BAHASA INDONESIA
“KEKERASAN DI SEKOLAH”
Disusun oleh:
Arif Budiman
(nim u brp w gtw)
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan kepada
saya jalan yang lurus berupa ajaran Agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta
rahmat bagi seluruh alam semesta.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat
dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa
diperbaiki.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
4. Bentuk-bentuk kekerasan.........................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kekerasan disekolah tidak semata mata kekerasan fisik saja tetapi juga
kekerasan seperti diskriminasi terhadap murid yang mengakibatkan murid megalami
kerugian, baik secara moril maupun materil. Diskriminasi yang dimaksud dapat berupa
diskriminasi terhadap suku, agama, kepercayaan, golongan, ras, ataupun status sosial murid.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kekerasan bisa menimbulkan cedera seperti memar atau patah tulang yang
bisa menyebabkan korban meninggal dan menyeret pelakunya ke penjara. Memukul murid
juga tidak akan mempengaruhi perilaku mereka, bahkan kekerasan bisa menciptakan anak
menjadi pemberontak, pemalu, tidak tenang, dan tidak secara ikhlas memenuhi permintaan
atau perintah orang yang sudah berlaku keras kepadanya. Bahkan menurut Elizabeth
Gersholff, dalam studi meta sanlitis tahun 2003, yang menggabungkan riset selama 60 tahun
tentang hukuman fisik, menemukan bahwa satu-satunya hasil positif dari kekerasan adalah
kepatuhan sesaat.
A. Dari Guru
Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru melakukan kekerasan pada siswa, yaitu:
• Kurangnya pengetahuan bahwa kekerasan baik fisik maupun psikis tidak efektif untuk
memotivasi siswa atau merubah perilaku, malah beresiko menimbulkan trauma psikologis
dan melukai harga diri siwa.
• Persepsi yang parsial dalam menilai siswa. Bagimana pun juga, setiap anak punya konteks
kesejarahan yang tidak bisa dilepaskan dalam setiap kata dan tindakan yang terlihat saat ini,
termasuk tindakan siswa yang dianggapm”melanggar” natas. Apa yang terlihat di permukaan,
merupakan sebuah tanda dari masalah yang tersembunyi dibaliknya. Yang terpenting bukn
sebatas “menangani” tindakan siswa yang terlihat, tapi mencari tahu apa yang melandasi
tindakan atau sikap siswa.
•Adanya masalah psikologis yang menyebabkan hambatan dalan mengelola emosi hingga
guru yang bersangkutan menjadi lebih sensitif dan reaktif.
• Adanya tekanan kerja: taarget yang harus dipenuhi oleh guru, baik dari segi kurukulum,
materi maupun prestasi yang harus dicapai siswa didiknya sementara kendala yang dirasakan
untuk mencapai hasil yang ideal dan maksimal cukup besar.
• Pola authoritarian msih umum digunakan dalam pola pengajaran di Indonesia. Pola
authoritarian mengedepankan faktor kepatuhan dan ketaatan pada figure otoritas sehingga
pola belajar mengajar bersifat satu arah (dari guru ke murid). Implikasinya, murid kurang
punya kesempatan untuk berpendapat dan bereksoresi.
3
• Muatan kurikulum yang menekankan pada kemampuan kognitif dan cenderung
mengabaikan kemampuan afektif (Rini, 2008). Tidak menutup kemungkinan suasana belajar
menjadi “kering” dan stressful, dan pihak guru pun kesulitan alam menciptakan suasana
belajar mengajar yang menarik, padahal mereka dituntut mencetak siswa-siswa berprestasi.
Dari Siswa
Salah satu faktor yang bisa ikut mempengaruhi terjadinya kekerasan adalah sikap dari siswa
tersebut. Sikap siswa tidak bisa dilepaskan dari dimensi ppsikologis dan kepribadian siswa itu
sendiri. Kecenderungan sadomasochism tanpa sadar bisa melandasi interaksi antara siswa
dengan pihak guru, teman atau kakak kelas atau adik kelas. Perasaan bahwa dirinya lemah,
tidak pandai, tidak berguna, tidak berharga, tidak dicintai, kurang diperhatikan, rasa takut
diabaikan, bisa saja membuat seseorang siswa clinging pada powerful / authority figure dan
malah “memancing” orang tersebut untuk actively responding to his / her need meskipun
dengan cara yang tidak sehat. Contohnya, tidak heran jika anak berusaha mencari perhatian
dengan bertingkah yang memancing amarah, agresifitas, attaupun hukuman. Tapi, dengan
demikian tujuannya tercapai, yakni mendapat perhatian. Sebalikya, bisa juga perasaan
inferioritas dan tidak berharga di kompensasikan dengan menindas pihak lain yang lebih
lemah supaya dirinya merasa hebat.
