PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Beni S. Ambarjaya. 2012. Psikologi Pendidikan & Pengajaran. Yogyakarta: Caps. hal. 7.
2
Takhir Saputra. 2013. Pendidikan Pasca Konflik. Yokyakarta: lkis Printing Cemerlang.
hal.1.
1
Adapun kerusakan itu dapat bersifat psikologis, fisik, bahkan materi.
Namun, dipertengahan abad kedua puluh, kekerasan terhadap
anak-anak telah semakin dianggap sebagai pelanggaran hak-hak
dasar mereka, terutama hak keselamatan fisik dan keamanan
psikologis serta kesejahteraannya. Selain itu juga tumbuhnya
kepedulian guna memahami akar kekerasan itu sekaligus untuk
menemukan cara-cara konstruktif dalam menguranginya dan jika
mungkin untuk mencegahnya.
2
masa depan hal ini secara kolektif akan berdampak buruk terhadap
kehidupan mereka dan bangsa.3
3
Bagong Suyanto. 2008. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kereta Kencana Group. hal. 66.
3
yang menurun karena mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi
dalam belajar, bahkan berkeinginan untuk bunuh diri daripada
harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan hukuman.4
4
Novan Andy Wiyani. 2012. Save our Children From School Bullying. Jogjakarta: Ar-ruzz
Media. hal. 15-17
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
5
Samsul Yusuf & Juntika Nurihsan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung :
Remaja Posdakarya.. hal. 5.
6
Adhipura Anak Agung Ngurah. 2013. Bimbingan Konseling (aplikasi di sekolah dasar dan
taman kanak-kanak). Yokyakarta: Graha ilmu.. hal. 12.
6
mengambil keputusan secara wajar sesuai dengan tuntutan dan
keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan
kehidupan pada umumnya. Dengan demikian seorang individu
dapat menjalankan kehidupan dengan dengan kebahagiaan dan
dapat berkontribusi yang berarti bagi kehidupan bermasyarakat.
Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri
secara optimal sebagai makhluk sosila.7
7
Samsul Yusuf. Op. Cit. hal. 6.
8
Al-Quran Nur Qarim terjemahan. 2007. Jawa Barat: Sygma Examedia Arkanlema.. hlm.
281
7
lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya
sendiri dan lingkungannya.” Suasana lingkungan ini meliputi
pengguanaan layanan wawancara untuk memperoleh dan
memberika berbagai informasi, melatih atau mengajar,
meningkatkan kematangan, memberikan bantuan melalui
pengambilan keputusan dan usaha-usaha penyembuhan
(terapi) .9
9
Samsul Yusuf. Op. Cit. hal. 7.
10
Adhipura. Op. Cit.hlm. 14.
8
2. Bimbingan Konseling Islam
11
Hamdani Bakran adz- Dzaky. 2001. Psikoterapi dan konseling Islam. Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru. hlm. 23
9
mengalami masalah dalam hidup keberagamaannya serta ingin
mengembangkan dimensi dan potensi agamanya seoptimal
mungkin, baik secara individual maupun kelompok, agar
menjadi manusia yang mandiri dan dewasa dalam beragama
dalam bidang akidah, ibadah dan mu’amalah melalui berbagai
jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan
dan ketaqwaan yang terdapat dalam al- Qur’an dan al- Hadits.12
12
Yahya Jaya. 2001. Bimbingan dan Konseiling Agama Islam. Padang: Angkas Raya. hlm.
88
10
terhadap dunia pendiidikan dengan bimbingan dan konseling
islam. Namun permasalahan atau objek formal yang dibahas
dalam kelimuan bimbingan dan konseling sama- sama
memperbincangkan manusia dengan segala keunikannya atau
manusia dengan permasalahannya. Semua aktifitas yang
terdapat dalam kelimuan bimbingan dan konseling adalah sama,
yaitu sama- sama berupaya memanusiakan manusia atau
maemuliakan manusia yang mulia.
11
Ayat ini menyatakan: wahai Nabi Muhammad SAW, serulah,
yakni lanjutkan usahamu untuk menyeru semua yang engkau
sanggup seru kepada jalan yang ditunjukan Tuhanmu, yakni akaran
islam dengan hikmah berdialog dengan kata- kata bijak sesuai
dengan tingkat kepandaian mereka dan pengajaran yang baik yaitu
memberikan nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa
sesuai dengan taraf pengetahuan mereka yang sederhana dan
bantahlah mereka, yakni siapapun yang menolak atau meragukan
ajaran islam dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari itu
kekerasan dan umpatan. 13
13
M. Quraish Shihab. 2005. Tafsir al- Mishbah. Jakarta: Lentera Hati. hlm. 310-391
12
Sehubungan dengan terjemahan ayat diatas Ahmad
Musthafa al- Maraghi menjelaskan bahwa perintah untuk
bekerjasama dan tolong- menolong dala mengerjakan kebaika dan
taqwa, yang termasuk pokok- pokok petunjuk sosial dalam al-
Qur’an, karena ia mewajibkan kepada manusia baik pribadi
maupun kelompok, baik dalam perkara agama maupun dunia juga
dalam melakukan setiap perbuatan taqwa, dengan itu mereka
mencegah terjadinya kerusakan dan bahaya yang mengancam
keselamatan mereka. 14 Pemahaman yang hampir bersamaan M.
Quraish Shihab dalam tafsir al- Misbah juga memberikan
penjelasan bahwa prinsip dasar dalam menjalin kerjasama dengan
siapapun selama tujuannya adalah kebaikan an ketaqwaan. 15
B. Dampak Bullying
1. Pengertian Bullying
14
Ahmad Musthafa al- Maraghi. 1987. Tafsir al- Maraghi. Semarang: CV. Toha Putra. hlm.
81
15
M. Quraish Shihab. Op. Cit. hlm. 14
13
bahasa inggris, yaitu mob adalah kelompok yang anonim dan
berjumlah banyak serta terlibat kekerasan.
2. Penyebab Bullying
14
melalui kekerasan, dan mereka menunjukkan sedikit atau tidak
ada rasa empati pada korban mereka.17
15
yang negatif bagi sekolah seperti kekerasan, perilaku membolos,
rendahnya sikap menghormati kepada sesama teman dan guru.
Teman di lingkungan sekolah idealnya berperan sebagai
“partner” siswa dalam proses pencapaian program-program
pendidikan.
18
Usman Irvan. 2013. “Kepribadian, Komunikasi, Kelompok Teman Sebaya, Iklim Sekolah
dan Perilaku Bullying”. Humanitas. Vol. X No.1 Januari. hlm. 51-52.
16
3. Bentuk- Bentuk Bullying
19
Colorosa, B. 2007. Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah
Hingga SMU). Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi.hlm. 122.
17
merendahkan, mengejek, memandang dengan penuh
ancaman, mempermalukan di depan umum, mengucilkan,
memandang dengan hina, mengisolir, menjauhkan, dan lain-
lain
4. Dampak Bullying
20
Novan Andy Wiyani. Op. Cit. hlm. 66
18
rapuh, sering mengalami kecemasan, rasa keamanan diri yang
rendah.
عسٰ ٰٓى ا َ ۡن يَّ ُك ۡونُ ۡوا خ َۡي ًرا م ۡن ُه ۡم َو َال َ ٰٰۤيا َيُّ َها الَّذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا َال يَ ۡسخ َۡر قَ ۡو ٌم م ۡن قَ ۡو ٍم
س ُك ۡم َو َال تَنَابَ ُز ۡواَ ُعسٰ ٰٓى ا َ ۡن يَّ ُك َّن خ َۡي ًرا م ۡن ُه َّن ۚۚ َو َال ت َۡلم ُز ٰۡۤوا ا َ ۡنف َ سا ٰٓ ٌء م ۡن ن
َ ٍسآٰء َ ن
ّٰ ولٰٓـئكَ ُه ُم ال
َظل ُم ۡون ٰ ُ س ۡو ُق بَعۡ َد ۡاال ۡي َمان ۚ َو َم ۡن لَّ ۡم يَت ُ ۡب فَا ُ ُس اال ۡس ُم ۡالف َ ب ۡاالَ ۡلقَابۚ ب ۡئ
﴾49:11﴿
21
Al-Quran Nur Qarim terjemahan. 2007. Jawa Barat: Sygma Examedia Arkanlema.. hlm.
514
19
C. PERAN GURU BK/KONSELOR MENCEGAH TINDAKAN
BULLYING
20
can report problems, concerns and offer suggestion, (10) teach
cooperative learning activities, (11) help bullies with anger control
and the development of empathy, (12) encourage positive peer
relation, (13) offer a variety of extracurricular active which appeal to
a range of interests, (14) teach your child to defend himself verbally
and phsysically, if necessary, (15) keepand mind the range of
possible causes: ex. Medical. Psychiatric, Psychological,
development, family problem, etc.22
22
Amirah Diniyati. 2012. Bullying Versus Tantrum sebagai Perilaku Agresif pada Anak dan
Aplikasi Konseling dalam Mengatasinya. Prosiding Seminar Internasional Bimbingan dan
Konseling. Padang, hlm. 149
21
Pentingnya mencegah prilaku bullying juga dibahas dalam
Al-Qur‟an, dimana Allah SWT. Mengancam memberikan azab yang
pedih terhadap pelaku penghinaan, :
ْ َ يم َوأ
َص َحاب َم ْد َين َ لَ ْم يَأْته ْم نَبَأ ُ الَّذينَ م ْن قَبْله ْم قَ ْوم نُوحٍ َو
َ عا ٍد َوث َ ُمو َد َوقَ ْوم إب َْراه
ْ َس ُه ْم ي
َظل ُمون ْ ََّللاُ لي
َ ُظل َم ُه ْم َولَك ْن َكانُوا أ َ ْنف َّ َسلُ ُه ْم ب ْالبَينَات فَ َما َكان
ُ َو ْال ُمؤْ ت َف َكات أَتَتْ ُه ْم ُر
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
23
Al-Quran Nur Qarim terjemahan. 2007. Jawa Barat: Sygma Examedia Arkanlema.. hlm.
199
22
Secara etimologis, kata bimbingan konseling merupakan
terjemahan dari “guindance” dan counseling, dalam bahasa inggris.
Secara harfiyah istilah “guindance” dari akar “guide” berarti
megarahkan, memandu, mengelola. Namun meskipun demikian
tidak berarti semua bentuk mengelola atau memandu adalah
bimbingan.24
24
Samsul Yusuf & Juntika Nurihsan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung :
Remaja Posdakarya.. hal. 5.
23
terjadinya bullying, jika dikelompokkan secara umum maka dapat
dibagi menjadi tiga bagian yaitu latar belakang keluarga, pribadi
individu dan lingkungan sekitar seperti sekolah, masyarakat, teman
dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
24
Caps.
Colorosa, B. 2007. Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak dari
Prasekolah Hingga SMU). Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi..
Diniyati Amirah. 2012. Bullying Versus Tantrum sebagai Perilaku Agresif
pada Anak dan Aplikasi Konseling dalam Mengatasinya. Prosiding
Seminar Internasional Bimbingan dan Konseling. Padang.
Irvan Usman. 2013. “Kepribadian, Komunikasi, Kelompok Teman Sebaya,
Iklim Sekolah dan Perilaku Bullying”. Humanitas. Vol. X No.1
Ngurah Adhipura Anak Agung. 2013. Bimbingan Konseling (aplikasi di
sekolah dasar dan taman kanak-kanak). Yokyakarta: Graha ilmu.
Nurihsan Juntika, Samsul Yusuf. 2006. Landasan Bimbingan dan
Konseling.
Bandung : Remaja Posdakarya.
Rachmah, D. N.. 2016. Empati Pada Pelaku Bullying. Jurnal Ecopsy,
Vol.1
No.2.
Ramayulis, Mulyadi. 2016. Bimbingan Konseling Islam di Madrasah/
Sekolah.
Jakarta: Kalam Mulia.
Saputra Takhir. 2013. Pendidikan Pasca Konflik. Yokyakarta: lkis Printing
Cemerlang.
Suyanto Bagong. 2008. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kereta Kencana
Group.
Wiyani Novan Andy. 2012. Save our Children From School Bullying.
Yogjakarta: Ar-ruzz Media.
25