DI
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 2
MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
KELAS X-10
SMA NEGERI 1 AMBON
Anggota Kelompok :
1. Chesia Lawalata
2. Daniel Frans
3. Hetty Van Harling
4. Janet Pattikawa
5. Theresia Wokanubun
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pengaruh Bullying Bagi Perkembangan Sikap dan Intelektual Siswa-Siswi Di SMA N 1
AMBON” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Guru Sahetapy pada mata pelajaran Sosiologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang [ Tindakan Bullying Di Lingkungan Sekolah ] bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu guru, selaku guru Sosiologi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Terimakasih
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
3.2
BAB I
PENDAHULUAN
Bullying merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada remaja sekolah yang
dilakukan atas nama senioritas. Namun, kasus ini masih kurang mendapat perhatian
karena sering kali dianggap sebagai hal yang biasa terjadi di sekolah. Salah satu
kasusnya yaitu dalam hal persaingan meraih nilai tertinggi di sekolah merupakan hal
yang lumrah, dikarenakan setiap orang ingin menunjukkan bahwa dirinya merupakan
yang terbaik dibandingkan lainnya. Tak jarang siswa yang mendapat nilai terbaik malah
dikucilkan oleh teman sekelasnya. Hal itu secara tidak langsung termasuk tindakan
bullying.
Masalah yang akan dijadikan fokus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berlokasi di SMA NEGERI 1 AMBON. Pemilihan lokasi ini didasari
atas persoalan-persoalan yang ingin diteliti oleh penulis ada dilokasi ini. Waktu
penelitian ini dari minggu ke 2 bulan April 2023.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan studi kasus. Menurut Yin dalam Tohirin, pendekatan studi kasus digunakan
untuk mengetahui suatu permasalahan yang hendak diteliti secara dalam dan
terperinci. Hasil penelitian kasus tidak dapat diramalkan, karena penelitian kualitatif
tidak memiliki prosedur yang baku. Data yang diperoleh pun sangat tergantung oleh
peserta penelitian, tujuan penelitian dan konteks penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa dan siswi di SMA NEGERI 1 AMBON yang pernah
mendapatkan perlakuan yang mengarah pada tindakan bullying. Objek penelitian ini
adalah strategi Guru Pembimbing dalam mencegah terjadinya tindakan bullying pada
siswa.
Wawancara
Penulis mengadakan tanya jawab dengan informan yaitu siswa dan siswi SMA
NEGERI 1 AMBON untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam mencegah
terjadinya tindakan bullying antar pelaku dan korban bullying. Selain itu peneliti
juga mewawancarai siswa-siswi tersebut untuk mengetahui bentuk-bentuk
tindakan yang mengarah pada bullying
Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data berupa data-data yang mendukung
penelitian ini. Data diperoleh dari pihak responden ( siswa - siswi SMA NEGERI 1
AMBON ) untuk memperoleh data-data tentang tindakan bullying seperti
apakah yang pernah terjadi dalam lingkungan sekolah.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dilapangan dianalisis melalui reduksi data, yaitu memilih
data yang pokok dan penting. Selanjutnya data disajikan secara naratif. Setelah
data disajikan, selanjutnya diambil kesimpulan dari data yang telah terkumpul
tersebut.
BAB III
LAPORAN PENELITIAN & PEMBAHASAN
1. Ketidakseimbangan kekuatan: Pelaku bullying dapat saja orang yang lebih tua,
lebih besar, lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi dalam status sosial,
berasal dari ras yang berbeda, atau tidak berjenis kelamin yang sama. Sejumlah
besar kelompok anak yang melakukan bullying dapat menciptakan
ketidakseimbangan. Bullying bukan merupakan persaingan antar saudara
kandung dan bukan pula perkelahian yang melibatkan dua pihak yang setara.
2. Niat untuk mencederai: Bullying berarti menyebabkan kepedihan emosional
dan/atau luka fisik, memerlukan tindakan untuk dapat melukai, dan
menimbulkan rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan luka tersebut.
