Anda di halaman 1dari 10

Fenomena Cyber Bullying di Indonesia

Nama : Reynaldi Zulvaryan

NPM : 1806178822

Mata Kuliah : Etika Profesi Arsiparis

Manajemen Rekod dan Arsip

Program Pendidikan Vokasi

Universitas Indonesia

1
Daftar Isi

Daftar isi.....................................................................................................................................2

Pengertian cyber bullying...........................................................................................................3

Jenis-jenis cyber bullying...........................................................................................................3

Cyber bullying di Indonesia.......................................................................................................4

Dampak dari cyber bullying.......................................................................................................5

Hal-hal yang bisa mencegah cyber bullying..............................................................................6

Menyikapi cyber bullying..........................................................................................................6

Cyber bullying dan aturan hukum..............................................................................................7

Cyber bullying dan norma agama..............................................................................................8

Cyber bullying dan hak asasi manusia.......................................................................................9

Daftar referensi.........................................................................................................................10

2
a. Pengertian cyber bullying

Cyber bullying atau dalam bahasa indonesia bisa disebut dengan intimidasi dunia
maya atau penindasan dunia maya adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau
remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia maya atau internet. Intimidasi dunia
maya adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi, atau
dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet, teknologi digital atau
telepon seluler.

Intimidasi dunia maya dianggap valid bila pelaku dan korban berusia di bawah 18
tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Bila salah satu pihak yang terlibat (atau
keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka kasus yang terjadi akan dikategorikan
sebagai kejahatan dunia maya atau pembuntutan dunia maya (atau sering disebut cyber
harassment).

Bentuk dan metode tindakan intimidasi dunia maya beragam. Hal ini dapat berupa
pesan ancaman melalui surel, mengunggah foto yang mempermalukan korban, membuat situs
web untuk menyebar fitnah dan mengolok-olok korban hingga mengakses akun jejaring
sosial orang lain untuk mengancam korban dan membuat masalah. Motivasi pelakunya juga
beragam.Ada yang melakukannya karena marah dan ingin balas dendam, frustrasi, ingin
mencari perhatian bahkan ada pula yang menjadikannya sekadar hiburan pengisi waktu
luang.

b. Jenis-jenis cyber bullying

Australian Federal Police (AFP) mengidentifikasikan setidaknya terdapat tujuh bentuk


cyberbullying, yaitu:

1. Flaming (perselisihan yang menyebar), yaitu ketika suatu perselisihan yang awalnya terjadi
antara dua orang atau lebih (dalam skala kecil) dan kemudian menyebarluas sehingga
melibatkan banyak orang (dalam skala besar) sehingga menjadi suatu kegaduhan dan
permasalahan besar.

2. Harrasment (pelecehan), yaitu upaya seseorang untuk melecehkan orang lain dengan
mengirim berbagai bentuk pesan baik tulisan maupun gambar yang bersifat menyakiti,
menghina, memalukan, dan mengancam.

3
3. Denigration (fitnah), yaitu upaya seseorang menyebarkan kabar bohong yang bertujuan
merusak reputasi orang lain.

4. Impersonation (meniru), yaitu upaya seseorang berpura-pura menjadi orang lain dan
mengupayakan pihak ketiga menceritakan hal-hal yang bersifat rahasia.

5. Outing and trickery (penipuan), yaitu upaya seseorang yang berpura-pura menjadi orang
lain dan menyebarkan kabar bohong atau rahasia orang lain tersebut atau pihak ketiga.

6. Exclusion (pengucilan), yaitu upaya yang bersifat mengucilkan atau mengecualikan


seseorang untuk bergabung dalam suatu kelompok atau komunitas atas alasan yang
diskriminatif.

7. Cyber-stalking (penguntitan di dunia maya), yaitu upaya seseorang menguntit atau


mengikuti orang lain dalam dunia maya dan menimbulkan gangguan bagi orang lain tersebut.

c. Cyber bullying di Indonesia

Menurut survei global yang diadakan oleh Latitude News, Indonesia merupakan
negara dengan kasus bullying tertinggi kedua di dunia setelah Jepang. Kasus bullying di
Indonesia ternyata mengalahkan kasus bullying di Amerika Serikat yang menempati posisi
ketiga. Ironisnya, kasus bullying di Indonesia lebih banyak dilakukan di jejaring sosial.
Sebagai negara dengan jumlah populasi terbanyak keempat di dunia, Indonesia memiliki
jumlah pengguna Facebook terbesar ketiga di dunia. Selain itu, Indonesia juga
‘menyumbang’ 15 persen tweet setiap hari untuk Twitter. Bahkan, Badan Pusat Statistik
mencatat pada tahun 2006, angka cyberbullying yang terjadi di mencapai angka 25 juta kasus
di mulai dari kasus dengan skala ringan sampai dengan skala berat. Hasil penelitian
memasukkan kategori seseorang disebut korban cyberbullying merupakan korban yang
dihina, diabaikan, atau digosipkan di dunia maya. Berdasarkan penelitian 91% responden asal
Indonesia mengaku telah melihat kasuscyberbullying. Kemudian data menunjukkan bahwa
cyberbullying paling sering terjadi melalui media sosial, khususnya Facebook. Di Indonesia,
74% responden menunjuk Facebook sebagai biangnya cyberbullying, dan 44% menyebut
media website yang lain. Selain itu, kasus ini juga paling sering dilakukan oleh telepon
genggam, chat room, email, online instant messaging.

4
Beberapa data statistik menunjukkan bahwa sekitar 42 % anak-anak mengalami cyber
bullying, 35 % anak-anak diancam secara online, 58 % anak-anak mengakui bahwa mereka
sering mengalami pelecehan dan penghinaan secara online, dan 58 % anak-anak itu mengakui
bahwa mereka tidak melaporkan kepada orang tua mereka soal tindakan cyber bullying yang
mereka alami.

Dengan demikin, perkembangan ancaman cyberbullying sangat cepat, seiring


cepatnya perkembangan dan peminat penggunaan internet dalam keseharian bagi anak-anak
dan remaja yang berfikiran sangat labil

Bullying di dunia maya juga jauh lebih mudah dibandingkan di dunia nyata dimana
pelaku tidak perlu bertemu muka dengan muka untuk menyakiti perasaan korbannya. Ada
beberapa macam contoh kasus cyberbullying. Salah satunya tindakan mengirimkan pesan
berisi ejekan atau ancaman yang menyakiti bahkan mengintimidasi korban. Selain itu,
cyberbullying juga dapat dilakukan dengan menyebarkan rumor, menyebarkan foto atau
video untuk menjatuhkan reputasi dan mempermalukan orang. Kemudian, ada juga yang
mencuri password dari korban dan menyalahgunakannya untuk merusak profil si korban atau
bahkan orang lain.

d. Dampak dari cyber bullying

Kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman sepantaran melalui
media cyber atau internet cyberbullying sering kali depresi, merasa terisolasi, diperlakukan
tidak manusiawi, dan tak berdaya ketika diserang, selain itu kekerasan dunia maya ternyata
lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan kekerasan secara fisik.

Cyber bullying yang berkepanjangan bisa mematikan rasa percaya diri anak, membuat
anak menjadi murung, khawatir, selalu merasa bersalah atau gagal karena tidak mampu
mengatasi sendiri gangguan yang menimpanya. Bahkan ada pula korban cyber bullying yang
berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena tak tahan lagi diganggu. Remaja korban cyber
bullying akan mengalami stress yang bisa memicunya melakukan tindakan-tindakan rawan
masalah seperti mencontek, membolos, lari dari rumah, dan bahkan minum minuman keras
atau menggunakan narkoba.

5
e. Hal-hal yang bisa mencegah cyber bullying

1. Berkomunikasi menggunakan teks memiliki resiko salah faham lebih besar


dibandingkan menggunakan panca indera kita. Oleh karena itu persiapkan mental kita
agar tidak terjebak dalam emosi, flame war, yang akhirnya jika salah justru malah
jadinya praktik cyberbullying yang terjadi.
2. Hindari asumsi dengan cara terus berusaha memahami lawan bicara kita smpai kita
benar-benar faham. Asumsi adalah sumber dari segala malapetaka. Karena dengan
asumsi, secara sepihak kita mulai menghakimi orang lain tanpa tahu pasti kejadian
sebenarnya. Ini bisa berakhir pada tindakan cyberbullying juga.
3. Hindari penghakiman massa secara langsung di media-media sosial, walaupun hanya
dengan meretweet/repost, karena efek retweet/repost ini adalah memberikan
amplifikasi pada sebuah statement yg bisa saja berupa serangan berupa asumsi. Ini
yang kadang tidak disadari oleh teman-teman di dunia maya.

f. Menyikapi cyber bullying

1. Jangan merespon. Para pelaku bullying selalu menunggu-nunggu reaksi korban.


Untuk itu, jangan terpancing untuk merespon aksi pelaku agar mereka tidak lantas
merasa diperhatikan.
2. Jangan membalas aksi pelaku. Membalas apa yang dilakukan pelaku cyberbullying
akan membuat Anda ikut menjadi pelaku dan makin menyuburkan aksi tak
menyenangkan ini.
3. Adukan pada orang yang dipercaya. Jika anak-anak yang menjadi korban, mereka
harus melapor pada orang tua, guru, atau tenaga konseling di sekolah. Selain
mengamankan korban, tindakan ini akan membantu memperbaiki sikap mental
pelaku.
4. Simpan semua bukti. Oleh karena aksi ini berlangsung di media digital, korban akan
lebih mudah meng-capture, lalu menyimpan pesan, gambar atau materi pengganggu
lainnya yang dikirim pelaku, untuk kemudian menjadikannya sebagai barang bukti
saat melapor ke pihak-pihak yang bisa membantu.

6
5. Segera blokir aksi pelaku. Jika materi-materi pengganggu muncul dalam bentuk pesan
instan, teks, atau komentar profil, gunakan tool preferences/privasi untuk memblok
pelaku. Jika terjadi saat chatting, segera tinggalkan chatroom.
6. Selalu berperilaku sopan di dunia maya. Perilaku buruk yang dilakukan, seperti
membicarakan orang lain, bergosip, atau memfitnah, akan meningkatkan risiko
seseorang menjadi korban cyberbullying.
7. Jadilah teman, jangan hanya diam. Ikut meneruskan pesan fitnah atau hanya diam dan
tidak berbuat apa-apa akan menyuburkan aksi bullying dan menyakiti perasaan
korban. Suruh pelaku menghentikan aksinya, atau jika pelaku tidak diketahui bantu
korban menenangkan diri dan laporkan kasus tersebut ke pihak berwenang

g. Cyber bullying dan aturan hukum

Secara umum, cyber bullying dapat saja diintepretasikan terhadap berbagai delik yang
diatur dalam hukum pidana umum di Indonesia, yaitu yang termuat dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal-pasal KUHP yang relevan dalammengatur delik cyber
bullying ini adalah yang tercantum dalam Bab XVI mengenai Penghinaan, khususnya Pasal
310 ayat (1) dan (2).

Pasal 310 ayat (1) menyatakan bahwa “Barangsiapa dengan sengaja menyerang
kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya
terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran, dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”
Sedangkan Pasal 310 ayat (2) menyatakan bahwa “Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau
gambaran yang disiarkan, dipertunjukan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam
karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Dari kedua pasal tersebut, maka
Pasal 310 ayat (2) dinilai lebih cocok untuk menuntut para pelaku cyber bullying. Pada
dasarnya, KUHP memang dibentuk jauh sebelum perkembangan teknologi dunia maya
dicetuskan. Maka, dalam rangka mengakomodasi pengaturan mengenai dunia maya dan
segala hal yang berkaitan dengannya, dibentuklah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentangInformasi dan Transaksi Elektronik. Dalam undang-undang ini, terdapat pasal-pasal
yang lebih sesuai untuk menjerat para pelaku cyber bullying. Undang-undang ini menerapkan
larangan dan sanksi pidana antara lain bagi :

7
1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen.Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan
(Pasal 27 ayat 1), muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik (Pasal 27
ayat 3), muatan pemerasan dan/atau pengancaman (Pasal 27 ayat 4);
2. “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik.Ancaman pidananya ialah penjara maksimal 6 tahun dan/atau denda
maksimal 1 miliar”
3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau
kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA), (Pasal 28 ayat 2);
4. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-
nakuti yang ditujukan secara pribadi (Pasal 29)

Ancaman bagi pelaku tindak pidana diatas dapat dikenakan hukuman 6-12 tahun
penjara dan denda satu-dua miliar rupiah.

h. Cyber bullying dan norma agama

Dalam dunia cyber terdapat sebuah tindak kejahatan yang biasanya disebut dengan
cyber bullying. Bullying dalam Islam sendiri dapat diartikan sebuah perilaku merendahkan
orang lain, itu karena pelaku bullying mencoba untuk merendahkan harga diri ataupun
merendahkan mental korban bully itu sendiri. Sehingga sebenarnya dalam Islam sangat
melarang keras dan sangat tidak menganjurkan perilaku merendahkan orang lain. Hal ini
sebagai mana penjelasan dalam sebuah firman Allah swt dalam surat Al-Hujurat ayat 11.

Berdasarkan penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa kita semua itu
memiliki derajat yang sama di mata Allah SWT, sehingga kita tidak boleh melakukan
bullying karena belum tentu yang direndahkan oleh kita itu lebih buruk dari kita bahkan
malah orang yang kita bully itu lebih baik dari kita. Ukuran tinggi derajat seseorang dalam
pandangan islam bukan ditentukan oleh nenek moyangnya, kebangsaannya, warna kulit,
bahasa, dan jenis kelamin yang berbau rasialis.

8
i. Cyber bullying dan hak asasi manusia

Menurut UU Pasal 1 Ayat 6 No. 39 Tahun 1999, yang dimaksud dengan pelanggaran
Hak Asasi Manusia yaitu setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.

Semua tindakan yang dilakukan baik perseorangan maupun sekelompok orang yang
berusaha untuk memojokkan dan membatasi tingkah laku terhadap yang lainnya sudah pasti
termasuk melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Contoh sederhana dan masih sering
dilakukan adalah bullying. Bullying biasanya dilakukan dengan melakukan suatu tindak
kekerasan. Pengertian bullying sendiri adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan
kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan
mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya.

Memang perilaku bullying ditujukan pada orang yang lebih lemah dari si perilaku
tersebut. Secara tidak langsung, si perilaku sudah melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia
karena si perilaku seperti memperlakukan korban dengan tidak semestinya. Bayangkan saja,
si korban dihina, dilecehkan, diperlakukan dengan keras, misalnya dipukul terus menerus
hingga dibunuh. Secara langsung, hal tersebut sangat melanggar Hak Asasi Manusia karena
hak orang untuk hidup dicabut oleh si perilaku bullying dengan melakukan kekerasan sampai
membunuhnya. Maka, bisa disimpulkan bahwa perilaku bullying termasuk dalam salah satu
kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia.

9
Daftar Referensi

CYBER BULLYING. (2014, May 22). Retrieved from


https://astriisept.wordpress.com/2014/05/22/cyberbullying/

Bullying Terrmasuk dalam Kasus Pelanggaran HAM. (2016, May 25). Retrieved from
https://www.kompasiana.com/natanaeliw/57448a378e7e61560c448340/bullying-terrmasuk-
dalam-kasus-pelanggaran-ham

Intimidasi dunia maya. (2019, February 28). Retrieved from


https://id.wikipedia.org/wiki/Intimidasi_dunia_maya

Pandie, M. M., Weismann, I. Th. J. (2016). PENGARUH CYBERBULLYING DI MEDIA


SOSIAL TERHADAP PERILAKU REAKTIF SEBAGAI PELAKU MAUPUN SEBAGAI
KORBAN CYBERBULLYING PADA SISWA KRISTEN SMP NASIONAL MAKASSAR.
JURNAL JAFFRAY, Vol. 14, No. 1, April 2016.

Utami, Y. C. (2014). Cyberbullying di Kalangan Remaja. Surabaya: Universitas Airlangga.

Komalasari, G., Nabilah, Wahyuni, E. (2012). STUDI PERILAKU CYBERBULLYING


SISWA SMAN DI DKI JAKARTA. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai