Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana menggapai masa depan.


Seperti yang diutarakan oleh Ambarjaya, pendidikan merupakan
sejumlah pengalaman dari seseorang atau kelompok untuk dapat
memahami sesuatu yang sebelumnya belum mereka pahami.
Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
atau kelompok dengan ligkungannya. Interaksi itu menimbulkan
proses perubahan (belajar) pada manusia dalam lanjutan proses
perubahan itu menghasilkan perkembangan bagi kehidupan
seseorang atau kelompok dalam lingkungannya.1 Dalam konteks ini
Saputra menyatakan bahwa pendidikan harus memberikan
pengaruh yang komprehensif dan signifikan terhadap kepribadian
manusia. Kemajuan suatu masyarakat dalam tatanan bangsa yang
sedang berkembang sangat bergantung penuh pada mutu
pendidikan. Oleh karena itu, kelemahan-kelemahan masyarakat
dalam bidang ekonomi, politik dan akumulasi nilai-nilai sosial yang
berakibat pada terjadinya krisis multidimensi dapat dicermati bahwa
salah satu sumber penyebabnya adalah kelemahan dalam
pembinaan dan pengembangan moral bangsa, khususnya menata
moral pengembangan pendidikan.2

Cowei, menjelaskan bahwasanya selama berabad-abad,


kekerasan sudah sering terjadi di lingkungan sekolah dan
fenomena ini telah dianggap biasa. Beberapa penyebab terjadinya
kekerasan diantaranya termasuk dalam konteks sosial, kultural, dan
historis dari periode itu. Mereka yang menerima dampak kekerasan
dapat mencakup perorangan dan objek dari sekolah itu sendiri.

1
Beni S. Ambarjaya. 2012. Psikologi Pendidikan & Pengajaran. Yogyakarta: Caps. hal. 7.
2
Takhir Saputra. 2013. Pendidikan Pasca Konflik. Yokyakarta: lkis Printing Cemerlang.
hal.1.

1
Adapun kerusakan itu dapat bersifat psikologis, fisik, bahkan materi.
Namun, dipertengahan abad kedua puluh, kekerasan terhadap
anak-anak telah semakin dianggap sebagai pelanggaran hak-hak
dasar mereka, terutama hak keselamatan fisik dan keamanan
psikologis serta kesejahteraannya. Selain itu juga tumbuhnya
kepedulian guna memahami akar kekerasan itu sekaligus untuk
menemukan cara-cara konstruktif dalam menguranginya dan jika
mungkin untuk mencegahnya.

Menurut Suyanto, lokasi yang menjadi tempat rawan bagi


anak-anak antara lain dijalanan, disektor perekonomian, disekolah,
dan dilembaga keagamaan. Kisah anak jalanan yang menjadi
korban sodomi, diperkosa, dipalak, atau diperlakukan keras
barangkali tidak terlalu mengagetkan kita, tetapi yang merisaukan
adalah tindakan kekerasan dan pelanggaran terhadap hak anak
ternyata juga dapat ditemui terjadi di sekolah atau lembaga
pendidikan dan lembaga keagamaan, walaupun mungkin secara
kuantitatif kasusnya tidak sebanyak yang dialami anak-anak di
lingkungan keluarga atau dijalanan. Di sekolah pengalaman yang
tidak pantas juga terjadi dan dialami anak-anak ternyata juga cukup
sering diberitakan media massa, selain ancaman dari teman
sebaya atau teman sekolah tindakan kekerasan yang dialami anak-
anak tidak jarang juga dilakukan oleh guru.

Hasil konsultasi Komisi Perlindungan Anak dengan anak-


anak di 18 provinsi di Indonesia pada 2007 memperlihatkan bahwa
sekolah juga bisa menjadi tempat yang cukup berbahaya bagi
anak-anak, jika ragam kekerasan di situ tidak diantisipasi. Bahkan,
Hironimus Sugi dari Plan International menyimpulkan, kasus
kekerasan pada anak-anak di sekolah menduduki peringkat kedua
setelah kekerasan pada anak- anak di keluarga. Padahal jika kerap
menjadi korban kekerasan, mereka dapat memiliki watak keras di

2
masa depan hal ini secara kolektif akan berdampak buruk terhadap
kehidupan mereka dan bangsa.3

Wiyani mengemukakan bahwasanya salah satu fenomena


yang menyita perhatian dunia pendidikan pada saat ini adalah
kekerasan di sekolah, baik yang dilakukan oleh guru terhadap
siswa, maupun oleh siswa terhadap siswa lainnya. Seperti yang kita
lihat bersama, maraknya aksi tauran dan kekerasan (bullying) yang
dilakukan oleh siswa di sekolah semakin banyak menghiasi deretan
berita di halaman media cetak maupun elektronik menjadi bukti
telah tercerabutnya nilai-nilai kemanusiaan pada peserta didik
akhir-akhir ini. Tentunya kasus-kasus kekerasan tersebut tidak saja
mencoreng citra pendidikan yang selama ini dipercaya oleh banyak
kalangan sebagai sebuah tempat di mana proses humanisasi
berlangsung, tetapi juga menimbulkan pertanyaan, bahkan gugatan
dari berbagai pihak yang semakin kritis mempertanyakan esensi
pendidikan di sekolah dewasa ini.

