Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TINDAK PIDANA CYBERBULLYING

DISUSUN OLEH

KURNIA RAMDHANI MANSUR

601220065

PENGENALAN IT

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS GORONTALO

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-NYA dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya adapun
tema dari makalah ini adalah TINDAK PIDANA CYBERBULLYING.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen mata kuliah PENGENALAN IT yang telah memberikan
tugas ini terhadap saya. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat.

makalah ini jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan
saya, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa saya harapkan semoga
makalah ini dapat berguna bagi saya dan pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.

Gorontalo, November 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Cyberbullying (perundungan dunia maya) ialah bullying/perundungan dengan menggunakan


teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform
bermain game, dan ponsel. Adapun menurut Think Before Text, cyberbullying adalah
perilaku agresif dan bertujuan yang dilakukan suatu kelompok atau individu, menggunakan
media elektronik, secara berulang-ulang dari waktu ke waktu, terhadap seseorang yang
dianggap tidak mudah melakukan perlawanan atas tindakan tersebut. Jadi, terdapat
perbedaan kekuatan antara pelaku dan korban. Perbedaan kekuatan dalam hal ini merujuk
pada sebuah persepsi kapasitas fisik dan mental.
Dalam penanganan cyber bullying, penting untuk memperhatikan Pasal 27 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Teknologi Elektronik (UU ITE) yang mengatur bahwa: “Setiap Orang
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.”
Kemudian disebutkan pada Pasal 45 ayat (3) UU ITE, bahwa: “Setiap Orang yang dengan
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat
(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).”
Kemudian, perlu diketahui bahwa Pasal 27 ayat (3) UU ITE merupakan delik aduan. Hal ini
dikarenakan esensi dari penghinaan dan pencemaran nama baik merupakan perbuatan
menyerang kehormatan atau nama baik seseorang yang dapat menyebabkan kehormatan
atau nama baik seseorang tersebut menjadi rusak. Pengetahuan mengenai adanya
penghinaan ataupun pencemaran nama baik dalam suatu unggahan hanya dapat dinilai oleh
korban. Jika dikaitkan dengan kasus ini, maka aktris atau aktor tersebut, seharusnya dapat
menilai suatu unggahan yang dilakukan seseorang melalui media sosial tersebut menyerang
kehormatannya atau tidak. Penilaian ini tentunya tidak bisa didasarkan dari pandangan
orang lain karena penilaian orang lain terhadap suatu unggahan belum tentu sama dengan
penilaian korban.
Lebih lanjut secara tegas pada Pasal 45 ayat (5) UU ITE juga disebutkan bahwa: “Ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan delik aduan.”
Bagi para pelaku cyber bullying ini tetap ada pidana yang dijatuhkan kepadanya dan pidana
tersebut didasarkan pada aduan yang diadukan oleh korban itu sendiri.
RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan pengertian cyberbullying, jenis-jenis cyberbullying, dampak, dan
penyebab cyberbullying
2. Contoh kasus cyberbullying
3. Menjelaskan cara mengatasi agar anak tidak menjadi korban atau pelaku
cyberbullying

TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian cyberbullying, jenis-jenis cyberbullying, dampak, dan
penyebab cyberbullying
2. Untuk mengetahui kasus cyberbullying
3. Untuk mengetahui cara mengatasi agar anak tidak menjadi korban atau pelaku
cyberbullying
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian, Jenis-Jenis, Dan Dampak Cyberbullying
Pengertian Cyberbullying
Perundungan di dunia maya atau Perundungan siber (cyberbullying) adalah segala
bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman seusia mereka
melalui dunia maya atau internet. Intimidasi dunia maya juga dapat dikatakan sebagai
kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan
oleh anak atau remaja lain melalui media internet, teknologi digital atau telepon
seluler. Tindakan ini biasanya dilakukan atas dasar kesengajaan menggunakan bentuk
kontak elektronik secara berulang-ulang, dan terjadi karena kurangnya pengawasan ke
akses perangkat elektronik dan internet.
Intimidasi dunia maya dianggap valid bila pelaku dan korban berusia di bawah 18 tahun dan
secara hukum belum dianggap dewasa. Bila salah satu pihak yang terlibat (atau keduanya)
sudah berusia di atas 18 tahun, maka kasus yang terjadi akan dikategorikan
sebagai kejahatan dunia maya atau pembuntutan dunia maya (atau sering disebut cyber
harassment).
Bentuk dan metode tindakan intimidasi dunia maya beragam. Hal ini dapat berupa pesan
ancaman melalui surel, mengunggah foto yang mempermalukan korban, membuat situs
web untuk menyebar fitnah dan mengolok-olok korban hingga mengakses akun jejaring
sosial orang lain untuk mengancam korban dan membuat masalah. Motivasi pelakunya juga
beragam. Ada yang melakukannya karena marah dan ingin balas dendam, frustrasi, ingin
mencari perhatian bahkan ada pula yang menjadikannya sekadar hiburan pengisi waktu
luang. Sebagian perundungan dilakukan oleh buzzer atau pasukan siber sebagai bagian dari
kampanye politik dan disinformasi yang terorganisasi.

Jenis-Jenis Cyberbullying
Ditinjau dari perspektif Ilmu Hukum, Cyber Bullying merupakan bentuk kejahatan yang
dilakukan secara sengaja dalam bentuk pelecehan, kata-kata kasar, cemooh, fitnah,
ancaman dan hinaan. Bila mengacu dari perspektif Ilmu Psikologi, bahwa Cyber Bullying
adalah bagian dari tindakan Bullying.
Ada beberapa jenis cyber bullying:
1. Outing dan Trickery
Outing adalah tindakan menyebarkan rahasia orang lain, berupa foto-foto pribadi yang
apabila disebarkan akan menimbulkan rasa malu atau depresi. Lalu Trickery adalah tindakan
tipu daya yang dilakukan dengan membujuk orang lain untuk memperoleh rahasia hingga
foto pribadi calon korban. Dalam banyak kasus, pelaku Outing biasanya juga melakukan
Trickery.
2. Flaming
Flaming (terbakar) adalah upaya seseorang dalam memprovokasi, mengejek, menghina
hingga menyinggung perasaan korban. Tindakan Cyberbullying Flaming dapat berupa
mengirimkan pesan teks yang berisikan kata-kata penuh amarah, emosional dan frontal.
3. Impersonation
Berpura-pura menjadi orang lain atau menyamar guna melancarkan aksinya dalam
mengirimkan pesan-pesan dan status yang tidak baik. Penggunaan akun palsu banyak terjadi
dalam jejaring sosial Twitter dan Instagram.
4. Harassment
Harassment (gangguan) biasanya berupa menulis komentar secara terus-menerus dengan
tujuan menimbulkan kegelisahan, karena harassment berisi kata-kata yang mengandung
hasutan agar orang lain melakukan hal yang sama. Tindakan ini biasanya dilakukan dengan
cara mengirimkan pesan melalui email, sms hingga teks jejaring sosial.
6. Denigration
Tindakan denigration (pencemaran nama baik) ini dilakukan secara sengaja dan sadar oleh
pelaku untuk mengumbar keburukan orang lain melalui internet, dengan tujuan reputasi
dan nama baik orang yang dituju.

Dampak Cyberbullying
Korban bisa mengalami berbagai emosi negatif, seperti kesedihan, kemarahan, ketakutan,
dan rasa malu akibat tindakan cyberbullying. Nah, berikut dampak cyberbullying pada
kesehatan mental korbannya:
1. Rasa malu
Karena cyberbullying terjadi di dunia maya, kejahatan ini akan sulit dilupakan. Korban bisa
merasa terekspos, malu, dan kurang percaya diri. Ketika cyberbullying terjadi, materi, pesan,
atau teks yang berisi penghinaan dapat dibagikan kepada banyak orang. Banyaknya orang
yang tahu tentang intimidasi ini dapat menyebabkan korban merasa terhina dan malu.
2. Percobaan bunuh diri dan self-harm
Menurut penelitian yang termuat dalam jurnal ilmiah berjudul Ide Bunuh Diri pada Korban
Bullying, yang dipublikasikan di Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan UNESA,
korban cyberbullying merespons perasaan depresi mereka dengan melukai diri sendiri
sampai ide untuk bunuh diri.
Menurut jurnal di atas, korban bullying ataupun cyberbullying, hampir dua kali lipat
melaporkan bahwa mereka pernah mencoba untuk bunuh diri.
3. Depresi dan kecemasan
Korban cyberbullying dapat mengalami kecemasan, depresi, dan kondisi terkait stres
lainnya. Tekanan tambahan dari cyberbullying secara terus-menerus juga dapat
menghilangkan perasaan bahagia dan kepuasan korban. Hal ini juga dapat meningkatkan
perasaan khawatir dan dikucilkan.
4. Kurangnya rasa percaya diri
Pelaku cyberbullying biasanya akan menyerang hal di kehidupan yang membuat korban
rentan. Misalnya, pelaku cyberbullying akan menargetkan korban dengan keterbatasan fisik.
Intimidasi online dapat berdampak pada harga diri.
Korban mungkin akan mulai merasakan keraguan yang intens terhadap diri mereka sendiri.
Akibatnya, mereka akan menghindari berinteraksi dan beraktivitas.
5. Tidak berdaya
Korban cyberbullying sering kali merasa sulit untuk aman. Mereka mungkin merasa rentan
dan tidak berdaya.
Biasanya, perasaan ini muncul karena intimidasi online dapat menyerang mereka melalui
komputer atau ponsel kapan saja sepanjang hari. Mereka tidak lagi memiliki tempat di mana
mereka dapat melarikan diri.

Penyebab Cyberbullying
Sebenarnya penyebab dari tindakan perundungan online ini bisa sangat kompleks. Beberapa
penyebab cyberbullying adalah:

1. Anonimitas dan ketidakpedulian


Orang sering merasa bisa melakukan cyberbullying karena merasa aman di balik layar
komputer atau perangkat mereka. Mereka dapat menyembunyikan identitas mereka, dan
merasa bahwa tindakan mereka tidak akan memiliki konsekuensi dalam kehidupan nyata.
2. Keinginan untuk memuaskan diri sendiri
Beberapa orang melakukan cyberbullying karena mereka mendapatkan kepuasan atau rasa
kuasa, dengan merendahkan atau menyakiti orang lain secara online. Mereka mungkin
merasa bahwa tindakan tersebut memberi mereka perasaan superioritas.
3. Masalah pribadi atau emosi negatif
Sering kali orang yang melakukan cyberbullying memiliki masalah pribadi atau emosi negatif
yang mereka luapkan kepada orang lain. Mereka mungkin merasa frustrasi, cemburu, atau
tidak bahagia, dan menggunakan cyberbullyingsebagai saluran untuk mengeluarkan emosi
tersebut.
4. Pengaruh lingkungan
Beberapa orang mungkin terlibat dalam cyberbullying karena mereka merasa tekanan dari
teman sebaya atau kelompok tertentu. Mereka mungkin khawatir akan kehilangan
persahabatan atau ingin mendapatkan penerimaan dari kelompok mereka.
5. Ketidaktahuan tentang dampaknya
Terkadang pelaku mungkin tidak sepenuhnya menyadari betapa merusaknya tindakan
mereka bagi korban. Mereka mungkin tidak memahami dampak emosional yang serius yang
dapat dialami oleh korban cyberbullying.
B. Contoh Kasus Cyberbullying

1. Gara-gara foto topless-nya disebar orang nggak dikenal, Amanda Todd jadi depresi akut
dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya

Semua berawal dari perkenalan Amanda Todd dengan orang asing di internet saat dia masih
kelas 7. Melalui videocam, si orang asing ini berhasil membujuk Amanda buat menunjukkan
payudaranya. Ternyata orang itu memfoto dan menyimpannya, sampai setahun kemudian
dia kembali dan membujuk Amanda untuk mempertontonkan live sex. Dia mengancam
kalau nggak dituruti, foto payudaranya akan disebar. Herannya, orang freak itu tahu
identitas lengkap Amanda, mulai dari keluarganya, sekolahnya, teman-temannya, dll.
2. Remaja malang ini terpaksa menembak dadanya sendiri karena terus menerus dikirimi
teks kasar oleh perundungnya

Tahun 2016 lalu, remaja 18 tahun asal Texas, Brandy Vela, memutuskan menembak
dadanya sendiri karena nggak tahan di-bully terus-terusan lewat pesan-pesan kasar yang dia
terima di ponselnya. Ayah Brandy mengatakan kalau tukang bully ini memakai aplikasi yang
sulit dilacak.
Sebelum bunuh diri, Brandy sempat memberi tahu keluarganya kalau dia ingin mati. Saat
keluarganya pulang, Brandy masih hidup, tapi pistol sudah ditodongkan ke dadanya.
Kakaknya memohon agar Brandy nggak beneran bunuh diri. Saat kakaknya memanggil orang
tuanya, dia mendengar bunyi senjata dari kamar Brandy. Brandy pun ditemukan sudah
nggak bernyawa.
3. Tyler Clementi memutuskan lompat dari jembatan setelah video mesranya dengan
seorang pria disiarkan live oleh teman sekamarnya sendiri

Tyler Clementi adalah mahasiswa Rutgers University yang tinggal sekamar dengan dua
temannya. Suatu hari, Tyler minta teman sekamarnya itu untuk meninggalkan dia di kamar
karena Tyler lagi ingin sendiri. Karena penasaran dengan apa yang akan dilakukan Tyler, dua
temannya yang bernama Dharun Rayi dan Molli Wei itu memasang kamera tersembunyi dan
menyiarkan langsung video mesra Tyler dengan sesama jenis. Seluruh kampus langsung
tahu kalau Tyler gay. Karena berat menanggung malu, Tyler memutuskan lompat dari
jembatan George Washington.
C. Cara Mengatasi Cyberbullying Agar Anak Tidak Menjadi Korban Atau Pelaku

1. Perlakukan orang sebagaimana anak ingin diperlakukan


Sampaikan kepada anak-anak, aturan ini berlaku di kehidupan nyata maupun di dunia maya.
Dorong mereka untuk senantiasa bertanya pada diri sendiri, mengenai efek yang akan
dirasakan, apabila menerima pesan-pesan negatif dari orang lain. Apabila timbul masalah
dalam lingkungan pertemanan anak, ingatkan mereka untuk menerapkan pentingnya diskusi
sehat. Sampaikan bahwa konfrontasi dengan ujaran negatif di jejaring sosial bukanlah solusi
dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

2. Saring sebelum sharing


Ajarkan anak untuk senantiasa berhati-hati dalam mengirimkan pesan maupun berkomentar
melalui media dan jejaring sosial. Anak-anak harus diingatkan begitu mereka mengklik
tombol “kirim”, akan sulit untuk menarik hal yang telah disampaikannya.
Sampaikan pula untuk berhati-hati dalam mengirimkan candaan kepada penerima pesan.
Sebab, ada kalanya penerima pesan memiliki persepsi yang berbeda dalam memandang
candaan yang dikirimkan. Misalnya, anak Anda mungkin belum memahami bahwa komentar
mengenai fisik seseorang bukanlah lelucon. Terlebih bagi orang lain, komentar itu dapat
menjadi sangat menyakitkan.
Beberapa contoh cyberbullying di media sosial yang perlu diwaspadai, di antaranya:
- Mengirimkan kata-kata kasar terhadap orang lain lewat dunia maya
- Melakukan tindakan prank atau candaan negatif terhadap temannya di media sosial
- Meretas akun media sosial
- Berperilaku kasar atau jahat terhadap seseorang di media sosial atau game online
- Menyebarkan rahasia dan rumor orang lain di dunia maya
- Berpura-pura menjadi seseorang untuk menyebarkan pesan negatif di dunia maya.

3. Hanya kirimkan pesan-pesan yang positif


Dorong anak Anda untuk selalu menyaring isi pesan yang hendak disampaikan. Ingatkan
mereka untuk tidak mengirimkan kata-kata kasar, tidak sopan, sindiran, hingga kebohongan,
seperti hoaks, rumor, dan gosip. Anda disarankan untuk
memperkenalkan cyberbullying beserta dampaknya, serta mengajarkan mereka untuk
merespons aksi perisakan tersebut.
4. Jangan ikuti teman yang melakukan bully
Adanya grup chat mungkin menjadi daya tarik bagi anak dalam mengakses aplikasi jejaring
sosial. Mereka mungkin tidak menjadi pelaku cyberbullying. Namun, bukan mustahil bahwa
perilaku tersebut dapat menular dari teman-temannya yang lain.
Sampaikan kepada anak apabila percakapan bersama teman-temannya sudah mengarah ke
perisakan siber. Bicarakan baik-baik dengan Anda sebagai orangtuanya.

5. Mempelajari bahasa anak muda


Salah satu cara mencegah cyberbullying yang bisa diterapkan oleh orang tua adalah
mempelajari bahasa anak muda. Ketika orang tua sudah memahami bahasa-bahasa anak
muda dalam melakukan tindakan bullying di media sosial, maka perundungan di dunia maya
diharapkan dapat dicegah. Pasalnya, anak remaja dapat menggunakan bahasa gaul untuk
melakukan tindakan cyberbullying. Dalam beberapa kasus, orang tua tidak mengerti arti dari
berbagai bahasa gaul anak muda masa kini.
Dengan begitu, ketika Anda melihat ada komentar-komentar di kolom komentar akun
Instagram atau Facebook anak, Anda bisa tahu apa maksud dan artinya. Jika memang ada
tanda-tanda tindakan cyberbullying, Anda bisa langsung mengambil tindakan.

6. Raih kepercayaan anak


Anak Anda mungkin pernah menjadi korban cyberbullying atau cyber
harrasment (kekerasan di dunia maya), tetapi ia terlalu takut atau malu untuk melapor pada
kedua orang tuanya. Agar anak mau bercerita dengan jujur, cobalah raih kepercayaan
mereka. Pastikan kepada mereka bahwa Anda akan menjaga kerahasiaan informasi tentang
contoh cyberbullying yang diutarakan oleh anak.
Jika anak Anda sudah berani menceritakan pengalamannya menjadi korban atau pernah
menjadi saksi dari kasus cyberbullying, barulah orangtua dapat melakukan tindakan untuk
melawannya.

7. Ajari anak sopan santun


Cara mengatasi cyberbullying selanjutnya adalah mengajari anak sopan santun. Setiap orang
tua tentu tidak mau anaknya menjadi pelaku tindakan ini. Maka dari itu, cobalah minta anak
untuk berperilaku baik dan sopan santun di media sosial. Ajarkan mereka untuk berkata
dengan halus dan lembut ketika ingin memberikan komentar terhadap foto temannya di
Instagram atau Facebook. Selain itu, ajarkan anak untuk tidak mengunggah hal-hal yang
menjelekkan sesuatu atau seseorang. Hal-hal inilah yang nantinya dapat mencegah anak
melakukan tindakan cyberbullying.
8. Aktif di acara sekolah dan lingkungan sekitar
Biasanya, pihak sekolah atau masyarakat setempat suka mengadakan acara untuk
membahas tindakan cyberbullying. Jika memang Anda menemukan acara seperti ini,
datanglah ke sana dan berpartisipasi. Berbincanglah dengan tetangga atau orang tua murid
lainnya agar bisa mendapatkan solusi dari masalah ini. Bekerja sama dengan pihak lain akan
mempermudah upaya orang tua dalam memerangi cyberbullying.

9. Jangan buka pesan dari orang yang tak dikenal


Anak-anak bisa saja mendapatkan pesan dari orang yang tidak dikenal di media sosial. Beri
tahu anak untuk lebih berhati-hati lagi saat mereka menerima pesan dari orang asing. Hal ini
dilakukan guna mencegah online bullying dan mencegah virus yang bisa meretas data
pribadi anak di media sosial. Dengan begitu, data pribadi mereka tidak disalahgunakan oleh
orang asing.

10. Log out semua akun media sosial


Saat anak selesai bermain media sosial di dunia maya, ajarkan anak untuk keluar atau log
out. Hal ini dilakukan agar akun media sosialnya tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang
bertanggung jawab.Perlu diketahui, bullying di media sosial kerap dialami oleh remaja.
Maka dari itu, mintalah mereka untuk lebih berhati-hati lagi dalam mengelola akunnya.
Tidak hanya itu, biasakan anak untuk mengganti kata sandi media sosialnya secara rutin agar
akunnya tetap aman.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Cyberbullying atau perundungan di dunia maya bisa lebih berbahaya karena pelaku dapat
menyembunyikan identitasnya.

SARAN
Kita dapat mengontrol diri khususnya ketika berinteraksi dengan teman atau orang lain dan
lebih bijak dalam menggunakan media sosial seperti instagram dll. Selain itu, kita mampu
menyaring informasi-informasi yang ada di media sosial seperti instagram dll agar terhindar
dari perilaku cyberbullying.

Anda mungkin juga menyukai