Anda di halaman 1dari 9

KARYA ILMIAH

“DAMPAK DARI AKTIVITAS CYBER STALKING DALAM BERMEDIA


SOSIAL”

DOSEN PENGAJAR : Yurika Witazora,M.pd

Disusun oleh :
 Muhammad Rizky (2371020020)

PRODI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua anugerh-Nya, yang
memungkinkan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah mengenai “Dampak dari
aktivitas cyber stalking dalam bermedia sosial dengan sebaik mungkin.

Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran warga negara Indonesia dalam
memahami bahwa cyberstalking dapat menimpa siapa saja, yang berdampak baik
maupun buruk untuk kehidupan seseorang.

Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua individu dan pihak yang telah
memberikan bantuan, fasilitas, masukan, dan dukungan dalam penulisan makalah ini,
sehingga penulis berhasil menyelesaikannya sesuai dengan waktunya..

Kendati penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun karya ilmiah ini,
penulis sadar bahwa kemungkinan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari semua pembaca.

Lampung, 08 Desember 2023

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Di dunia yang semakin digital saat ini, perkembangan teknologi telah
membawa berbagai kemudahan dan manfaat dalam kehidupan kita sehari-hari.
Namun di balik kemajuan tersebut, kita juga harus mewaspadai dampak
negatifnya seperti cyberstalking. Karya ilmiah ini memberikan gambaran
mendalam mengenai cyberstalking, termasuk definisi, risiko, dan upaya
penanggulangannya. Cyberstalking merupakan salah satu bentuk kejahatan dunia
maya yang semakin banyak terjadi di ruang digital.

Menurut Electronic Privacy Information Center (EPIC), cyberstalking dapat


didefinisikan sebagai penggunaan komputer atau teknologi informasi lainnya
untuk terus menerus melecehkan atau mengganggu seseorang.

Penjahat cyberstalking biasanya menggunakan Internet, media sosial,


email, dan aplikasi komunikasi digital lainnya untuk mengintimidasi, menguntit,
atau mengancam target mereka. Perkembangan teknologi informasi memberikan
peluang yang tiada habisnya bagi para pelaku cyberstalking. Pelanggaran privasi
online seperti pencurian identitas, pembagian informasi pribadi tanpa izin, dan
pelecehan online menjadi semakin umum. Pelaku sering menggunakan
anonimitas online untuk menyembunyikan identitas mereka, sehingga
mempersulit penyelidikan dan penuntutan.

Dampak cyberstalking terhadap korban tidak bisa diabaikan.


Korban seringkali menderita tekanan psikologis yang parah, termasuk
kecemasan, depresi, gangguan tidur, dan hilangnya rasa aman. Dalam kasus
ekstrim, korban cyberstalking mungkin mengalami kekerasan fisik atau bunuh
diri. Oleh karena itu, penting untuk memiliki pemahaman menyeluruh tentang
apa itu cyberstalking agar dapat memberikan perlindungan dan penanggulangan
yang efektif.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah, penegak hukum, dan industri


TI harus bekerja sama untuk memerangi cyberstalking. Meningkatkan
kesadaran masyarakat dan mengedukasi masyarakat tentang risiko
cyberstalking dan cara mencegahnya merupakan langkah awal yang penting.
Selain itu, kita memerlukan undang-undang yang lebih ketat dan hukuman
yang lebih keras bagi para penguntit dunia maya.

Kajian akademis ini menganalisis lebih lanjut jenis-jenis cyberstalking,


teknik yang digunakan, dan dampak sosial, psikologis, dan ekonomi yang
diakibatkannya. Selain itu, upaya untuk mengatasi masalah ini, termasuk
perlindungan privasi online, kesadaran digital, dan kebijakan yang efektif,
dibahas secara rinci. Melalui penelitian dan pemahaman mendalam tentang
cyberstalking, kami berharap dapat mengembangkan solusi dan strategi yang
efektif untuk mengatasi tantangan ini.

Menerapkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian yang tepat


akan membantu masyarakat menggunakan teknologi informasi dengan aman dan
nyaman, sehingga mengurangi risiko cyberstalking dan melindungi hak asasi
individu di dunia maya.

1. 2. Identifikasi Masalah

❖ Apa penyebab umum adanya tindakan Cyberstalking ?

