Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL KEGIATAN

PROGRAM UPAYA KESEHATAN JIWA SEKOLAH


SEBAGAI UPAYA UNTUK PENCEGAHAN BULLYING

Untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Berbasis Masyarakat Pendekatan Keilmuan


Dasar, Komunitas dan Jiwa

Oleh :
Devira Siswoyo (2134005)
Indrayati (2134006)
Intan Rizki Andini (2134007)
Septa Viana (2134010)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
TAHUN AJARAN 2021/2022
PROPOSAL KEGIATAN
PROGRAM UPAYA KESEHATAN JIWA SEKOLAH
SEBAGAI UPAYA UNTUK PENCEGAHAN BULLYING

1. Latar Belakang
Saat ini, bullying merupakan istilah yang sudah tidak asing di telinga masyarakat
Indonesia. Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan,
trauma, dan tak berdaya (Sejiwa, 2008). Pelaku bullying sering disebut dengan istilah bully.
Seorang bully tidak mengenal gender maupun usia. Bahkan, bullying sudah sering terjadi di
sekolah dan dilakukan oleh para remaja. Dampak yang diakibatkan oleh tindakan ini pun sangat
luas cakupannya. Remaja yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai
masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih mungkin diderita
anak-anak yang menjadi korban bullying, antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti
depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, keluhan
kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada
di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis.
Melansir Medical News Today, dampak kesehatan dari perundungan sangat kompleks,
khususnya yang dialami anak-anak. Penelitian telah menunjukkan bahwa penindasan yang terus-
menerus terjadi dapat menyebabkan kecemasan dan depresi hingga menjadi salah satu kontributor
perasaan dan perilaku bunuh diri. Profesor psikiatri dari Universitas Turku, Finlandia, Dr. Andre
Sourander, mengatakan bahwa anak-anak yang mengalami perundungan (intimidasi) memiliki
peningkatan risiko gangguan depresi dan membutuhkan perawatan psikiatri kemudian hari.
Sebuah studi dalam American Journal of Psychiatry tahun 2014 menemukan efek
negatif bullying secara sosial, mental, dan fisik pada masa kanak-kanak dapat bertahan hingga 40
tahun kemudian. Studi tersebut menggunakan data dari British National Child Development
Study, melibatkan informasi orang tua terkait bullying yang dialami anak mereka di usia 7-11
tahun (dipantau hingga usia 50 tahun). Dari situ, ditemukan bahwa ketika korban perundungan
yang pernah mengalami intimidasi mencapai usia 50 tahun, pada masa kanak-kanak mereka
cenderung berada dalam kondisi fisik dan psikis yang lebih buruk. Selain itu, ditemukan juga
penurunan fungsi kognitif.
Di Indonesia, berdasarkan data kasus bulliying yang diperoleh Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) menerima setidaknya 37.381 laporan perundungan dalam kurun waktu 2011
hingga 2019. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.473 kasus disinyalir terjadi di dunia pendidikan.
Sementara itu, Organisation of Economic Co-operation and Development (OECD) dalam riset
Programme for International Students Assessment (PISA) pada Tahun 2018 mengungkapkan,
sebanyak 41,1 persen murid di Indonesia mengaku pernah mengalami perundungan. Selain itu, di
tahun yang sama, Indonesia juga berada di posisi ke-5 dari 78 negara dengan murid yang
mengalami perundungan paling banyak.
Oleh sebab itu salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut disekolah dapat melalui
upaya usaha kesehatan jiwa sekolah, Usaha Kesehatan Jiwa Sekolah menitik beratkan pada upaya
promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitas yang berkualitas.

2. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan pengetahuan siswa mengenai kejadian bullying yang mungkin terjadi di
sekolah, dan cara mencegah serta menghadapi kejadian bullying tersebut.
b) Meningkatkan kemampuan siswa untuk mencegah dan menghadapi kejadian bullying di
sekolah.