Dari Keluarga
• Pola asuh
Anak yang dididik dalam pola asuh yang memanjakan anak dengan
memenuhi semua keinginan anak cenderung tumbuh dengan sifat yang arogan dan tidak bisa
mengontrol emosi. Jadi anak akan memaksa oranglain untuk memenuhi kebutuhannya,
dengan cara apapun jugga asalkan tujuannya tercapai.
• Keluarga disfungsional
Keluarga yang salah satu anggotanya sering memukul atau keluarga yang
sering konflik terbuka tanpa adanya resolusi akan mempengaruhi interaksi, komunikasi dan
bahkan kemampuan belajar si anak.
4
Dari lingkungan
Tak dapat dipungkiri bahwa kekerasan yang terjadi selama ini juga terjadi
karena adanya faktor lingkungan yaitu:
• Adanya budaya kekerasan: seseorang melakukan kekerasan karena dirinya berada dalam
suatu kelompok yang sering terjadi tindakan kekerasan, sehingga memandang kekerasan
merupakan hal yang biasa.
• Adanya tradisi: contoh, kekerasan yang terjadi antara mahasiswa senior dengan mahasiswa
junior, dimana mahasiswa senior tersebut meniri tindakan-tindakan yang dilakukan seniornya
terdahulu yang melakukan hal yang serupa terhadap dirinya.
• Menata ulang sistem pendidikan itu sendiri, yaitu guru tidak berhak untuk melakukan
kekerasan pada muridnya.
• Harus dibangun kesadaran dan pemahaman tentang kekerasan dan dampaknya kepada
semua stakeholder sekolah, mulai dari guru, murid, kepala sekolah, dan orangtua
• Dibangun sistem atau mekanisme untuk mencegah dan menangani kasus kekerasan
disekolah. Perlu diakomodir bagaimana seorang anak yang menjadi korban kekerasan bisa
melaporkan kejadian yang menimpanya tanpa rasa takut dan malu
• Menghentikan praktek kekerasan di sekolah, dengan pola pendidikan yang ramah tamah,
penerapan disiplin yang positif
5
3. Dampak yang ditimbulkan akibat kekerasan
• Dampak fisik: kekerasan secara fisik mengakibatkan organ-organ tubuh siswa mengalami
kerusakan seperti memar, luka-luka, dan lain-lain
• Dampak psikologis: trauma psikologis, rasa takut, rasa tidak aman, dendam, menurunnya
semangat belajar, daya konsentrasi, kreativitas, hilangnya inisiatif, serta daya tahan (mental)
siswa, menurunnya rasa percaya diri, inferior, stress, depresi, dan sebagainya. Dalam jangka
panjang dampak ini bisa terlihat dari penurunan prestasi, perubahan perilaku yang menetap
• Dampak sosial: siswa yang mengalami tindakan kekerasan tanpa ada penanggulangan, bisa
saja menarik diri dari lingkungan pergaulan, karena takut, merasa terancam danmerasa tidak
bahagia berada diantara teman-temannya. Mereka juga jadi pediam, sulit berkomunikasi baik
dengan guru maupun dengan sesama teman. Bisa jadi mereka jadi sulit mempercayai
oranglain, dan semakin menutup dirinya dari pergaualan.
4. Bentuk kekerasan
6
BAB III
PENUTUP
Sangat penting bagi semua pihak, baik guru, orangtua, dan siswa untuk
memahami bahwa kekerasan bukanlah solusi atau aksi yang tepat, namun semakin
menambah masalah. Semoga pembahasan ini dapat bermanfaat dan mengurangi terjadinya
kekerasan pada siswa. Perlu diingat, bahwa untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan
kerjasama dari semua pihak.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=penyebab+kekerasan+di+sekolah&btnG=
http://journal.unwidha.id/index.php/magistra/article/viewFile/274/223
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/insania/article/view/301
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=fiF3Zi86DVoC&oi=fnd&pg=PA40&dq=kekerasan+di+sekolah&ots=OiVHmChhRo&sig=g
Tsr2V59_RIT_6Xnzu6jj8Nql2s&redir_esc=y#v=onepage&q=kekerasan%20di%20sekolah&f=false