Anda di halaman 1dari 9

Nama : Rany Rahma Wahyuningsih

NIM : 06071382126073

Kelas : Palembang

UJIAN AKHIR SEMESTER

1. Pembentukan manusia yang berkepribadian dan berperilaku baik merupakan tanggungjawab


bersama antara pemerintah (sekolah), orang tua, dan masyarakat. Kepribadian seseorang
bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk melalui proses pendidikan salah satunya
melalui interaksidan sosialisasi. Sekolah merupakan agent of change yang harus bertindak
lebih progressive dalam mendidik generasi muda. Akhir-akhir ini, terjadi kasus tawuran antar
pelajar di Palembang berdasarkan info di media sosial dan detik.com. Beberapa orang siswa
sedang melakukan tawuran sambil membawa senjata tajam. Masyarakat sekitar sudah
berusaha melerai, namun para pelajar ini membawa senjata tajam dan pelajar mengancam
masyarakat menggunakan senjata tajam sehingga tawuran tersebut tidak dapat digagalkan
oleh masyarakat setempat. Tawuran tersebut menewaskan seorang pelajar dan 2 orang
diantaranya luka-luka, dan pelaku lainnya sudah diamankan oleh polisi. Hal ini menjadi
perhatian bagi sekolah terutama guru BK dalam pembentukan karakter siswa.
a. Menurut Anda, apa yang menjadi penyebab permasalahan tersebut terjadi?
Penyelesaian
Menurut saya, penyebab tawuran ini biasanya terjadi karena hal yang sepele, bisa karena
keributan antar sekolah yang siswa nya saling adu gengsi. Mereka saling menunjukan
kekuatan agar sekolah nya tidak dipandang sebelah mata oleh sekolah lain. Padahal
tindakan mereka tersebut justru membahayakan baik bagi diri mereka sendiri dan juga
masyarakat yang tempatnya di jadikan tempat kejadian perkara, dikarenakan mereka
kebanyakan membawa senjata tajam.
Dalam Jurnal A. Said Hasan Basri yang berjudul “FENOMENA TAWURAN ANTAR
PELAJAR DAN INTERVENSINYA” Berbagai faktor pemicu terjadinya tawuran antar
pelajar tersebut, dapat dikategorikan menjadi dua, yakni faktor internal yang berasal dari
dalam diri pelajar dan faktor eksternal dari luar diri pelajar sebagai remaja. Faktor internal
dari dalam diri remaja ini berupa faktor-faktor psikologis sebagai manifestasi dari aspek-
aspek psikologis atau kondisi internal individu yang berlangsung melalui proses
internalisasi diri yang keliru dalam menanggapi nilai-nilai di sekitarnya.
Sumber : Basri, A. (2015). Fenomena tawuran antar pelajar dan intervensinya. Hisbah:
Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, 12(1), 1-25.
b. Apa dampak yang ditimbulkan dari kejadian tersebut?
Penyelesaian
Seperti yang telah disampaikan pada narasi soal diatas kejadian ini menyebabkan seorang
pelajar tewas dan 2 orang diantaranya luka-luka. Atau mungkin juga nanti akan
berdampak bagi nama baik sekolah. Dan bisa menjadi contoh yang buruk bagi anak-anak
yang dipikirnya terlihat seperti seorang jagoan.
Atau mungkin juga menurut Jurnal Psikologi Islam (JPI) yang berjudul “PERAN GURU
BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASITAWURAN PELAJAR” bisa
berdampak
1. Pelajar dan keluarganya yang tertibat pedtelahian mengalami dampak negatif
pertama, bila mengalami cedera, cacatseumur hidup atau bahkan tewas.
2. Rusaknya fasilitas umum seperti taman kota, trotoar, bus, halte dan fasilitas lainnya
serta fasilitas pribadi,seperti kendaraan, pecahnya kaca toko-toko
3. Terganggunya proses belajar di sekolah.
4. Berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai
hiduporang lain. Akibat yang terakhirini memiliki konsekuensi jangka panjang
terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.
5. Menurunnya moralitas para pelajar. Dari aspek fisik, tawuran dapat menyababkan
kematian dan luka berat bagi para siswa. Kerusakan yang parah pada kendaraan dan
kaca gedung atau rumah yang terkena lemparan batu. Sedangkan aspek mentalnya
tawuran dapat menyebabkan trauma pada para siswa yang menjadi korban, merusak
mental para generasi muda, dan menurunkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Sumber

Setiawan, E. (2015). Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Tawuran


Pelajar. Psikoislamika: Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam, 12(2), 23-28.

c. Bagaimana fenomena tawuran antar pelajar dalam perspektif bimbingan dan konseling?
Penyelesaian
Dalam Jurnal A. Said Hasan Basri yang berjudul “FENOMENA TAWURAN ANTAR
PELAJAR DAN INTERVENSINYA” Fenomena tawuran antar pelajar, dan usaha
menemukan jalan keluar yang tepat, pada intinya tidak dapat ditinjau dari satu atau dua
sisi semata. Misalnya hanya dilihat dari faktor psikologis pelajar, hal ini berarti harus
menata kembali kondisi emosional remaja yang tidak stabil itu. Perasaan yang cedera
karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman, maupun lingkungannya sejak
kecil. Trauma-trauma dan konflik-konflik dalam hidupnya harus diselesaikan, dan mereka
harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Artinya, memberikan
lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan pelajar sebagai
remaja dengan baik, akan banyak membantu dalam mengurangi insiden tawuran. Di sisi
lain, jika dilihat dari berbagai faktor yang memicu pelajar untuk terlibat tawuran seperti
yang diuraikan di atas, maka pendekatan penangan yang tepat tentu tidak cukup satu atau
dua pendekatan semata, tetapi perlu pendekatan program komprehensif dan multisektor.
Program yang lebih luas cakupannya daripada hanya sekedar berfokus pada tawuran,
yang memiliki komponenkomponen ganda, karena tidak ada satu pun komponen yang
berdiri sendiri sebagai panah ajaib yang dapat memerangi tawuran. Program harus sudah
dimulai sejak awal masa perkembangan anak untuk mencegah masalah belajar dan
berperilaku, termasuk tawuran. Program harus diarahkan pada institusional (sekolah)
daripada pada perubahan individual, yang menjadi fokusnya adalah meningkatkan
kualitas pendidikan yang berkesinambungan. Maka dari itu, sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa adaptasi program prevensi dalam kesehatan mental, yaitu
upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu gangguan, kerusakan atau
kerugian bagi seseorang atau masyarakat adalah salah satu solusi. Melalui program ini
harapannya dapat mengurangi risiko terjadinya tawuran antar pelajar, karena
sesungguhnya tawuran antar pelajar tersebut merupakan salah satu bentuk penyimpangan
perilaku, dan penyimpangan perilaku dapat dikategorikan sebagai bagian dari
ketidaksehatan mental. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah
tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Di samping itu, pola emosi pada masa remaja
seringkali mudah marah, mudah dipengaruhi atau diprovokasi, dan cenderung meledak,
serta tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Adapun pola pengungkapan amarahnya
biasanya dengan menggerutu, tidak mau bicara, atau dengan suara keras mengkritik orang
yang menyebabkan marah, apalagi jika diperlakukan seperti anak kecil atau mendapat
perlakuan tidak adil.Untuk lebih memahami bagaimana sebenarnya remaja dan masalah
yang melingkupinya. Perlu kiranya memahami beberapa karakteristik khas dari masa
remaja itu sendiri.
Sumber
Basri, A. (2015). Fenomena tawuran antar pelajar dan intervensinya. Hisbah: Jurnal
Bimbingan dan Konseling Islam, 12(1), 1-25.

d. Sebagai guru BK, alternative seperti apa yang akan Anda berikan untuk mencegah
peristiwa tersebut terjadi?
Penyelesaian
Yang akan saya lakukan yaitu
1. Mengidentifikasi siswa-siswa yang berisiko terlibat tawuran.
2. Memberikan pendidikan moral, sekaligus pendidikan tentang dampak kenakalan
remaja termasuk di dalamnya adalah tawuran.
3. Setiap guru wajib menjadi seorang figur yang baik, sabar yang dapat dicontoh oleh
para pelajar.
4. Memberikan perhatian (sebagai wujud dukungan sosial di sekolah) dan motivasi yang
lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri.
5. Memfasilitasi para pelajar untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat
sesuai bakat dan minatnya.
6. Membentuk kelompok fasilitator teman sebaya.

2. Sebagai seorang guru kita selalu dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang
beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan
berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun tidak sedikit pula siswa yang justru dalam
belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh
siswa adalah underachiever yaitu keadaan dimana prestasi yang diperoleh siswa tersebut di
bawah tingkat kecerdasan atau IQ yang dimilikinya. Masalah kesulitan belajar siswa
underachiever dapat memberikan dampat negative terhadap prestasi belajarnya. Oleh karena
itu, sebagai guru BK perlu untuk membantu mengatasi permasalahan siswa underachiever
agar mencapai hasil maksimal sesuai dengan kemampuan dan IQ yang dimilikinya.

a. Bagaimana karakteristik siswa underachiever dan apa penyebab siswa tersebut


mengalami underachiever?
Penyelesaian
Menurut saya karakteristik siswa underachiever yaitu siswa yang terlihat tidak siap ketika
ujian berlangsung karena dia tidak ada inisiatf untuk belajar sebelum ujian berlangsung
dan siswa yang menyontek baik ketika membuat tugas ataupun ujian. Lalu siswa yang
ketika ditunjuk guru saat dikelas lebih memilih menghindar. Merasa kurang bersemangat,
kurang tegas dan sering ribut di kelas. 6. Memiliki disiplin yang rendah, sering telat
sekolah, enggan mengerjakan tugas, sering ribut, dan mudah terpengaruh. 7. Tidak
memiliki hobi atau minat terhadap kegiatan untuk mengisi waktu luang. 8. Takut ujian
dan berprestasi rendah.
Penyebabnya bisa dikarenakan diri siswa itu sendiri yang memang malas untuk belajar
dan tidak memilik iniasiatif untuk memiliki gaya belajar agar dia lebih bisa menyerap
pelajaran lalu dari orang tua nya juga tidak ada perhatian lebih unuk anaknya ketika
mendapat nilai yang tidak memuaskan, jadi siswa tersebut menyepelekan prestasinya dan
tidak mau memperbaikinya. Merasa tidak cocok dengan kurikulum sekolah.Kurang sesuai
dengan cara mengajar guru.Kurang nyaman dengan lingkungan kelas.Terlalu banyak
minat terhadap sesuatu, sehingga sulit fokus. Terlalu banyak kegiatan sehingga tidak bisa
memanajemen kegiatannya sendiri.
Lalu di dalam Jurnal Pendidikan dan Konseling yang berjudul “Diagnostik Kesulitan
Belajar Pada Siswa Underachiever”
Beberapa karakteristik kesulitan belajar yang dialami pada siswa underachiever
yaitu,sebagai berikut:
a) nilai prestasi rendah
b) pekerjaan sehari-hari tidak lengkap atau buruk
c) memahami dan mengingat konsep-konsep dengan baik jika berminat
d) kesenjangan antara tingkat kualitatif pekerjaan lisan dan tulisan (secara lisan
lebihbaik)
e) pengetahuan faktual sangat luas
f) mempunyai daya imajinasi yang kuat
g) selalu tidak puas dengan pekerjaan yang dikerjakan
h) cenderung perfeksionisme dan mengkritik diri sendiri,sehingga menghindari
pekerjaan baru untuk menghindari kinerja yang tidak sempurna
i) menunjukkan prakarsa lain misalnya mengerjakan proyek di rumah yang dipilih
sendiri
j) mempunyai minat yang luas dan keahlianyang khusus dalam suatu bidang
tertentu
k) self-esteemrendah dan cenderung menarik diri atau menjadi agresif didalam
kelas
l) tidak berfungsi konstruktif di dalamkelompok
m) menunjukkan kepekaan dalam persepsiterhadap diri sendiridanorang lain
n) menetapkan tujuan yang tidak realistis untukdirinya sendiri
o) tidak menyukai pekerjaan praktis danhafalan
p) tidak mampu memusatkan perhatian dan berkonsentrasi pada tugas‐tugas
q) mempunyai sikap acuh dan negatif terhadap sekolah
r) menolak upaya guru untk memotivasi atau mendisiplinkan perilaku di dalam
kelas
s) mengalami kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya dan kurang
dapatmempertahankan persahabatan(Lestari, 2021; Ni’maturodhiyah, 2021).