Tidak ada kecelakaan atau kekeliruan, tidak ada keseleo lidah, tidak ada kaki
yang salah tempat, tidak ada “Aduh, maaf, aku tidak bermaksud begitu.”
3. Ancaman agresi lebih lanjut: Baik pihak pelaku maupun pihak korban
mengetahui bahwa bullying dapat dan kemungkinan akan terjadi kembali.
Bullying tidak dimaksudkan sebagai peristiwa yang terjadi sekali saja. Ketika
eskalasi tindakan bullying meningkat tanpa henti, maka elemen keempat akan
muncul:
4. Teror: Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk
mengintimidasi dan memelihara dominasi. Teror yang menusuk tepat di jantung
korban bukan hannya merupakan sebuah cara untuk mencapai tujuan tindakan
bullying, teror itulah yang merupakan tujuan dari tindakan bullying tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, perilaku bullying dapat terjadi dalam bentuk apapun dan
dalam hal kecil sekalipun. Jika tidak mengantisipasinya bisa saja hal ini terjadi pada diri
sendiri sebagai korban maupun pelakunya.
Menurut hasil wawancara para korban menyebutkan bahwa faktor terjadinya perilaku
bullying adalah sebagai berikut :
A. Tradisi turun temurun dari senior. Anggapan para remaja yang salah saat ini
ialah seorang senior atau kakak kelas boleh melakukan apapun terhadap adik
kelasnya. Meskipun anggapan ini sangat tidak benar, para senior tetap saja selalu
semena-mena dan ini terus berlanjut dari tahun ke tahun.
B. Balas dendam karena dulu pernah diberlakukan sama. Para korban bullying
sebelumnya sering berfikir bahwa orang lain harus merasakan juga apa yang
telah mereka rasakan. Hal inilah yang membuat bullying sulit untuk dihentikan.
C. Ingin menunjukkan kekuasaan. Orang-orang yang merasa memiliki kemampuan
lebih dalam hal fisik, ekonomi, kecerdasan dan lain-lain, cenderung selalu
meremehkan orang-orang yang tidak punya kemampuan seperti mereka dan
selalu ingin menunjukkan kekuasaannya tersebut.
D. Marah karena korban tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini
terjadi karena pelaku bullying biasanya sering menentukan apayang harus
dilakukan oleh para korbannya.
E. Mendapatkan kepuasan tersendiri saat pelaku melakukan tindakan bullying
tersebut.
F. Perilaku dianggap tidak sopan menurut aturan kelompok tertentu. Aturan
tersebut diciptakan oleh pelaku bullying dan biasanya aturan tersebut sering
terkesan mengada-ada atau tidak masuk akal.
3.6 Pertolongan/penanganan
Berdasarkan hasil wawancara menurut para korban, sebagian dari mereka tidak
mendapatkan reaksi maupun penanganan dari orang di sekitar mereka lalu
sebagiannya lagi mereka mendapat penanganan dari Guru sebagai wali kelas maupun
dari guru bimbingan konseling (BK). Salah satu diantara para korban mengambil jalur
hukum sebagai penanganan.
Jadi penanganan terhadap kasus bullying di sekolah perlu dilakukan dengan tegas,
cepat, dan adil mulai dari lingkup keluarga dengan menghimbau para orang tua untuk
mengembangkan emosional anak. Ajarkan anak untuk memiliki rasa empati,
menghargai orang lain dan menyadarkan anak bahwa dirinya adalah makhluk social
yang membutuhkan orang lain. Untuk mengatasi dan mencegah masalah bullying
diperlukan kebijakan yang bersifat menyeluruh di sekolah, sebuah kebijakan yang
melibatkan komponen dari guru sampai siswa, dari kepala sekolah sampai orang tua
murid, kerja sama antara guru, orang tua dan masyarakat atau pihak lain yang terkait
seperti kepolisian, aparat hukum dan sebagainya. sangat diperlukan dalam menangani
masalah ini.
