Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

‘‘Menjadi warga negara yang baik terhadap kasus


BULLYING’’

Disusun oleh:

WAHYUNI DWI FANI AMANDA

B1E123017

FAKULUTAS TEKNOLOGI KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIII – OPTOMETRI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Definisi Bullying................................................................................................................................6
B. Penyebab Bullying..............................................................................................................................8
C. Dampak Bullying................................................................................................................................9
D. Pencegahan Bullying........................................................................................................................10
E. Menjadi Warga Negara yang Baik atas Kasus Bullying....................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................................................14
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapakan kepada Allah SWT. yang telah rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah tentang ‘‘Bullying’’ ini dapat di selesaikan dengan baik. Makalah ini saya buat
untuk tugas individu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Saya mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Dan saya juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi
internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapatbanyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik yang maha kuasa yaitu Allah SWT. dan kekurangan pasti milik kita
sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bullying adalah suatu tindakan agresif yang dilakukan secara berulang yang
dilakukan oleh satu kelompok pada satu individu tertentu. Bullying biasanya ditujukan
untuk individu yang dinilai lebih lemah atau berbeda di antara kebanyakan individu
lainnya.
Bullying dapat berupa verbal dan non-verbal. Bullying verbal biasanya berupa
cacian dan umpatan kebencian. Bullying non-verbal biasanya berupa kekerasan fisik.
Bullying dilakukan dengan dasar kesenangan semata.
Bullying adalah fenomena yang telah lama terjadi kalangan remaja. Kasus bullyig
biasanya menimpa anak sekolah. Korban bulying biasanya akan mengalami depresi dan
hingga timbul rasa takut untuk bergaul. Bullying harus dihindari karena bullying
mengakibatkan korbannya takut untuk bergaul sehingga korban mengalami isolasi
sosisal. Selain itu, bullyimg dapat juga menjadikan seorang anak turun prestasinya karena
merasa tertekan di bully sang pelaku.
Indonesia berada di peringkat kelima terbanyak untuk kasus bullying
(perundungan) pada anak dan remaja. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
mencatat adanya temuan kasus perundungan yang semakin meningkat kisaran 30-60
kasus per tahun, dan kerap terjadi di lingkungan sosial khususnya sekolah.
Margaret Aliyatul Maimunah Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI), mendorong agar pemerintah mengembangkan Sekolah Ramah Anak (SRA)
untuk melindungi anak dari tindak kekerasan, diskriminasi dan bullying. SRA yang
jumlahnya yang masih sekitar 22.170 dari total 218.600 satuan pendidikan di seluruh
Indonesia, setidaknya kata Margaret, konsep sederhananya dikembangkan terlebih dulu
secara mandiri di sekolah-sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi bullying?
2. Apa penyebab dari bullying?
3. Apa dampak dari bullying?
4. Bagaimana pencegahan bullying?
5. Bagaimana cara menjadi warga negara yang baik menghadapi kasus bullying?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami apa itu bullying.
2. Memahami penyebab bullying.
3. Memahami dampak bullying.
4. Memahami pencegahan bullying.
5. Memahami cara menjadi warga negara yang baik menghadapi kasus bullying.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Bullying
Bullying (perundungan) adalah penyalahgunaan kekuatan serta perilaku agresif
atau yang bertujuan untuk menyakiti orang lain yang dilakukan oleh rekan atau peers
secara berulang dan melibatkan ketimpangan kekuatan baik secara nyata atau menurut
anggapan antara pelaku dan korban. (Olweus D. dalam Wolke & Lereya, 2015)
Sedangkan American Psychological Association (APA) mendefinisikan bullying
adalah sebagai sebuah bentuk perilaku agresif yang dilakukan secara berulang dan
disengaja untuk menimbulkan perasaan tidak nyaman maupun cidera bagi korban
(Bullying, t.t.)
Berdasar kedua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
bullying atau perundungan merupakan sebuah perilaku agresi yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang melalui secara sengaja dan berulang dengan tujuan
agar orang lain merasa tidak nyaman maupun hingga menimbulkan dampak buruk lain
seperti cedera secara psikologis, fisik, dan sosial.
Dalam praktiknya, fenomena perundungan ini melibatkan tiga pihak yaitu
pelaku, korban dan bystanders. Bystanders pada perilaku perundungan merujuk pada
individu yang melihat terjadinya perilaku bullying baik secara online atau cyberbullying,
maupun offline yang mana bullying bisa berupa teman, kolega, guru, atasan, pelatih,
orang tua dan masih banyak lagi (Assistant Secretary for Public Affairs (ASPA), 2019).
Selayaknya bystanders maupun saksi mata dalam kejadian lainnya, bystanders
pada perundungan dapat memberikan efek positif terutama menghentikan perbuatan para
pelaku. Namun demikian, apabila ia tidak bertindak dan hanya melihat maka perbuatan
pelaku bullying tidak akan berhenti dan cenderung semakin intens.
Perilaku bullying jika dilihat secara general dan berdasarkan pada definisi yang
telah disampaikan pada bagian sebelumnya, dapat dipahami bahwa memiliki beragam
tipe atau bentuk. Tipe perilaku bullying ini dapat dibedakan menjadi beberapa hal
berdasarkan kategori tertentu. Secara garis besar dan general terdapat dua tipe bullying,
yakni tradisional dan cyberbullying (Smith, 2018).
1. Perundungan tradisional merupakan jenis bullying yang mana sebuah perilaku
perundungan yang dilakukan secara offline dan cenderung ditemukan di kehidupan
sehari-hari. Contoh dari perilaku ini misalnya saja memalak, memukul, mengatai
secara langsung, menjauhi dan lain sebagainya.
2. Cyberbullying adalah bentuk dari perilaku perundungan yang dilakukan dengan
media internet atau secara online. Pada awalnya tipe bullying ini masih jarang
ditemukan, tetapi seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi yang pesat,
perilaku cyberbullying ini juga mengalami peningkatan. Contoh dari cyberbullying
ini mudah ditemukan misalnya saja Afi seorang pelajar mendapatkan komentar yang
merendahkan pada foto yang baru saja ia unggah di sosial media.

Selain dua bentuk bullying tersebut, masih terdapat beberapa bentuk atau tipe dari
perilaku perundungan lainnya. Ketiga tipe tersebut di jelaskan sebagai berikut.

1. Bullying fisik: merupakan salah satu dari bentuk perundungan tradisional yang di
dalamnya terdapat perilaku ataupun intensi untuk melukai fisik pihak lawan (New
Zealand Ministry of Education, t.t.). Contoh perilaku bullying fisik ini misalnya saja
memukul, menendang, mencubit, mencuri dan/atau merusak barang milik orang lain,
menjambak dan masih banyak lainnya. Tipe perundungan ini yang biasanya lebih
banyak ataupun lebih mudah diketahui, karena memang jelas terlihat oleh masyarakat
atau komunitas yang ada di sekitarnya.
2. Bullying verbal: memiliki persamaan dengan dengan tipe perundungan fisik, karena
juga lebih mudah untuk ditemui baik pada perundungan tradisional maupun
cyberbullying. Hal ini dikarenakan perundungan verbal bullying biasanya dilakukan
dengan menuliskan dan atau mengucapkan kata-kata atau kalimat yang tidak
mengenakan (New Zealand Ministry of Education, t.t.). Misalnya saja, seorang
karyawati baru bernama Ina mendapatkan kalimat sarkasme yang menyakiti hati
setiap kali ia tidak dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh rekan-rekan yang
lebih senior.
3. Bullying sosial: Berbeda dengan bullying fisik dan verbal yang cenderung dilakukan
secara langsung terhadap individu, perundungan sosial merupakan bentuk
perundungan yang bertujuan untuk merusak hubungan atau reputasi seseorang (New
Zealand Ministry of Education, t.t.). Tipe perundungan sosial ini sebenarnya sering
terjadi di tengah masyarakat, tetapi tidak banyak yang menyadari akan hal tersebut.
Perilaku perundungan sosial bisa terjadi misalnya dalam bentuk Via mengajak teman-
temannya agar tidak berteman dengan Nini karena ia siswa baru di sekolah dan
berasal dari desa.

