Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PAPER MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu: Okti Aditia Wirawan, S.H,M.H

ANTI BULLYING dan 10 PENCEGAHAN ANTI TERORISME

Disusun Oleh:

Nama : Vivin Anggraini Saputri


Nim : 2201041054
Prodi : S1 Kebidanan B

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Anti
Bullying dan 10 Pencegahan Anti Terorisme”. Meski masih memiliki banyak
kekurangan baik dari struktur maupun isi yang disampaikan.
Makalah ini menjelaskan tentang pengertian bullying, jenis, dampak dan
cara pencegahan bullying, makalah ini juga menjelaskan 10 pencegahan anti
terorisme. Tujuan penulis dalam membuat makalah ini adalah untuk memberikan
informasi serta menambah wawasan dan pemahaman bagi pembaca.
Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Okti Aditia Wirawan, S.H,M.H
selaku dosen pengampu, serta tak lupa juga terimakasih kepada rekan-rekan
seperjuangan yang turut membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Didalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran demi perbaikan makalah ini kami terima dengan senang
hati. Akhir kata mohon maaf atas kurang dan lebihnya, semoga makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi penyusun sendiri maupun bagi para pembaca.

Dharmasraya, 20 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Makalah.......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4
A. Pengertian Bullying...................................................................................................... 4
B. Jenis-jenis Tindakan Bullying....................................................................................... 5
C. Dampak Perilaku Bullying............................................................................................ 7
D. Upaya Pencegahan Bullying......................................................................................... 8
E. 10 Pencegahan Anti Terorisme..................................................................................... 13
BAB III PENUTUP...........................................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-
kanak dan masa dewasa. Di mana pada masa ini remaja memiliki kematangan
emosi, sosial, fisik dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan
perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan. Dalam tugas
perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai
tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas
perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja
dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah
persepsi dalam menangani permasalahan tersebut. Pada masa ini juga kondisi
psikis remaja sangat labil. Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri.
Biasanya mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat
atau diketahuinya dari lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan keluarga,
sekolah, teman sepermainan dan masyarakat. Semua pengetahuan yang baru
diketahuinya diterima dan ditanggapi oleh remaja sesuai dengan kepribadian
masing-masing. Di sinilah peran lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk
membentuk kepribadian seorang remaja.
Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai
kematangan kepribadian yang memungkinkan mereka dapat menghadapi
tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun potensi ini
tentunya tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang oleh
faktor fisik dan faktor lingkungan yang memadai. Dalam pembentukan
kepribadian seorang remaja, akan selalu ada beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor risiko dan faktor protektif. Faktor risiko ini dapat
bersifat individual, kontekstual (pengaruh lingkungan), atau yang dihasilkan
melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya. Faktor risiko yang
disertai dengan kerentanan psikosial dan resilience pada seorang remaja akan
memicu terjadinya gangguan emosi dan perilaku yang khas pada seorang

1
remaja. Sedangkan faktor protektif merupakan faktor yang memberikan
penjelasan bahwa tidak semua remaja yang mempunyai faktor risiko akan
mengalami masalah perilaku atau emosi, atau mengalami gangguan tertentu.
Faktor protektif merupakan faktor yang memodifikasi, merubah, atau
menjadikan respons seseorang menjadi lebih kuat menghadapi berbagai
macam tantangan yang datang dari lingkungannya. Faktor protektif ini akan
berinteraksi dengan faktor risiko dengan hasil akhir berupa terjadi tidaknya
masalah perilaku atau emosi, atau gangguan mental kemudian hari.
Lemahnya emosi seseorang akan berdampak pada terjadinya masalah di
kalangan remaja, misalnya bullying yang sekarang kembali mencuat di
media. Kekerasan di sekolah ibarat fenomena gunung es yang nampak ke
permukaan hanya bagian kecilnya saja. Akan terus berulang, jika tidak
ditangani secara tepat dan berkesinambungan dari akar persoalannya.
Budaya bullying (kekerasan) atas nama senioritas masih terus terjadi
di kalangan peserta didik. Karena meresahkan, pemerintah didesak segera
menangani masalah ini secara serius. Bullying adalah suatu bentuk kekerasan
anak (child abuse) yang dilakukan teman sebaya kepada seseorang (anak)
yang lebih ‘rendah’ atau lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan atau
kepuasan tertentu. Biasanya bullying terjadi berulang kali. Bahkan ada yang
dilakukan secara sistematis.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka dapatlah rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan bullying?
2. Apa jenis-jenis perbuatan bullying?
3. Apa saja dampak dari perilaku bullying?
4. Bagaimana upaya pencegahan bullying?
5. Apa saja 10 pencegahan anti terorisme?