Berdasarkan karakteristik tersebut,faktor internal penyebab timbulnya gejala


underachiever pada siswa, diantaranya adalah:

Berdasarkan karakteristik tersebut,faktor internal penyebab timbulnya gejala


underachiever pada siswa, diantaranya adalah: (1) adanya ketidak seimbangan
mental atau gangguan fungsi mental disebabkan;(a) kurangnyakemampuan
potensial,(b) adanya kelainan, (c) lemah dalamberusaha, (d) menunjukkan kegiatan
yang berlawanan, (e) kurangnya sinergi untuk bekerjaatau belajar karena
kekurangan makanan bergizi, (f) kurangnya penguasaanterhadap kebiasaan
belajar dan hal‐hal fundamental,dan (g) kurang matang mempersiapkan diri
dalam bekerja atau belajar.,(2) adanya gangguan fisik disebabkan;(a) kurang
berfungsinya organ‐organ perasaan danalat‐alat penginderaan, dan (b) gangguan
kesehatan (fisik).,(3) adanya gangguan emosi disebabkan; (a) merasa tidak
amanterhadap lingkungannya, (b) kurang bisa menyesuaikan diri, baikdengan
orang, situasi, maupun kebutuhan,(c) adanya perasaan yang
kompleks(tidakkaruan), (d) adanya perasaan takut yang berlebihan (phobia), (e)
adanya perasaan ingin melarikan darimasalah yang dialami,dan (f) adanya ketidak
matangan emosi(Marsudi, 2021; Yusuf & Yusuf, 2020).

Sementara faktor eksternal penyebab timbulnya gejala underachiever pada siswa,


diantaranya adalah: (1) kondisi dalam keluarga; (a) perilaku orangtua yang tidak
disukai anak, (b) orangtua yang menuntut terlalu tinggikepada anakatau
perfeksionis, (c) orang tua kurang perhatianterhadap anak, (d) orangtua bersikap
permisif (serba membolehkan), (e) konflik keluarga yang serius, (f)orang tua
yang tidak menerimaanakatau sering mengkritik, (g) orangtua terlalu
melindungi(overprotective),dan (h) kurang motivasi sehingga self-esteem
rendah.,(2) kondisi sekolah; (a) kurikulum yangterlalu mudah atauterlalu sulit,(b)
gaya dan orientasi guru dalammengajar, dan (c) suasana belajar di dalam kelasyang
kurang kondusif(Khairunnisa, 2018; Yusuf & Kasmi, 2022)

Sumber

YUSUF, N. M. (2022). Diagnostik Kesulitan Belajar Pada Siswa


Underachiever. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(4), 2964-2969.

b. Sebagai guru BK, strategi apa yang akan Anda lakukan untuk membantu siswa
underachiever tersebut?
Penyelesaian
Yang akan saya lakukan yaitu sebagai seorang konselor saya harus berusaha bekerja sama
dengan guru dan murid untuk sama-sama menciptakan lingkungan belajar yang nyaman.
Lalu bekerja sama dengan guru untuk menyeimbangakan kegiatan, maksudnya adalah
seimbang antara kegiatan yang terstruktur dan yang tidak terstruktur (penuh dengan
kreativitas), mempertimbangkan gaya belajar anak.Sebelum persiapan dari rencana ini,
saya akan terlebih dahulu harus memiliki data mengenai potensi-potensi yang menonjol
pada anak-anak yang underachiever ini, agar pada beberapa kegiatan bisa di tampilkan
atau bahkan diberi kesempatan untuk menjelaskan kepada teman-temannya di sesi yang
tidak terstruktur. Dan pastinya saya akan bekerja sama dengan orang tua untuk
memahamkan kepada setiap orangtua bahwa masing-masing anak unik, jadi tidak bisa
dipaksakan bahwa setiap anak harus bisa dalam segala hal. Sehingga orang tua bisa
menerima dan tidak hanya berfokus pada masalah yang muncul tapi juga pada
potensinya.

c. Apa dampak yang akan terjadi, jika siswa underachiever tidak segera mendapatkan
bantuan dari guru BK?
Penyelesaian
Jika siswa underachiever tidak mendapat bantuan dari guru bk maka yang akan terjadi
yaitu
1. rasa harga diri yang rendah
2. siswa tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki danmerasa tidak mampu
melakukan apa yang menjadi harapan orang tua dan guru
3. siswa juga cenderung pasif dan menghindari hal-hal yang menjadi tanggung
jawabnya di sekolah. Penelitian (Mufidah, 2021) juga menemukan bahwa siswa
yang mengalami underachiever cenderung menarik diri dari pergaulan tidakmandiri
4. sulit mengekspresikan dirinya secara bebas
5. merasa tidak berartidi lingkungannya

3. Pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus merupakan alternatif solusi bagi anak
berkebutuhan khusus (ABK). Namun, untuk melepas sifat diskriminasi dalam pelayanan
peserta didik, akhirnya sampai saat ini ABK diperbolehkan untuk mengikuti proses belajar di
sekolah pada umumnya bersama teman seumuran mereka. Disejumlah wilayah atau desa,
pemerintah sudah banyak memperbolehkan peserta didik berkebutuhan khusus untuk ikut
pendidikan di sekolah umum. Dan saat ini sudah banyak sekolah yang menerapkan program
inklusi. Dengan adanya program tersebut setiap sekolah semakin membutuhkan adanya guru
BK yang khusus menangani anak-anak berkebutuhan khusus.
 Berdasarkan hal di atas menurut Anda apa bentuk urgensi bimbingan konseling bagi
anak berkebutuhan khusus?
Penyelesaian
Di dalam jurnal Lutfi Isni Badiah yang berjudul “URGENSI BIMBINGAN DAN
KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH
INKLUSI” Konselor juga diharapkan untuk selalu meningkatkan kompetensinya
dalam melayani siswa ABK. Kompetensi yang harus dikuasai minimal ada 3 sudut
kajian, yaitu: (1) kompetensi pribadi, (2) kompetensi inti, dan (3) kompetensi
pendukung. Dalam rangka mengoptimalkan pendidikan siswa ABK di setting
pendidikan inklusi, maka standar kompetensi tersebut di atas seyogyanya lebih
dikuasai oleh konselor. Selain itu tambahan kompetensi yang berkaitan dengan
pemahaman perilaku individu dalam konteks kebersamaan antara ABK dengan anak
normal merupakan tuntutan yang tidak dapat dipungkiri
Sumber Badiah, L. I. (2017, August). Urgensi Bimbingan Dan Konseling Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) Di Sekolah Inklusi. In Seminar Nasional Bimbingan
Konseling Universitas Ahmad Dahlan (Vol. 2).
DAFTAR PUSTAKA

Basri, A. (2015). Fenomena tawuran antar pelajar dan intervensinya. Hisbah: Jurnal Bimbingan dan
Konseling Islam, 12(1), 1-25.

Setiawan, E. (2015). Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Tawuran


Pelajar. Psikoislamika: Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam, 12(2), 23-28.

YUSUF, N. M. (2022). Diagnostik Kesulitan Belajar Pada Siswa Underachiever. Jurnal Pendidikan
dan Konseling (JPDK), 4(4), 2964-2969.

Mukamila, F. (2020). Strategi Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Siswa
Underachiever di SMP Negeri 1 Tlanakan (Doctoral dissertation, INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI MADURA).

Anda mungkin juga menyukai