Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BULLYING

DISUSUN OLEH :

AYU TANTRI T SINAU

(PO0224222003)

POLTEKKES KEMENKES PALU

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI DIII KEBIDANAN POSO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Bullying” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat
dibuat dengan sebaik-baiknya. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Saya pribadi mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semuanya.

Poso,09 Oktober 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
A. Definisi Bullying..........................................................................................................6
B. Jenis-jenis perbuatan bullying......................................................................................7
C. Ciri pelaku bullying dan korban bullying....................................................................8
D. Faktor Penyebab Bullying..........................................................................................10
E. Dampak Tindakan Bullying.......................................................................................12
F. Upaya Mengatasi Bullying.........................................................................................13
BAB III.................................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................................18
A. KESIMPULAN......................................................................................................18
B. SARAN..................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Di mana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.
Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai
kesulitan. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan
berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas
perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam
keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam
menangani permasalahan tersebut. Pada masa ini juga kondisi psikis remaja sangat labil.

Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin tahu
dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan sekitarnya, mulai
lingkungan keluarga, sekolah, teman sepermainan dan masyarakat. Semua pengetahuan
yang baru diketahuinya diterima dan ditanggapi oleh remaja sesuai dengan kepribadian
masing-masing. Di sinilah peran lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membentuk
kepribadian seorang remaja. Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat
mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan mereka dapat menghadapi
tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak
akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor
lingkungan yang memadai.

Dalam pembentukan kepribadian seorang remaja, akan selalu ada beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor risiko dan faktor protektif. Faktor risiko ini dapat bersifat
individual, kontekstual (pengaruh lingkungan), atau yang dihasilkan melalui interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Faktor risiko yang disertai dengan kerentanan
psikosial dan resilience pada seorang remaja akan memicu terjadinya gangguan emosi dan
perilaku yang khas pada seorang remaja. Sedangkan faktor protektif merupakan faktor yang
memberikan penjelasan bahwa tidak semua remaja yang mempunyai faktor risiko akan
mengalami masalah perilaku atau emosi, atau mengalami gangguan tertentu.

Faktor protektif merupakan faktor yang memodifikasi, merubah, atau menjadikan


respons seseorang menjadi lebih kuat menghadapi berbagai macam tantangan yang datang
dari lingkungannya. Faktor protektif ini akan berinteraksi dengan faktor risiko dengan hasil
akhir berupa terjadi tidaknya masalah perilaku atau emosi, atau gangguan mental kemudian
hari. Lemahnya emosi seseorang akan berdampak pada terjadinya masalah di kalangan
remaja, misalnya bullying yang sekarang kembali mencuat di media. Kekerasan di sekolah
ibarat fenomena gunung es yang nampak ke permukaan hanya bagian kecilnya saja. Akan
terus berulang, jika tidak ditangani secara tepat dan berkesinambungan dari akar
persoalannya.

Budaya bullying (kekerasan) atas nama senioritas masih terus terjadi di kalangan
peserta didik. Karena meresahkan, pemerintah didesak segera menangani masalah ini
secara serius. Bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan
teman sebaya kepada seseorang (anak) yang lebih ‘rendah’ atau lebih lemah untuk
mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. Biasanya bullying terjadi berulang kali.
Bahkan ada yang dilakukan secara sistematis.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan bullying?


2. Apa jenis-jenis perbuatan bullying?
3. Bagaimana ciri orang yang membullying dan orang yang dibullying?
4. Apa saja faktor yang menyebabkan perilaku bullying?
5. Apa saja dampak dari perilaku bullying?
6. Bagaimana upaya pencegahan bullying?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Bullying

Mengutip Widya Ayu dalam buku Cegah dan Stop Bullying Sejak Dini, bullying
berasal dari bahasa Inggris yaitu bull yang berarti banteng. Secara etimologi
bullying berarti penggertak, orang yang mengganggu yang lemah.

Dalam bahasa Indonesia, bullying disebut menyakat yang artinya mengusik (supaya
menjadi takut, menangis, dan sebagainya), merisak secara verbal. Sementara itu,
mengutip hasil ratas bullying Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (PPA), bullying juga dikenal sebagai penindasan/risak.

Bullying merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan


dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau
berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara
terus menerus.

Menurut Unicef, bullying bisa diidentifikasi lewat tiga karakteristik yaitu disengaja
(untuk menyakiti), terjadi secara berulang-ulang, dan ada perbedaan kekuasaan.
Bullying bisa terjadi secara langsung atau online.

Bullying online atau biasa disebut cyber bullying sering terjadi melalui media
sosial, SMS/teks atau pesan instan, email, atau platform online tempat anak-anak
berinteraksi.
B. Jenis-jenis perbuatan bullying

1. Bullying secara verbal (Dengan kata-kata)


Yang pertama dan yang paling sering dilakukan secara tidak sadar adalah
bullying verbal. Bullying verbal terjadi ketika pelaku melakukan intimidasi
mlalui kata-kata mereka kepada seorang korban bully. Intimidasi yang
dilakukan seperti nama julukan buruk, celaan, hinaan, fitnah, terror, gossip, dan
pernyataan-pernyataan yang masih harus diselidiki kebenarannya. Jenis bullying
ini bahkan menjadi jembatan untuk menuju bullying tingkat lanjut.

2. Bullying secara fisik


Setelah jenis bullying yang pertama, ada bullying secara fisik. Jenis bullying ini
melibatkan kontak fisik antar pelaku dan korban, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Bullying jenis ini termasuk memukul, menendang, menampar,
mencekik, menggigit, meludahi, bahkan menghancurkan barang-barang milik
korban. Bullying jenis ini mudah untuk diidentifikasi, namun bullying secara
fisik jarang dilakukan. Seseorang yang melakukan bullying secara fisik biasanya
remaja yang bermasalah. Ada kemungkinan besar pelaku bullying ini akan
cenderung melakukan tindakan kriminal di kemudian hari.

3. Bullying secara rasional (Hubungan pertemanan)


Bullying jenis ini melibatkan banyak pelaku. Biasanya dilakukan per kelompok.
Bullying tipe ini cenderung melakukan pelemahan harga diri korban bully
dengan cara pengabaian, pengucilan, atau penghindaran. Sikap-sikap seperti
pandangan sinis, lirikan mata, tawa mengejek, hingga bahasa tubuh yang
merendahkan korbannya adalah jenis perlakuan kecil dari bullying tipe ini.
Bullying tipe ini sulit untuk dideteksi dari luar. Korban dari bullying jenis ini
biasanya mengalami depresi yang luar biasa sehingga merasa tidak nyaman
berada di lingkungan sekitar.
4. Bullying secara elektronik
Kemajuan teknologi tidak menutup kemungkinan untuk mencegah hadirnya
bullying lewat media elektronik. Bentuk bullying ini biasanya meliputi kata-kata
kasar atau gambar yang tidak senonoh di mana pelaku mengirimkan gambar-
gambar tersebut melalui media elektronik seperti SMS, chatting, atau media
sosial populer lainnya.

C. Ciri pelaku bullying dan korban bullying

1. Ciri pelaku bullying


Menurut Ubaydillah (AN dalam e-psikologi.com), siswa/orang yang mempunyai
kecenderungan sebagai pelaku bullying umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Suka mendominasi anak lain.
b) Suka memanfaatkan anak lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
c) Sulit melihat situasi dari titik pandang anak lain.
d) Hanya peduli pada keinginan dan kesenangannya sendiri, dan tak mau peduli
dengan perasaan anak lain.
e) Cenderung melukai anak lain ketika orang tua atau orang dewasa lainnya tidak
ada di sekitar mereka.
f) Memandang saudara-saudara atau rekan-rekan yang lebih lemah sebagai
sasaran.
g) Tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya.
h) Tidak memiliki pandangan terhadap masa depan atau masa bodoh terhadap
akibat dari perbuatannya.
i) Haus perhatian
2. Ciri korban bullying
Sedangkan ciri korban bullying antara lain :
a) Anak baru di lingkungan itu.
b) Anak termuda atau paling kecil di sekolah.
c) Anak yang pernah mengalami trauma sehingga sering menghindar
karena rasa takut.
d) Anak penurut karena cemas, kurang percaya diri, atau anak yang
melakukan sesuatu karena takut dibenci atau ingin menyenangkan.
e) Anak yang perilakunya dianggap mengganggu orang lain.
f) Anak yang tidak mau berkelahi atau suka mengalah.
g) Anak yang pemalu, menyembunyikan perasaannya, pendiam atau tidak
mau menarik perhatian orang lain.
h) Anak yang paling miskin atau paling kaya.
i) Anak yang ras atau etnisnya dipandang rendah.
j) Anak yang orientasi gender atau seksualnya dipandang rendah.
k) Anak yang agamanya dipandang rendah.
l) Anak yang cerdas, berbakat, memiliki kelebihan atau beda dari yang
lain.
m) Anak yang merdeka atau liberal, tidak memedulikan status sosial, dan
tidak berkompromi dengan norma-norma.
n) Anak yang siap mendemonstrasikan emosinya setiap waktu.
o) Anak yang gemuk atau kurus, pendek atau jangkung.
p) Anak yang memakai kawat gigi atau kacamata.
q) Anak yang berjerawat atau memiliki masalah kondisi kulit lainnya.
r) Anak yang memiliki kecacatan fisik atau keterbelakangan mental.
s) Anak yang berada di tempat yang keliru pada saat yang salah (bernasib
buruk).
D. Faktor Penyebab Bullying

1. Faktor keluarga
Keluarga menjadi faktor utama penyebab terjadinya aksi bullying.
Ketika anak tumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang kurang harmonis,
orang tua yang terlalu emosional, dan kurangnya perhatian terhadap anaknya, hal
tersebut tentu memicu timbulnya perilaku menyimpang, salah satunya perilaku
bullying.

Kesibukan orangtua hingga lupa mencurahkan perhatian kepada sang anak


membuat sosialisasi anak menjadi tidak sempurna, sehingga memungkinkan untuk
berperilaku menyimpang.

2. Faktor lingkungan (Teman sebaya)


Faktor penyebab terjadinya bullying juga dapat disebabkan oleh lingkungan,
misalnya teman sebaya. Teman tersebut memberikan pengaruh negatif, baik secara
aktif maupun pasif.

Mereka bisa menganggap bahwa bullying merupakan tindakan wajar dan tidak akan
berdampak apa-apa. Padahal, bullying jelas-jelas salah dan sangat merugikan orang
lain.

3. Media massa

Bullying tidak hanya dilakukan secara langsung, tetapi juga dapat dilakukan di
sosial media berupa ungkapan kasar, mencaci-maki, menjelek-jelekkan, dan lain
sebagainya.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mendampingi dan memberikan pengertian
pada anak-anak guna menyaring informasi yang beredar.
4. Tradisi senioritas
Adanya tradisi senioritas selama beberapa generasi menjadi penyebab terjadinya
bullying. Sebab, korban merasa terintimidasi karena mendapatkan kekerasan dan
perlakuan yang tidak adil.

Dengan demikian, ketika korban menjadi "senior", mereka akan mengikuti jejak
seniornya yang terdahulu.

5. Pernah jadi korban bullying


Di beberapa kasus, ada pula yang menunjukkan kalau pelaku tindakan bullying
ternyata juga merupakan korban. Misalnya, anak yang merasa di-bully di rumah
oleh sudaranya, kemudian ia membalas dengan mem-bully temannya yang dianggap
lebih lemah.

Selain itu, pelaku bullying merupakan orang yang tertekan akibat bullying di
kehidupan nyata, sehingga ia menggunakan dunia maya untuk menunjukkan kalau
dirinya juga punya kekuatan dengan cara menyerang orang lain.

6. Perbedaan kelas
Bullying juga disebabkan oleh adanya perbedaan kelas, seperti halnya senior dan
junior, ekonomi, gender, etnis, agama, dan ekonomi. Hal tersebut hampir mirip
dengan tradisi senioritas, di mana kelas tertinggi akan merasa bahwa ia memiliki
kekuatan lebih dibandingkan kelas di bawahnya.
E. Dampak Tindakan Bullying

Bullying merupakan masalah serius yang dapat merusak psikologi anak atau
seseorang dan mengakibatkan korban jiwa.
Dalam kasus yang parah dan paling fatal, korban bisa melakukan tindakan bunuh
diri akibat aksi bullying yang didapatkannya.
Adapun dampak bullying secara khusus terbagi menjadi tiga, yaitu dampak bagi
korban, bagi pelaku, dan bagi yang menyaksikan bullying.

1. Dampak bagi korban


Anak yang menjadi korban bullying akan mengalami depresi, stres, gangguan
kesehatan mental, serangan panik, PTSD (Post Traumatic Syndrome Disorder),
sindrom kecemasan, hingga memicu kemarahan.

Selain itu, dampak dari bullying bagi korban juga berpengaruh pada kecerdasan dan
kemampuan analisis. Jika kemampuan akademisnya menurun, hal tersebut
memungkinkan anak akan memilih untuk mengasingkan diri dan selalu memiliki
perasaan sedih serta kesepian yang berkepanjangan.

2. Dampak bagi pelaku


Tidak hanya koran, pelaku bullying juga tidak lepas dari dampak psikologi hingga
dewasa.

Pelaku yang sering melakukan bullying sejak kecil dan remaja lebih rentan terjebak
di dalam tindak kekerasan ketika dewasa, misalnya tindak kriminal,
penyalahgunaan narkoba, memiliki sifat abusive, dan destruktif kepada pasangan
dan anak-anaknya kelak.
Pelaku bullying juga akan memiliki perilaku yang agresif, mudah marah, impulsif,
toleransi rendah, kurang berempati, dan lebih menyukai mendominasi orang lain.
Selain itu, pelaku merasa harga dirinya tinggi dan sangat percaya diri

3. Dampak bagi yang menyaksikan bullying


Jika dibiarkan terus-menerus, saksi atau penonton yang menyaksikan bullying akan
merasa bahwa perilaku tersebut dianggap biasa. Tidak hanya itu, saksi juga akan
menganggap bahwa perilaku bullying bisa diterima secara sosial.

Padahal, aksi bullying ini sangat bertentangan, terutama untuk anak-anak.


Parahnya lagi, para saksi atau penonton akan memilih menjadi penindas karena
takut menjadi korban selanjutnya. Sementara beberapa orang lainnya, memilih
untuk diam tanpa bertindak atau menghentikan aksi bullying tersebut.

F. Upaya Mengatasi Bullying

1. Cara menghadapi tukang “bully”


Tatap mata mereka dan katakan pada mereka untuk berhenti. Jika pengganggu
semakin mendekat, letakkan tangan Anda seperti menghentikan kendaraan saat
menyeberang, ciptakan penghalang antara Anda dan si tukang bully. Tataplah mata
mereka dan katakan dengan tenang tapi tegas, “Cukup! Kamu harus berhenti
sekarang!” Jika mereka terus melewati batas atau terus mengejek Anda berbagai
cara, cukup ulangi kalimat Anda. “Hentikan! Aku ingin kamu berhenti sekarang!”
Jangan mengatakan atau melakukan apa pun selain terus mempertahankan jarak
Anda dan ulangi lagi.

Pelajari bagaimana cara berpikir tukang “bully”. Mereka cenderung memilih orang-
orang yang mereka anggap tidak mau atau tidak mampu membela diri sendiri.
Pengganggu memilih sasaran empuk dan “mengujinya” dengan kata-kata yang
menusuk dan tindakan yang mengganggu. Cara tercepat dan cara terbaik untuk
mengakhiri intimidasi mereka adalah dengan membela diri dan menyuruhnya
dengan tegas untuk menghentikan tingkahnya dan mengulanginya sampai mereka
mendengarkannya.

Negosiasi, mencoba untuk berteman, atau menunjukkan bahwa Anda terganggu


hanya akan memberi mereka lebih banyak kesempatan dan akan semakin menjadi-
jadi. Jangan merengek, cobalah untuk tidak menangis, dan tetap teguh. Mereka akan
bosan dan kehilangan minat ketika santai saja dan tidak memberi mereka alasan
apa-apa untuk mengganggu. Tidak ada yang lucu dengan berkata “berhenti atau
cukup.” Mereka tidak akan bisa mengejek jika terlihat kuat.

Berdiri tegak dan tatap mereka. Perhatikan gestur tubuh di hadapan si pengganggu.
Bahkan jika mereka lebih besar (yang memang seringnya demikian) berdirilah tegak
dan tatap langsung di matanya. Lawan pandangan mereka secara dingin. Perhatikan
mereka dengan saksama dari ujung kaki ke ujung rambutnya. Seolah-olah melihat
dan tahu sesuatu yang mereka tidak sadari.

Tutup telinga. Jangan mendengarkan hal-hal yang dikatakannya atau


memasukkannya ke dalam hati. Mereka mengatakan hal-hal tersebut untuk
membuat Anda emosi, bukan karena itu yang mereka pikirkan, bukan karena itu
benar, dan bukan karena mereka mencoba untuk membantu Anda. Mereka mencoba
untuk membuat Anda terpuruk sebagai cara menaikkan posisi mereka sendiri,
karena mereka sebenarnya merasa tidak aman dan memiliki hati yang lemah.

Ciptakan sebuah mantra jika diganggu secara terus-menerus. Bacakan mantra


tersebut secara berulang di dalam pikiran saat tukang “bully” sedang beraksi.
Sebuah mantra yang baik mungkin berasal dari satu bait lirik lagu yang Anda sukai,
atau berbentuk doa, ataupun kutipan kata-kata yang memotivasi Anda. Jika mereka
semakin mendekat, katakan untuk berhenti dan terus menatapnya dengan tatapan
dingin Anda. Tetap tenang dan ulangi mantra Anda.
Pertahankan diri dengan cerdas. Jangan biarkan diri Anda terjebak dalam sebuah
situasi saling menghina dengan mereka. Anda akan hampir selalu kalah jika beradu
mulut satu lawan satu, bahkan jika Anda lebih jenaka, lebih lucu, dan lebih cerdas
(sebagaimana seharusnya Anda) sekalipun. Karena merekalah yang merancang
permainan ini. Jangan mencoba membalas dengan hinaan yang lebih hebat yang
hanya dapat membuat keadaan dirinya menjadi lebih buruk.

Abaikan tukang “bully” di dunia maya. Hal terbaik yang dapat Anda lakukan untuk
melawan pengganggu maya secara online adalah dengan mengabaikan mereka. Jika
seseorang melakukan bully kepada Anda secara online, apakah itu melalui email,
teks, Facebook, atau jejaring sosial lainnya, Anda harus melepaskan diri dari
pengganggu itu sebisa mungkin. Hindari tersedot ke dalam situasi saling bertukar
hinaan atau argumen melalui internet, terutama yang bersifat publik. Terkadang
memang sangat menggoda untuk membalasnya, namun hindari godaan itu sebisa
mungkin.

2. Solusi/upaya buat orang tua atau wali orang tua


Satukan persepsi dengan istri/suami. Sangat penting bagi suami-istri untuk satu
suara dalam menangani permasalahan yang dihadapi anak-anak di sekolah. Karena
kalau tidak, anak akan bingung, dan justru akan semakin tertekan. Kesamaan
persepsi yang dimaksud meliputi beberapa aspek, misalnya: apakah orang tua perlu
ikut campur, apakah perlu datang ke sekolah, apakah perlu menemui orang tua
pelaku intimidasi, termasuk apakah perlu lapor ke polisi.

Pelajari dan kenali karakter anak kita. Perlu kita sadari, bahwa satu-satu penyebab
terjadinya bullying adalah karena ada anak yang memang punya karakter yang
mudah dijadikan korban.
Jalin komunikasi dengan anak. Tujuannya adalah anak akan merasa cukup nyaman
(meskipun tentu saja tetap ada rasa tidak nyaman) bercerita kepada kita sebagai
orang tuanya ketika mengalami intimidasi di sekolah. Ini menjadi kunci berbagai
hal, termasuk untuk memonitor apakah suatu kasus sudah terpecahkan atau belum.

Masuklah di saat yang tepat. Jangan lupa, bahwa sering kali anak kita sendiri (yang
menjadi korban intimidasi) tidak senang kalau kita (orang tuanya) turut campur.
Bahwa prestasi belajar anak mulai terganggu.

3. Pencegahan buat anak yang menjadi korban bullying


Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika
tidak ada orang dewasa/ guru/ orang tua yang berada di dekatnya. Bekali anak
dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak menyenangkan yang
mungkin ia alami dalam kehidupannya Walau anak sudah diajarkan untuk
mempertahankan diri dan dibekali kemampuan agar tidak menjadi korban tindak
kekerasan, tetap beritahukan anak ke mana ia dapat melaporkan atau meminta
pertolongan atas tindakan kekerasan yang ia alami (bukan saja bullying). Terutama
tindakan yang tidak dapat ia tangani atau tindakan yang terus berlangsung walau
sudah diupayakan untuk tidak terulang. Upayakan anak mempunyai kemampuan
sosialisasi yang baik dengan sebaya atau dengan orang yang lebih tua.

4. Penanganan buat anak yang menjadi pelaku bullying


Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa tindakannya
merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga ahlinya agar masalah
tertangani dengan baik dan selesai dengan tuntas. Cari penyebab anak melakukan
hal tersebut. Penyebab menjadi penentu penanganan. Anak yang menjadi pelaku
karena rasa rendah diri tentu akan ditangani secara berbeda dengan pelaku yang
disebabkan oleh dendam karena pernah menjadi korban. Demikian juga bila pelaku
disebabkan oleh agresivitasnya yang berbeda. Posisikan diri untuk menolong anak
dan bukan menghakimi anak.

5. Cara paling ideal untuk mencegah terjadinya bullying


Mengajarkan kemampuan asertif, yaitu kemampuan untuk menyampaikan pendapat
atau opini pada orang lain dengan cara yang tepat. Hal ini termasuk kemampuan
untuk mengatakan tidak atas tekanan-tekanan yang didapatkan dari teman/pelaku
bullying. Sekolah meningkatkan kesadaran akan adanya perilaku bullying (tidak
semua anak paham apakah sebenarnya bullying itu) dan bahwa sekolah memiliki
dan menjalankan kebijakan anti bullying. Murid harus bisa percaya bahwa jika ia
menjadi korban, ia akan mendapatkan pertolongan. Sebaliknya, jika ia menjadi
pelaku, sekolah juga akan bekerja sama dengan orang tua agar bisa bersama-sama
membantu mengatasi permasalahannya. Memutus lingkaran konflik dan mendukung
sikap bekerja sama antar anggota komunitas sekolah, tidak hanya interaksi antar
murid dalam level yang sama tapi juga dari level yang berbeda.

6. Cara mencegah supaya anak tidak menjadi pelaku bullying


Kunci utama dari antisipasi masalah bullying adalah hubungan yang baik dengan
anak. Hubungan yang baik akan membuat anak terbuka dan percaya bahwa setiap
masalah yang dihadapinya akan bisa diatasi dan bahwa orang tua dan guru akan
selalu siap membantunya. Dari sinilah anak kemudian belajar untuk menyelesaikan
masalah dengan cara yang tepat.

7. Cara bagaimana supaya anak tidak menjadi korban bullying


Membekali anak dengan keterampilan assertive, sehingga bisa memberikan pesan
yang tepat pada pelaku bahwa dirinya bukan pihak yang bisa dijadikan korban.
BAB III

PENUTUP

G. KESIMPULAN

Bullying merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan


dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau
berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara
terus menerus.
Bullying online atau biasa disebut cyber bullying sering terjadi melalui media
sosial, SMS/teks atau pesan instan, email, atau platform online tempat anak-anak
berinteraksi.

Jenis-jenis Bullying mulai dari bullying secara verbal atau dengan kata-kata,
bullying secara fisik, bullying secara rasional atau hubungan pertemanan, dan
bullying secara elektronik yaitu membuli melalui internet.

Bullying terjadi karena beberapa faktor yaitu antara lain, faktor keluarga, faktor
lingkungan, faktor media massa, faktor tradisi senioritas, pernah jadi korban
bullying dan faktor perbedaan kelas.

H. SARAN

Kita hendaknya lebih selektif dalam memilih teman dan dalam


bergaul dengan teman sebaya. Sekalipun terlanjur telah berteman
dengan dengan mereka yang sering melakukan tindakan
menyimpang, maka alangkah baiknya jika kita dapat lebih bisa
memilih mana yang pantas untuk diikuti dan mana yang tidak.
Kita juga hendaknya lebih meningkatkan kesadaran beragama sebagai
benteng pertahanan agar tidak mudah terpengaruh melakukan hal-hal buruk yang
dilakukan oleh teman disekelilingnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.detik.com/jabar/berita/d-6284761/pengertian-bullying-adalah-jenis-
penyebab-dan-cara-mengatasinya

https://www.popbela.com/career/inspiration/zahraaminati/jenis-bully-yang-sering-
dilakukan-tanpa-sadar

https://www.popmama.com/big-kid/10-12-years-old/verina-intan-l/arti-bullying-
penyebab-jenis-dan-cara-mengatasinya?page=all

https://doc.lalacomputer.com/makalah-bullying/

Anda mungkin juga menyukai