2
C. Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah diatas, maka dapatlah tujuan makalah ini
adalah:
1. Untuk memberikan informasi serta menambah wawasan bagi pembaca
tentang bullying dan pencegahana anti terorisme
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bullying?
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis perbuatan bullying?
4. Untuk mengetahui apa saja dampak dari perilaku bullying?
5. Untuk mengetahui bagaimana upaya pencegahan bullying?
6. Untuk mengetahui apa saja 10 pencegahan anti terorisme?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Bullying
Definisi bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris.
Bullying berasal dari kata bully yang artinya penggertak, orang yang
mengganggu orang yang lemah. Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia
yang seringkali dipakai masyarakat untuk menggambarkan fenomena
bullying di antaranya adalah penindasan, penggencetan, perpeloncoan,
pemalakan, pengucilan, atau intimidasi. Dari definisi di atas, ada beberapa
para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang bullying, di antaranya:
Barbara Coloroso (2003: 44): “Bullying adalah tindakan bermusuhan
yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti,
seperti menakuti melalui ancaman agresi dan menimbulkan teror. Termasuk
juga tindakan yang direncanakan maupun yang spontan bersifat nyata atau
hampir tidak terlihat, di hadapan seseorang atau di belakang seseorang,
mudah untuk diidentifikasi atau terselubung dibalik persahabatan, dilakukan
oleh seorang anak atau kelompok anak”.
Olweus (1993) dalam Pikiran Rakyat, 5 Juli 2007: “Bullying can
consist of any action that is used to hurt another child repeatedly and without
cause”. Bullying merupakan perilaku yang ditujukan untuk melukai siswa
lain secara terus-menerus dan tanpa sebab. Sedangkan menurut Rigby (2005:
dalam Anesty, 2009) merumuskan bahwa “bullying” merupakan sebuah
hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan
seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau
sekelompok orang yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya
berulang dan dilakukan dengan perasaan senang (Retno Astuti, 2008: 3).
Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001) mendefinisikan school bullying
sebagai perilaku agresif kekuasaan terhadap siswa yang dilakukan berulang-
ulang oleh seorang/kelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa
lain yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

4
Beberapa ahli meragukan pengertian-pengertian di atas bahwa
bullying hanya sekedar keinginan untuk menyakiti orang lain, mereka
memandang bahwa “keinginan untuk menyakiti seseorang” dan “benar-benar
menyakiti seseorang” merupakan dua hal yang jelas berbeda. Oleh karena itu
beberapa ahli psikologi menambahkan bahwa bullying merupakan sesuatu
yang dilakukan bukan sekedar dipikirkan oleh pelakunya, keinginan untuk
menyakiti orang lain dalam bullying selalu diikuti oleh tindakan negatif.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bullying
merupakan serangan berulang secara fisik, psikologis, sosial, ataupun verbal,
yang dilakukan dalam posisi kekuatan yang secara situasional didefinisikan
untuk keuntungan atau kepuasan mereka sendiri. Bullying merupakan bentuk
awal dari perilaku agresif yaitu tingkah laku yang kasar. Bisa secara fisik,
psikis, melalui kata-kata, ataupun kombinasi dari ketiganya. Hal itu bisa
dilakukan oleh kelompok atau individu. Pelaku mengambil keuntungan dari
orang lain yang dilihatnya mudah diserang. Tindakannya bisa dengan
mengejek nama, korban diganggu atau diasingkan dan dapat merugikan
korban.

B. Jenis-jenis Tindakan Bullying


Barbara Coloroso (2006: 47-50) membagi jenis-jenis bullying ke
dalam empat jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Bullying secara verbal
Perilaku ini dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritikan
kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan
seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi,
tuduhan-tuduhan yang tidak benar kasak-kusuk yang keji dan keliru,
gosip dan sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, bullying dalam bentuk
verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan dan bullying
bentuk verbal akan menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya
serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih
lanjut.

5
2. Bullying secara fisik
Yang termasuk dalam jenis ini ialah memukuli, menendang,
menampar, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta
menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas. Kendati
bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan mudah untuk
diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak
bullying dalam bentuk lain. Remaja yang secara teratur melakukan
bullying dalam bentuk fisik kerap merupakan remaja yang paling
bermasalah dan cenderung akan beralih pada tindakan-tindakan kriminal
yang lebih lanjut.
3. Relasional
Bullying secara relasional adalah pelemahan harga diri korban
secara Bullying secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau
penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang
tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas,
cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek. Bullying dalam
bentuk ini cenderung perilaku bullying yang paling sulit dideteksi dari
luar. Bullying secara relasional mencapai puncak kekuatannya di awal
masa remaja, karena saat itu terjadi perubahan fisik, mental emosional
dan seksual remaja. Ini adalah saat ketika remaja mencoba untuk
mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
4. Bullying elektronik
Bullying elektronik merupakan bentuk perilaku bullying yang
dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer,
handphone, internet, website, chatting room, email, SMS, dan
sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan
menggunakan tulisan, animasi, gambar, dan rekaman video atau film
yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying
jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki
pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan media
elektronik lainnya. Pada umumnya, anak laki-laki lebih banyak

6
menggunakan bullying secara fisik dan anak wanita banyak
menggunakan bullying relasional/emosional, namun keduanya sama-
sama menggunakan bullying verbal. Perbedaan ini, lebih berkaitan
dengan pola sosialisasi yang terjadi antara anak laki-laki dan perempuan
(Coloroso, 2006: 51).

C. Dampak Tindakan Bullying


1. Dampak negatif
Bullying memiliki dampak yang sangat buruk bagi seorang.
Berikut ini adalah beberapa dampak bullying di antaranya: prestasi
belajar menurun, fobia sekolah, gelisah, sulit tidur, gangguan makan,
menyendiri, mengucilkan diri, sensitif, lekas marah, agresif , bersikap
kasar pada orang lain (contoh: pada kakak atau adik bahkan orang tua),
depresi, hasrat bunuh diri (data dari jepang dinyatakan bahwa 10%
korban bullying mencoba bunuh diri), rendahnya kepercayaan
diri/minder, dan merasa terisolasi dalam pergaulan.
2. Dampak positif
Dari dampak negatif di atas, ternyata bullying dapat
mengakibatkan dampak positif yaitu:
a. Bullying bisa menjadi stresor positif bagi remaja yang kuat fisik dan
mental dalam menjalani hidupnya.
b. Remaja yang terkena bullying akan termotivasi untuk berani
membela dirinya di hadapan orang lain, dapat membela temannya
(berjiwa ksatria).
c. Lebih proaktif dan tanggap akan permasalahan yang dihadapi.
d. Timbul keinginan untuk belajar lebih giat (karena mendapat ejekan
masalah akademik).
e. Timbul rasa setia kawan yang tinggi karena ada rasa peduli akan
derita teman.
f. Bisa mengontrol emosi dengan baik.

7
g. Lebih percaya diri karena merasa dirinya memiliki harga diri yang
pantas untuk dihargai dan dihormati (tidak mau disakiti).
h. Meningkatkan keberanian berkomunikasi, menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan dalam diri sendiri (introspeksi diri).
i. Menjadi lebih dewasa dalam bersikap.
j. Berusaha bangkit dan menjadi pribadi yang tanggung dan kuat
secara fisik dan mental.
k. Berani menghadapi tantangan dan cobaan hidup.
l. Lebih dekat dengan orang tua dan guru.

D. Upaya Mengatasi Bullying


1. Cara menghadapi tukang “bully”
a. Tatap mata mereka dan katakan pada mereka untuk berhenti.
Jika pengganggu semakin mendekat, letakkan tangan Anda seperti
menghentikan kendaraan saat menyeberang, ciptakan penghalang
antara Anda dan si tukang bully. Tataplah mata mereka dan katakan
dengan tenang tapi tegas, “Cukup! Kamu harus berhenti sekarang!”
Jika mereka terus melewati batas atau terus mengejek Anda berbagai
cara, cukup ulangi kalimat Anda. “Hentikan! Aku ingin kamu
berhenti sekarang!” Jangan mengatakan atau melakukan apa pun
selain terus mempertahankan jarak Anda dan ulangi lagi.
b. Pelajari bagaimana cara berpikir tukang “bully”. Mereka
cenderung memilih orang-orang yang mereka anggap tidak mau atau
tidak mampu membela diri sendiri. Pengganggu memilih sasaran
empuk dan “mengujinya” dengan kata-kata yang menusuk dan
tindakan yang mengganggu. Cara tercepat dan cara terbaik untuk
mengakhiri intimidasi mereka adalah dengan membela diri dan
menyuruhnya dengan tegas untuk menghentikan tingkahnya dan
mengulanginya sampai mereka mendengarkannya.
c. Negosiasi, mencoba untuk berteman, atau menunjukkan bahwa
Anda terganggu hanya akan memberi mereka lebih banyak

8
kesempatan dan akan semakin menjadi-jadi. Jangan merengek,
cobalah untuk tidak menangis, dan tetap teguh. Mereka akan bosan
dan kehilangan minat ketika santai saja dan tidak memberi mereka
alasan apa-apa untuk mengganggu. Tidak ada yang lucu dengan
berkata “berhenti atau cukup.” Mereka tidak akan bisa mengejek jika
terlihat kuat.
d. Berdiri tegak dan tatap mereka. Perhatikan gestur tubuh di
hadapan si pengganggu. Bahkan jika mereka lebih besar (yang
memang seringnya demikian) berdirilah tegak dan tatap langsung di
matanya. Lawan pandangan mereka secara dingin. Perhatikan
mereka dengan saksama dari ujung kaki ke ujung rambutnya.
Seolah-olah melihat dan tahu sesuatu yang mereka tidak sadari.
e. Tutup telinga. Jangan mendengarkan hal-hal yang dikatakannya
atau memasukkannya ke dalam hati. Mereka mengatakan hal-hal
tersebut untuk membuat Anda emosi, bukan karena itu yang mereka
pikirkan, bukan karena itu benar, dan bukan karena mereka mencoba
untuk membantu Anda. Mereka mencoba untuk membuat Anda
terpuruk sebagai cara menaikkan posisi mereka sendiri, karena
mereka sebenarnya merasa tidak aman dan memiliki hati yang
lemah.
f. Ciptakan sebuah mantra jika diganggu secara terus-menerus.
Bacakan mantra tersebut secara berulang di dalam pikiran saat
tukang “bully” sedang beraksi. Sebuah mantra yang baik mungkin
berasal dari satu bait lirik lagu yang Anda sukai, atau berbentuk doa,
ataupun kutipan kata-kata yang memotivasi Anda. Jika mereka
semakin mendekat, katakan untuk berhenti dan terus menatapnya
dengan tatapan dingin Anda. Tetap tenang dan ulangi mantra Anda.
g. Pertahankan diri dengan cerdas. Jangan biarkan diri Anda
terjebak dalam sebuah situasi saling menghina dengan mereka. Anda
akan hampir selalu kalah jika beradu mulut satu lawan satu, bahkan
jika Anda lebih jenaka, lebih lucu, dan lebih cerdas (sebagaimana

9
seharusnya Anda) sekalipun. Karena merekalah yang merancang
permainan ini. Jangan mencoba membalas dengan hinaan yang lebih
hebat yang hanya dapat membuat keadaan dirinya menjadi lebih
buruk.
h. Abaikan tukang “bully” di dunia maya. Hal terbaik yang dapat
Anda lakukan untuk melawan pengganggu maya secara online
adalah dengan mengabaikan mereka. Jika seseorang melakukan
bully kepada Anda secara online, apakah itu melalui email, teks,
Facebook, atau jejaring sosial lainnya, Anda harus melepaskan diri
dari pengganggu itu sebisa mungkin. Hindari tersedot ke dalam
situasi saling bertukar hinaan atau argumen melalui internet,
terutama yang bersifat publik. Terkadang memang sangat menggoda
untuk membalasnya, namun hindari godaan itu sebisa mungkin.
2. Solusi/upaya buat orang tua atau wali orang tua
a. Satukan persepsi dengan istri/suami. Sangat penting bagi suami-
istri untuk satu suara dalam menangani permasalahan yang dihadapi
anak-anak di sekolah. Karena kalau tidak, anak akan bingung, dan
justru akan semakin tertekan. Kesamaan persepsi yang dimaksud
meliputi beberapa aspek, misalnya: apakah orang tua perlu ikut
campur, apakah perlu datang ke sekolah, apakah perlu menemui
orang tua pelaku intimidasi, termasuk apakah perlu lapor ke polisi.
b. Pelajari dan kenali karakter anak kita. Perlu kita sadari, bahwa
satu-satu penyebab terjadinya bullying adalah karena ada anak yang
memang punya karakter yang mudah dijadikan korban.
c. Jalin komunikasi dengan anak. Tujuannya adalah anak akan
merasa cukup nyaman (meskipun tentu saja tetap ada rasa tidak
nyaman) bercerita kepada kita sebagai orang tuanya ketika
mengalami intimidasi di sekolah. Ini menjadi kunci berbagai hal,
termasuk untuk memonitor apakah suatu kasus sudah terpecahkan
atau belum.

