hal tersebut terjadi alamiyah, yang memungkinkan wanita tersebut
memperoleh energi yang diperlukan untuk menjalani persalinan.
Wanita tersebut harus di beri informasi tentang kemungkinan lonjakan
energi ini dan diarahkan untuk menahan diri menggunakannya dan
menghematnya untuk persalinan (Asri, 2013).

C. Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Persalinan


Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan
kelahiran. Faktor-faktor tersebut dikenal dengan lima P: passenger
(penumpang, yaitu janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), powers
(kekuatan), position (posisi ibu), dan psychologic respons (respon psikologis)
(Bobak, 2012).
1. Passanger (Penumpang)
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak,
sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan
lahir, maka plasenta dianggap juga sebagai bagian dari passenger yang
menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses
persalinan pada kehamilan normal (Sumarah et al, 2009).
2. Passageway (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-lapisan
otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi meskipun itu
jaringan lunak, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses
persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan
lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul
perlu diperhatikan sebelum persalinan dimulai (Sumarah et al, 2009).
3. Power (Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-oto perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen.
Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his yaitu
kontraksi otot-otot rahim, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya
adalah tenaga meneran ibu (Rohani et al.2011).
4. Position (Posisi Ibu)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Menurut Melzack, dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012) mengubah
posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan
memperbaiki sirkulasi. Posisi yang baik dalam persalinan yaitu posisi
tegak yang meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok.
Posisi tegak dapat memberikan sejumlah keuntungan, hal itu
dikarenakan posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu
penurunan janin, dapat mengurangi insiden penekanan tali pusat,
mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah
kompresi pembuluh darah serta posisi tegak dapat membuat kerja
otot-otot abdomen lebih sinkron (saling menguatkan) dengan rahim
saat ibu mengedan (Bobak, 2012).
5. Psychologic Respons (Psikologis)
Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya dorongan
positif, persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan strategi
adaptasi/coping (Sukarni & Wahyu, 2013). Psikologis adalah bagian
yang krusial saat persalinan, ditandai dengan cemas atau menurunnya
kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi nyeri persalinan.
Respon fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu yaitu
dikeluarkannya hormon katekolamin. Hormon tersebut menghambat
kontraksi uterus dan aliran darah plasenta (Manurung, 2011). Faktor
psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: Melibatkan
psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual; Pengalaman
melahirkan bayi sebelumnya; Kebiasaan adat; Dukungan dari orang
terdekat pada kehidupan ibu (Rohani et al, 2011).

D. Tahap-Tahap Persalinan
Tahap-tahap persalinan dibagi menjadi empat yaitu:
1. Kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak awal kontraksi uterus yang teratur
dan meningkat (frekueni, intensitas dan durasi) hingga servik menipis
dan membuka lengkap (10 cm). Kala I terdiri dari atas dua fase, yaitu
fase inisial (laten) dan fase aktif. Fase laten berlangsung hingga
serviks membuka kurang dari 4 cm dan fase aktif dari pembukaan 4
cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm. face aktif dibagi
dalam tiga fase lagi, yakni: fase akselerasi yaitu pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm dalam waktu 2 jam; fase dilatasi maksimal yaitu
pembukaan 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam; dan fase
deselerasi yaitu pembukaan lambat kembali, dari pembukaan 9 cm
sampai pembukaan lengkap (10 cm) dalam waktu 2 jam. Fasefase
tersebut dijumpai pada primigravida, sedangkan dalam multigravida
juga terjadi fase tersebut, akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase
deselerasi lebih pendek (Sukarni & Wahyu, 2013; Wiknjosastro,
2011).
2. Kala II Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga
disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi (Wiknjosastro,
2011).
3. Kala III Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Tahap ini
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Karakteristik pelepasan
plasenta ditandai dengan uterus bulat dan keras, tiba-tiba darah keluar
dan tali pusat memanjang (Manurung, 2011 & Wiknjosastro, 2011).
4. Kala IV Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir dua jam pertama post-partum. Tahap ini disebut juga dengan
tahap pemulihan (Bobak, 2012). Hal yang perlu dievaluasi dalam kala
IV yaitu tanda-tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan pervaginam
dan kondisi vesika urinaria (Manurung, 2011 & Wiknjosastro, 2011).
E. Mekanisme Persalinan
Engagement dan penurunan merupakan dua mekanisme persalinan.
Mekanisme persalinan adalah gerakan posisi yang dilakukan janin untuk
menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Ada tiga ukuran diameter kepala janin
yang digunakan sebagai patokan dalam mekanisme persalinan normal, antara
lain:
1. Jarak biparenatl, merupakan diameter melintang terbatas dari kepala
janin, dipakai di dalam definisi penguncian (engagement).
2. Jarak suboksipito bregmatika, jarak antara batas leher dan oksiput ke
anterior fontanel, ini adalah diameter yang bersangkutan dengan
presentasi kepala.
3. Jarak oksipitomental, merupakan diameter terbesar dari kepala janin,
ini adalah diameter yang bersangkutan dengan hal presentasi dahi.

Mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap gerakan kepala


janin di dasar panggul yang diikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan
bayi.
1. Penurunana kepala Terjadi selama proses persalianan karena daya
dorong dari kontraksi uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan
meneran dari pasien.
2. Penguncian (engagement) Tahap penurunan pada waktu diameter
biparetal dari kepala janin telah melalui lubang masuk panggul pasien.
3. Fleksi Dalam proses masuknya kepala janin ke dalam panggul, fleksi
menjadi hal yang sangat penting karena dengan fleksi diameter kepala
janin terkecil dapat bergerak melalui panggul dan terus menuju dasar
panggul. Pada saat kepala bertemu dengan dasar panggul, tahannya
akan meningkatkan fleksi menjadi bertambah besar yang sangat
diperlukan agar saat sampai di dasar panggul kepala janin sudah
dalam keadaan fleksi maksimal.
4. Putaran paksi dalam
Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter
anteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala menyesuaikan dari
dengan diameter anteroposterior dari panggul pasien. Pada umunya
rotasi penuh dari kepala ini akan terjadi ketika kepala telah sampai di
dasar panggul atau segera setelah itu. Perputaran kepala yang dini
kadang-kadang terjadi pada multipara atau pasien yang mempunyai
kontraksi efisien.
5. Lahirnya kepala dengan cara ekstensi
Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi oksiput posterior.
Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul, dimana
gaya tersebut membentuk lengkungan carus, yang mengarahkan
kepala ke atas menuju lorong vulva. Bagian leher belakang di bawah
oksiput akan bergeser ke bawah simpisis pubis dan bekerja sebagai
titik poros (hipomoklion). Uterus yang berkontraksi kemudian
memberikan tekanan tambahan di kepala yang menyebabkan ekstensi
lebih lanjut saat lubang vulva-vagina membuka lebar.
6. Restitusi
Restitusi adalah perputaran kepala sebesar 45 derajat baik ke kanan
atau ke kiri bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran
menuju posisi oksiput anterior.
7. Putaran paksi luar
Putaran ini terjadi bersama dengan putaran internal dari bahu. Pada
saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami
perputaran dalam arah yang sama dengan kepala, janin agar terletak
dalam diameter yang besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan
terlihat pada lubang vagina-vulva, dimana ia akan bergeser dibawah
simpisis pubis. (Sulistyawati A, 2010).
F. Patofisiologi