Wiyani, juga menjelaskan bahwa Fenomena bullying telah


lama menjadi bagian dari dinamika sekolah. Umumnya orang lebih
mengenalnya dengan istilahistilah seperti pengencetan, pemalakan,
menggertak, menghina, pengucilan, intimidasi dan lain-lain. Istilah
bullying sendiri memiliki makna yang lebih luas, mencakup berbagai
bentuk penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti
orang lain sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak
berdaya. Selain itu, Wiyani juga mengemukakan bahwa dampak
yang dialami oleh korban bullying adalah mengalami berbagai
macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis yang
rendah (low psychological well-being) korban akan merasa tidak
nyaman, takut, rendah diri, serta tidak berharga, penyesuaian sosial
yang buruk dimana korban merasa takut kesekolah bahkan tidak
mau kesekolah, menarik diri dari pergaulan, prestasi akademik

3
Bagong Suyanto. 2008. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kereta Kencana Group. hal. 66.

3
yang menurun karena mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi
dalam belajar, bahkan berkeinginan untuk bunuh diri daripada
harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan hukuman.4

Sebagaimana dalam bunyi pasal 4 UU No. 23 Tahun 2002


tentang perlindungan anak,menyebutkan bahwa anak mempunyai
hak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
secara wajar sesuai harkat dan martabat kemanusiaan serta
mendapatkan perlindungan dari segala diskriminasi dan segala
jenis tindakan kekerasan pada diri anak yang biasa disebut dengan
bullying.

Menurut Tumon (2014 :2) memberi pandangan bahwa


bullying merupakan bentuk tindakan agresif yang permasalahannya
sudah mendunia,salah satunya di Indonesia. Kasus tentang
bullying di sekolah-sekolah sering kali terjadi disaat ini dan sering
keluar di media cetak maupun elektronik.

Sebagai perilaku agresif, bullying tidak bisa didiamkan dan


diabaikan begitu saja. Perlu ada upaya dari bebagai pihak untuk
mengatasi bullying yang terjadi di sekolah, salah satunya yaitu
guru/konselor. Layanan bimbingan konseling yang dilakukan di
sekolah membuat guru/konselor mengetahui banyak permasalahan
yang dihadapi siswa di sekolah, termasuk permasalahan bullying.

Berdasarkan uraian di atas sudah seharusnya pendidikan


pada masa dewasa ini dapat berlangsung dengan baik tanpa
adanya tindakan kekerasan dalam bentuk apapun, sehingga
tercipta suasana yang tentram sehingga proses belajar-mengajar
dapat berlangsung sebagaimana mestinya, oleh karena itu penulis
akan mengangkat topik penelitian ini dengan judul, “Peran Guru
Bimbingan Konseling Islam dalam Mengantisipasii Bullying di
Sekolah”.

4
Novan Andy Wiyani. 2012. Save our Children From School Bullying. Jogjakarta: Ar-ruzz
Media. hal. 15-17

4
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep bimbingan konseling islam di sekolah?

2. Apa dampak dari bullying?

3. Bagaimana peran guru BK/ konseling mencegah tindakan


bullying di sekolah?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep bimbingan koseling islam di sekolah.

2. Untuk mengetahui apa saja dampak bullying.

3. Untuk mengetahui bagaimana peran guru BK/ konseling


mencegah tindakan bullying di sekolah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Bimbingan Koseling Islam

1. Pengertian Bimbingan Konseling

Secara etimologis, kata bimbingan konseling merupakan


terjemahan dari “guindance” dan counseling, dalam bahasa
inggris. Secara harfiyah istilah “guindance” dari akar “guide”
berarti megarahkan, memandu, mengelola. Namun meskipun
demikian tidak berarti semua bentuk mengelola atau memandu
adalah bimbingan.5

Berdasarkan pasal 25, peraturan pemerintah No. 28/1990:


“Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan pada anak
dalam rangka upaya menemukan peribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depan”. Kalimat tersebut
telah secara langsung menjelaskan pengertian dan tujuan
pokok bimbingan konseling sekolah yaitu: Bimbingan dalam
rangka rangka menemukan pribadi dimasukkan agar peserta
didik mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri, serta
menerimanya secara positif dan dinamis sebagai media
pengembangan diri lebih lanjut.6

Sunaryo Kartadinata, mengartikan bimbingan “sebagai


proses membatu individu untuk mencapai perkembangan
optiman.” Sedangkan Rochman Natawijaja mengartikan
bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada
individu yang di lakukan berkelanjutan, agar individu tersebut
dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup
mengarahkan dirinya serta dapat bertingkah laku dan

5
Samsul Yusuf & Juntika Nurihsan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung :
Remaja Posdakarya.. hal. 5.
6
Adhipura Anak Agung Ngurah. 2013. Bimbingan Konseling (aplikasi di sekolah dasar dan
taman kanak-kanak). Yokyakarta: Graha ilmu.. hal. 12.

6
mengambil keputusan secara wajar sesuai dengan tuntutan dan
keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan
kehidupan pada umumnya. Dengan demikian seorang individu
dapat menjalankan kehidupan dengan dengan kebahagiaan dan
dapat berkontribusi yang berarti bagi kehidupan bermasyarakat.
Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri
secara optimal sebagai makhluk sosila.7

Jauh dari semua itu Allah SWT telah lebih dulu


menganjurkan ummat manusia untuk memberi bantuan kepada
semua orang. Dalam Al-qur‟an, surat Annahl ayat: 125 Allah
menjelaskan:

َ ‫سنَة ۖ َو َجاد ْل ُه ْم بالَّتي ه‬


‫ي‬ َ ‫ظة ْال َح‬
َ ‫سبيل َربكَ ب ْالح ْك َمة َو ْال َم ْوع‬ َ ‫ع إلَ ٰى‬ ُ ‫ا ْد‬
َ‫سبيله ۖ َو ُه َو أ َ ْعلَ ُم ب ْال ُم ْهت َدين‬َ ‫ع ْن‬ َ ‫س ُن ۚ إ َّن َربَّكَ ُه َو أ َ ْعلَ ُم ب َم ْن‬
َ ‫ض َّل‬ َ ْ‫أَح‬

Artinya :”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu


dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. (Q.S.An-Nahl:125).”8
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan. Supaya
individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga dapat
bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga
serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap
kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan
yang berarti.

