Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang

Cyberbullying lebih mungkin terjadi ketika anak-anak dan remaja lebih sering menggunakan
Internet. Agar upaya pencegahan dini dapat dilakukan, maka perlu dilakukan kajian untuk lebih
memahami bagaimana fenomena cyberbullying di Indonesia terkait dengan faktor penyebabnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komunikasi orang tua-remaja, ciri-ciri hubungan orang
tua-remaja, dan pengendalian diri terhadap perilaku cyberbullying remaja. Salah satu sekolah di
Kabupaten Probolinggo MTs Maulana Ishaq dijadikan sebagai lokasi penelitian untuk penelitian
ini. Contoh yang termasuk dalam penelitian ini mencakup sejumlah remaja.

Cyberbullying adalah manifestasi modern dari perilaku intimidasi (Bullying) dengan sifat dan
hasil yang serupa. Mendefinisikan cyberbullying sebagai tindakan memanfaatkan internet dan
teknologi lainnya untuk mengirim atau mengunggah konten berbahaya atau terlibat dalam
kekerasan sosial
.
Cyberbullying adalah ketika seseorang menggunakan internet atau perangkat elektronik lainnya
untuk terus melecehkan, menghina, atau mengolok-olok orang lain. Sebagai ilustrasi,
pertimbangkan untuk memposting gambar memalukan seseorang dan menyebarkannya secara
online, mengirimkan banyak ancaman melalui pesan teks, dan mengolok-olok orang lain dengan
menggunakan identitas palsu.
Kata bullying berasal dari kata bahasa Inggris bull, yang mengacu pada banteng yang kadang-
kadang suka menyeruduk memberontak, seseorang dapat menyatakan bahwa intimidasi
(Bullying) adalah jenis perilaku yang berlawanan dengan seseorang yang menggunakan kekuatan
fisik atau psikologis terhadap orang yang lebih lemah atau terlibat dalam tindakan kekerasan.

Bullying semakin sering terjadi setiap tahun. Menurut data tahun 2015 yang diterbitkan KPAI,
hampir semua anak Indonesia pernah mengalami perundungan di sekolah. Pada tahun 2015,
kekerasan terhadap anak-anak berkurang, tetapi ada lebih banyak kasus intimidasi di sekolah,
termasuk anak-anak yang bertindak sebagai pelaku intimidasi terhadap siswa lain. Menurut data
KPAI, terdapat 226 kasus kekerasan fisik dan psikis, termasuk bullying, pada tahun 2022.
(kompas.com, 24 Juli 2022). Ini adalah jumlah yang cukup besar yang memerlukan
pertimbangan dari semua pihak yang berwajib.

Penindasan datang dalam berbagai bentuk, dengan efek pada bentuk intimidasi khusus ini.
Diantaranya adalah cyberbullying, kekerasan verbal, fisik, dan emosional.
Masing-masing dari empat bentuk intimidasi memiliki dampak yang mengerikan bagi para
korban. Yang pertama adalah perundungan fisik secara umum, yang meliputi pemukulan,
pencekikan, penendangan, dan tindakan tubuh lainnya yang merugikan dirinya. Jenis intimidasi
kedua adalah intimidasi verbal, yang merupakan jenis yang paling umum. baik oleh laki-laki
maupun perempuan.
Sangat mudah untuk melakukan kekerasan verbal dan dapat luput dari perhatian ketika
diucapkan di depan orang dewasa dan teman sebaya.
Penggunaan istilah yang menghina, meremehkan, memfitnah, kritik keras, hinaan, dan bujukan
seksual atau pernyataan pelecehan adalah contoh tirani verbal. Yang ketiga adalah intimidasi
relasional. Yang paling sulit dikenali dari luar adalah varietas ini. Penindasan relasional dengan
sengaja menurunkan harga diri korban dengan mengabaikan, mengecualikan, atau
menghindarinya. Keempat adalah Karena kemajuan teknologi, internet, dan media sosial,
cyberbullying merupakan jenis bullying yang paling baru. Intinya, para pelaku bullying terus
mengirimkan komentar menyakitkan kepada korban melalui media sosial, pesan online, dan
pesan teks. Itu bermanifestasi sebagai mengirim kata-kata kotor atau menggunakan gambar yang
menyinggung. meninggalkan pesan suara yang mengancam, menelepon tanpa henti dan tidak
pernah meninggalkan pesan suara tetapi tidak mengatakan apa-apa,
membuat halaman web yang memalukan untuk korban.

Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi


Elektronik (ITE) menyatakan bahwa barang siapa yang mendistribusikan informasi elektronik
yang dengan sengaja melanggar kesusilaan tanpa hak yang semestinya akan dipidana dengan
pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda satu miliar. rupiah. Mekanisme hukum
ini benar-benar memberikan perlindungan terhadap kekerasan yang dilakukan melalui media
sosial.

Cyberbullying adalah pola perilaku yang dimaksudkan untuk memperingatkan, membuat marah,
atau mempermalukan target.
Contohnya terdiri dari. menyebarkan informasi palsu tentang seseorang atau memublikasikan
gambar memalukan mereka di media sosial Mengirim komentar atau ancaman yang menyakitkan
menggunakan platform obrolan, menggunakan bahasa yang menyakitkan dalam komentar di
media sosial, atau memublikasikan item yang memalukan atau tidak menyenangkan Mengirim
komunikasi berbahaya kepada orang lain atas nama orang lain melalui meniru atau menyamar
sebagai seseorang (misalnya, dengan membuat akun palsu atau masuk menggunakan akun orang
lain). Mengirim pesan yang mengancam atau menjengkelkan di ruang obrolan online, jejaring
sosial, atau game dikenal sebagai trolling. Jauhkan anak-anak dari permainan internet, aktivitas,
dan grup sosial. membuat/membuat situs web atau grup (obrolan grup, ruang obrolan) dengan
permusuhan terhadap seseorang atau dengan maksud untuk menyebarkannya.

Semua teman senang melontarkan lelucon satu sama lain, tetapi sering kali sulit untuk
membedakan apakah seseorang sedang bercanda atau sengaja mencoba menyakiti Anda—
terutama saat menggunakan internet. Kadang-kadang, mereka akan mengabaikannya dengan
ungkapan seperti "hanya bercanda" atau "jangan menganggapnya serius". Lelucon itu mungkin
sudah keterlaluan jika anda merasa tersinggung atau percaya bahwa orang-orang menertawakan
anda. Jika perilaku tersebut terus berlanjut setelah anda memintanya untuk berhenti dan anda
masih kesal karenanya, itu menunjukkan bahwa ini mungkin intimidasi jika memang demikian.
Selain itu, ketika intimidasi terjadi secara online, hal itu dapat menarik perhatian yang tidak
diinginkan dan tanggapan yang tidak diinginkan dari berbagai orang, termasuk orang asing. Jika
Anda tidak nyaman dengan itu, Anda harus memberikan pembelaan setiap kali hal itu terjadi.
Katakan apa yang Anda inginkan, tetapi jika ketidakbahagiaan Anda tetap ada meskipun Anda
sudah berusaha, Anda harus mendapatkan bantuan. Menghentikan cyberbullying melibatkan
lebih dari sekadar menyebutkan nama pelaku intimidasi; itu juga melibatkan menyoroti fakta
bahwa setiap orang pantas dihormati, baik online maupun offline.

Bullying yang bersifat langsung atau tatap muka dan cyberbullying biasa dapat terjadi pada
waktu yang bersamaan. Namun, cyberbullying meninggalkan jejak digital—video atau kumpulan
catatan—yang mungkin berguna dan menjadi bukti saat mencoba menghentikan perilaku buruk
ini. Cyberbullying adalah tindakan virtual dan tidak terlihat, tetapi berdampak besar karena
penggunaan teknologi yang berkembang pesat, di situlah semuanya dimulai. Menggunakan situs
media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, Whatsapp, dan lainnya, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa, secara tidak sengaja, siapa pun yang memiliki akun saat ini memiliki
kapasitas untuk mem-bully orang lain. Saat kami berkunjung ke Bk, khususnya di MTs Maulana
Ishaq, kasus seperti ini cukup mudah ditemukan. Membandingkan situasi ini dengan seseorang
yang mengunggah foto temannya kemudian menggunakan caption atau kata kata yang kurang
pantas.

Sebagai hasil dari studi kasus, perlu untuk berkomunikasi dengan teman, guru, dan pihak
berwenang. Dalam hal ini, peran guru yang paling krusial karena mereka harus mampu
melindungi semua siswanya dan menawarkan solusi agar hal itu tidak terjadi lagi. kemudian
Penulis mengubah pokok bahasan penelitian menjadi “Pendidikan Karakter dalam Menangulangi
Peristiwa Cyberbullying di MTs Maulana Ishaq Bulang Kabupaten Probolinggo” sebagai hasil
peneliti melihat lebih jauh tentang cyberbullying di MTs Maulana Ishaq Bulang Kabupaten
Probolinggo.

Anda mungkin juga menyukai