Potter Perry, 2010


G. Penatalaksanaan
1. Asuhan Selama Persalinan kala I
Persalinan kala I adalah waktu yang diperlukan untuk pembukaan jalan
lahir dari 1 CM pada awal persalinan kala I sampai pembukaan serviks 10
CM. Waktu yang dibutuhkan 12 jam pada primi para dan 6 sampai 8 jam
pada multi para. His pada awal kala 1 tiap 10 -15 menit dan kekuatan 20
detik dan berangsur bertambah menjadi 3 kali dalam 10 menit dengan
kekuatan sekitar 60 detik menjelang bayi lahir. (Syaiffudin, 2002). Selama
kala I ibu perlu mendapatkan asuhan sayang ibu yang meliputi:
1) Dukungan emosional Kelahiran seorang bayi akan mempengaruhi
kondisi emosional seluruh keluarga. Oleh karena itu usahakan suami
atau anggota keluarga yang lain terlibat dalam proses persalinan.
Usahakan agar mereka melihat, membantu jika memungkinkan.
Selama persalinan ibu akan merasa nyeri menderita dan merasa kuatir
tentang proses persalinan yang akan dilalui. Yakinkan ibu agar tidak
merasa takut dan cemas dengan:
a. Memberikan dukungan dan meyakinkan diri pasien
b. Memberikan informasi mengenai proses dan kemajuan
persalinanya
c. Mendengar keluhannya dan mencoba untuk sensistif terhadap
perasaannya
d. Pengaturan posisi Anjurkan ibu yang sedang dalam proses
persalinan untuk mendapatkan posisi yang paling nyaman.
Berjalan, duduk atau jongkok akan membantu proses
penurunan kepala janin. Anjurkan ibu untuk berjalan dan
bergerak, tidak berbaring telentang. Tidur telentang dapat
menekan pembuluh darah (Vena Cava Inferior), yang dapat
mengakibatkan suplai berdarah ke janin berkurang sehingga
bayi gawat janin. (Syaiffudin, 2005).
Posisi yang dianjurkan:
a. Melakukan perubahan posis
b. Menganjurkan posisi sesuaid dengan keinginan ibu, jika ibu
ingin di tempat tidur dianjurkan tidur miring ke kiri.
c. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan di ruang bersalin
d. Anjurkan ibu didampingi suami atau keluarga untuk memijat
atau menggosok pungung dan membasuh muka antar
kontraksi.
e. Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai
kesanggupannya.
f. Ajarkan ibu teknik relaksasi, cara bernafas. Ibu diminta untuk
menarik nafas panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian
dilepas dengan cara meniup udara keluar sewaktu serasa
kontraksi

2) Pemberian cairan
Anjurkan ibu untuk minum cairan yang mengandung nutrisi atau air
bias. Cairan akan memberi tenaga dan mencegah ibu dari dehidrasi
yang akan dapat mempengaruhi His. Dehidrasi akan membuat ibu
lelah, menurunkan kekuatan his.
3) Kebersihan
Infeksi yang dapat terjadi selama proses persalinan akan dapat
menyebabkan kematian atau penyakit pada janin. Penolong persalinan
harus mencari sesering mungkin, menggunakan alat yang steril untuk
mencegah infeksi. Ibu dalam proses persalinan dianjurkan berkemih
setiap 2 jam agar tidak menghambat penurunan kepala janin dan
kenyamanan ibu. Tidak dianjurkan melakukan kateterisasi
(mengeluarkan urin dengan alat).
2. Asuhan Selama Persalinan Kala II
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan serviks sudah lengkap atau kepala janin sudah
tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Penanganan yang sebaiknya
deiberikan pada ibu antara lain (Syaiffudin, 2008).
1) Anjurkan pendamping memberikan dorongan/ dukungan selama
proses persalinan dan kelahiran.dengan alasan memisahkan ibu
orang yang memberikan dukungan akan berkaitan dengan hasil
persalinan yang baik.
2) Berikan dorongan dan besarkan hati ibu. Jelaskan kemajuan
persalinan pada ibu dan keluarga, serta ibu dalam meneran.
3) Biarkan ibu memilih posisi yang sesuai meneran.
4) Penolong harus memberikan rasa aman dan nyaman, menghilangkan
rasa takut pada ibu, memberikan dukungan moral serta membesarkan
hati ibu.dukungan ini membantu ibui agar santai. Memberikan pujian
saat ibu mengejan.
5) Menjaga kebersihan diri, agar terhindar dari infeksi. Jika ada darah
lendir atau cairan ketuban keluar dari vagina segera dibersihkan.
6) Mengipas dan memijat untuk menambah kenyamanan bagi ibu.
7) Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu dengan cara: menjaga privasi ibu, penjelasan tentang
proses dan kemajuan persalinan.
8) Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan dapat dipilih
berbagai macam posisi berikut: jongkok, tidur miring, setengah
duduk. Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri,
mudah mengedan, kurangya mentrauma vagina dan perineum dan
infeksi.
9) Menjaga kandung kemih tetap kosong, oleh karena itu itu ibu
dianjurkan berkemih sesering mungkin. Memberikan cukup minum,
disamping untuk memberi tenaga dan mencegah dehidrasi.
10) Pada saat mengedan, bantu ibu memperoleh posisi yang paling
nyaman. Setiap posisi memiliki keuntungannya masing - masing,
misalnya posisi setengah duduk dapat membantu turunya kepala
janin jika persalinan berjalan lambat.
11) Ibu dibimbing mengejan, selama his, anjurkan kepada ibu untuk
mengambil nafas. Mengejan tanpa diselingi bernafas, kemungkinan
dapat menurunkan PH pada arteri umbilcius yang dapat
menyebabkan denyut jantung tidak normal. Minta ibu bernafas selagi
kontrraksi ketika kepala janin akan lahir. Hal ini menjaga agar
perineum meregang pelandan mengontrol lainnya kepala serta
mencegah robekan. Setelah bayi lahir nilai warna kulit, tonus otot,
kemampuan bernafas dan aktifitas.
12) Periksa denyut jantung janin (DJJ) pada saat kontraksi dan setelah
setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi
(<120x /menit).