Istilah bimbingan sering dirangkai dengan konseling


berikut akan dijelaskan tentang pengertian konseling. Robinson
mengartikan konseling adalah “semua bentuk hubungan antara
dua orang, di mana yang seorang, yaitu klien di bantu untuk

7
Samsul Yusuf. Op. Cit. hal. 6.
8
Al-Quran Nur Qarim terjemahan. 2007. Jawa Barat: Sygma Examedia Arkanlema.. hlm.
281

7
lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya
sendiri dan lingkungannya.” Suasana lingkungan ini meliputi
pengguanaan layanan wawancara untuk memperoleh dan
memberika berbagai informasi, melatih atau mengajar,
meningkatkan kematangan, memberikan bantuan melalui
pengambilan keputusan dan usaha-usaha penyembuhan
(terapi) .9

Carl Rogers, berpandangan bahwa konseling adalah


hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan
perubahan self (diri) pada pihak klien. Rogers menegaskan
pengertian konseling sebagai “the process by which structure of
the self is relaxed in the safety of relationship with the therapist,
and previously denied experiences are percaived and the
intergrated in to an altered self”. Pada intinya Rogers dengan
tegas menekankan pada perubahan sistem serta kepribadian
dan karakter diri klien sebagai tujuan konseling akibat dari
struktur hubungan konselor dengan kliennya.10

Dari beberapa kutipan diatas dapat diketahui bahwa


Bimbingan adalah suatu proses yang berkesinambungan.
Proses pendidikan yang dilakukan oleh pembimbing (Konselor)
kepada seorang (Klien) yang di dalamnya terdapat unsur-unsur
bantuan. Bentuk pemberian bantuan yang dilaksanakan dari
manusia untuk manusia, dan oleh manusia. Dari manusia,
maknanya ialah pelayanan itu dilaksanakan berdasarkan
hakikat keberadaan manusia dengan segenap aspek
kemanusiaannya. Untuk manusia, dimaksudkan bahwa
pelayanan tersebut dilaksanakan demi tujuan-tujuan yang mulia
dan positif bagi kehidupan kemanusiaan menuju manusia yang
seutuhnya. Baik manusia sebagai individu maupun kelompok.

9
Samsul Yusuf. Op. Cit. hal. 7.
10
Adhipura. Op. Cit.hlm. 14.

8
2. Bimbingan Konseling Islam

Selanjutnya dalam perspektif islam bimbingan dan


konseling merupakan hikmah yang hilang dari tangan kaum
muslimin. Bimbingan dan konseling dikatakan hikmah karena
dengan ilmu bimbingan dan konseling seling banyak terdapat
berbagai kebaikan dalam usaha untuk memanusiakan
kemanusiaan manusia atau memuliakan kemuliaan manusia
yang mulia. Dalam konteks ini pengertian bimbingan dan
konseling islam tidak akan jauh berbeda dengan pengertian
bimbingan dan konseling islam tidak akan jauh berebda dengan
penegrtian bimbingan dan konseling yang secara historisnya
bermuara dari kajian Barat yang kemudian maju dan
berkembang dalam berbagai disiplin ilmu termasuk dalam
setting pendidikan dan pembelajaran.

Dalam islam penggunaan kata konseling memiliki dua


karakteristik, yaitu konseling islam dan konseling islami. Kedua
istilah ini memiliki alur berfikir tersendiri terkait dengan
eksistensi keilmuan konseling dalam islam. Hamadan Bakran
menjelaskan bahwa konseling dalam islam adalah suatu
aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman
kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal
bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan
potensi akal pikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan
serta dapat menanggulangi problemahidup dan kehidupannya
dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma
kepada al- Qur’an dan as- Sunnah Rasulullah SAW. 11

Menurut Yahya Jaya mengartikan bimbingan dan


konseling dalam islam adalah pelayanan bantuan yang
diberikan oleh konselor agama kepada manusia yang

11
Hamdani Bakran adz- Dzaky. 2001. Psikoterapi dan konseling Islam. Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru. hlm. 23

9
mengalami masalah dalam hidup keberagamaannya serta ingin
mengembangkan dimensi dan potensi agamanya seoptimal
mungkin, baik secara individual maupun kelompok, agar
menjadi manusia yang mandiri dan dewasa dalam beragama
dalam bidang akidah, ibadah dan mu’amalah melalui berbagai
jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan
dan ketaqwaan yang terdapat dalam al- Qur’an dan al- Hadits.12

Sedangkan konseling islami sebagaimana sebagaimana


pada penjelasan konseling islam diatas merupakan salah satu
kegiatan konseling sebagai penjabaran dari aktifitas konseling
islam. Penggunaan istilah konseling islami bukan berarti
mengislamkan teori dan konsep barat yang telah ada atau
menghapuskannya dan menggatikan dengan yang baru,
melainkan untuk memandang bimbingan dan konseling dalam
perspektif ajaran islam. Thohari Musnamar menjelaskan bahwa
upaya islamisai ilmu pengetahuan dalam bidang bimbiagn dan
konseling yakni sebagai upaya untuk menggali konsep- konsep
islami yang ditetapkan oleh Rasulullah saw dalam bidang
tersebut. Lebih lanjutnya Thohari Musnamar menjelaskan
islamisasi ilmu pengetahuan bukan dalam arti akan
mengislamisasikan teori- teori dan konsep- konsep ilmu yang
ada atau menghapuskannya denga yang islam, melainkan
suatu upaya untuk mengetengahkan alternatif baru berkenaan
dengan teori dan konsep ilmu pengetahuan yang yang
berazaskan dan bernafaskan ajaran islam. Menjadi hak dan
kebebasan seseorang mana yang dianggap lebih sesuai
dengan dirinya lebih mendekati kebenaran dan lebih cocok
dalam pendangan hidupnya.

Berdasarkan pemaparan diatas terdapat perbedaan


antara bimbingan dan konseling secara umum yang berorientasi

12
Yahya Jaya. 2001. Bimbingan dan Konseiling Agama Islam. Padang: Angkas Raya. hlm.
88

10
terhadap dunia pendiidikan dengan bimbingan dan konseling
islam. Namun permasalahan atau objek formal yang dibahas
dalam kelimuan bimbingan dan konseling sama- sama
memperbincangkan manusia dengan segala keunikannya atau
manusia dengan permasalahannya. Semua aktifitas yang
terdapat dalam kelimuan bimbingan dan konseling adalah sama,
yaitu sama- sama berupaya memanusiakan manusia atau
maemuliakan manusia yang mulia.

Demikian disamping persamaan tentu ada yang


membedakannya. Perbedaan yang mendasar diantara
bimbingan dan konseling secara umum yang berimplikasi
terhadap peserta didik dengan bimbingan dan konseling islam
hanya terletak pada isi, pendekatan, filsafat, maksud dan tujuan
serta kehidupan sosial budaya. Dalam semua perbedaan itu
bimbingan dan konseling islam bertujuan untuk membantu
individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat serta
berusaha untuk mendapatkan ridho dan keridhoaan Allah SWT
serta hidup dengan petunjuk hidup yang selaras dengan
petunjuk ketentuan Allah SWT.

Untuk mewujudkannya hal tersebut di atas dapat


dilakukan dengan cara memberikan bimbingan dan arahan yang
baik sesuai dengan firman Allah:

َ ‫سنَة ۖ َو َجاد ْل ُه ْم بالَّتي ه‬


‫ي‬ َ ‫ظة ْال َح‬
َ ‫سبيل َربكَ ب ْالح ْك َمة َو ْال َم ْوع‬ َ ‫ع إلَ ٰى‬ ُ ‫ا ْد‬
َ‫سبيله ۖ َو ُه َو أ َ ْعلَ ُم ب ْال ُم ْهت َدين‬َ ‫ع ْن‬ َ ‫س ُن ۚ إ َّن َربَّكَ ُه َو أ َ ْعلَ ُم ب َم ْن‬
َ ‫ض َّل‬ َ ْ‫أَح‬

Artinya :”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu


dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk. (Q.S.An-Nahl:125).”

11
Ayat ini menyatakan: wahai Nabi Muhammad SAW, serulah,
yakni lanjutkan usahamu untuk menyeru semua yang engkau
sanggup seru kepada jalan yang ditunjukan Tuhanmu, yakni akaran
islam dengan hikmah berdialog dengan kata- kata bijak sesuai
dengan tingkat kepandaian mereka dan pengajaran yang baik yaitu
memberikan nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa
sesuai dengan taraf pengetahuan mereka yang sederhana dan
bantahlah mereka, yakni siapapun yang menolak atau meragukan
ajaran islam dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari itu
kekerasan dan umpatan. 13

Islam juga mempunyai prinsip- prinsip yang akurat dalam


memberikan tuntutan pada manusia agar saling tolong menolong
dalam kebaikan dan kesempurnaan demi kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah:

َ ‫ام َوال ْال َهد‬


‫ْي‬ َ ‫ش ْه َر ْال َح َر‬
َّ ‫َّللا َوال ال‬
َّ ‫ش َعائ َر‬َ ‫َيا أَيُّ َها الَّذينَ آ َمنُوا ال تُحلُّوا‬
‫ام َي ْبتَغُونَ فَضْال م ْن َربه ْم َورض َْوانًا َوإ َذا‬ َ ‫َوال ْالقَالئ َد َوال آمينَ ْال َبيْتَ ْال َح َر‬
‫عن ْال َمسْجد ْال َح َرام أ َ ْن‬ َ ‫صدُّو ُك ْم‬َ ‫َآن قَ ْو ٍم أ َ ْن‬
ُ ‫شن‬ َ ‫ص‬
َ ‫طادُوا َوال يَجْ ر َمنَّ ُك ْم‬ ْ ‫َحلَ ْلت ُ ْم فَا‬
‫علَى اإلثْم َو ْالعُد َْوان َواتَّقُوا‬ َ ‫علَى ْالبر َوالت َّ ْق َوى َوال تَعَ َاونُوا‬ َ ‫ت َ ْعتَدُوا َوتَعَ َاونُوا‬
)٢( ‫َّللا شَدي ُد ْالعقَاب‬َ َّ ‫َّللا إ َّن‬
َ َّ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan melanggar
kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang hadya dan bi-natang-binatang galaid, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari karu-nia dan keridaan dari
Tuhannya; dan apabila kalian telah me-nyelesaikan ibadah
haji, maka bolehlah berburu. Dan jangan se-kali-kali
kebencian (kalian) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kalian dari Mesjidil Haram, mendorong
ka-lian berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan to-long-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertak-walah kalian kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksaan-Nya.” (QS. Al-
Maidah: 2).

13
M. Quraish Shihab. 2005. Tafsir al- Mishbah. Jakarta: Lentera Hati. hlm. 310-391

12
Sehubungan dengan terjemahan ayat diatas Ahmad
Musthafa al- Maraghi menjelaskan bahwa perintah untuk
bekerjasama dan tolong- menolong dala mengerjakan kebaika dan
taqwa, yang termasuk pokok- pokok petunjuk sosial dalam al-
Qur’an, karena ia mewajibkan kepada manusia baik pribadi
maupun kelompok, baik dalam perkara agama maupun dunia juga
dalam melakukan setiap perbuatan taqwa, dengan itu mereka
mencegah terjadinya kerusakan dan bahaya yang mengancam
keselamatan mereka. 14 Pemahaman yang hampir bersamaan M.
Quraish Shihab dalam tafsir al- Misbah juga memberikan
penjelasan bahwa prinsip dasar dalam menjalin kerjasama dengan
siapapun selama tujuannya adalah kebaikan an ketaqwaan. 15

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa


untuk mencapai suatu kebaikan dan mencegah kepada hal- hal
yang akan membawa kerusakan dan kehancuran sangat perlu
sekali kerjasama untuk saling tolong- menolong begitu juga halnya
dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan jenis layanan dan
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, bimbingan dan
konseling islam di sekolah.

B. Dampak Bullying

1. Pengertian Bullying

Kata bullying berasal dari bahasa inggris, yaitu dari kata


bull yang berarti benteng yang senang menyeruduk kesana
kemari. Istilah ini akhirnya diambil untuk menguraikan suatu
tindakan destruktif berbeda dengan negara lain seperti
Norwegia, Finlandia, dan Denmark yang menyebut istilah
bullying dengan istilah mobbing. Istilah asli yang berasal dari

14
Ahmad Musthafa al- Maraghi. 1987. Tafsir al- Maraghi. Semarang: CV. Toha Putra. hlm.
81
15
M. Quraish Shihab. Op. Cit. hlm. 14

13
bahasa inggris, yaitu mob adalah kelompok yang anonim dan
berjumlah banyak serta terlibat kekerasan.

Dalam bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully


berarti menggertak, orang yang mengganggu orang lemah.
Istilah bullying dalam bahasa indonesia bisa menggunakan
meyakat (berasal dari kata sekat) dan pelakunya (bully) disebut
penyakat. Menyakat berarti mengganggu, mengusik, dan
merintangi orang lain.

Sedangkan secara terminologi menurut Tattum bullying


adalah “... the willful, concious desire to hurt another and put
himlher under sterss”. Kemudian, dan Olweus juga mengatakan
hal yang serupa bahwa bullying adalah perilaku negatif yang
mengakibatkan seseorang berada dalam keadaan yang tidak
nyaman/terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang, rapeated
during successiveencounters. Sementara itu Roland
memberikan definisi bullying sebagai berikut: “long standing
violence, physical or pysicological, perpetrated by an individual
or group direckted against an individual who can not defend
himself or herself.” Jadi dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya bullying adalah perilakunegatif yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang yang sehingga dapat
merugikan orang lain.16

2. Penyebab Bullying

Seseorang yang melakukan perilaku bullying di sekolah


pada umumnya memilih korban yang memiliki karakter yang
pendiam, sikap korban yang tidak memenuhi keinginan pelaku
dan adanya tradisi yang terjadi di suatu sekolah, selain itu siswa
yang sulit bergaul adalah ciri yang bisa dijiadikan korban
bullying, Papalia : menyatakan bahwa pelaku bullying memiliki
karakteristik untuk melakukan dominasi terhadap orang lain
16
Novan Andy Wiyani. Op. Cit. hlm. 12

14
melalui kekerasan, dan mereka menunjukkan sedikit atau tidak
ada rasa empati pada korban mereka.17

Selain itu ada beberapa faktor yang menjadi penyebab


terjadinya perilaku bullying disekolah, antara lain adalah faktor
kepribadian, komunikas interpersonal yang dibangun remaja
dengan orangtuanya, peran kelompok teman sebaya dan iklim
sekolah.

Pertama, faktor kepribadian yang memberikan kontribusi


besar padasiswa dalam melakukan perilaku bullying atau
menjadi pelaku bullying. MenurutBenitez & Justicia, pelaku
bullying cenderung memiliki sikap empati yangrendah, impulsif,
dominan, faktor terbesar penyebab siswa melakukan bullying
adalah temperamen yaitu sifat yang terbentuk dari respon
emosional. Hal ini mengarah pada perkembangan tingkah laku
personalitas dan sosial siswa. Siswa yang aktif dan impulsif
lebih mungkin untuk berlaku bullying dibandingkan dengan yang
pasif atau pemalu dan pendiam.

Kedua, faktor komunikasi interpersonal siswa dengan


orangtuanya. Siswa remaja yang tumbuh dalam keluarga yang
menerapkan pola komunikasi yang negatif seperti cercaan akan
cenderung meniru kebiasaan tersebut dalam kesehariannya.
Kekerasan verbal yang dilakukan orangtua kepada anak akan
menjadi contoh perilaku. Hal ini akan diperparah dengan
kurangnya kehangatan kasih sayangdan tiadanya dukungan
dan pengarahan terhadap remaja, membuat siswa remaja
memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pelaku bullying.

Ketiga adalah pengaruh kelompok teman sebaya


memberikan pengaruh terhadap tumbuhnya perilaku bullying di
sekolah. Menurut Benitez dan Justicia kelompok teman sebaya
yang memiliki masalah di sekolah akan memberikan dampak
17
Rachmah, D. N.. 2016. Empati Pada Pelaku Bullying. Jurnal Ecopsy, Vol.1 No.2.

15
yang negatif bagi sekolah seperti kekerasan, perilaku membolos,
rendahnya sikap menghormati kepada sesama teman dan guru.
Teman di lingkungan sekolah idealnya berperan sebagai
“partner” siswa dalam proses pencapaian program-program
pendidikan.

Keempat, iklim sekolah juga memberikan pengaruh pada


siswa untuk menjadi pelaku bullying. Setiawati berpendapat
bahwa kecenderungan pihak sekolahya yang sering
mengabaikan keberadaan bullying menjadikan para siswa
sebagai pelaku bullying mendapatkan penguatan terhadap
perilaku tersebut untuk melakukan intimidasi pada siswa yang
lain. Menurut Novianti, tingkat pengawasan disekolah sangat
menentukan seberapa banyak dan seringnya terjadi prilaku
bullying. Sebagaimana rendahnya tingkat pengawasan di rumah,
rendahnya pengawasan disekolah berkaitan erat dengan
berkembangnya perilaku bullying di kalangan siswa. Pentingnya
pengawasan dilakukan terutama di tempat bermain dan
lapangan, karena biasanya di kedua tempat tersebut perilaku
bullying kerap dilakukan.

Roland mengemukakan bahwa perilaku bullying dan


hubungan yang mempengaruhinya telah diuji keabsahannya
dibeberapa negara dan ditemukan adanya faktor-faktor yang
signifikan yang mempengaruhi perilaku bullying pada kesehatan
psikologis dan perkembangan fisik. Kemungkinan para siswa
menjadi pelaku bullying dipengaruhi oleh beberapa variabel.
Beberapa studi telah mengidentifikasi variabel umum yang
terdiridari empat domain yaitu individual, hubungan keluarga,
kelompok teman sebaya dan sekolah, yang mana berkontribusi
pada siswa dalam berperilaku bullying. 18

18
Usman Irvan. 2013. “Kepribadian, Komunikasi, Kelompok Teman Sebaya, Iklim Sekolah
dan Perilaku Bullying”. Humanitas. Vol. X No.1 Januari. hlm. 51-52.

16
3. Bentuk- Bentuk Bullying

Secara umum, bullying dapat dikelompokkan pada tiga


kategori yaitu, (1) bullying fisik, (2) bullying verbal, dan (3)
bullying mental/psikologis.

a. Bullying fisik merupakan jenis bullying yang bisa dilihat


secara kasat mata. Siapapun bisa melihatnya karena terjadi
sentuhan fisik antara pelaku bullying dengan korbannya,
seperti: memukul, mendorong, mencekik, menggigit,
menampar, menendang, meninju, mengunci seseorang
dalam ruangan, mencubit, merusak pakaian/property pribadi,
mencakar, menodongkan senjata, menginjak kaki, melempar
dengan barang, meludahi, menghukum dengan cara push
up, menarik baju, menjewer, menyenggol, menghukum
dengan cara membersihkan WC, memeras dan merusak
barang orang lain (Yayasan Semai Jiwa Insani, 2008).

b. Bullying verbal merupakan bentuk bullying yang paling


umum digunakan, baik oleh anak laki-laki maupun oleh anak
perempuan. Bullying verbal mudah dilakukan dan dapat
dibisikkan di hadapan orang dewasa atau teman sebaya
tanpa terdeteksi. Bullying verbal dapat berupa julukan nama,
celaan, fitnah, penghinaan dan pernyataanpernyataan
bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual,
menuduh, menyoraki, memaki, mengolok-olok, menebar
gosip. Selain itu, dapat berupa menakuti lewat telepon, email
yang mengintimidasi dan “suratsurat kaleng” yang berisi
ancaman kekerasan.19

c. Bullying mental/psikologis yang paling berbahaya karena


sulit dideteksi dari luar. Seperti: memandang dengan sinis,
menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi wajah yang

19
Colorosa, B. 2007. Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah
Hingga SMU). Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi.hlm. 122.

17
merendahkan, mengejek, memandang dengan penuh
ancaman, mempermalukan di depan umum, mengucilkan,
memandang dengan hina, mengisolir, menjauhkan, dan lain-
lain

4. Dampak Bullying

Dampak yang biasanya dialami oleh korban bullying


adalah mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi
kesejahteraan psikologis yang rendah (low psychological wel-
being) dimana korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah
diri, serta tidak berharga, penyesuaian sosial yang buruk,
dimana korban merasa takut ke sekolah bahkan tidak mau
sekolah, menarik diri dari pergaulan, prestasi akademik yang
menurun karena mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi
dalam belajar bahkan berkeinginan untuk bunuh diri dari pada
harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan
hukuman. Pada beberapa kasus dampak dampak fisik akibat
bullying bisa mengakibatkan kematian.

Sedangkan dampak psikologis bullying antaralain


menurunya kesejahteraan psikologis, semakin buruknya
penyesuaian sosial, mengalami emosi yang negatif seperti
marah, dendam, kesal, tertekan, malu, takut, sedih dan tidak
nyaman, terancam dan cemas. Namun, korban tidak merasa
berdaya menghadapinya. Tindakan kekerasan di sekolah juga
berdampak pada ingin pindah sekolah, atau keluarnya
seseorang siswa dari sekolah, dan sering tidak masuk sekolah.
Selain itu juga dapat menimbulkan perasaan rendah diri dan
prestasi akademik yang terus terganggu. 20 Sementara untuk
siswa yang biasa menyaksikan tindakan bullying pada kawan-
kawannya berada pada resiko seperti menjadi penakut dan

20
Novan Andy Wiyani. Op. Cit. hlm. 66

18
rapuh, sering mengalami kecemasan, rasa keamanan diri yang
rendah.

Dampak buruk dari tindakan bullying sangat


membahayakan terutama bagi keberlansungan belajar siswa di
sekolah, siswa akan sulit mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh guru.Bahkan tidak hanya di sekolah di lingkungan
masyarakat bullying juga ikut andil dalampenyebab tindak
kriminal. Tidak hanya itu semuapihak ikut menaggung dampak
buruk bullying, tidak hanya korban bahkan pelaku dan siswa
yangmelihat kejadian bullying itu memiliki dampakyang
buruk.Terlebih jika bullying dilakukan terusmenerus tentu akan
menimbulkan efek yang tidak baik.

Dikarenakan dampak yang begitu besar dari prilaku


bullying terhadap kenyamanan dan keberlangsungan hidup
setiap individu maka jauh-jauh hari Allah SWT telah
memperingati akan hal tersebut dalam Al-Qur‟an, yang berisi
sebagai berikut :

‫عسٰ ٰٓى ا َ ۡن يَّ ُك ۡونُ ۡوا خ َۡي ًرا م ۡن ُه ۡم َو َال‬ َ ‫ٰٰۤيا َيُّ َها الَّذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا َال يَ ۡسخ َۡر قَ ۡو ٌم م ۡن قَ ۡو ٍم‬
‫س ُك ۡم َو َال تَنَابَ ُز ۡوا‬َ ُ‫عسٰ ٰٓى ا َ ۡن يَّ ُك َّن خ َۡي ًرا م ۡن ُه َّن ۚۚ َو َال ت َۡلم ُز ٰۡۤوا ا َ ۡنف‬ َ ‫سا ٰٓ ٌء م ۡن ن‬
َ ٍ‫سآٰء‬ َ ‫ن‬
ّٰ ‫ولٰٓـئكَ ُه ُم ال‬
َ‫ظل ُم ۡون‬ ٰ ُ ‫س ۡو ُق بَعۡ َد ۡاال ۡي َمان ۚ َو َم ۡن لَّ ۡم يَت ُ ۡب فَا‬ ُ ُ‫س اال ۡس ُم ۡالف‬ َ ‫ب ۡاالَ ۡلقَابۚ ب ۡئ‬
﴾49:11﴿

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah


sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain,
boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan
jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburukburuk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-
orang yang zalim. (Q.S.Al-Hujurat:11”)21

21
Al-Quran Nur Qarim terjemahan. 2007. Jawa Barat: Sygma Examedia Arkanlema.. hlm.
514

19
C. PERAN GURU BK/KONSELOR MENCEGAH TINDAKAN
BULLYING

Bullying sebagai salah satu masalah besar yang harus


dicegah karena dapat menimbulkan trauma pada korbannya
sehingga membuat kehidupan korban bullying menjadi tidak efektif
dan siswa yang menjadi pelaku bullying perlu digali lebih dalam lagi
apa yang latar belakangnya melakukan bullying sehingga guru
BK/Konselor bisa mengambil tindakan yang tepat untuk
penanggulangan permasalahan bullying. Untuk itu, guru
BK/Konselor perlu memberikan pelayanan konseling yang optimal
dan komprehensif sesuai kebutuhan siswa dengan menyediakan
program BK yang cocok untuk penanggulangan bullying seperti
menyelenggarakan layanan orientasi, layanan informasi, layanan
penempatan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan
konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan
konseling kelompok, layanan konsultasi, layanan mediasi dan
layanan advokasi.

Kemudian guru BK/Konselor bisa membuat modul untuk


pencegahan bullying di sekolah, membuat model konseling untuk
korban bullying, membuat kegiatan konseling teman sebaya, dan
lain sebagainya. Strategi pelayanan konseling yang dapat
diperhatikan konselor dalam mengatasi permasalahan bullying di
sekolah berdasarkan penelitian yang dilakukan Olweus, yaitu: (1)
make sure an adult known what is happening to their children, (2)
make it clear that bullying is never acceptable, (3) recognize that
bullying can occur at all levels within the hiorachy of the school, (4)
hold a school conference day or forum devoted to buly/victim
problems, (5) increase adult supervision in the yard, halls and
washrooms, more virgilanty, (6) emphasize caring, respect and
safety, (7) emphasize consequences for aggressive behaviors, (8)
improve communication among school administrator, teachers,
parents, and students, (9) have a school problem box where kids

20
can report problems, concerns and offer suggestion, (10) teach
cooperative learning activities, (11) help bullies with anger control
and the development of empathy, (12) encourage positive peer
relation, (13) offer a variety of extracurricular active which appeal to
a range of interests, (14) teach your child to defend himself verbally
and phsysically, if necessary, (15) keepand mind the range of
possible causes: ex. Medical. Psychiatric, Psychological,
development, family problem, etc.22

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa


guru BK/Konselor dalam konteks menjalankan perannya di sekolah
harus menyediakan pelayanan yang baik dan optimal untuk seluruh
siswa sesuai dengan tanggungjawabnya serta merencanakan
layanan sesuai dengan kebutuhan siswa di sekolah, sehingga
dengan demikian pelayanan yang diberikan kepada siswa bisa
tepat sasaran dan berefek pada perubahan tingkal laku siswa ke
arah yang lebih baik. Guru BK/Konselor juga perlu melakukan
kolaborasi yaitu melakukan pendekatan-pendekatan untuk
mengambil kebijakan dalam mencegah perilaku bullying sehingga
perilaku bullying tidak terjadi lagi di sekolah. Pelaku bullying perlu
diberikan perhatian dan empati disamping kontrol dan
meminimalkan peluang-peluang terjadinya penindasan. Selain itu,
guru BK/Konselor perlu melakukan kerjasama dengan berbagai
pihak seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru mata
pelajaran serta orang tua. Hal ini penting, agar koordinasi dan
suvervisi terhadap pencegahan dan pengentasan bullying benar-
benar terjalin sehingga bullying tidak membudaya dan tidak
dianggap biasa lagi oleh siswa di sekolah.

22
Amirah Diniyati. 2012. Bullying Versus Tantrum sebagai Perilaku Agresif pada Anak dan
Aplikasi Konseling dalam Mengatasinya. Prosiding Seminar Internasional Bimbingan dan
Konseling. Padang, hlm. 149

21
Pentingnya mencegah prilaku bullying juga dibahas dalam
Al-Qur‟an, dimana Allah SWT. Mengancam memberikan azab yang
pedih terhadap pelaku penghinaan, :

ْ َ ‫يم َوأ‬
َ‫ص َحاب َم ْد َين‬ َ ‫لَ ْم يَأْته ْم نَبَأ ُ الَّذينَ م ْن قَبْله ْم قَ ْوم نُوحٍ َو‬
َ ‫عا ٍد َوث َ ُمو َد َوقَ ْوم إب َْراه‬
ْ َ‫س ُه ْم ي‬
َ‫ظل ُمون‬ ْ َ‫َّللاُ لي‬
َ ُ‫ظل َم ُه ْم َولَك ْن َكانُوا أ َ ْنف‬ َّ َ‫سلُ ُه ْم ب ْالبَينَات فَ َما َكان‬
ُ ‫َو ْال ُمؤْ ت َف َكات أَتَتْ ُه ْم ُر‬

Aartinya: “(orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang


yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah
dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak
memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar
kesanggupannya, Maka orangorang munafik itu menghina
mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan
untuk mereka azab yang pedih. (QS. At-Taubah :79)”23

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

23
Al-Quran Nur Qarim terjemahan. 2007. Jawa Barat: Sygma Examedia Arkanlema.. hlm.
199

22
Secara etimologis, kata bimbingan konseling merupakan
terjemahan dari “guindance” dan counseling, dalam bahasa inggris.
Secara harfiyah istilah “guindance” dari akar “guide” berarti
megarahkan, memandu, mengelola. Namun meskipun demikian
tidak berarti semua bentuk mengelola atau memandu adalah
bimbingan.24

Berdasarkan pasal 25, peraturan pemerintah No. 28/1990:


“Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan pada anak dalam
rangka upaya menemukan peribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan”. Kalimat tersebut telah secara
langsung menjelaskan pengertian dan tujuan pokok bimbingan
konseling sekolah yaitu: Bimbingan dalam rangka rangka
menemukan pribadi dimasukkan agar peserta didik mengenal
kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri, serta menerimanya
secara positif dan dinamis sebagai media pengembangan diri lebih
lanjut.

Sedangkan, bimbingan dan konseling dalam islam adalah


pelayanan bantuan yang diberikan oleh konselor agama kepada
manusia yang mengalami masalah dalam hidup keberagamaannya
serta ingin mengembangkan dimensi dan potensi agamanya
seoptimal mungkin, baik secara individual maupun kelompok, agar
menjadi manusia yang mandiri dan dewasa dalam beragama dalam
bidang akidah, ibadah dan mu’amalah melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan
ketaqwaan yang terdapat dalam al- Qur’an dan al- Hadits.

Berdasarkan uraian terdahulu bisa disimpulkan bahwa


bullying merupakan masalah yang serius yang dapat
mengakibatkan trauma bagi para korbannya, baik secara psikologis,
fisik, sosial dan akademis. Banyak faktor yang dapat menyebab

24
Samsul Yusuf & Juntika Nurihsan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung :
Remaja Posdakarya.. hal. 5.

23
terjadinya bullying, jika dikelompokkan secara umum maka dapat
dibagi menjadi tiga bagian yaitu latar belakang keluarga, pribadi
individu dan lingkungan sekitar seperti sekolah, masyarakat, teman
dan sosial.

Bullying dapat terjadi dalam berbagai bentuk yaitu fisik,


verbal dan psikologis/mental. Semua bentuk bullying tersebut akan
berdampak negatif kepada korbannya. Dampak yang terlihat jelas
yaitu bullying fisik, karena bisa dilihat langsung seperti lebam, luka,
sakit, dan lain sebagainya. Sedangkan bullying verbal dan
psikologis akan terlihat pada jangka panjang yaitu terganggunya
kondisi psikologis dan penyesuaian sosial yang buruk.

Dari paparan di atas, makadiharapkan kepada guru


BK/Konselor untuk berperan dalam mencegah dan mengentaskan
perilaku bullying yang ada di sekolah. Beberapa peran guru
BK/Konselor yaitu memberikan pelayanan kepada siswa sesuai
dengan kebutuhannya secara optimal dan efisien. Kemudian
melakukan kalobarasi dengan orangtua, kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, guru mata pelajaran dan termasuk warga sekolah
di sekitarnya untuk menyediakan pengawasan yang baik untuk
siswa sehingga sikap dan perilakunya dapat dikontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Nur Qarim terjemahan. 2007. Jawa Barat: Sygma Examedia


Arkanlema.
Ambarjaya Beni S. 2012. Psikologi Pendidikan & Pengajaran. Yogyakarta:

24
Caps.
Colorosa, B. 2007. Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak dari
Prasekolah Hingga SMU). Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi..
Diniyati Amirah. 2012. Bullying Versus Tantrum sebagai Perilaku Agresif
pada Anak dan Aplikasi Konseling dalam Mengatasinya. Prosiding
Seminar Internasional Bimbingan dan Konseling. Padang.
Irvan Usman. 2013. “Kepribadian, Komunikasi, Kelompok Teman Sebaya,
Iklim Sekolah dan Perilaku Bullying”. Humanitas. Vol. X No.1
Ngurah Adhipura Anak Agung. 2013. Bimbingan Konseling (aplikasi di
sekolah dasar dan taman kanak-kanak). Yokyakarta: Graha ilmu.
Nurihsan Juntika, Samsul Yusuf. 2006. Landasan Bimbingan dan
Konseling.
Bandung : Remaja Posdakarya.
Rachmah, D. N.. 2016. Empati Pada Pelaku Bullying. Jurnal Ecopsy,
Vol.1
No.2.
Ramayulis, Mulyadi. 2016. Bimbingan Konseling Islam di Madrasah/
Sekolah.
Jakarta: Kalam Mulia.
Saputra Takhir. 2013. Pendidikan Pasca Konflik. Yokyakarta: lkis Printing
Cemerlang.
Suyanto Bagong. 2008. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kereta Kencana
Group.
Wiyani Novan Andy. 2012. Save our Children From School Bullying.
Yogjakarta: Ar-ruzz Media.

25

Anda mungkin juga menyukai