Anda di halaman 1dari 8

CYBER BULLYING

Mei 22, 2014 by astrisepti01

Apa sih yang terlintas kalau kita mendengar kata bullying/pembulian? Pasti yang
ada di pikiran kita adalah semacam kekerasan dan sebagainya. Tapi ini adalah salah
satu pengembangan negatif dari bullying itu sendiri,yaitu Cyber Bullying. Berikut
beberapa mengenai Cyber Bullying

Definisi cyberbullying

Menurut kamus Merriam-Webster, cyberbullying berarti bentuk ancaman atau


serangan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain yang disampaikan melalui
pesan elektronik lewat media. Wabah bullying yang semula hanya terjadi dari
pertemuan fisik ini telah menemukan lapangan baru yang membuat pelaku
bullying lebih leluasa melakukan tindakan bullying tanpa pertemuan langsung di
dunia nyata yaitu di dunia maya. Dari tahun ke tahun, cyberbullying berkembang
menjadi tindakan yang dilakukan seseorang untuk mengintimidasi, menyakitkan hati,
mengancam, atau mempermalukan sesama anggota dunia maya. Dunia maya
memberikan suatu kenyamanan tersendiri dengan memperlengkapi pemain dengan
privasi dan fasilitas yang tersedia di media sosial, game online multiplayer, webcam,
videochat, dan juga handphone. Bentuk dari bullying yang dilakukan di dunia maya
ini memiliki pemain yang jauh lebih luas yang dapat melibatkan semua orang baik
dari pelajar sekolah dasar, menengah, mahasiswa, bahkan kaum pekerja.

Australian Federal Police (AFP) mengidentifikasikan setidaknya terdapat tujuh


bentuk cyberbullying, yaitu:
1. Flaming (perselisihan yang menyebar), yaitu ketika suatu perselisihan yang
awalnya terjadi antara dua orang atau lebih (dalam skala kecil) dan kemudian
menyebarluas sehingga melibatkan banyak orang (dalam skala besar) sehingga
menjadi suatu kegaduhan dan permasalahan besar.
2. Harrasment (pelecehan), yaitu upaya seseorang untuk melecehkan orang lain
dengan mengirim berbagai bentuk pesan baik tulisan maupun gambar yang bersifat
menyakiti, menghina, memalukan, dan mengancam.
3. Denigration (fitnah), yaitu upaya seseorang menyebarkan kabar bohong yang
bertujuan merusak reputasi orang lain.
4. Impersonation (meniru), yaitu upaya seseorang berpura-pura menjadi orang lain
dan mengupayakan pihak ketiga menceritakan hal-hal yang bersifat rahasia.
5. Outing and trickery (penipuan), yaitu upaya seseorang yang berpura-pura menjadi
orang lain dan menyebarkan kabar bohong atau rahasia orang lain tersebut atau pihak
ketiga.
6. Exclusion (pengucilan), yaitu upaya yang bersifat mengucilkan atau
mengecualikan seseorang untuk bergabung dalam suatu kelompok atau komunitas
atas alasan yang diskriminatif.
7. Cyber-stalking (penguntitan di dunia maya), yaitu upaya seseorang menguntit atau
mengikuti orang lain dalam dunia maya dan menimbulkan gangguan bagi orang lain
tersebut.
Cyber bullying yang berkepanjangan bisa mematikan rasa percaya diri anak,
membuat anak menjadi murung, khawatir, selalu merasa bersalah atau gagal karena
tidak mampu mengatasi sendiri gangguan yang menimpanya. Bahkan ada pula
korban cyber bullying yang berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena tak tahan lagi
diganggu! Remaja korban cyber bullying akan mengalami stress yang bisa
memicunya melakukan tindakan-tindakan rawan masalah seperti mencontek,
membolos, lari dari rumah, dan bahkan minum minuman keras atau menggunakan
narkoba.

Hubungan Cyberbullying dengan Cybercrime


Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan
teknologi internet, banyak jenis dari kejahatan cybercrime diantaranya cyberbullying.
Cyberbullying merupakan sebuah fenomena baru dari perkembangan teknologi
komunikasi. Pada kondisi sekarang, hal tersebut didefinisikan sebagai sebuah
perbuatan menyakiti yang disengaja dan diulang-ulang melalui penggunaan
komputer, telepon selular dan peralatan elektronik lainnya yang dilakukan oleh
sekelompok orang atau individu dimana seseorang yang menjadi korban tidak bisa
membela dirinya sendiri. Tujuannya adalah untuk mempermalukan, mengolok-olok,
mengancam,mengintimidasi dalam rangka menegaskan kekuasaan dan kontrol atas
korban tersebut. Bullying selalu saja berurusan dengan penyalahgunaan kekuatan
atau kekuasaan. Bullying tidak pernah menjadi persoalan konflik pribadi.
Bentuk-bentuk dari cyber bullying antara lain mengirimkaan pesan atau komen-
komen yang mengandung kebencian melalui blog, email atau ym; mengirimkan sms
menyeramkan ke ponsel seseorang; membuat postingan dalam blog ditujukan untuk
melecehkan atau menghina seseorang; meretas email seseorang dan mengirimkan
email kepada orang lain dengan menggunakan identitas email tersebut; mengunggah
foto atau video pribadi seseorang.

Perkembangan cyberbullying di Indonesia


Menurut survei global yang diadakan oleh Latitude News, Indonesia merupakan
negara dengan kasus bullying tertinggi kedua di dunia setelah Jepang. Kasus bullying
di Indonesia ternyata mengalahkan kasus bullying di Amerika Serikat yang
menempati posisi ketiga. Ironisnya, kasus bullying di Indonesia lebih banyak
dilakukan di jejaring sosial. Sebagai negara dengan jumlah populasi terbanyak
keempat di dunia, Indonesia memiliki jumlah pengguna Facebook terbesar ketiga di
dunia. Selain itu, Indonesia juga menyumbang 15 persen tweet setiap hari untuk
Twitter. Bahkan, Badan Pusat Statistik mencatat pada tahun 2006, angka
cyberbullying yang terjadi di mencapai angka 25 juta kasus di mulai dari kasus
dengan skala ringan sampai dengan skala berat. Hasil penelitian memasukkan
kategori seseorang disebut korban cyberbullying merupakan korban yang dihina,
diabaikan, atau digosipkan di dunia maya. Berdasarkan penelitian 91% responden
asal Indonesia mengaku telah melihat kasuscyberbullying. Kemudian data
menunjukkan bahwa cyberbullying paling sering terjadi melalui media sosial,
khususnya Facebook. Di Indonesia, 74% responden menunjuk Facebook sebagai
biangnya cyberbullying, dan 44% menyebut media website yang lain. Selain itu,
kasus ini juga paling sering dilakukan oleh telepon genggam, chat room, email,
online instant messaging.
Beberapa data statistik menunjukkan bahwa sekitar 42 % anak-anak mengalami
cyber bullying ,35 % anak-anak diancam secara online,58 % anak-anak mengakui
bahwa mereka sering mengalami pelecehan dan penghinaan secara online, dan 58 %
anak-anak itu mengakui bahwa mereka tidak melaporkan kepada orang tua mereka
soal tindakan cyber bullying yang mereka alami.
Dengan demikin,perkembangan ancaman cyberbullying sangat cepat,seiring
cepatnya perkembangan dan peminat penggunaan internet dalam keseharian bagi
anak-anak dan remaja yang berfikiran sangat labil
Bullying di dunia maya juga jauh lebih mudah dibandingkan di dunia nyata dimana
pelaku tidak perlu bertemu muka dengan muka untuk menyakiti perasaan korbannya.
Ada beberapa macam contoh kasus cyberbullying. Salah satunya tindakan
mengirimkan pesan berisi ejekan atau ancaman yang menyakiti bahkan
mengintimidasi korban. Selain itu, cyberbullying juga dapat dilakukan dengan
menyebarkan rumor, menyebarkan foto atau video untuk menjatuhkan reputasi dan
mempermalukan orang. Kemudian, ada juga yang mencuri password dari korban dan
menyalahgunakannya untuk merusak profil si korban atau bahkan orang lain.

Masalah apa saja yang bisa memicu terjadinya cyberbullying

Motivasi pelakunya cyberbullying beragam, ada yang melakukannya karena marah


dan ingin balas dendam, frustrasi, ingin mencari perhatian bahkan ada pula yang
menjadikannya sekedar hiburan pengisi waktu luang. Tidak jarang, motivasinya
kadang-kadang hanya ingin bercanda.
Anak-anak atau remaja pelaku cyber bullying biasanya memilih untuk menganggu
anak lain yang dianggap lebih lemah, tak suka melawan dan tak bisa membela diri.
Pelakunya sendiri biasanya adalah anak-anak yang ingin berkuasa atau senang
mendominasi. Anak-anak ini biasanya merasa lebih hebat, berstatus sosial lebih
tinggi dan lebih populer di kalangan teman-teman sebayanya. Sedangkan korbannya
biasanya anak-anak atau remaja yang sering diejek dan dipermalukan karena
penampilan mereka, warna kulit, keluarga mereka, atau cara mereka bertingkah laku
di sekolah. Namun bisa juga si korban cyber bullying justru adalah anak yang
populer, pintar, dan menonjol di sekolah sehingga membuat iri teman sebayanya
yang menjadi
Cyber bullying lebih mudah dilakukan daripada kekerasan konvensional karena si
pelaku tidak perlu berhadapan muka dengan orang lain yang menjadi targetnya.
Mereka bisa mengatakan hal-hal yang buruk dan dengan mudah mengintimidasi
korbannya karena mereka berada di belakang layar komputer atau menatap layar
telelpon seluler tanpa harus melihat akibat yang ditimbulkan pada diri korban.
Peristiwa cyberbullying juga tidak mudah di identifikasikan orang lain, seperti orang
tua atau guru karena tidak jarang anak-anak remaja ini, juga mempunyai kode-kode
berupa singkatan kata atau emoticon internet yang tidak dapat dimengerti selain oleh
mereka sendiri.
. Pelaku cyberbullying merasa aman dan di atas angin karena pihak yang lebih punya
kuasa (orang tua/sekolah) seringkali sama sekali buta tentang teknologi internet dan
praktek penggunaannya.
Adapun beberapa contoh kasus Cyberbullying adalah sebagai berikut:
Contoh Kasus 1 :

Jika Anda melihat wajah Carlos Vigil (17 tahun) pada foto disamping, tentu bisa
merasakan betapa gurat-gurat kesedihan tergambar jelas.
Selama tiga tahun, remaja yang tinggal di Valencia County, New Mexico, Amerika
Serikat, ini diejek kawan-kawannya hanya karena berjerawat dan memakai kacamata.
Bahkan, dia dianggap seorang gay. Ray Virgil, sang ayah, sangat geram mendengar
anaknya diperlakukan seperti ini, sehingga mendesak pemerintah setempat segera
mengeluarkan peraturan tentang sanksi pidana terhadap para pelaku bullying.
Pada tanggal 13 Juli 2013, karena benar-benar tak tahan diintimidasi terus-menerus,
Carlos menulis dan memposting surat bunuh diri melalui akun Twitter.
Seperti terlihat pada teks di atas, Carlos justru minta maaf kepada teman-temannya
yang bertahun-tahun menyakitinya. Saya adalah orang yang tak memperoleh
ketidakadilan di dunia ini, dan sudah waktunya bagi saya untuk meninggalkan dunia
ini, tulisnya.

Carlos juga meminta teman-temannya untuk tidak menangisi keputusannya. Dia


justru minta maaf karena tidak mampu mencintai seseorang, atau membuat
seseseorang mencintainya.

Teman-teman di sekolah benar. Saya seorang pecundang, aneh, homo, dan sama
sekali tidak dapat diterima orang lain. Saya minta maaf, karena tidak mampu
membuat seseorang bangga. Aku bebas sekarang. Xoxo, kata Carlos mengakhiri
suratnya.

Contoh Kasus 2 :

Seorang remaja di bully di media sosial lantaran memaki Ibu hamil yang meminta
tempat duduknya di salah satu angkutan umum.

Remaja wanita tersebut bernama Dinda, dia memposting curhatannya di salah satu
media sosial, seperti yang dilansirnya pada gambar diatas.

Salah satu orang yang berpendapat dan mengkritiknya yaitu:

Eni Suliastini : Ni org belum pernah hamil sih ..jd gak tau rasanya morning sick..jd
gemes pngn jitak kepala nih perempuan pake palu biar otak bs peka sikiiit sm org
hamil !!!!
Dampak dari cyberbullying

Kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman sepantaran melalui
media cyber atau internet cyberbullying sering kali depresi, merasa terisolasi,
diperlakukan tidak manusiawi, dan tak berdaya ketika diserang,selain itu kekerasan
dunia maya ternyata lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan kekerasan secara
fisik.

Cyber bullying yang berkepanjangan bisa mematikan rasa percaya diri anak,
membuat anak menjadi murung, khawatir, selalu merasa bersalah atau gagal karena
tidak mampu mengatasi sendiri gangguan yang menimpanya. Bahkan ada pula
korban cyber bullying yang berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena tak tahan
lagi diganggu. Remaja korban cyber bullying akan mengalami stress yang bisa
memicunya melakukan tindakan-tindakan rawan masalah seperti mencontek,
membolos, lari dari rumah, dan bahkan minum minuman keras atau menggunakan
narkoba.

Undang Undang yang Mengatur Cyberbullying

Secara umum, cyber bullying dapat saja diintepretasikan terhadap berbagai delik
yang diatur dalam hukum pidana umum di Indonesia, yaitu yang termuat dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal-pasal KUHP yang relevan
dalammengatur delik cyber bullying ini adalah yang tercantum dalam Bab XVI
mengenai Penghinaan, khususnya Pasal 310 ayat (1) dan (2).

Pasal 310 ayat (1) menyatakan bahwa Barangsiapa dengan sengaja menyerang
kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang
maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran,
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah. Sedangkan Pasal 310 ayat (2) menyatakan bahwa
Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukan
atau ditempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan
pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah. Dari kedua pasal tersebut, maka Pasal 310 ayat (2)
dinilai lebih cocok untuk menuntut para pelaku cyber bullying. Pada dasarnya,
KUHP memang dibentuk jauh sebelum perkembangan teknologi dunia maya
dicetuskan. Maka, dalam rangka mengakomodasi pengaturan mengenai dunia maya
dan segala hal yang berkaitan dengannya, dibentuklah Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentangInformasi dan Transaksi Elektronik. Dalam undang-undang ini,
terdapat pasal-pasal yang lebih sesuai untuk menjerat para pelaku cyber bullying.
Undang-undang ini menerapkan larangan dan sanksi pidana antara lain bagi :

1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau


mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen.Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar
kesusilaan (Pasal 27 ayat 1), muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik (Pasal 27 ayat 3), muatan pemerasan dan/atau pengancaman (Pasal 27
ayat 4);

2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik.Ancaman pidananya ialah penjara maksimal 6 tahun dan/atau
denda maksimal 1 miliar

3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu
dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras,
dan antargolongan (SARA), (Pasal 28 ayat 2);

4. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi


Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau
menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi (Pasal 29)

Ancaman bagi pelaku tindak pidana diatas dapat dikenakan hukuman 6-12 tahun
penjara dan denda satu-dua miliar rupiah.

Hal-hal yang dapat mencegah cyberbullying

Untuk mencegah terjadinya cyberbullying bisa juga dengan Beberapa poin yang
harus kita semua sadari pada saat berinteraksi di dunia maya adalah:

1. Berkomunikasi menggunakan teks memiliki resiko salah faham lebih besar


dibandingkan menggunakan panca indera kita. Oleh karena itu persiapkan
mental kita agar tidak terjebak dalam emosi, flame war, yang akhirnya jika
salah justru malah jadinya praktik cyberbullying yang terjadi.

2. Hindari asumsi dengan cara terus berusaha memahami lawan bicara kita
smpai kita benar-benar faham. Asumsi adalah sumber dari segala malapetaka.
Karena dengan asumsi, secara sepihak kita mulai menghakimi orang lain
tanpa tahu pasti kejadian sebenarnya. Ini bisa berakhir pada tindakan
cyberbullying juga.

3. Hindari penghakiman massa secara langsung di media-media sosial,


walaupun hanya dengan meretweet/repost, karena efek retweet/repost ini
adalah memberikan amplifikasi pada sebuah statement yg bisa saja berupa
serangan berupa asumsi. Ini yang kadang tidak disadari oleh teman-teman di
dunia maya.

Hal-hal untuk menyikapi cyber bullying

Cyber bullying menjadi salah satu permasalahan yang makin marak, termasuk di
kalangan para siswa di sekolah. Wawasan yang terbuka, kearifan, dan kreativitas
sekolah dibutuhkan untuk penanganannya. Cara pandang yang tepat terhadap fungsi
sekolah akan sangat membantu anak menghadapi dan melewati permasalahan yang
mereka alami,dan juga seperti yang dibawah ini juga bisa untuk menyikapi ancaman
cyber bullying seperti:

3. Jangan merespon. Para pelaku bullying selalu menunggu-nunggu reaksi


korban. Untuk itu, jangan terpancing untuk merespon aksi pelaku agar
mereka tidak lantas merasa diperhatikan.

4. Jangan membalas aksi pelaku. Membalas apa yang dilakukan pelaku


cyberbullying akan membuat Anda ikut menjadi pelaku dan makin
menyuburkan aksi tak menyenangkan ini.

5. Adukan pada orang yang dipercaya. Jika anak-anak yang menjadi korban,
mereka harus melapor pada orang tua, guru, atau tenaga konseling di sekolah.
Selain mengamankan korban, tindakan ini akan membantu memperbaiki
sikap mental pelaku.

6. Simpan semua bukti. Oleh karena aksi ini berlangsung di media digital,
korban akan lebih mudah meng-capture, lalu menyimpan pesan, gambar atau
materi pengganggu lainnya yang dikirim pelaku, untuk kemudian
menjadikannya sebagai barang bukti saat melapor ke pihak-pihak yang bisa
membantu.

7. Segera blokir aksi pelaku. Jika materi-materi pengganggu muncul dalam


bentuk pesan instan, teks, atau komentar profil, gunakan tool
preferences/privasi untuk memblok pelaku. Jika terjadi saat chatting, segera
tinggalkan chatroom.

8. Selalu berperilaku sopan di dunia maya. Perilaku buruk yang dilakukan,


seperti membicarakan orang lain, bergosip, atau memfitnah, akan
meningkatkan risiko seseorang menjadi korban cyberbullying.

9. Jadilah teman, jangan hanya diam. Ikut meneruskan pesan fitnah atau hanya
diam dan tidak berbuat apa-apa akan menyuburkan aksi bullying dan
menyakiti perasaan korban. Suruh pelaku menghentikan aksinya, atau jika
pelaku tidak diketahui bantu korban menenangkan diri dan laporkan kasus
tersebut ke pihak berwenang

Anda mungkin juga menyukai