3. Asuhan Selama Persalinan Kala III


Asuhan pada kala III (Pengeluaran Aktif Plasenta) membantu
menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan
aktif kala III meliputi:
1) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang
juga mempercepat pelepasan plasenta. Oksotosin dapat diberikan
dalam 2 menit setelah kelahiran bayi. Jika oksotosin tidak tersedia,
rangsangan puting payudara ibu atau susukan bayi guna
menghasilkan oksitosin alamiah.
2) Lakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dengan cara: satu
tangan diletakkan pada korups uteri tepat di atas simfisis puubis.
Selama kontraksi tangan mendorong korups uteri dengan gerakan
dorso cranial kearah beakang dan ke arah kepala ibu. Tangan yang
lain memegang tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3
menit). Selama kontraksi dilakukan tarikan terkendali pada tali pusat
yang terus menerus, dalam tegangan yang sama dengan tangan ke
uterus.
3) PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada
uterus merasakan kontraksi atau ibu dapat juga memberi tahu
petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang tidak
berkontraksi, tangan petugas dapat tetap berada pada uterus tetapi
bukan melakukan PTT. Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap
kontraksi sampai plasenta terlepas.
4) Begitu plasenta terasa terlepas, plasenta di keluarkan dengan
menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta.
Plasenta di keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai
dengan kalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan
perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan
selaput ketuban.
5) Segera setela plasenta dan selaputnya dikeluarkan, fundus uteri
dipijat agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi
pengeluaran darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan, jika
uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik atau jika
perdarahan hebat terjadi maka segera laktoni kompresi bimanual
dalam. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti
protokol untuk perdarahan pasca persalinan. f) Jika amenggunakan
manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 30
menit, periksa kandung kemih dan lakukan katerisasi jika kandung
kemih penuh, periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta,
berikan oksitosin 10unit Intra muskuler dimana dosis ketiga dalam
jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama,
siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta.
6) Periksa ibu secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks
atau vagina atau perbaiki episiotomi.
4. Asuhan Selama Persalinan Kala IV
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan awal yang kritis bagi ibu
dan bayi.kemungkinan perdarahan akibat tidak adanya kontraksi, uterus
yang lelah karena rahim ibu baru saja mengalami perubahan fisik. Rahim
yang selama inii membesar akan berangsur kembali seperti di luar hamil.
Penolong harus tinggal bersama ibu untuk memastikan kondisi fital sign,
keadaan rahim. Asuhan kala IV meliputi:
1) Pemeriksaan fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap
20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, pijat uterus
sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan
menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini
dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca
persalinan.
2) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan
setiap 15 menit pada jam pertamadan setiap 30 menit selama jam
kedua.
3) Menganjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan
menawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainnya.
4) Membersihkan ibu, vulva, dan perineum. Kenakan pakaian ibu yang
bersih dan kering.
5) Membiarkan ibu beristirahat karna lelah melahirkan bayinya dan
membantu ibu pada posisi yang aman.
6) Membiarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan
bayi dan ibu sebagai permulaan dengan menyusui bayinya.
7) Segera seteslah bayi lahir adalah waktu yang tepat untuk memulai
memberikan ASI (Air Susu Ibu) karena menyusui juga membantu
uterus berkontraksi.
8) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun dan dibantu karena
masih dalam keadaan lemah atu pusing setelah persalinan. Pastikan
ibu sudah buang air kecil dam 3 jam pasca persalinan.
9) Ajari ibu atauanggota keluarga tentang bagaimana merangsang
kontraksi mengenal tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboraturium Cairan yang keluar dari vagina diperiksa
dengan Tes Lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketebuan atau bisa melakukan
pemeriksaan Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada
gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis (Hidayat, 2014).
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Pemeriksaan USG untuk memeriksa
oligohidramnion sangat membantu apabila belum jelas tentang adanya
tanda-tanda ketuban sudah pecah (Mustika, 2013).

I. Konsep Asuhan Keperawat


1. KALA I (fase laten)
1) Pengakajian
a. Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
b. Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau
keparahan
c. Seksualitas
Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan
atau terdiri dari flek lendir.

2) Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
b. Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang
mengingat informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi
informasi.
c. Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina
berulang dan kontaminasi fekal.
d. Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d masukan dan
peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut.
e. Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d
ketidakadekuatan system pendukung.
3) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ansietas b/d krisis situasiSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama         Orientasikan klien pada lingkungan, staf
kebutuhan tidak terpenuhi. ……..diharapkan ansietas pasien berkurang dan prosedur
dengan criteria hasil:         Berikan informasi tentang perubahan
  TTV dbn psikologis dan fisiologis pada persalinan
  Pasien dapat mengungkapkan perasaan         Kaji tingkat dan penyebab ansietas
cemasnya         Pantau tekanan darah dan nadi sesuai
  Lingkungan sekitar pasien tenang dan kondusif indikasi
        Anjurkan klien mengungkapkan
perasaannya
        Berikan lingkungan yang tenang dan
nyaman untuk pasien

2. Kurang pengetahuan tentangSetelah dilakukan asuhan keperawatan         Kaji persiapan,tingkat pengetahuan dan
kemajuan persalinan b/dselama….,pengetahuan pasien tentang harapan klien
kurang mengingat informasipersalinan meningkat dengan criteria hasil:         Beri informasi dan kemajuan persalinan
yang diberikan, kesalahan   Pasien dapat mendemonstrasikan teknik normal
interpretasi informasi. pernafasan  dan posisi yang tepat untuk fase         Demonstrasikan teknik pernapasan atau
persalinan relaksasi dengan tepat untuk setiap fase
persalinan
3. Risiko tinggi terhadap infeksiSetelah dilakukan asuhan keperawatan         Kaji latar belakang budaya klien.
maternal b/d pemeriksaanselama….diharapkan infeksi maternal dapat         Kaji sekresi vagina, pantau   tanda-tanda
vagina berulang danterkontrol dengan criteria hasil: vital.
kontaminasi fekal.   TTV dbn         Tekankan pentingnya mencuci tangan yang
  Tidak terdapat tanda-tanda infeksi baik.
        Gunakan teknik aseptic saat pemeriksaan
vagina.
        Lakukan perawatan perineal setelah
eliminasi.
4. Risiko tinggi terhadapSetelah dilakukan asuhan keperawatan         Pantau masukan dan haluaran.
kekurangan cairan b/dselama…,diharapkan cairan seimbang dengan         Pantau suhu setiap 4 jam atau lebih sering
masukan dan peningkatankriterian hasil: bila suhu tinggi, pantau tanda-tanda vital.
kehilangan cairan melalui
  TTV dbn DJJ sesuai indikasi.
pernafasan mulut.   Input dan output cairan seimbang         Kaji produksi mucus dan turgor kulit.
  Turgor kulit baik         Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
        Pantau kadar hematokrit.