❖ Dampak utama apa yang diterima korban?

❖ Mengapa masih banyak yang meremehkan tindakan Cyberstalking?

❖ Hukuman apa yang setimpal untuk pelaku Cyberstalking?

❖ Bagaimana cara mencegah Cyberstalking?


1. 3. Pembahasan penyebab umum adanya tindakan Cyberstalking
Cyberstalking adalah aktivitas yang dilakukan di Internet atau media
digital dengan tujuan mengganggu, melecehkan, atau mengancam
seseorang.

Berikut adalah beberapa penyebab umum cyberstalking:

1. Konflik pribadi: Salah satu penyebab utama cyberstalking adalah


konflik pribadi antar individu atau kelompok.
Misalnya, konflik antar mantan kekasih atau konflik antara orang yang
berbeda pendapat dan pandangan politik.

2. Keterlibatan Emosional: Jika seseorang merasa cemburu, kecewa, atau


kesal terhadap orang lain, itu mungkin menjadi alasan untuk melakukan
cyberstalking.
Misalnya, seseorang yang terikat pada seseorang dan ingin menguasai atau
menyakiti korbannya.

3. Keinginan untuk merusak reputasi: Beberapa cyberstalker mempunyai


motivasi reputasi korbannya. Misalnya menyebarkan informasi pribadi
atau mengedit gambar atau video agar korban terlihat buruk di mata
publik.

4. Gangguan Mental: Beberapa cyberstalker mungkin mempunyai


masalah psikologis yang menyebabkan mereka melakukan tindakan
tersebut. Mereka mungkin menderita gangguan kepribadian, perilaku
obsesif-kompulsif, atau masalah pengaturan emosi lainnya.

5. Anonimitas Online: Anonimitas Internet menyediakan platform bagi


pelaku cyberstalking untuk bersembunyi dan bersembunyi. Hal ini
memberikan ketenangan pikiran bagi pelaku dan melindungi mereka
dari tanggung jawab hukum.
 Berikut contoh kejadian cyberstalking di Indonesia pada tahun 2023:

 Contoh yang pertama datang dari seorang wanita bernama afriliani.


wanita yang semula hanya orang biasa ini mendadak ramai
dibicarakan sebab dirinya didapatkan menabrak 9 orang pejalan kaki.
Hal tersebut tentunya menjadi pelanggaran yang harus dipertanggung
jawabkan.

Akan tetapi hal yang cukup menyita perhatian ialah reaksi netizen atau
pengguna media sosial Indonesia. Kapasitas netizen Indonesia yang memang
dikenal reaktif terhadap semua persoalan menjadi salah satu kunci utama
kasus cyberstalking terhadap afriliani dimulai.

Bermula dari adanya kejadian afriliani yang menabrak 9 pejalan kaki


tersebut maka semua netizen di media social berkomentar. Akan tetapi
komentar yang ditujukan juga sangat rasis dan cenderung lebih dekat kepada
bullyan serta hinaan.

Sehingga secara psikologis afriliani dan keluarga menerima dampak


tersebut dengan sangat berat. Bahkan dikabarkan bahwa afriliani beserta semua
keluarganya sangat terpukul dan enggan keluar rumah dan menutup diri dari
kehidupan sosial seperti semula. Hal ini cukup wajar terjadi sebab beberapa
komentar ancaman dari netizen ini sangat keras dan membuat ketakutan.
Beberapa komentar bahkan memiliki nada yang cukup sensitif seperti hendak
akan membunuh afriliani.

 Contoh cyberstalking kedua, datang dari Mahasiswi berinisial VO yang


Terpaksa tutup akun media sosial karena dikeroyok Netizen, Imbas
dari kasus Dosen UIN Raden Intan Lampung. Kasus oknum dosen inisial
SYH dan mahasiswi VO Raden Intan Lampung viral usai digerebek sekamar
oleh warga dan aparat keamanan.
Kini mahasiswi berinisial VO tersebut menjadi perbincangan banyak
kalangan lantaran diduga berpacaran dengan dosennya sendiri. Oknum
dosen SYH itu disebut kerap memasukkan mahasiswinya itu ke dalam
rumahnya. Baru-baru ini, sosok VO dikabarkan sudah menutup seluruh
akun media sosial miliknya, Imbas dari Netizen yang melakukan
cyberstalking di akun VO.

1.4 Rumusan Masalah

1. Kenapa Masyarakat Indonesia masih sering meremehkan tindakan


cyberstalking?
karena Masyarakat Masih kurang pemahaman yang mendalam tentang dampak dan
konsekuensi yang dihasilkan oleh tindakan ini.
Berikut ini adalah beberapa contoh faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap cyberstalking:

1. Kurangnya Kesadaran Akan Dampak: Sebagian besar masyarakat Indonesia masih


kurang menyadari akan tingkat keparahan dan dampak sosial, psikologis, dan emosional
yang ditimbulkan oleh tindakan cyberstalking. Mereka mungkin memandangnya sebagai
hal yang sepele atau hanya sebagai bercandaan semata.

2. Kurangnya Pengetahuan Teknologi Informasi: Banyak masyarakat Indonesia yang


belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang penggunaan internet dan media sosial.
Mereka mungkin tidak memahami betapa mudahnya seseorang untuk mengumpulkan
informasi pribadi dan mengintai kehidupan seseorang melalui platform online.

3. Persepsi Privasi yang Tidak Penting: Beberapa masyarakat Indonesia mungkin


menganggap privasi sebagai hal yang tidak penting. Mereka terbiasa membagikan
informasi pribadi mereka secara terbuka di media sosial dan mengabaikan risiko yang
mungkin timbul. Karena Mereka sudah terbiasa menganggap ini sebagai hal lumlrah.
4. Budaya Victim Blaming: Budaya victim blaming atau menyalahkan korban juga dapat
berperan dalam meremehkan tindakan cyberstalking. Kadang-kadang, masyarakat
cenderung menyalahkan korban dan menganggap mereka sendiri yang bertanggung
jawab atas tindakan yang menimpa mereka. Hal ini dapat mengurangi seriusnya persepsi
terhadap tindakan cyberstalking.

5. Hukum yang Belum Optimal: Meskipun sudah ada UUD terkait cyberstalking di
Indonesia, penegakan hukum dan kesadaran masyarakatnya masih belum optimal.
Masyarakat mungkin menganggap tindakan cyberstalking tidak serius karena jarang
terdengar penindakan yang signifikan terhadap pelaku. Ini juga dapat menyebabkan
masyarakat meremehkan tindakan tersebut.

Untuk mengatasi remehnya persepsi masyarakat terhadap tindakan cyberstalking,


diperlukan upaya pemerintah maupun pihak pendidik untuk meningkatkan kesadaran
Masyarakat melalui kampanye edukasi tentang risiko dan dampak yang dihasilkan dari
Cyberstalking. Pendidikan tentang penggunaan teknologi informasi dan perlindungan
privasi juga harus diperkuat. Selain itu, penegakan hukum yang lebih baik serta
peningkatan pemahaman masyarakat tentang hak dan perlindungan korban juga perlu
ditingkatkan. Karena ada beberapa korban dari Cyberstalking yang tidak berani untuk
melaporkan atau justru mereka kecewa Karena laporan mereka tidak diterima dengan
baik oleh beberapa instansi dan akhirnya membuat mereka tetap diam tanpa adanya
Tindakan lebih lanjut.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembahasan diatas, maka Yang menjadi tujuan penulisan karya ilmiah
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa itu tindakan Cyberstalking.
2. Mengetahui dampak Dari Cyberstalking.
3. Serta memahami pencegahan tindakan Cyberstalking.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Meningkatkan kesadaran mengenai Cyberstalking, serta membantu Masyarakat
sadar akan fenomena ini

2. Saya berharap karya ilmiah ini dapat membantu semua golongan Masyarakat
untuk bisa bersikap lebih cermat dalam menggunakan media sosial

3. Sebagai sumber informasi dan motivasi penegak hukum untuk lebih


mengembangkan penyelidikan bagi kasus-kasus Cyberstalking maupun kejahatan
cyber lainnya

1.7 Sistematika penulisan


Berikut ini beberapa pembahasan dari Bab 1 Pendahuluan :
- Pendahuluan
- Latar Belakang Masalah
- Rumusan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian

Anda mungkin juga menyukai