10
d. Masuklah di saat yang tepat. Jangan lupa, bahwa sering kali anak
kita sendiri (yang menjadi korban intimidasi) tidak senang kalau kita
(orang tuanya) turut campur. Bahwa prestasi belajar anak mulai
terganggu.
3. Penanganan yang bisa dilakukan oleh guru
a. Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi.
Tekankan bahwa kejadian tersebut bukan kesalahannya. Bantu anak
mengatasi rasa tidak nyaman yang ia rasakan, jelaskan apa yang
terjadi dan mengapa hal itu terjadi. Pastikan Anda menerangkan
dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti anak. Jangan pernah
menyalahkan anak atas tindakan bullying yang ia alami. Mintalah
bantuan pihak ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu
mengembalikan anak ke kondisi normal, jika dirasakan perlu. Untuk
itu bukalah mata dan hati Anda sebagai orang tua. Jangan tabu untuk
mendengarkan masukan pihak lain.
b. Amati perilaku dan emosi anak Anda. Bahkan ketika kejadian
bully yang ia alami sudah lama berlalu (ingat bahwa biasanya korban
menyimpan dendam dan potensial menjadi pelaku di kemudian
waktu). Bekerja samalah dengan pihak sekolah (guru). Mintalah
mereka membantu dan mengamati bila ada perubahan emosi atau
fisik anak Anda. Waspadai perbedaan ekspresi agresi yang berbeda
yang ditunjukkan anak Anda di rumah dan di sekolah (ada atau tidak
ada orang tua/guru/pengasuh).
c. Binalah kedekatan dengan teman-teman anak. Cermati cerita
mereka tentang anak. Waspadai perubahan atau perilaku yang tidak
biasa. Minta bantuan pihak ke tiga (guru atau ahli profesional) untuk
menangani pelaku.
4. Pencegahan buat anak yang menjadi korban bullying
Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri,
terutama ketika tidak ada orang dewasa/ guru/ orang tua yang berada di
dekatnya. Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi

11
tidak menyenangkan yang mungkin ia alami dalam kehidupannya Walau
anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali
kemampuan agar tidak menjadi korban tindak kekerasan, tetap
beritahukan anak ke mana ia dapat melaporkan atau meminta pertolongan
atas tindakan kekerasan yang ia alami (bukan saja bullying). Terutama
tindakan yang tidak dapat ia tangani atau tindakan yang terus
berlangsung walau sudah diupayakan untuk tidak terulang. Upayakan
anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik dengan sebaya atau
dengan orang yang lebih tua.
5. Penanganan buat anak yang menjadi pelaku bullying
Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan
bahwa tindakannya merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan
dari tenaga ahlinya agar masalah tertangani dengan baik dan selesai
dengan tuntas. Cari penyebab anak melakukan hal tersebut. Penyebab
menjadi penentu penanganan. Anak yang menjadi pelaku karena rasa
rendah diri tentu akan ditangani secara berbeda dengan pelaku yang
disebabkan oleh dendam karena pernah menjadi korban. Demikian juga
bila pelaku disebabkan oleh agresivitasnya yang berbeda. Posisikan diri
untuk menolong anak dan bukan menghakimi anak.
6. Cara paling ideal untuk mencegah terjadinya bullying
Mengajarkan kemampuan asertif, yaitu kemampuan untuk
menyampaikan pendapat atau opini pada orang lain dengan cara yang
tepat. Hal ini termasuk kemampuan untuk mengatakan tidak atas
tekanan-tekanan yang didapatkan dari teman/pelaku bullying. Sekolah
meningkatkan kesadaran akan adanya perilaku bullying (tidak semua
anak paham apakah sebenarnya bullying itu) dan bahwa sekolah
memiliki dan menjalankan kebijakan anti bullying. Murid harus bisa
percaya bahwa jika ia menjadi korban, ia akan mendapatkan pertolongan.
Sebaliknya, jika ia menjadi pelaku, sekolah juga akan bekerja sama
dengan orang tua agar bisa bersama-sama membantu mengatasi
permasalahannya. Memutus lingkaran konflik dan mendukung sikap

12
bekerja sama antar anggota komunitas sekolah, tidak hanya interaksi
antar murid dalam level yang sama tapi juga dari level yang berbeda.
7. Cara mencegah supaya anak tidak menjadi pelaku bullying
Kunci utama dari antisipasi masalah bullying adalah hubungan
yang baik dengan anak. Hubungan yang baik akan membuat anak terbuka
dan percaya bahwa setiap masalah yang dihadapinya akan bisa diatasi
dan bahwa orang tua dan guru akan selalu siap membantunya. Dari
sinilah anak kemudian belajar untuk menyelesaikan masalah dengan cara
yang tepat.
8. Cara bagaimana supaya anak tidak menjadi korban bullying
Membekali anak dengan keterampilan assertive, sehingga bisa
memberikan pesan yang tepat pada pelaku bahwa dirinya bukan pihak
yang bisa dijadikan korban.

E. 10 Pencegahan Anti Terorisme


Berbagai cara mencegah terorisme agar tidak semakin menjamur,
terutama di bangsa Indonesia ini, antara lain:
1. Memperkenalkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar. Hal
pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah paham terorisme ialah
memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengenalan
tentang ilmu pengetahuan ini harusnya sangat ditekankan kepada siapapun,
terutama kepada para generasi muda. Hal ini disebabkan pemikiran para
generasi muda yang masih mengembara karena rasa keingintahuannya,
apalagi terkait suatu hal yang baru seperti sebuah pemahaman terhadap
suatu masalah dan dampak pengaruh globalisasi. Dalam hal ini,
memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebatas ilmu umum saja,
tetapi juga ilmu agama yang merupakan pondasi penting terkait perilaku,
sikap, dan juga keyakinannya kepada Tuhan. Kedua ilmu ini harus
diperkenalkan secara baik dan benar, dalam artian haruslah seimbang
antara ilmu umum dan ilmu agama. Sedemikian sehingga dapat tercipta
kerangka pemikiran yang seimbang dalam diri.

13
2. Memahamkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar. Hal kedua
yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman tindak terorisme ialah
memahamkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Setelah
memperkenalkan ilmu pengetahuan dilakukan dengan baik dan benar,
langkah berikutnya ialah tentang bagaimana cara untuk memahamkan ilmu
pengetahuan tersebut. Karena tentunya tidak hanya sebatas mengenal,
pemahaman terhadap yang dikenal juga diperlukan. Sedemikian sehingga
apabila pemahaman akan ilmu pengetahuan, baik ilmu umum dan ilmu
agama sudah tercapai, maka kekokohan pemikiran yang dimiliki akan
semakin kuat. Dengan demikian, maka tidak akan mudah goyah dan
terpengaruh terhadap pemahaman radikalisme sekaligus tindakan
terorisme dan tidak menjadi penyebab lunturnya bhinneka tunggal
ikasebagai semboyan Indonesia.
3. Meminimalisir Kesenjangan Sosial. Kesenjangan sosial yang terjadi juga
dapat memicu munculnya pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme.
Sedemikian sehingga agar kedua hal tersebut tidak terjadi, maka
kesenjangan sosial haruslah diminimalisir. Apabila tingkat pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme tidak ingin terjadi pada suatu Negara
termasuk Indonesia, maka kesenjangan antara pemerintah dan rakyat
haruslah diminimalisir. Caranya ialah pemerintah harus mampu merangkul
pihak media yang menjadi perantaranya dengan rakyat sekaligus
melakukan aksi nyata secara langsung kepada rakyat. Begitu pula dengan
rakyat, mereka harusnya juga selalu memberikan dukungan dan
kepercayaan kepada pihak pemerintah bahwa pemerintah akan mampu
menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pengayom rakyat dan
pemegang kendali pemerintahan Negara.
4. Menjaga Persatuan Dan Kesatuan. Menjaga persatuan dan kesatuan
juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk mencegah pemahaman tindakan
terorisme di kalangan masyarakat, terbelih di tingkat Negara. Sebagaimana
kita sadari bahwa dalam sebuah masyarakat pasti terdapat keberagaman
atau kemajemukan, terlebih dalam sebuah Negara yang merupakan

14
gabungan dari berbagai masyarakat. Oleh karena itu, menjaga persatuan
dan kesatuan dengan adanya kemajemukan tersebut sangat perlu dilakukan
untuk mencegah masalah radikalisme dan terorisme. Salah satu yang bisa
dilakukan dalam kasus Indonesia ialah memahami dan penjalankan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila, sebagaimana semboyan yang
tertera di sana ialahBhinneka Tunggal Ika.
5. Mendukung Aksi Perdamaian. Aksi perdamaian mungkin secara khusus
dilakukan untuk mencegah tindakan terorisme agar tidak terjadi. Kalau
pun sudah terjadi, maka aksi ini dilakukan sebagai usaha agar tindakan
tersebut tidak semakin meluas dan dapat dihentikan. Namun apabila kita
tinjau lebih dalam bahwa munculnya tindakan terorisme dapat berawal
dari muncul pemahaman radikalisme yang sifatnya baru, berbeda, dan
cenderung menyimpang sehingga menimbulkan pertentangan dan
konflik. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mencegah agar hal tersebut
(pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme) tidak terjadi ialah
dengan cara memberikan dukungan terhadap aksi perdamaian yang
dilakukan, baik oleh Negara (pemerintah), organisasi/ormas maupun
perseorangan.
6. Berperan Aktif Dalam Melaporkan Terorisme. Peranan yang dilakukan
di sini ialah ditekankan pada aksi melaporkan kepada pihak-pihak yang
memiliki kewenangan apabila muncul pemahaman tindakan terorisme,
entah itu kecil maupun besar. Contohnya apabila muncul pemahaman baru
tentang keagamaan di masyarakat yang menimbulkan keresahan, maka hal
pertama yang bisa dilakukan agar pemahaman radikalisme tindak
berkembang hingga menyebabkan tindakan terorisme yang berbau
kekerasan dan konflik ialah melaporkan atau berkonsultasi kepada tokoh
agama dan tokok masyarakat yang ada di lingkungan tersebut. Dengan
demikian, pihak tokoh-tokoh dalam mengambil tindakan pencegahan
awal, seperti melakukan diskusi tentang pemahaman baru yang muncul di
masyarakat tersebut dengan pihak yang bersangkutan.

15
7. Meningkatkan Pemahaman Akan Hidup Kebersamaan. Meningkatkan
pemahaman tentang hidup kebersamaan juga harus dilakukan untuk
mencegah munculnya pemahaman tindakan terorisme. Meningkatkan
pemahaman ini ialah terus mempelajari dan memahami tentang artinya
hidup bersama-sama dalam bermasyarakat bahkan bernegara yang penuh
akan keberagaman, termasuk Indonesia sendiri. Sehingga sikap toleransi
dan solidaritas perlu diberlakukan, di samping menaati semua ketentuan
dan peraturan yang sudah berlaku di masyarakat dan Negara. Dengan
demikian, pasti tidak akan ada pihak-pihak yang merasa dirugikan karena
kita sudah paham menjalan hidup secara bersama-sama berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan di tengah-tengah masyarakat
dan Negara.
8. Menyaring Informasi Yang Didapatkan. Menyaring informasi yang
didapatkan juga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah pemahaman tindakan terorisme. Hal ini dikarenakan informasi
yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus diikuti, terlebih dengan
adanya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di mana informasi bisa
datang dari mana saja. Sehingga penyaringan terhadap informasi tersebut
harus dilakukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, di mana
informasi yang benar menjadi tidak benar dan informasi yang tidak benar
menjadi benar. Oleh karena itu, kita harus bisa menyaring informasi yang
didapat sehingga tidak sembarangan membenarkan, menyalahkan, dan
terpengaruh untuk langsung mengikuti informasi tersebut.
9. Ikut Aktif Mensosialisasikan Radikalisme Dan Terorisme.
Mensosialisasikan di sini bukan berarti kita mengajak untuk menyebarkan
pemahaman melakukan tindakan terorisme, namun kita mensosialisasikan
tentang apa itu sebenarnya radikalisme dan terorisme. Sehingga nantinya
akan banyak orang yang mengerti tentang arti sebenarnya dari radikalisme
dan terorisme tersebut, di mana kedua hal tersebut sangatlah berbahaya
bagi kehidupan, terutama kehidupan yang dijalani secara bersama-sama
dalam dasar kemajemukan atau keberagaman. Jangan lupa pula untuk

16
mensosialisasikan tentang bahaya, dampak, serta cara-cara untuk bisa
menghindari pengaruh pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme.
10. Meminimalisir Penyebab Utama Terorisme. Dalam rangka
memberantas kasus terorisme di Indonesia pemerintah Indonesia
melakukan berbagai upaya seperti halnya dengan langkah meminimalisir
penyebab dari aksi terorisme. Dalam hal ini langkah yang di ambil adalah
dengan melalui pendekatan Soft Approach, yaitu dengan program
deradikalisasi. Deradikalisasi sendiri adalah sebuah strategi atau tindakan
yang bertujuan untuk menetralisir paham radikal bagi mereka yang terlibat
teroris dan para simpatisannya serta anggota masyarakat yang telah
terekspos paham-paham radikal, melalui redukasi dan resosialisasi serta
menanamkan multikulturalisme.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara
berulang-ulang dimana tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan
untuk melukai dan membuat seseorang merasa tidak nyaman. Jenis bullying
dapat dibedakan menjadi 4, bullying secara verbal, bullying secara fisik,
bullying secara relasional, dan bullying elektronik.
Dampak dari bullying ada yang positif dan ada juga yang negatif.
Dampak positifnya antara lain Bullying bisa menjadi stresor positif bagi
remaja yang kuat fisik dan mental dalam menjalani hidupnya, timbul rasa
setia kawan yang tinggi karena ada rasa peduli akan derita teman, bisa
mengontrol emosi dengan baik, meningkatkan keberanian berkomunikasi, dan
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam diri sendiri (introspeksi
diri), dan lain-lain. Sedangkan dampak negatifnya antara lain adalah prestasi
belajar menurun, fobia sekolah, gelisah, sulit tidur, gangguan makan,
menyendiri, mengucilkan diri, sensitif, lekas marah, agresif , bersikap kasar
pada orang lain (contoh: pada kakak atau adik bahkan orang tua), depresi dan
lain-lain.
Solusi atau upaya untuk mengatasi bullying bisa dilakukan dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan sebagainya.
Hal pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah paham terorisme
ialah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengenalan
tentang ilmu pengetahuan ini harusnya sangat ditekankan kepada siapapun,
terutama kepada para generasi muda. Hal ini disebabkan pemikiran para
generasi muda yang masih mengembara karena rasa keingintahuannya,
apalagi terkait suatu hal yang baru seperti sebuah pemahaman terhadap suatu
masalah dan dampak pengaruh globalisasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Facebook. Tt. Bahaya dampak bullying. [Online] dalam


https://web.facebook.com/notes/koran-fesbuk/bahaya-dampak-bullying/
40870061451/, diakses pada tanggal 20 Desember 2022
Kampuspendidikan. 2014. Pengertian Bullying dan bentuk-bentuk bullying.html.
Dalam http://kampuspendidikan.co.id/2014/06/pengertian-dan-bentuk-
bentuk-bullying.html, diakses pada tanggal 20 Desember 2022
Keyra decequeen. Tt. Makalah Bullying. [Online] dalam
https://doc.lalacomputer.com/makalah-bullying/, diakses pada tanggal 20
Desember 2022.
Rahmanto walid. 2012. Bullying dan solusinya. [Online] dalam
http://walidrahmanto.co.id/2012/bullying-dan-solusinya.html, diakses pada
tanggal 20 Desember 2022
Stopbullying. Tt. Stop Bullying. [Online] dalam https://www.stopbullying.gov/,
diakses pada tangal 20 Desember 2022.
Stopbullyng. 2014. Dampak positif apa jasa. [Online] dalam
http://stopbullying19.co.id/2014/02/dampak-positif-bullying-apa-
saja.html, diakses pada tanggal 20 Desember 2022
Wikihow. Tt. Menghadapi tukang %22Bulyng%2. [Online] dalam
http://id.wikihow.com/Menghadapi-Tukang-%22Bully%2, diakses pada
tanggal 20 Desember 2022
Wiki. Tt. Bullying. [Online] dalam https://en.wikipedia.org/wiki/Bullying diakses
pada tangal 20 Desember 2022.

19

Anda mungkin juga menyukai