5. Risiko tinggi terhadap kopingSetelah dilakukan asuhan keperawatan         Tentukan pemahaman dan harapan
individu tidak efektif b/dselama…..,diharapkan koping pasien efektif terhadap proses persalinan
ketidakadekuatan systemdengan criteria hasil:         Anjurkan mengungkapkan perasaan
pendukung.   Pasien dapat mengungkapkan perasaannya         Beri anjuran kuat thd mekanisme koping
positif dan
         Bantu relaksasi
2. KALA I (fase aktif)
1) Pengkajian
a. Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
b. Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan
tentang kemampuan mengendalikan pernafasan.
c. Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
d. Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi
vertexs.
e. Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/
jam pada primipara)

2) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian
presentasi.
b. Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi
mekanik kandung kemih.
c. Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.
d. Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan
pertambahan mobilitas gastrik.
e. Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay
oksigen dan aliran darah
3) Intervensi
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
1. Nyeri akut berhubunganSetelah dilakukan asuhan         Kaji derajat ketidaknyamanan secara verbal dan
dengan tekanan mekanik darikeperawatan nonverbal    
bagian presentasi. selama…..,diharapkan nyeri          Pantau dilatasi servik
terkontrol dengan criteria hasil:         Pantau tanda vital dan DJJ     
  TTV dbn         Bantu penggunaan teknik pernapasan dan relaksasi
  Pasien dapat mendemonstrasikan         Bantu tindakan kenyamanan spt.
kontrol nyeri         Gosok punggung, kaki
        Anjurkan pasien berkemih 1-2 jam
        Berikan informasi tentang ketersediaan analgesic
        Dukung keputusan klien menggunakan obat-obatan/tidak
        Berikan  lingkungan yang tenang
2. Perubahan eliminasi urin b/dSetelah dilakukan asuhan         Palpasi di atas simpisis pubis
perubahan masukan dankeperawatan         Monitor  masukan dan haluaran
kompresi mekanik kandungselama….,diharapkan eliminasi         Anjurkan upaya berkemih sedikitnya 1-2 jam
kemih. urine pasien normal dengan         Posisikan klien tegak dan cucurkan air hangat di atas
criteria hasil: perineum
  Cairan seimbang         Ukur suhu dan nadi, kaji adanya peningkatan
  Berkemih teratur         Kaji kekeringan kulit dan membrane mukosa

3. Risiko tinggi terhadap kopingSetelah dilakukan asuhan         Tentukan pemahaman dan harapan terhadap proses
individu tidak efektif b/d krisiskeperawatan persalinan
situasi. selama….,diharapkan koping         Anjurkan mengungkapkan perasaan
pasien efektif dengan criteria hasil:         Beri anjuran kuat terhadap mekanisme koping positif dan
  Pasien dapat mengungkapkan bantu relaksasi 
peraannya
4. Risiko tinggi terhadap cederaSetelah dilakukan asuhan         Pantau aktivitas uterus secara manual
maternal b/d efek obat-obatankeperawatan         Lakukan tirah baring saat persalinan menjadi intensif
pertambahan mobilitas   selama….,diharapkan cidera         Hindari meninggikan klien tanpa perhatian
gastrik. terkontrol dengan criteria hasil:         Tempatkan klien pada posisi tegak, miring ke kiri
  TTV dbn         Berikan perawatan perineal selama 4 jam
  Aktivitas uterus baik         Pantau suhu dan nadi
  Posisi pasien nyaman         Kolaborasi pemberian antibiotik (IV)

5. Risiko tinggi terhadapSetelah asuhan keperawatan         Kaji adanya kondisi yang menurunkan situasi uteri
kerusakan gas janin b/dselama….,diharapkan janin dalam plasenta
perubahan suplay oksigen dankondisi baik dengan criteria hasil:         Pantau DJJ dengan segera bila pecah ketuban 
aliran darah   DJJ dbn         Instuksikan untuk tirah baring bila presentasi tidak
  Presentasi kepala (+) masuk pelvis
  Kontraksi uterus teratur         Pantau turunnya janin pada jalan lahir
        Kaji perubahan DJJ selama kontraksi
3. KALA II
1) Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
a) Melaporkan kelelahan
b) Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri /
teknik relaksasi
c) Lingkaran hitam di bawah mata
b. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
c. Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
d. Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung
kemih
e. Nyeri / ketidaknyamanan
a) Dapat merintih / menangis selama kontraksi
b) Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
c) Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
d) Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
f. Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan
g. Seksualitas
a) Servik dilatasi penuh (10 cm)
b) Peningkatan perdarahan pervagina
c) Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
d) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

2) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi
b. Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena
c. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi
hipertonik
3) Intervensi

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC


1. Nyeri akut b/d tekananSetelah dilakukan asuhan keperawatan       Identifikasi derajat ketidaknyamanan
mekanis pada bagianselama….,diharapkan nyeri terkontrol       Berikan tanda/ tindakan kenyamanan seperti
presentasi dengan criteria hasil: perawatan kulit, mulut, perineal dan alat-alat tahun
  TTV dbn yang kering
  Pasien dapat mendemostrasikan nafas       Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk
dalam dan teknik mengejan mengedan
       Pantau tanda vital ibu dan DJJ
      Kolaborasi pemasangan kateter dan anastesi

2. Perubahan curah jantung b/dSetelah dilakukan asuhan keperawatan       Pantau tekanan darah dan nadi tiap 5 – 15 menit
fluktasi aliran balik vena selama…..,diharapkan kondisi       Anjurkan pasien untuk inhalasi dan ekhalasi
cardiovaskuler pasien membaik dengan selama upaya mengedan
criteria hasil:       Anjurkan klien / pasangan memilih posisi
  TD dan nadi dbn persalinan yang mengoptimalkan sirkulasi
  Suplay O2 tersedia
3. Risiko tinggi terhadapSetelah asuhan keperawatan       Bantu klien dan pasangan pada posisi tepat
kerusakan integritas kulit b/dselama….,diharapkan integritas kulit       Bantu klien sesuai kebutuhan
pada interaksi hipertonik terkontrol dengan criteria hasil:        Kolaborasi epiostomi garis tengah atau medic
  Luka perineum tertutup (epiostomi) lateral
      Kolaborasi terhadap pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
4. KALA III
1) Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
b. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
normal    dengan cepat
Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
Nadi melambat
c. Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
d. Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
e. Seksualitas
Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
Tali pusat memanjang pada muara vagina

2) Diagnosa Keperawatan
a. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan
oral, muntah.
b. Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan
c. Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d posisi selama persalinan
3) Intervensi

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC


1. Risiko tinggi terhadapSetelah dilakukan asuhan keperawatan     Instruksikan klien untuk mendorong pada kontraksi
kekurangan volume cairan b/dselama….,diharapkan cairan seimbang     Kaji tanda vital setelah pemberian oksitosin
kurang masukan oral, muntah. denngan criteria hasil:     Palpasi uterus
  TTV dbn     Kaji tanda dan gejala shock
  Darah yang keluar ± 200 – 300 cc     Massase uterus dengan perlahan setelah pengeluaran
plasenta
    Kolaborasi pemberian cairan parentral