3. Manfaat Kegiatan
Kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut.
a) Sebagai intervensi awal untuk meningkatkan awareness di lingkungan sekolah terhadap isu
bullying.
b) Mencegah kejadian bullying yang berisiko terjadi di sekolah, sehingga dapat menciptakan
suasana pergaulan yang kondusif dan aman untuk proses belajar mengajar pada siswa.
c) Mencegah kejadian depresi dan/atau gangguan psikis lainnya pada siswa yang dapat
diakibatkan oleh bullying di sekolah.
4. Rencana Pelaksanaan Kegiatan
1) Persiapan
Pokok Bahasan : Upaya Kesehatan Jiwa Sekolah dalam Upaya Pencegahan
Bullying
Sasaran : Siswa yang merupakan kelompok berisiko untuk menjadi
sasaran/korban bullying ataupun untuk menjadi pelaku bullying di sekolah.
Pembimbing : Bapak/Ibu Dosen Pengajar Mata Kuliah Keperawatan Berbasis
Masyarakat
Hari/ Tanggal :-
Waktu :-
Tempat :-
Penyaji :-
Moderator :-
Notulen :-
Media : Laptop, LCD, Poster, ATK
Metode : ceramah, diskusi dan tanya jawab, permainan simulasi, brain
storming

2) Pelaksanaan
Proses pelaksanaan
No Waktu Kegiatan Metode dan
media
1 Hari ke 1 Presentasi dan penyampaian Isi Materi: • Pretest
(1-2 jam) • Pengertian bullying • Ceramah,
• Jenis- jenis bullying diskusi, dan
• Dampak bullying tanya jawab
• Peran-peran yang ada pada bullying • Posttest
• Factor-faktor yang menyebabkan bullying • LCD dan
laptop, ATK
2 Hari ke 2 • Melakukan kegiatan games anti bullying • Observasi
(1-2 jam) Permainan tersebut meliputi, patung pancoran, test • Diskusi
konsentrasi, dan tebak gaya. Permainan ini memiliki • Permainan
esensi tolong menolong, kepercayaan, kekompakan, simulasi
dan saling menghargai. Setelah permainan selesai,
mahasiswa memberikan edukasi dan mengenai
pencegahan perilaku bullying dalam kehidupan
sehari – hari.

• Pemutaran Film Anti Bullying • Diskusi dan


Kegiatan menonton film disekolah yang diikuti oleh brain
seluruh siswa dengan menonton film berisikan tema storming
dalam mencegah bullying. Setelah menonton • LCD dan
dilakukan diskusi terkait penilaian siswa terhadap Laptop
film yang ditonton terkait substansi bullying.

3) Evaluasi
Evaluasi akan dilakukan secara bertahap yaitu meliputi evaluasi perencanaan, proses
pelaksanaan dan output. Proses pelaksanaan dikatakan berhasil apabila persiapan yang
dilakukan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan kegiatan dan peserta yang hadir dalam
kegiatan penyuluhan sekitar 80% dari target. Sedangkan evaluasi output akan dilakukan
dengan mengadakan pretest sebelum kegiatan diadakan untuk mengukur tingkat
pengetahuan peserta sebelum kegiatan penyuluhan, dan posttest dilakukan untuk
mengetahui pemahaman peserta terhadap materi yang diberikan dan peningkatan
pengetahuan peserta mengenai masalah-masalah terkait bullying.
DAFTAR PUSTAKA

Bulu, Y., Maemunah, N., & Sulasmini. (2019). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Bullying pada Remaja Awal. Nursing News, 4(1), 54–66.
https://publikasi.unitri.ac.id/index.p hp/fikes/article/download/1473/104 7
Faizah, F., & Amna, Z. (2017). Bullying dan Kesehatan Mental Pada Remaja SMA di Banda Aceh.
International Jurnal of Child and Gender Studies, 3(1), 77.
F.N. (2017,july 4). KiVa, Program Anti Bullying paling Efektif dari Finlandia. Retrieved March
23, 2018, from IDN Times https://life.idntim.com/education/ fera/kiva-program-anti-
bullying-paling-efektifdari-finladia-1
Indriyani. (2020, October 16). Studi: Dampak Bullying Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental Jangka
Panjang. IDN Times. Diakses dari https://www.idntimes.com/health/medical/indri-yani-
4/dampak-bullying-bisa-pengaruhi-kesehatan-mental-jangka-panjang-c1c2/1

Kasih, A.P. (2021, March 20). 41 Persen Murid Indonesia Alami "Bully", Siswa SMA Buat
Aplikasi Atasi Trauma. Kompas. Diakses dari
https://www.kompas.com/edu/read/2021/03/20/084259871/41-persen-murid-indonesia-
alami-bully-siswa-sma-buat-aplikasi-atasi-trauma?page=all

Anda mungkin juga menyukai