Anda di halaman 1dari 9

FORMAT JAWABAN TUGAS TUTON

TUGAS TUTORIAL 1
IDIK4007/ METODE PENELITIAN
NAMA MAHASISWA: JOSCELINA ALBERINA BR S. DEPARI
NIM: 856027651
PRODI: PGSD-S1
UPBJJ: MEDAN
POKJAR: BINJAI
KELAS/SEMESTER: 5/B

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Terbuka
2021.2
KATA PENGANTAR

Puji sukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan Tugas Tutorial 2 dengan tepat
waktu.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Metode Penelitian.
Selain itu, tugas ini bertujuan menambah wawasan saya tentang bagaimana
Metode Penelitian Pendidikan.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tutor selaku tutor Mata
Pelajaran Metode Penelitian.

PEMBAHASAN

TUGAS 2

PERILAKU KEKERASAN DIKALANGAN SISWA

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kasus kekerasan dikalangan siswa di Indonesia merupakan fenomena
yang sangat memprihatinkan. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan
oleh Komnas Perlindungan Anak (KPA) angka kekerasan disekolah pada
tahun 2009 meningkat hingga 20% dibandingkan dengan tahun 2008.
Menurut sekjen KPA, Arist Merdeka Sirait pada tahun 2009 terjadi aksi
kekerasan disekolah mencapai 472 kasus. Angka ini meningkat
dibandingkan pada tahun 2008, jumlah kasusnya sebanyak 362 kasus.

Pemerintah hendaknya merespon hal ini dengan serius. Kekerasan di


kalangan siswa khususnya kekerasan yang dilakukan oleh senior
terhadap juniornya sering terjadi baik di SMP, SMA, maupun Perguruan
Tinggi. Masa Orientasi Siswa (MOS) atau OSPEK ditetapkan sebagai
sekolah untuk memberi waktu pada siswa baru untuk menyesuaikan diri
dengan sekolah mereka. Kegiatan MOS biasanya yang menjadi panitia
adalah kelas 3 dan kelas 2, aksi senior banyak macamnya ada yang
bersifat positif dan ada juga yang bersifat negatif dengan
mengatasnamakan senioritas para senior berhak untuk memberi
pelajaran kepada adik-adik kelasnya atau para juniornya. Tindakan para
senior biasanya dapat berupa sindiran, ancaman dan lain-lain. Biasanya
senior menerapkan tata tertib untuk juniornya dan apabila dilanggar
akan mendapatkan sanksi atau hukuman.

Pada dasarnya, aksi kekerasan dikalangan siswa dapat diancam dengan


pasal 54 UU No 23 tahun 2002. Sanksi tersebut tidak hanya berlaku bagi
para siswa yang menjadi pelaku kekerasan, para pengajar pun dapat
dikenakan sanksi seperti disebutkan dalam pasal 82 UU No 23 tahun
2002 karena dianggap melakukan pembiaran atau pelalaian. Akan
tetapi, hal ini tidak begitu saja menghilangkan tradisi kekerasan senior di
sekolah.
Untuk itu pertanyaannya adalah apa penyebab terjadinya kekerasan
antara siswa senior dan junior, mengapa kasus-kasus sepele yang
dilakukan oleh adik-adik kelas atau junior dapat menjadi bencana besar
yang berakibat hilangnya nyawa seseorang atau korbannya mengalami
rasa trauma yang mendalam sehingga tidak mau masuk sekolah lagi.
Tawuran juga merupakan tindakan senioritas yang dilakukan untuk
menggojlok adik-adik kelas untuk ikut tawuran dengan sekolah lain.
Oleh karena itu, berdasarkan varian diatas peneliti berasumsi bahwa
tradisi senioritas sangat rentan terjadi disekolah dengan adanya
kelompok-kelompok didalam sekolah menjadi penyebab utama
kekerasan. Aksi kekerasan sangat bertentangan dengan etika pendidikan
disekolah oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Perilaku Kekerasan Dikalangan Siswa”.

B. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini saya mencoba membatasi masalah hanya pada
ruang lingkup “Perilaku Kekerasan Dikalangan Siswa”. Dengan beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa penyebab terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh siswa senior
terhadap siswa junior?
b. Bagaimana bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan oleh siswa
senior terhadap siswa junior?

C. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kekerasan yang dilakukan


oleh siswa senior terhadap siswa junior
b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan siswa
senior terhadap siswa junior

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat memperkaya kajian-kajian
mengenai kekerasan dikalangan siswa khususnya masalah kekerasan
yang dilakukan senior terhadap juniornya.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan dalam pola


penyusunan penanggulangan kekerasan dikalangan siswa, yang
dimanfaatkan oleh berbagai pihak, yaitu: Menjadi masukkan bagi
sekolah dimana, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pertimbangan bagi guru bidang bimbingan sekolah dalam mengadakan
pembinaan bagi siswa.

BAB 2

1.1Kekerasan
1.1.1 Pengertian Kekerasan
Kekerasan merupakan perilaku agresi yang bertujuan merusak dan m
enyakiti orang lain. Ada beberapa definisi kekerasan yang
dikemukakan oleh para ahli, antar lain: Soerdjono Soekanto
mendefinisikan kekerasan sebagai istilah yang dipergunakan bagi
terjadinya cidera mental atau fisik.
Kekerasan diartikan sebagai sebuah ancaman, usaha atau
penggunaan fisik
yang dilakukan oleh seseorang yang dapat menimbulkan luka baik
secara fisik maupun non fisik terhadap orang lain.
Kekerasan menurut Johan Galtung merupakan deprivasi
kepentingan
terhadap kebutuhan dasar hidup manusia dalam bentuk
kekerasan kultural, struktural, dan kekerasan langsung dengan
tindakan-tindakan yang menyebabkan ora
ng lain menderita.

1.1.2 Faktor Penyebab Kekerasan


Teori Belajar Sosial.
Teori ini menjelaskan bahwa ke
kerasan terjadi karena proses belajar dari lingkungan sosialnya.
Menurut Bandura belajar terjadi karena peniruan (Imitation).
Kemampuan meniru respon orang lain adalah penyebab utama
belajar.
Orang dapat memperoleh pola-pola perilaku baru melalui
pengamatan terhadap orang lain. Untuk menjelaskan teori Bandura,
Cooley dalam buku karya Kamanto menjelaskan tentang konsep diri
seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain.
Interaksi ini diberi nama looking glass self. Nama demikian diberikan
olehnya karena ia melihat analogi antara pembentukan diri
seseorang dengan perilaku orang yang bercermin; kalau cermin
memantulkan apa yang terdapat di depannya, maka menurut
Cooley diri seseorang pun memantulkan apa yang dirasakannya
sebagai tanggapan terhadap dirinya.

Terkait dengan teori belajar social, saya mencoba mengidentifikasi


beberapa kelompok dan media social yang menjadi tempat sosialisasi
dan pembelajaran social terjadi, yaitu:
a. Keluarga
Keluarga merupakan kerangka pertama, tempat dimana
manusia berkembang sebagai makhluk sosial terdapat pula
peranan-peranan tertentu di dalam keluarga yang dapat
mempengaruhi perkembangan individu sebagai makhluk social.

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan sosial anak-


anak adalah keutuhan keluarga. Keluarga merupakan
lingkungan terdekat yang di dalamnya anak dididik pertama
kali. Adapun kedaan keluarga yang dapat menjadi sebab
timbulnya delinkuen dapat berupa keluarga yang tidak normal
(broken home). Masa Remaja adalah masa penuh kegoncangan
jiwa, masa berada dalam peralihan dari anak-anak menuju
pubertas. Masa anak-anak kita bergantung pada lingkungan,
misalnya masih bergantung pada orang tua. Masa remaja ingin
berdiri sendiri dan tidak bergantung lagi kepada orang tua
maupun orang dewasa lain, akan tetapi dalam persoalan
ekonomi dan sosial mereka belum mampu berdiri
sendiri.Remaja yang mengalami broken home, ada kemungkinan
besar bagi terjadinya kenakalan remaja, di mana terutama
perceraian atau perpisahan orang tuanya mempengaruhi
perkembangan si anak.
b. Sekolah
Sekolah merupakan media sosialisasi yang cukup luas
dibandingkan dengan keluarga. Anak mengalami perubahan
dalam perilaku sosial ketika ia telah masuk sekolah. Dirumah
anak hanya bergaul dengan orang tuanya,dan anak-anak
tetangganya. Disekolah si anak mengalami suasana yang
berbeda. Sistem pendidikan, yakni sekolah adalah lembaga
sosial yang turut menyumbang dalam proses sosialisasi
individu agar menjadi anggota masyarkat yang
diharapkan.Sekolah merupakan ajang pendidikan kedua
setelah lingkungan keluarga bagi anak.Sekolah mempunyai
pengaruh yang cukup penting dalam pembentukan sikap dan
perilaku anak. Di sekolah anak belajar mengenai peranan-
peranan baru untuk dikemudian hari ketika anak tidak lagi
menggantungkan diri pada orang tuanya.

c. Lingkungan Pergaulan
Pengaruh lingkungan sosial juga mendorong terjadinya
perilaku kekerasan, yakni motf untuk berkuasa atas orang lain
dan motif untuk menjadi bagian kelompok yang kuat sehingga
mendapat status sebagai bagian dari anggota kelompok tersebut.
Tekanan dari teman sebaya juga merupakan salah satu
pendorong terjadinya kekerasan pada remaja, peran kelompok
teman sebaya bagi hidup remaja mengalami perubahan.
Remaja menjadi kian bergantung pada kelompok teman
sebaya dalam mengekspresikan diri, ketergantungan ini diikuti
pula dengan meningkatnya tekanan untuk meraih status sosial.
Popularitas dan penerimaan teman pun menjadi demikian
penting bagi remaja, sehingga muncul terjadinya aksi
kekerasan. Salah satu contohnya adalah ketika siswa tidak
masuk ke dalam genk yang popular maka siswa tersebut akan
dianggap kurang pergaulan.

1.2Senioritas
1.2.1 Pengertian Senioritas
Kata senioritas adalah kata yang sudah sangat terkenal
dalam kehidupan sehari-hari kita, baik dalam kehidupan
masyarakat maupun lingkungan sekolah. Dalam sekolah,
pelajar menganggap senioritas adalah sebuah gap antara
senior dan junior.Weber mendefinisikan kekuasaan adalah
kemungkinan seseorang melakukan keinginan di dalam
suatu hubungan sosial yang ada termasuk dengan kekuatan
tanpa menghiraukan adanya norma dan nilai yang menjadi
landasan.Hubungan otoritas akan ada apabila pihak yang
dikuasai menyetujui dengan pihak yang menguasai,misalnya
bersedia melakukan tata tertib yang telah dibuat oleh
senior yang mengatur untuk mendisiplinkan adik-adik
kelasnya atau para junior.
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

Erlangga, Ade. “Intensitas menonton adegan kekerasan di televisi dan tingkat


keterlibatan pelajar dalam tawuran.

Binjai, 13 November 2022

Joscelina Alberina br S. Depari

Anda mungkin juga menyukai