OLEH:
AISYAH GHEANINA
(10722)
MAHARANI
(10879)
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN
Judul KTI :
Disusun Oleh :
NIS : 10722
2. Nama : Maharani
NIS : 10879
Guru Pembimbing :
NIP :
Mengetahui,
Guru Pembimbing
Aminah, s.Pd
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat nya kami dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah (KTI) yang berjudul “Dampak Bullying Bagi Remaja”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
sebagai tugas kelompok mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Kami menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini bahwa terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, oleh karena itu kami ucapkan permintaan maaf atas segala kekurangan yang
ada, dan kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat menambah kesempurnaan
KTI ini.
Diharapkan dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini, akan bermanfaat nantinya bagi semua
pihak umum maupun sebagai referensi bacaan bagi yang ingin mendalami dampak bullying
bagi remaja.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………………..
PRAKATA…………………………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………….
ABSTRAKSI………………………………………………………………………………………….
BAB PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….
2.1Pengertian Bullying………………………………………………………………………
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………………….
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………
4.2 Saran…………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………..
ABSTRAKSI
Oleh :
PENDAHULUAN
Perilaku perundungan atau yang lebih dikenal sebagai Bullying terus menghantui berbagai
kalangan, tidak hanya terjadi di kalangan dewasa, melainkan juga di kalangan anak-anak dan
remaja. Kasus bullying merupakan perilaku yang memiliki karakteristik mengintimidasikan
korban dengan maksud merupakan baik sengaja maupun tidak sengaja dan umumnya
dilakukan secara terus-menerus. Bullying sendiri dibagi menjadi 5, yaitu kontak fisik langsung,
kontak verbal langsung, perilaku non-verbal langsung perilaku non-verbal tidak langsung, dan
pelecehan seksual. Kontak fisik langsung dapat berupa pukulan dan tamparan, kontak verbal
langsung dapat berupa ejekan atau hinaan, perilaku non-verbal tidak langsung biasanya
berupa pengucilan, perilaku non-verbal langsung dapat berupa menampilkan ekspresi muka
yang merendahkan, sedangkan pelecehan seksual dikategorikan kedalam bentuk perilaku
agresi verbal dan fisik. Masalah ini tentu sangat merugikan bagi pelaku maupun korban,
buruknya bullying ini kian marak terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Mengutip data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang merilis fakta bahwa,
bullying dan kekerasan fisik mendominasi tren kasus kekerasan anak sepanjang Januari
hingga April 2019. Secara rinci, KPAI mencatat ada 3 kasus anak korban pengeroyokan, 3
kasus anak korban kekerasan fisik, 12 kasus anak korban kekerasan psikis dan bullying, serta
4 kasus anak pelaku bullying terhadap guru.
Kebanyakan pelaku bullying memiliki kesadaran penuh terhadap apa yang ia perbuat. Pelaku
bullying tahu bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan yang salah dan memiliki rasa
dominan tinggi sehingga membuat ia merasa lebih berkuasa daripada orang lain atau para
korban bullying. Korban bullying sendiri lebih banyak diam dan membiarkan perbuatan
bullying terus-menerus menimpa dirinya karena mereka merasa bahwa mereka tidak
memiliki kekuasaan untuk menghentikan tindakan tersebut.
3. Agar para pembaca dapat mengetahui dampak yang terjadi baik dari korban dan
pelaku bullying
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Menurut Riauskina, dkk (Argiati 2010),
Perilaku bullying dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu :
Perilaku non-verbal tidak langsung yang ditunjukkan antara lain seperti mendiamkan
seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan
atau mengabaikan, dan mengirimkan surat kaleng.
e. Pelecehan seksual
Seperti hasil penelitian para ahli, antara lain oleh Rigby (dalam Astuti, 2008) perilaku bullying
yang banyak dilakukan di sekolah pada umumnya mempunyai tiga karakteristik yang
terintegrasi sebagai berikut :
a. Ketidakseimbangan kekuatan
Bullying menyebabkan kepedihan emosional dan luka fisik, adanya tindakan untuk
dapat melukai, dan menimbulkan rasa senang di hati pelaku saat menyaksikan
penderitaan korban pada saat di bully (Coloroso, 2007). Menurut Wiyani (2012)
korban bullying akan merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, serta merasa tidak
berharga dalam lingkungan social dan berkeinginan untuk bunuh diri.
Bullying merupakan salah satu dari perilaku agresif yang terjadi berulang kali,
bersifat regeneratif, menjadi kebiasaan atau tradisi yang mengancam jiwa korban
(Astuti, 2008). Bullying tidak dimaksudkan sebagai peristiwa yang hanya terjadi
sekali.
Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan karakteristik perilaku bullying adalah
perilaku agresif yang (a) dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau kerusakan, (b)
melibatkan ketidakseimbang kekuasaan atau kekuatan antara pelaku dan korban dan (c)
umumnya terjadi berulang-ulang dari waktu ke waktu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bullying menurut Yusuf & Fahrudin (2012) yaitu :
1. Faktor Individu
Terdapat dua kelompok individu yang terlibat secara langsung dalam peristiwa bully,
yaitu pembully dan korban bully. Kedua kelompok ini merupakan factor utama yang
mempengaruhi perilaku bully. Ciri kepribadian dan sikap seseorang individu mungkin
menjadi penyebab kepada suatu perilaku bully.
a. Pembully
b. Korban bully
Korban bully ialah seseorang yang menjadi sasaran bagi berbagai tingkah laku
agresif. Dengan kata lain, korban bully ialah orang yang dibully atau sasaran
pembully. Anak-anak yang sering menjadi korban bully biasanya meninjolkan ciri-ciri
tingkah laku internal seperti bersikap aktif, sensitive, pendiam, lemah dan tidak akan
membalas sekiranya diserang atau diganggu. Secara umum, anak-anak yang menjadi
korban bully karena memiliki kepercayaan diri dan penghargaan diri (self esteem)
yang rendah.
2. Faktor Keluarga
Latar belakang keluarga turut memainkan peranan yang penting dalam membentuk
perilaku bullying. Orang tua yang sering bertengkar atau berkelahi cenderung
membentuk anak-anak yang beresiko untuk menjadi lebih agresif. Anak-anak yang
mendapat kasih saying yang kurang, didikan yang tidak sempurna dan kurangnya
diberikan ajaran yang positif akan berpotensi untuk menjadi pembully.
4. Faktor sekolah
5. Faktor media
Paparan aksi dan tingkah laku kekerasan yang sering ditayangkan oleh televisi dan
media elektronik akan mempengaruhi tingkah laku kekerasan anak-anak dan remaja.
Beberapa waktu yang lalu, masyarakat diramaikan oleh perdebatan mengenai
dampak tayangan smackdown di sebuah televise swasta yang dikatakan telah
mempengaruhi perilaku kekerasan pada anak-anak. Meskipun belum ada kajian
empiris dampak tayangan smackdown di Indonesia, namun para ahli ilmu sosial
umumnya menerima bahwa tayangan yang berisi kekerasan akan member dampak
baik jangka pendek maupun jangka panjang kepada anak-anak.
Kontrol diri adalah faktor yang berasal dari diri individu. Kontrol diri yang dimiliki
setiap individu berbeda-beda, ada yang memiliki Kontrol diri yang tinggi dan ada yang
memiliki Kontrol diri yang rendah. Menurut Denson (2012) kontrol dapat menurunkan
agresi dengan mempertimbangkan aspek dan aturan yang berlaku. Dengan adanya
kontrol diri individu dapat mengatur perilakunya secara positif dan
mempertimbangkan konsekuensi yang dihadapi sehingga menghindari untuk
melakukan tindakan kekerasan terhadap temannya.
BAB III
PEMBAHASAN
Bullying merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang menyakiti,
mempermalukan, dan mengintimidasi seseorang. Tindakan bullying sering dilakukan secara
berulang-ulang dari waktu ke waktu dengan tujuan untuk membuat korban menderita dan
merasa tidak berdaya. Tidak jarang juga bullying ini terjadi di lingkungan sekolah dan bahkan
orang tua tidak menyadari jika anaknya menjadi korban bullying.
Ada banyak faktor penyebab bullying, diantaranya keluarga, sekolah, pertemanan, dan
tontonan anak. Mayoritas dari meraka mengalami pembullyan secara verbal atau kata-kata
dan relasional atau hubungan pertemanan. Hal ini sangat disayangkan jika dilihat dari
dampak bullying itu sendiri.
Bullying memiliki efek jangka panjang bagi korban dan si penindas itu sendiri. Untuk korban,
perlakuan itu merampas rasa percaya diri mereka. Sedangkan untuk pelaku bullying. Efeknya
adalah menjadi kebiasaan dan kenikmatan untuk meningkatkan ego mereka. Ketakutan dan
trauma emosional yang diderita korban dapat memicu depresi dan bahkan bunuh diri.
Beberapa anak yang terbiasa melakukan bullying di sekolah akan berpeluang menjadi orang
dewasa yang kejam atau penjahat.
Dampak yang mereka rasakan bervariasi, ada yang berdampak positif dan ada juga yang
negative. Namun tak bisa dipungkiri lagi, bullying pasti mengakibatkan luka psikologis atau
trauma pada korban. Pertama, bullying membuat korban tertutup dengan lingkungan
sehingga merasa kesepian, tidak bahagia, dan ketakutan. Lebih lanjut, bullying juga bisa
membuat mereka merasa tidak aman, kehilangan kepercayaan diri, dan berpikir rendah diri
atau pasti ada sesuatu yang salam dalam diri mereka. Anak-anak dapat kehilangan rasa
percaya diri dan mungkin akan mengurung diri mereka sendiri. Penindasan ini dapat memiliki
konsekuensi fisik dan psikologis jangka panjang.
Ketika kita melihat seorang teman diganggu atau dihina oleh orang/sekelompok orang, kita
dapat menentukan pilihan penting untuk bertindak kita dapat berdiri di dekatnya dan
menonton saja, atau bisa juga “berdiri” untuk orang tersebut. Menurut Patti Criswell (2009),
salah satu cara untuk menjadi teman atau pengamat yang baik adalah berbicara dengan
suara keras dan tegas untuk menunjukkan bahwa kita tidak setuju dengan pelaku bully dan
menginginkan dia untuk berhenti.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Perilaku perundungan atau yang lebih dikenal dengan bullying terus menghantui berbagai
kalangan, tidak hanya terjadi di kalangan dewasa, melainkan juga di kalangan anak-anak dan
remaja. Perundungan (bullying) sendiri merupakan penggunaan kekerasan, ancaman, atau
paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Pembullyan ini memiliki
banyak sekali jenisnya, ada pembullyan verbal, secara fisik, bahkan secara sosial.
Kasus pembullyan juga menimbulkan dampak yang sangat besar bagi siapa saja yang
menjadu korbannya. Penyebab terjadinya bullying tidak sendiri tak jarang dikaitkan dengan
adanya tindak kekerasan yang dialami oleh pelaku di masa sebelumnya. Hal itu dapat terjadi
di lingkungan rumah maupun di sekolah yang dilakukan baik oleh orangtua maupun guru.
Demikian pula pengaruh budaya kekerasan di televisi dan film. Kata kata kunci untuk
mengakhiri rangkaian tindakan bullying yang terjadi di limgkungan sekolah maupun di
rumah, tak lain adalah “STOP BULLYING” artinya bullying atau kekerasan harus diakhiri dalam
semua bidang kehidupan di lingkungan atau pun sekolah.
4.2. Saran
Bullying/perundungan memiliki banyak sekali dampak negatif. Oleh karena itu, perlu adanya
tindakan lebih lanjut dari kasus perundungan (bullying) karena kasus ini dapat menyebabkan
kerugian bagi korban. Korban yang terkena bullying lebih baik memberi tahu dan
menceritakan kasusnya kepada orang lain agar ia tidak merasa kesepian atau bahkan merasa
tidak ada yang ingin membantunya. Korban yang terkena bullying juga tidak perlu takut
untuk bercerita karena sejatinya dengan bercerita orang lain akan lebih muda untuk
membantu.
DAFTAR PUSTAKA
Salmivalli, C. (2010). Bullying and the peer group: A review.Agression and violent behavior.
Aggressive Behavior, 5, 112-120. doi: 10.1016/j.avb.2009.08.007
Sullivan, K., Clearly, M., & Sullivan, G. (2005). Bullying: Secondary school
London: Sage.
http://repository.uin-suska.ac.id/6174/3/BAB%20II.pdf
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10434/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=6&isAllowed=y#:~:text=Olweus%20(1997)%20mengatakan%20bahwa
%20bullying,kekuasaan%20antara%20pelaku%20dan%20korban.
https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/8e022-januari-ratas-bullying-kpp-pa.pdf