Peran orang tua di rumah harus mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan
anak-anakdan membekali anak dengan pemahaman agama yang cukup dan
menanamkan ahlakul karimahyang selalu dilaksanakan di lingkungan rumah, karena
anak akan selalu meniru perilaku orangtua. Pemberian teladan kepada anak akan lebih
baik dari memberi nasihat.Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh sekolah ialah
membuat sebuah program anti bullying di sekolah bullying akan terus terjadi di
sekolah-sekolah, apabila orang dewasa tidak dapat membina hubungan saling pecaya
dengan siswa, tidak menyadari tingkah laku yang masuk tindakan bullying, tidak
menyadari luka yang disebabkan oleh bullying, tidak menyadari dampak bullying yang
merusak kegiatan belajar siswa, serta tida ada campur tangan secara efektif dari
sekolah.
B. Menurut inisial C.L Bullying tidak memberi rasa aman dan nyaman, membuat
para korban bullying selalu merasa dibayangi rasa takut akan terintimidasi.
C. Menurut inisial I.S Bullying membuat korban merasa rendah diri serta tak
berharga di lingkungan masyarakat akibat perlakuan bullying yang diterimanya.
D. Menurut inisial J.P Bullying menyebabkan rasa takut, karena korban selalu
menerima perlakuan bullying sehingga menyebabkan korban yang merupakan
seorang siswa akan sulit berkonsentrasi dalam belajarnya.
E. Menurut inisial A.L Bullying membuat Korban selalu merasa takut dan cemas
sehingga korban tidak mampu untuk bersosialisasi secara baik dengan
lingkungannya.
F. Menurut inisial B.C Perilaku bullying yang terjadi di sekolah menyebabkan para
korban merasa enggan bersekolah untuk menghindari perilaku tersebut terjadi
kembali padanya.
G. Menurut inisial H.V Bullying membuat korban menjadi pribadi yang tertutup
sehingga ia akan tidak percaya diri dan sulit berkomunikasi dalam
lingkungannya.
H. Menurut inisial J.T Bullying membuat korban kehilangan rasa percaya diri
kepada lingkungan yang banyak menyakiti dirinya.
Berdasarkan uraian dampak dari perilaku bullying di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa para korban adalah pihak yang sangat dirugikan dalam sebuah tindakan
bullying. Dampak yang diterima para korban tidak hanya membekas saat terjadinya
perilaku bullying tersebut, tetapi akan terus membekas sepanjang hidupnya.
BAB IV
1.1. Kesimpulan
Bullying adalah bentuk tindakan atau perilaku negatif, agresif seperti mengganggu,
menyakiti atau melecehkan yang dilakukan secara sadar, sengaja dengan cara berulang-
ulang oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menyebabkan ketidaksenangan
atau menyakiti orang lain secara berulang kali. Dan bullying ini sifatnya mengganggu
orang lain karna dampak dari perilaku negatif yang kini sedang popular dikalangan
masyarakat ini adalah ketidaknyamanan orang lain atau korban bullying.
1.2. Saran
Dari kesimpulan hasil penelitian diatas, dapat diajukan beberapa saran sebagai beirkut:
http://repository.unika.ac.id/1005/4/09.40.0080%20Santy%20Laksmi%20Puri
%20BAB%20III.pdf
https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fimgv2-2-
f.scribdassets.com%2Fimg%2Fdocument%2F452708119%2Foriginal%2Febf0701e9e
%2F1680041672%3Fv%3D1&tbnid=wp2QWwalEKBFwM&vet=1&imgrefurl=https
%3A%2F%2Fid.scribd.com%2Fdocument%2F452708119%2Fproposal-
bullying&docid=pG4Y1oKyk2SsbM&w=768&h=1024&hl=in-ID&source=sh%2Fx%2Fim
https://123dok.com/article/saran-kesimpulan-perilaku-school-bullying-sekolah-
negeri-delegan.zlnl8l6q
https://id.quora.com/Pernahkah-kalian-jadi-korban-perundungan-Bagaimana
perasaan-kalian-pada-waktu-itu
https://www.orami.co.id/magazine/jenis-bullying
https://blog.kejarcita.id/contoh-perilaku-bullying-yang-kerap-tak-disadari
Lampiran