B. Penyebab Bullying
1. Pernah melihat orang lain melakukan kekerasan

Penyebab bullying biasanya dimulai dari lingkungan sekitar tempat tinggal. Oleh
karena itu, penting untuk menciptakan suasana rumah yang hangat dan harmonis. Hal
ini karena keluarga adalah tempat pertama untuk belajar bersosialisasi dan hidup
bersama orang lain.

2. Kesalahan pola asuh keluarga yang terlalu keras

Kebiasaan menggunakan hukuman fisik sebagai cara mendidik anak yang berbuat
salah bisa menjadi penyebab bullying. Pola asuh yang banyak melibatkan kekerasan
fisik bisa membentuk karakter seseorang untuk menjadi lebih agresif dan kasar
terhadap orang lain. Akibatnya, perbuatan untuk menindas orang lain pun tidak akan
segan dilakukan.

3. Pernah menjadi menjadi korban bully

Orang yang pernah mendapatkan perilaku bully, misalnya diejek atau dipukul, bisa
menjadi pelaku perundungan terhadap orang lain. Ini merupakan salah satu bentuk
pelampiasan akibat perilaku bully yang ia terima.

4. Kurang mendapatkan perhatian dari keluarga dan orang di sekitarnya

Kurangnya perhatian dan kasih sayang bisa menjadi penyebab bullying. Misalnya,
anak-anak akan mencari perhatian dengan cara tidak mengerjakan PR. Namun, jika
tidak berhasil mendapatkan perhatian, ia akan melakukan perbuatan lain yang lebih
ekstrim, misalnya dengan melakukan bullying pada temannya, agar bisa mendapatkan
perhatian yang diinginkan.
5. Ingin memiliki kekuasaan dan memegang kendali

Orang yang ingin memiliki kekuasaan biasanya cenderung ingin mengontrol dan
mengendalikan segala hal. Beberapa orang juga akan memilih untuk berinteraksi
dengan orang lain yang menurutnya bisa untuk dikontrol dan memenuhi
keinginannya.

6. Ingin dianggap populer

Beberapa orang terkadang ingin dikenal dan menjadi populer di lingkungannya.


Namun, mereka bisa mencari ketenaran dengan melakukan hal yang tidak baik,
termasuk bullying.

7. Kurang edukasi dan empati

Pendidikan dan pola asuh yang baik merupakan salah satu faktor penting agar
seseorang bisa memiliki karakter yang baik. Salah satu ciri karakter yang baik adalah
memiliki akhlak dan empati. Orang yang tidak dididik dengan baik bisa menjadi
kurang berempati, sehingga tidak merasa bersalah ketika melakukan hal yang tidak
terpuji, termasuk bullying.

8. Supaya bisa berbaur dan berteman

Penyebab bullying bisa terjadi bukan karena keinginan pelaku, tetapi pengaruh dari
orang-orang terdekatnya. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk bisa
diterima dalam lingkup pergaulan di lingkungannya.

9. Pengaruh game yang dimainkan

Di zaman digital ini, sudah bukan hal yang asing lagi jika orang dari berbagai
kalangan dan usia menggunakan handphone dalam kegiatan sehari-hari. Berkat
adanya gadget tersebut, semua informasi dan hiburan bisa lebih mudah didapatkan,
salah satunya adalah bermain game online.
C. Dampak Bullying
1. Memicu Masalah Mental
Dampak bullying bagi korban yang paling sering terjadi adalah memicu masalah
kesehatan mental, seperti gangguan cemas, depresi, hingga post-traumatic stress disorder
(PTSD). Pengaruh bullying terhadap kesehatan mental ini biasanya dialami oleh korban
dalam jangka waktu panjang.
2. Gangguan Tidur
Insomnia juga menjadi salah satu dampak bullying bagi korban yang tak boleh
diremehkan. Pasalnya, korban bullying sering kali mengalami stres berkepanjangan yang
bisa menyebabkan hyperarousal, yaitu kondisi ketika tubuh menjadi sangat waspada
sehingga mengganggu keseimbangan siklus tidur dan terjaga.
3. Penurunan Prestasi
Anak yang mengalami bullying biasanya akan kesulitan untuk memusatkan fokus dan
konsentrasinya saat sedang belajar. Korban bullying juga kerap merasa enggan untuk
pergi ke sekolah karena ingin menghindari tindakan penindasan yang dialaminya. Bila
dibiarkan terus-menerus, kondisi tersebut bisa berdampak pada penurunan prestasi
akademik anak.
4. Trust Issue
Trust issue merupakan kondisi ketika seseorang sulit memercayai orang-orang yang ada
di sekitarnya. Kondisi ini rentan dialami oleh korban bullying karena mereka khawatir
akan mendapatkan perlakuan buruk kembali bila menaruh kepercayaan terhadap orang
lain. Bahkan, bila tidak segera diatasi, korban bullying yang mengalami trust issue
cenderung akan menutup dirinya dan enggan bersosialisasi dengan orang lain.
5. Memiliki Pikiran untuk Balas Dendam
Dampak bullying terhadap psikologi korban berikutnya adalah memiliki pikiran untuk
balas dendam. Hal ini perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan seseorang melakukan
tindakan kekerasan pada orang lain untuk melimpahkan kekesalannya.
6. Memicu Masalah Kesehatan
Selain psikis, tindakan bullying bisa memengaruhi kondisi tubuh terutama bagi korban
yang mendapatkan kekerasan secara fisik, seperti luka dan memar.
D. Pencegahan Bullying
5 Cara mencegah bullying yang bisa dilakukan di sekolah:
1. Sosialisasi pemahaman perundungan di lingkungan sekolah
Hal penting yang menjadi dasar dalam pencegahan perundungan adalah pemahaman
terkait perundungan itu sendiri. Terutama efek perundungan yang bisa menimbulkan
trauma hingga dewasa.
Satuan pendidikan harus bisa memberikan pemahaman mengenai perundungan kepada
seluruh warga sekolah, baik guru, tenaga kependidikan, hingga peserta didik.
Pemahaman terkait perundungan dapat dimulai dari hal-hal kecil seperti amanat pembina
saat upacara, edukasi perundungan oleh guru di dalam kelas, ataupun membuat poster-
poster terkait perundungan yang dipajang di lingkungan sekolah.

2. Sensitif terhadap situasi dan kebutuhan korban


Seluruh komponen warga sekolah juga harus dilatih untuk memiliki rasa simpati dan juga
empati kepada warga sekolah lainnya.
Salah satunya adalah dengan memperhatikan ciri-ciri seseorang yang mengalami
perundungan dan menawarkan bantuan yang sesuai.
Ciri-ciri korban perundungan seperti sering cemas, sering menyendiri, tidak percaya diri,
ataupun memiliki luka fisik/memar di tubuhnya.
Jika melihat tanda-tanda seperti itu, lakukan pendekatan dengan korban untuk
mengetahui detail perundungan lebih lanjut. Setelah itu, beri ia dukungan agar bisa
bangkit melawan perundungan yang dialami.

3. Membuat kebijakan terkait aksi perundungan


Karena maraknya perundungan yang berakhir damai dan kurangnya mempertimbangkan
efek psikologis korban, maka satuan pendidikan harus bisa membuat kebijakan, aturan,
dan juga sanksi yang tegas terkait aksi perundungan yang ada di lingkungan sekolah.
Salah satunya adalah dengan menetapkan mekanisme penanganan kasus yang tepat di
sekolah. Selain itu, satuan pendidikan juga wajib tegas dan tidak pandang bulu dalam
menindak pelaku perundungan. Hal ini guna membuat calon-calon pelaku perundungan
berpikir dua kali untuk melakukan tindakan pengecut tersebut.
4. Memastikan jalur komunikasi yang terbuka untuk pelaporan kasus
Ketika ada perundungan terjadi sekolah seringkali terlambat mengetahui atau merespon.
Karena itu, satuan pendidikan perlu memiliki sistem mekanisme pelaporan kasus
perundungan yang ada di lingkungannya.
Pembentukan mekanisme dan standar operasional untuk jalur komunikasi pelaporan yang
aman dan sensitif adalah salah satu cara agar kasus perundungan bisa lebih terungkap.
Tak jarang korban ataupun warga sekolah lainnya enggan untuk melapor karena takut
menjadi sasaran perundungan selanjutnya.

5. Mengadakan kegiatan anti perundungan


Satuan pendidikan bisa memulai program sekolah yang menyebarkan pesan dan perilaku
kebaikan untuk membangun norma yang menentang perundungan. Program-program
tersebut dapat dimasukkan ke dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler.
Contoh kegiatan anti perundungan yang dapat dilakukan seperti Antibullying Day, pentas
seni, penandatanganan deklarasi anti perundungan oleh seluruh warga sekolah, ataupun
ide-ide kreatif lainnya.
Cara sekolah mencegah bullying tentunya akan sukses dan berhasil apabila seluruh
ekosistem sekolah turut mendukung. Selain itu, lingkungan terdekat warga sekolah juga
berperan penting dengan menanamkan nilai-nilai positif dalam bermasyarakat.

E. Menjadi Warga Negara yang Baik atas Kasus Bullying


Untuk menjadi warga negara yang baik yang pertama kita tentu harus memiliki rasa
empati terhadap sekitar, membela anak yang di rundung atau di bully juga salah satu
bentuk menjadi warga negara yang baik, bisa juga saat kita mendapati bullying, kita bisa
melaporkan ke pihak berwenang atas kasus ini, contoh; kasus bullying di sekolah, kita
bisa melaporkan ke guru atau staff dan jajarannya.
Berdasarkan tulisan Adit, A (2020), kita bisa ikut membantu mengatasi bullying dengan
melakukan beberapa cara. Salah satunya dengan menjadi tempat curhat si korban. Berikut
adalah beberapa sikap yang harus kita tunjukkan ketika korban bullying curhat kepada
kita mengenai apa yang ia rasakan.
1. Tanggapi ceritanya dengan serius
Korban bullying biasanya merasa berat untuk menceritakan apa yang sedang
dirasakannya. Kita tentunya harus bisa memberikan respon yang tepat dan sesuai untuk
membuatnya tidak merasa sia-sia telah curhat. Jangan malah membuatnya semakin
tertekan dengan berbagai reaksi kita yang berlebihan atau tidak sopan.

2. Ambil tindakan yang tepat untuk membantu


Setelah mendengar curhatannya, kita bisa mengambil tindakan yang tepat untuk
membantunya keluar dari permasalahan bullying yang menimpanya.
Kita bisa melaporkannya pada yang berwenang seperti guru, menyarankannya untuk
tidak berurusan lagi dengan para pembully, dan lain sebagainya.

3. Yakinkan dia bahwa itu bukan salahnya


Ketika dia selesai curhat, kamu bisa memberikan tanggapan bahwa bullying tersebut
bukan salahnya. Tidak ada satu alasan pun yang dapat membenarkan bahwa ia pantas
dibully.
Katakan bahwa setiap orang memiliki hak untuk hidup bahagia. Apa pun yang terjadi
sekarang, itu bukan karena kekurangan atau kepribadiannya yang aneh, tetapi memang
para pembully itu yang tidak bisa menghargai orang lain dan belum sadar.

4. Hargai keterbukaannya
Kita juga harus bisa menghargai keberaniannya untuk curhat dan berkata jujur atas apa
yang telah ia alami. Banyak korban bullying yang justru memilih untuk tetap diam karena
takut atau malu menceritakan apa yang telah ia alami.
Kita harus bisa berempati padanya, berterima kasih karena ia telah mau mengungkapkan
perasaannya dan memilih kita sebagai tempat curhat.

5. Terus perhatikan dan temani dirinya


Jika kita adalah teman sang korban, kita bisa membantunya mengatasi bullying dengan
terus menemani dan memperhatikannya. Ajak ia untuk terus berada di sekitar kita,
dengan demikian para pembully tidak akan mempunyai waktu dan celah untuk kembali
membully-nya.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang di lakukan secara berulang-ulang
dimana tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai dan membuat
seseorang merasa tidak nyaman.
Pemahaman moral adalah adalah pemahaman individu yang menekankan pada
alasan mengapa suatu tindakan dilakukan dan bagaimana seseorang berpikir sampai pada
keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. Pemahamn moral bukan tentang apa
yang baik dan buruk, tetapi tentang bagaimana seseorang berpikir sampai pada keputusan
bahwa sesuatu adalah baik atau buruk.
Bagaimanapun juga, peran lingkungan dan masyarakat sangat penting untuk
memutus rantai bullying. Dampak yang ditimbulkan dapat memengaruhi kehidupan
semua orang yang terlibat, baik korban, pelaku, bahkan yang hanya sekadar melihat jika
tidak ditangani dengan tepat.

B. Saran
Dalam tindakan bullying, masyarakat diharapkan ikut
membantu dalam menanggulangi tindakan bullying. Masyarakat dapat
ikut melaporkan tindakan bullying apabila korban yang mengalami
tindakan bullying tidak berani melapor.

Berikut beberapa saran mengatasi bullying, di antaranya :

Masa Anak-anak

1. Beri pengetahuan dan cara untuk mampu melawan tindakan bullying

2. Beri contoh cara seperti mendukung, mendamaikan, dan melaporkan pada orang
dewasa untuk membantu korban bullying
Keluarga

1. Tanamkan rasa kasih sayang dan nilai keagamaan pada anak-anak

2. Beri perhatian dan interaksi pada anak-anak untuk memberikan kemampuan berani dan
tegas

3. Bantu anak untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi, percaya diri, dan tegas

4. Mengajarkan rasa peduli dan etika pada sesama

5. Mendampingi anak untuk melihat informasi di media sosial atau televisi

Mengatasi Bullying di Sekolah

1. Pendidik membuat program pencegahan anti bullying dan hukuman bagi pelaku yang
melakukan tindakan tersebut

2. Membangun diskusi dan ceramah tentang mengatasi aksi penindasan

3. Memberi bantuan dan dukungan pada korban bullying

Anda juga bisa mengkomunikasikan dengan orang yang terpercaya mengenai


perundungan yang dialami, baik kepada atasan, guru, teman, saudara, pasangan, dan
sebagainya. Apabila terjadi di lingkungan formal seperti kantor maupun sekolah, jangan
ragu untuk melapor kepada departemen, bagian atau pihak khusus yang dapat dimintai
bantuan, seperti bimbingan konseling, wali kelas, bagian atau departemen human
resources atau Sumber Daya Manusia.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.detik.com/edu/sekolah/d-6858404/fsgi-ada-16-kasus-bullying-di-sekolah-
pada-januari-juli-2023

https://umsu.ac.id/berita/bullying-bentuk-dan-dampaknya/

https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2023/angka-perundungan-pada-anak-
meningkat-begini-kata-komisioner-kpai-dan-psikolog/

https://kampuspsikologi.com/bullying/

https://www.alodokter.com/9-penyebab-bullying-dan-cara-mencegahnya

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/dampak-bullying

https://sdnungaran1.sch.id/berita/read/STOP-BULLYING-Di-Lingkungan-Sekolah-dan-
Bagaimana-mengatasinya

https://www.neliti.com/id/publications/451489/implementasi-pendidikan-
kewarganegaraan-melalui-nilai-pancasila-dalam-menangani

http://lib.unnes.ac.id/35055/1/1601413013_Optimized.pdf

https://yoursay.suara.com/lifestyle/2022/07/05/080459/5-sikap-menghadapi-korban-
bullying-bantu-mereka

https://stekom.ac.id/artikel/mengatasi-dampak-bullying

Anda mungkin juga menyukai