2. Nyeri akut b/d trauma jaringanSetelah dilakukan asuhan keperawatan     Bantu penggunaan teknik pernapasan
setelah melahirkan selama….,diharapkan nyeri terkontrol     Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan
dengan criteria hasil:     Ganti pakaian dan liner basah
  Pasien dapat control nyeri     Berikan selimut penghangat
    Kolaborasi perbaikan episiotomy
3. Risiko tinggi terhadap cederaSetelah dilakukan asuhan keperawatan     Palpasi fundus uteri dan massase dengan perlahan
maternal b/d posisi selamaselama….,diharapkan cidera terkontrol     Kaji irama pernafasan
persalinan dengan criteria hasil:     Bersihkan vulva dan perineum dengan air dan larutan
  Plasenta keluar utuh antiseptic
  TTV dbn     Kaji perilaku klien dan perubahan system saraf pusat
    Dapatkan sampel darah tali pusat, kirim ke
laboratorium untuk menentukan golongan darah bayi
    Kolaborasi pemberian cairan parenteral
5. KALA IV
1) Pengkajian
a. Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
b. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi,
mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia,
atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKK,edema,
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran
pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
c. Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
d. Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
e. Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
f. Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya
anastesi spinal
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau
perbaikan episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau
otot tremor
h. Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
i. Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi
umbilicus, perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae
mungkin pada abdomen, paha dan payudara.
2) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan
fisik dan psikologis, ansietas
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan
miometri
c. Perubahan ikatan proses keluarga b/d transisi/peningkatan anggota
leluarga
3) Intervensi

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC


1. Nyeri akut b/d efek hormone,Setelah dilakukan asuhan keperawatan       Kaji sifat dan derajat ketidaknyamanan
trauma,edema jaringan,selama….,diharapkan nyeri terkontrol       Beri informasi yang tepat tentang perawatan selama
kelelahan fisik dan psikologis,dengan criteria hasil: periode pascapartum
ansietas   Pasien dapat control nyeri       Lakukan tindakan kenyamanan
      Anjurkan penggunaan teknik relaksasi
      Beri analgesic sesuai kemampuan

2. Resiko tinggi kekuranganSetelah dilakukan asuhan keperawatan       Tempatkan klien pada posisi rekumben
volume cairan b/dselama….,diharapkan cairan simbang       Kaji hal yang memperberat kejadian intrapartal
kelelahan/ketegangan dengan criteria hasil:       Kaji masukan dan haluaran
miometri   TD dbn       Perhatikan jenis persalinan dan anastesi,
  Jumlah dan warna lokhea dbn kehilangan daripada persalinan
      Kaji tekanan darah dan nadi setiap 15 menit
      Dengan perlahan massase fundus bila lunak
      Kaji jumlah, warna dan sifat aliran lokhea
    Kolaborasi pemberian cairan parentral

3. Perubahan ikatan prosesSetelah dilakukan asuhan keperawatan       Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh
keluarga b/dselama…..,diharapkan proses keluarga bayi
transisi/peningkatan anggotabaik dengan criteria hasil:       Observasi dan catat interaksi bayi
keluarga   Ada kedekatan ibu dengan bayi        Anjurkan dan bantu pemberian ASI, tergantung
pada pilihan klien
6. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan kompenen keempat dari proses
keperawatan setelah merumuskan rencana asuhan keperawatan.
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan
dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dalam asuahan keperawatan dilakukan dan diseselsaikan
(Potter & Perry, 2010).
Intervensi keperawatan yang sudah direncanakan berdasarkan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dilaksanakan pada tahap
implementasi keperawatan.

7. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan
untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan (Potter & perry, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Asri, D.H dan Cristine C.P. 2013. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:
EGC.
Hidayat, A. A. 2014. Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data.
Jakarta: Salemba Medika.
Manurung, S. 2011. Buku ajar keperawatan maternitas asuham keperawatan
intranatal. Jakarta: Trans Info Media.
NANDA Intl. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2002-2014.
Jakarta: EGC.
Norma Nita, Dwi Mustika. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Nurarif, A.H., Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Publishing.
Potter, Perry. 2010. Fundamental of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi
7. Vol. 3. Jakarta: EGC.
Rohani, dkk. 2011. Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta: Salemba
Medik.
Saifudin Abdul Bari. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatus. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo.
Sukarni, I dan Wahyu, P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sulistyawati A & Nugraheny E. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika.
Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin: Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta: Fitramaya.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta. DPP
PPNI.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. 2011. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai