Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENELITIAN SOSIAL

“ Pengaruh Bullying Bagi Perkembangan Sikap dan Intelektual


Siswa-Siswi Di SMA N 1 AMBON “

DI
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 2
MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
KELAS X-10
SMA NEGERI 1 AMBON
Anggota Kelompok :

1. Chesia Lawalata
2. Daniel Frans
3. Hetty Van Harling
4. Janet Pattikawa
5. Theresia Wokanubun
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pengaruh Bullying Bagi Perkembangan Sikap dan Intelektual Siswa-Siswi Di SMA N 1
AMBON” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Guru Sahetapy pada mata pelajaran Sosiologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang [ Tindakan Bullying Di Lingkungan Sekolah ] bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu guru, selaku guru Sosiologi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Terimakasih
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………...............................................................................………………………….. i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………….…………... ii

DAFTAR ISI .…………………………………………………………………………….……………............ iii

BAB 1 PENDAHULUAN

11.LATAR BELAKANG …………………………………………..……………………..………….. iv

1.2 RUMUSAN MASALAH …………………………………………….……………………..……. v

1.3 TUJUAN PENELITIAN …………………………………………..……….……………..…….. v

BAB II METODE PENELITIAN

2.1. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ……………………………………………...vii

2.2 JENIS PENELITIAN …..…………………………………………..………...……..………. vii

2.3 SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN ……………………………..…………………..... x

2.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ……………………………………….……………. xi

BAB III LAPORAN PENELITIAN & PEMBAHASAN

3.1 PENGERTIAN BULLYING ………………………………………………………….. xii

3.2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sekolah merupakan lembaga atau sarana dalam melaksanakan pelayanan belajar


atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan formal, sekolah memliki
tanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan siswa.

Dalam kehidupan bersosialisasi siswa di sekolah, pertemanan sangatlah diperlukan.


Namun, ada juga sebagian siswa yang menganggap pertemanan itu tidaklah terlalu
diperlukan bagi siswa penyendiri. Mereka bahkan menjahinya karena memiliki
berbagai macam anggapan, salah satunya yaitu pertemanan dapat mengganggu
aktivitas keseharian mereka. Siswa penyerdiri tersebut atau biasa dikenal dengan
istilah siswa introvert biasanya dikucilkan oleh sebagian kelompok siswa atau bahkan
teman sekelasnya Mereka juga bahkan mengintimidasi dan menindas siswa introvert
tersebut menggunakan kekerasan, ancaman, atau paksaan. Hal tersebut biasanya
dikenal dengan istilah bullying.

Bullying merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada remaja sekolah yang
dilakukan atas nama senioritas. Namun, kasus ini masih kurang mendapat perhatian
karena sering kali dianggap sebagai hal yang biasa terjadi di sekolah. Salah satu
kasusnya yaitu dalam hal persaingan meraih nilai tertinggi di sekolah merupakan hal
yang lumrah, dikarenakan setiap orang ingin menunjukkan bahwa dirinya merupakan
yang terbaik dibandingkan lainnya. Tak jarang siswa yang mendapat nilai terbaik malah
dikucilkan oleh teman sekelasnya. Hal itu secara tidak langsung termasuk tindakan
bullying.

Bullying sangatlah berbahaya karena dapat merugikan korbannya. Adapun


contohnya yaitu mengakibatkan malas belajar, trauma untuk pergi ke sekolah, takut
untuk berinteraksi, dan bahkan bunuh diri. Oleh karena itu, masalah bullying yang
marak terjadi sekarang ini seharusnya mendapatkan perhatian khusus, Maka dari itu,
kami tertarik untuk menjadikan bullying sebagai tema penelitian kami dengan judul
“Pengaruh Bullying Bagi Perkembangan Sikap dan Intelektual Siswa- siswi di SMA N 1
AMBON ”
1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dijadikan fokus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Menurut anda apakah yang dimaksudkan dengan bullying itu ?


2. Berapa lama anda telah mengalami tindakan bullying di lingkungan sekolah?
3. Tindakan bullying seperti apakah yang anda rasakan atau anda terima saat
di lingkungan sekolah?
4. Menurut anda sendiri, apa saja yang mendorong pelaku melakukan tindakan
bullying terhadap anda? Mengapa hal itu bisa terjadi?
5. Bagaimana perasaan anda menjadi korban bullying? Apakah anda merasakannya
hingga sekarang?
6. Pernahkah anda mencari perlindungan atau melaporkan tindakan bullying yang
anda alami kepada orang terdekat anda ( sahabat, kerabat, guru, dll ), Bagaimana
reaksi penanganan yang diberikan kepada anda?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk memperjelas arah penelitian ini, dirumuskan tujuan penelitian sebagai


berikut :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksudkan dengan bullying.


2. Untuk mengetahui jenis tindakan bullying apakah yang terjadi.
3. Untuk mengetahui faktor yang mendorong pelaku dalam melakukan tindakan
bullying tersebut, dan bisa mengetahui mengapa hal itu bisa terjadi.
4. Untuk mengetahui bagaimanan reaksi penanganan / pertolongan dari orang
terdekat untuk mengatasi tindakan bullying.
5. Untuk mengetahui dampak dari tindakan bullying
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMA NEGERI 1 AMBON. Pemilihan lokasi ini didasari
atas persoalan-persoalan yang ingin diteliti oleh penulis ada dilokasi ini. Waktu
penelitian ini dari minggu ke 2 bulan April 2023.

2.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan studi kasus. Menurut Yin dalam Tohirin, pendekatan studi kasus digunakan
untuk mengetahui suatu permasalahan yang hendak diteliti secara dalam dan
terperinci. Hasil penelitian kasus tidak dapat diramalkan, karena penelitian kualitatif
tidak memiliki prosedur yang baku. Data yang diperoleh pun sangat tergantung oleh
peserta penelitian, tujuan penelitian dan konteks penelitian

2.3 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa dan siswi di SMA NEGERI 1 AMBON yang pernah
mendapatkan perlakuan yang mengarah pada tindakan bullying. Objek penelitian ini
adalah strategi Guru Pembimbing dalam mencegah terjadinya tindakan bullying pada
siswa.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang benar dan akurat, pengumpulannya menggunakan


teknik sebagai berikut :

 Wawancara
Penulis mengadakan tanya jawab dengan informan yaitu siswa dan siswi SMA
NEGERI 1 AMBON untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam mencegah
terjadinya tindakan bullying antar pelaku dan korban bullying. Selain itu peneliti
juga mewawancarai siswa-siswi tersebut untuk mengetahui bentuk-bentuk
tindakan yang mengarah pada bullying
 Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data berupa data-data yang mendukung
penelitian ini. Data diperoleh dari pihak responden ( siswa - siswi SMA NEGERI 1
AMBON ) untuk memperoleh data-data tentang tindakan bullying seperti
apakah yang pernah terjadi dalam lingkungan sekolah.
 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dilapangan dianalisis melalui reduksi data, yaitu memilih
data yang pokok dan penting. Selanjutnya data disajikan secara naratif. Setelah
data disajikan, selanjutnya diambil kesimpulan dari data yang telah terkumpul
tersebut.
BAB III
LAPORAN PENELITIAN & PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Bullying

Berdasarkan atas hasil wawancara bullying diartikan sebagai bentuk penindasan


atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang
dengan tujuan untuk menyakiti baik secara verbal fisik maupun psikologis sehingga
korban merasa tertekan hingga trauma karena ini dilakukan secara terus menerus yang
mana ini secara tidak langsung membunuh mental korban

3.2 Landasan teori

Menurut Alexander (dikutip Sejiwa, 2008.10 dalam Widiharto 2008.3) menjelaskan


bahwa bullying adalah masalah kesehatan publik yang perlu mendapatkan perhatian
karena orang-orang yang menjadi korban bullyingkemungkinan akan menderita
depresi dan kurang percaya diri. Penelitian-penelitian juga menunjukkan bahwa
peserta didik yang menjadi korban bullyingakan mengalami kesulitan dalam bergaul.
Bullying berasal dari bahasa Inggris (bully) yang berarti menggertak atau mengganggu,
banyak definisi tentang bullying ini, terutama yang terjadi dalam konteks lain (tempat
kerja, masyrakat.komunitas virtual), Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001). Bullying
secara sederhana diartikan sebagai penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk
menyakiti seseorang atau kelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma dan
tidak berdaya (Suryanto, 2007.1 dalam Widiharto.2) B. Penelitian Yang Relavan

Berdasarkan data yang didapat dalam sebuah penemuan internasional dikatakan 59


persen siswa di Indonesia yang disurvey melaporkan bahwa siswa tersebut mendengar
ejekan yang menyakitkan hati dan perasaannya setiap harinya di sekolah sehingga
merasa enggan atau malas untuk datang ke sekolah lantaran trauma dan 10% sampai
16% siswa di Indonesia yang disurvey melaporkan bahwa siswa tersebut telah diejek,
diolok-olok, dikucilkan, dipukul, ditendang, atau didorong setidaknya sekali dalam
setiap minggunya di sekolah. (Huneck, 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang
dipaparkan oleh seorang psikolog bernama A. Kasandra Putranto pada seminar yang
diadakan di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta pada tanggal 21
November 2012 lalu, menunjukkan bahwa dari 353 siswa yang dijadikan sampel
penelitian, tindak bullying yang pernah dialami oleh mereka merupakan tindak bullying
dalam klasifikasi fisik dan psikis. Bullying tersebut 33% disebabkan karena siswa
kesulitan dalam bergaul dan 26% disebabkan karena fisik yang kecil/ lemah dan cacat.
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan dampak yang ditimbulkan oleh aksi
bullying membuat 55% siswa merasa tertekan dan gugup, sedangkan 37% siswa
mengalami kekurangan dalam berkonsentrasi. Dalam penelitian tersebut, ditunjukkan
pula bahwa 36% korban bullying membalas tindak bullying yang mereka terima
(Koebler, Jason. 2011).

3.3 Unsur-Unsur Bullying

Coloroso (2003) menjelaskan bahwa bullying sesungguhnya akan selalu melibatkan


ketiga unsur berikut ini:

1. Ketidakseimbangan kekuatan: Pelaku bullying dapat saja orang yang lebih tua,
lebih besar, lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi dalam status sosial,
berasal dari ras yang berbeda, atau tidak berjenis kelamin yang sama. Sejumlah
besar kelompok anak yang melakukan bullying dapat menciptakan
ketidakseimbangan. Bullying bukan merupakan persaingan antar saudara
kandung dan bukan pula perkelahian yang melibatkan dua pihak yang setara.
2. Niat untuk mencederai: Bullying berarti menyebabkan kepedihan emosional
dan/atau luka fisik, memerlukan tindakan untuk dapat melukai, dan
menimbulkan rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan luka tersebut.
Tidak ada kecelakaan atau kekeliruan, tidak ada keseleo lidah, tidak ada kaki
yang salah tempat, tidak ada “Aduh, maaf, aku tidak bermaksud begitu.”
3. Ancaman agresi lebih lanjut: Baik pihak pelaku maupun pihak korban
mengetahui bahwa bullying dapat dan kemungkinan akan terjadi kembali.
Bullying tidak dimaksudkan sebagai peristiwa yang terjadi sekali saja. Ketika
eskalasi tindakan bullying meningkat tanpa henti, maka elemen keempat akan
muncul:
4. Teror: Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk
mengintimidasi dan memelihara dominasi. Teror yang menusuk tepat di jantung
korban bukan hannya merupakan sebuah cara untuk mencapai tujuan tindakan
bullying, teror itulah yang merupakan tujuan dari tindakan bullying tersebut.

Berdasarkan uraian mengenai unsur-unsur bullying di atas, dapat diambil


kesimpulan bahwa perilaku ini bisa terjadi jika ada ketidakseimbangan kekuatan antara
pelaku dan korban. Jika telah terjadi ketidakseimbangan kekuatan tersebut, maka
pelaku cenderung memiliki niat untuk mencederai korbannya kembali dan kemudian
melakukan tindakan agresi lebih lanjut. Setelah ketiga hal tersebut telah terjadi, pelaku
akan memberikan teror pada korban yang merupakan tujuan dari perilaku bullying ini.

3.4 Bentuk-bentuk bullying

Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa bentuk bullying, yaitu:


A. Bullying fisik, ini adalah jenis bullying yang kasat mata. Siapapun bisa
melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dengan
korbannya seperti memukul, menampar, menginjak kaki, meludahi, melempar
dengan barang, memalak, menendang, mendorong, merusak atau mencuri
barang milik orang lain atau menyuruh orang lain untuk menyerang korban.
B. Bullying verbal, ini jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa
tertangkap indera pendengaran kita seperti mengejek/mencela, memaki,
menghina, memberi panggilan nama, meneriaki, menuduh,memfitnah,
menyoraki, menyindir dan menyebarkan gosip.
C. Bullying mental/psikologis, ini adalah jenis bullying yang paling berbahaya
karena tidak tertangkap mata atau telinga kita jika kita tidak awas
mendeteksinya. Praktik bullying ini terjadi diam-diam dan diluar radar
pemantauan kita seperti mengancam dan menunjukkan sikap janggal/tidak
seperti biasanya, mendiamkan, mempermalukan, meneror lewat pesan pendek
telepon genggam atau e-mail, mencibir, melarang orang lain untuk masuk ke
dalam kelompok dan memanipulasi hubungan persahabatan.

Berdasarkan uraian di atas, perilaku bullying dapat terjadi dalam bentuk apapun dan
dalam hal kecil sekalipun. Jika tidak mengantisipasinya bisa saja hal ini terjadi pada diri
sendiri sebagai korban maupun pelakunya.

3.5 Faktor-faktor Perilaku Bullying

Menurut hasil wawancara para korban menyebutkan bahwa faktor terjadinya perilaku
bullying adalah sebagai berikut :

A. Tradisi turun temurun dari senior. Anggapan para remaja yang salah saat ini
ialah seorang senior atau kakak kelas boleh melakukan apapun terhadap adik
kelasnya. Meskipun anggapan ini sangat tidak benar, para senior tetap saja selalu
semena-mena dan ini terus berlanjut dari tahun ke tahun.
B. Balas dendam karena dulu pernah diberlakukan sama. Para korban bullying
sebelumnya sering berfikir bahwa orang lain harus merasakan juga apa yang
telah mereka rasakan. Hal inilah yang membuat bullying sulit untuk dihentikan.
C. Ingin menunjukkan kekuasaan. Orang-orang yang merasa memiliki kemampuan
lebih dalam hal fisik, ekonomi, kecerdasan dan lain-lain, cenderung selalu
meremehkan orang-orang yang tidak punya kemampuan seperti mereka dan
selalu ingin menunjukkan kekuasaannya tersebut.
D. Marah karena korban tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini
terjadi karena pelaku bullying biasanya sering menentukan apayang harus
dilakukan oleh para korbannya.
E. Mendapatkan kepuasan tersendiri saat pelaku melakukan tindakan bullying
tersebut.
F. Perilaku dianggap tidak sopan menurut aturan kelompok tertentu. Aturan
tersebut diciptakan oleh pelaku bullying dan biasanya aturan tersebut sering
terkesan mengada-ada atau tidak masuk akal.

3.6 Pertolongan/penanganan

Berdasarkan hasil wawancara menurut para korban, sebagian dari mereka tidak
mendapatkan reaksi maupun penanganan dari orang di sekitar mereka lalu
sebagiannya lagi mereka mendapat penanganan dari Guru sebagai wali kelas maupun
dari guru bimbingan konseling (BK). Salah satu diantara para korban mengambil jalur
hukum sebagai penanganan.

Jadi penanganan terhadap kasus bullying di sekolah perlu dilakukan dengan tegas,
cepat, dan adil mulai dari lingkup keluarga dengan menghimbau para orang tua untuk
mengembangkan emosional anak. Ajarkan anak untuk memiliki rasa empati,
menghargai orang lain dan menyadarkan anak bahwa dirinya adalah makhluk social
yang membutuhkan orang lain. Untuk mengatasi dan mencegah masalah bullying
diperlukan kebijakan yang bersifat menyeluruh di sekolah, sebuah kebijakan yang
melibatkan komponen dari guru sampai siswa, dari kepala sekolah sampai orang tua
murid, kerja sama antara guru, orang tua dan masyarakat atau pihak lain yang terkait
seperti kepolisian, aparat hukum dan sebagainya. sangat diperlukan dalam menangani
masalah ini.

Peran orang tua di rumah harus mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan
anak-anakdan membekali anak dengan pemahaman agama yang cukup dan
menanamkan ahlakul karimahyang selalu dilaksanakan di lingkungan rumah, karena
anak akan selalu meniru perilaku orangtua. Pemberian teladan kepada anak akan lebih
baik dari memberi nasihat.Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh sekolah ialah
membuat sebuah program anti bullying di sekolah bullying akan terus terjadi di
sekolah-sekolah, apabila orang dewasa tidak dapat membina hubungan saling pecaya
dengan siswa, tidak menyadari tingkah laku yang masuk tindakan bullying, tidak
menyadari luka yang disebabkan oleh bullying, tidak menyadari dampak bullying yang
merusak kegiatan belajar siswa, serta tida ada campur tangan secara efektif dari
sekolah.

3.7 Dampak Perilaku Bullying

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa siswa-siswi SMA Negeri 1 Ambon


dampak dari perilaku bullying ini sendiri sangat banyak terutama bagi para
korbannya, antara lain:
A. Menurut inisial G.S Bullying menjadi penghambat besar bagi seorang anak untuk
mengaktualisasikan diri, karena korban merasa bahwa hal apapun yang ia
lakukan akan salah dalam pandangan orang-orang terutama bagi para pelaku
bullying tersebut.

B. Menurut inisial C.L Bullying tidak memberi rasa aman dan nyaman, membuat
para korban bullying selalu merasa dibayangi rasa takut akan terintimidasi.
C. Menurut inisial I.S Bullying membuat korban merasa rendah diri serta tak
berharga di lingkungan masyarakat akibat perlakuan bullying yang diterimanya.
D. Menurut inisial J.P Bullying menyebabkan rasa takut, karena korban selalu
menerima perlakuan bullying sehingga menyebabkan korban yang merupakan
seorang siswa akan sulit berkonsentrasi dalam belajarnya.
E. Menurut inisial A.L Bullying membuat Korban selalu merasa takut dan cemas
sehingga korban tidak mampu untuk bersosialisasi secara baik dengan
lingkungannya.
F. Menurut inisial B.C Perilaku bullying yang terjadi di sekolah menyebabkan para
korban merasa enggan bersekolah untuk menghindari perilaku tersebut terjadi
kembali padanya.
G. Menurut inisial H.V Bullying membuat korban menjadi pribadi yang tertutup
sehingga ia akan tidak percaya diri dan sulit berkomunikasi dalam
lingkungannya.
H. Menurut inisial J.T Bullying membuat korban kehilangan rasa percaya diri
kepada lingkungan yang banyak menyakiti dirinya.

Berdasarkan uraian dampak dari perilaku bullying di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa para korban adalah pihak yang sangat dirugikan dalam sebuah tindakan
bullying. Dampak yang diterima para korban tidak hanya membekas saat terjadinya
perilaku bullying tersebut, tetapi akan terus membekas sepanjang hidupnya.
BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

1.1. Kesimpulan

Bullying adalah bentuk tindakan atau perilaku negatif, agresif seperti mengganggu,
menyakiti atau melecehkan yang dilakukan secara sadar, sengaja dengan cara berulang-
ulang oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menyebabkan ketidaksenangan
atau menyakiti orang lain secara berulang kali. Dan bullying ini sifatnya mengganggu
orang lain karna dampak dari perilaku negatif yang kini sedang popular dikalangan
masyarakat ini adalah ketidaknyamanan orang lain atau korban bullying.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Bullying meliputi faktor keluarga menjadi


penyebab timbulnya perilaku bullying dikalangan peserta didik, sebab keluarga
khususnya pelaku bullying tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang
tuanya. Mereka cenderung mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari orang tua.
Sehingga mereka mencontoh apa yang mereka lihat dari orang tua. Faktor teman sebaya
juga memiliki peran yang besar sebagai penyebab bullying karena sebagian besar waktu
yang mereka miliki dihabiskan bersama teman-temannya. Lingkungan pergaulan
pelaku bullying memiliki peran penting dalam tindakan bullying yang ia lakukan,
karena pelaku cenderung mengikuti apa yang dilakukan teman-temannya. Faktor media
masa Tayangan yang sering dinikmati oleh pelaku didalamnya banyak mengandung
unsur -unsur kekerasan sehingga mempengaruhi perilaku si anak.

1.2. Saran

Dari kesimpulan hasil penelitian diatas, dapat diajukan beberapa saran sebagai beirkut:

a) Bagi sekolah, hendaknya lebih menambah pengawasan dengan


berkeliling sekolah di jam-jam tertentu dan temppat-tempat tertentu
yang berpotensi terjadinya bullying.
b) Bagi guru, hendaknya lebih tanggap terhadap perilaku bullying dalam
bentuk yang kecil ataupun besar agar tidak sampai menimbulkan korban.
c) Bagi guru BK, hendaknya mencatat setiap kasus-kasus bullying yang
terjadi disekolah sebagai catatan untuk penanganan tindakan yang tepat
dalam menangani kasus-kasus tersebut.
d) Bagi orang tua hendaknya menjadi panutan yang bersifat positif bagi anak
serta menciptakan hubungan yang hangat antar keluarga.
Daftar Pustaka

Magfirah dan Rachmawati (2009) : http://repository.uin-suska.ac.id/6433/2/BAB


%20I.pdf

http://repository.unika.ac.id/1005/4/09.40.0080%20Santy%20Laksmi%20Puri
%20BAB%20III.pdf

https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fimgv2-2-
f.scribdassets.com%2Fimg%2Fdocument%2F452708119%2Foriginal%2Febf0701e9e
%2F1680041672%3Fv%3D1&tbnid=wp2QWwalEKBFwM&vet=1&imgrefurl=https
%3A%2F%2Fid.scribd.com%2Fdocument%2F452708119%2Fproposal-
bullying&docid=pG4Y1oKyk2SsbM&w=768&h=1024&hl=in-ID&source=sh%2Fx%2Fim

https://123dok.com/article/saran-kesimpulan-perilaku-school-bullying-sekolah-
negeri-delegan.zlnl8l6q

https://id.quora.com/Pernahkah-kalian-jadi-korban-perundungan-Bagaimana
perasaan-kalian-pada-waktu-itu
https://www.orami.co.id/magazine/jenis-bullying

https://blog.kejarcita.id/contoh-perilaku-bullying-yang-kerap-tak-disadari
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai