Anda di halaman 1dari 20

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

WAJAH BARU
CYBERBULLYING DI INDONESIA: BAGAIMANA
KITA DAPAT MEMBERIKAN KEADILAN KEPADA
KORBAN?
Prasasti Dyah NugraheniFakultas
Hukum Universitas Negeri Semarang

Email: prasastidyahnugraheni@gmail.com

Faktanya, beberapa kasus penindasan dunia maya akhir-akhir ini meningkat akibat
penetrasi internet di Indonesia. Biasanya, cyberbullying terjadi pada selebriti dan
orang biasa. Biasanya, beberapa kasus terjadi dengan bunuh diri. Oleh karena itu,
berdasarkan fenomena tersebut, penting untuk mencegah bentuk-bentuk
cyberbullying di media sosial, baik bagi korban maupun pelaku. Oleh karena itu,
dengan menggunakan studi kasus dan observasi, penelitian ini mengkaji beberapa
layanan media sosial, seperti Facebook, Path, Twitter, dan Instagram. Dengan
demikian, menurut Willory bentuk cyberbullying di Indonesia adalah pelecehan,
pencemaran nama baik, plagiarisme identitas, penipuan, dan cyberstalking. Kejahatan
di dunia maya di Indonesia, bagaimanapun, memiliki tiga objek lain selain individu,
yaitu penindasan dunia maya terhadap wilayah, agama, dan institusi tertentu.

Kata kunci: Perundungan siber; Korban; pelaku; Undang-Undang


Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)

I. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi di era modern seperti sekarang ini sangat pesat, masyarakat
dengan mudah mengakses berbagai hal di media sosial dan juga dapat digunakan
untuk berinteraksi dengan orang lain di seluruh dunia. Hasil dari,

Jurnal Indonesia dari Pendidikan Hukum Klinis Internasional


DOI: 10.15294/ijicle.v3i1.43153
Dikirim: 12 Desember 2020 Diperbaiki: 25 Jan 2021 Diterima: 29 Feb 2021
Tersedia online di https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/iccle
© 2021 Penulis. Karya ini dilisensikan di bawah Creative Commons Attribution—
ShareAlike 4.0 International License (CC BY-SA 4.0). Semua tulisan yang diterbitkan
dalam jurnal ini adalah pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan
jurnal ini dan lembaga afiliasi penulis.
Prasasti Dyah Nugraheni

orang di zaman seperti media sosial saat ini dalam kehidupan sehari-hari dapat
melakukan bisnis dan memperoleh informasi. Pengguna media sosial dari data Tetra
Pax Index tahun 2017 mencatat ada sekitar 132 juta pengguna internet di Indonesia,
sementara hampir setengahnya adalah peminat media sosial, sekitar 40%.1
Cyberbullying adalah suatu bentuk perilaku opresif terhadap orang lain dengan
karakteristik dan akibat yang sama.2 Cyberbullying adalah tindakan melukai dan
The Indonesian Journal of International Clinical Legal Education, 3(1), 57-76 (Maret 2021)

menyakiti orang lain atau melakukan kejahatan di internet dan teknologi lainnya.3
Cyberbullying terjadi ketika seseorang menyakiti, melecehkan, menghina, dan
mengejek orang lain menggunakan media sosial di internet melalui ponsel atau
perangkat elektronik lainnya.4 Contohnya termasuk mengunggah gambar tidak
senonoh di media sosial, mengirim pesan teks yang tidak penting berulang kali, dan
menggunakan akun palsu untuk melecehkan orang lain.
Saat ini, banyak orang yang merekam fenomena cyberbullying
karena maraknya kasus yang diangkat oleh media. Apalagi, berkali-kali dia
meminta maaf dan sentimen ke polisi, tidak membuat ZG lari dari
penistaan di akun media sosialnya. Itu dimulai sekolah dasar pada April
2016. Sekolah dasar itu meneriaki polisi wanita dan mengaku sebagai
anak jenderal ketika dia mendapat tiket. Sebaliknya, hal yang sama
berlaku untuk selebriti atau kru Instagram, yang setiap bulan berada di
media sosial pada pertengahan 2016 karena posting yang diangkat untuk
anak berusia 19 tahun, seperti mengenakan pakaian, merokok, minum-
minum, romantisme dengan kekasih, dan pilihan kata kasar. Dalam hal
ini, media massa berupa media cetak dan elektronik sebagai sarana
komunikasi dan informasi, baik di tingkat lokal maupun nasional.5

Akibatnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah


penindasan berarti sesuatu yang mengganggu, mengganggu, dan
menimbulkan masalah. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan istilah
penindasan sebagai padanan istilah bullying. Berdasarkan isi KBBI, kata cyber
digunakan sebagai pengganti istilah dunia maya. Indonesia sebagai negara
yang menganut hukum demokrasi memandang bahwa hukum adalah yang
terpenting, karena hukum merupakan perwujudan aspirasi seluruh rakyat
dan hukum dibuat oleh pemerintah untuk memperoleh kekuasaan utama.

1
Nandri Kanisius Manihuruk, “Sekolah Cepat Edukasi Hukum Media Sosial (SEPAT
KASIH MEDSOS), Edukasi Pencegahan, Pengawasan, dan Penindakan Kejahatan
Ujaran Kebencian Melalui Sosial Media.” Tinjauan Hukum Lex Scientia, Jil. 2, No. 1,
2018, hlm. 93-104.
2
Narpaduhita, PD, & Suminar, DR “Perbedaan Perilaku Cyberbullying Ditinjau dari
Persepsi Terhadap Iklim Sekolah di SMK Negeri 8 Surabaya.” Jurnal Psikologi dan
Kesehatan Mental, Jil. 3, No. 3, 2014, hlm. 1-6
3
Willard, N Penindasan Siber dan Ancaman Siber. Washington: Departemen
Pendidikan AS, 2015.
4
Patchin, JW, & Hinduja, S. Pencegahan dan Respons Cyberbullying. New York:
Routledge, 2015.
5
Kurniawan Akbar, “Pengaruh Media Massa terhadap Proses Peradilan Pidana dalam
Kasus Pencurian Kakao oleh Minah.” Jurnal Hukum Unnes: Jurnal Hukum
Universitas Negeri Semarang, Jil. 1, No. 1, 2012, hlm. 46-54.

58
Prasasti Dyah Nugraheni

(kewenangan atributif) yang digunakan untuk melakukan suatu perbuatan hukum


(sesuai dengan asas-asas hukum tata usaha negara).6 Hal lain juga dijelaskan dalam
penjelasan umum dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Elektronik,
Informasi, dan Transaksi, kata siber digunakan untuk menjelaskan dunia maya yang
artinya bukan dunia nyata.7
Pengertian dari istilah penindasan adalah sebagai suatu tindakan menyakiti
dan melecehkan orang lain dengan sengaja dan dilakukan secara berulang-ulang
melalui komputer, telepon seluler, dan alat elektronik lainnya,8 tindakan
cyberbullying ini dapat berupa ancaman atau pelecehan dari pelaku melalui SMS,
email atau email, dan pada website atau media sosial.9 Tidak hanya itu,
menyebarkan rumor tentang seseorang, mengintai, atau mengancam orang lain
melalui komunikasi elektronik tergolong cyberbullying. Pada dasarnya,

Wajah Baru Cyberbullying di Indonesia


cyberbullying lebih mengerikan daripada kejahatan yang ada di dunia ini karena
kejahatan di dunia nyata.
Terjadinya kejahatan cyberbullying di Indonesia sangat tinggi, terutama
yang terjadi pada tahun 2011 hingga 2012.10 Hasil penelitian ini telah melibatkan
sebanyak 400 anak dan remaja usia 10 sampai 19 tahun di 11 provinsi di
Indonesia. Hasil penelitian, 13% dari mereka mengalami tindakan cyberbullying
yang dapat berupa hinaan, ancaman, dan penindasan di media sosial. Tidak hanya
itu, hasil penelitian juga membuktikan bahwa 9% dari mereka mengirim pesan
singkat, baik berupa hinaan maupun ancaman melalui media sosial dan 14% di
antaranya mengirim pesan melalui pesan teks. Selain itu, menurut hasil studi yang
dilakukan oleh IPSOS yang bekerjasama dengan Reuters pada tahun 2011, 74%
dari mereka menggunakan media sosial untuk menjadi tempat terjadinya
kejahatan cyberbullying.11
Meskipun demikian, dalam studi kasus yang dilakukan di Padang
membuktikan bahwa terdapat 78% siswa SD yang mengaku pernah
melihat kejahatan cyberbullying, 21% siswa SD menjadi cyberbullying,
dan 49% siswa SD menjadi korban cyberbullying.

6
Desy Wulandari, “Ex Ante Review dalam Mewujudkan Konstitusionalitas Peraturan
Perundang–Undangan di Indonesia.” Tinjauan Hukum Negara Indonesia, Jil. 1, No.
1, 2018, hlm. 37-52.
7
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE)
8
Amanda Burgess-Proctor, Sameer Hinduja, dan Justin W. Patchin. “Ringkasan
Penelitian Cyberbullying: Korban Gadis Remaja”. Dalam V. Garcia & J. Clifford (Eds.),
Korban Kejahatan Perempuan: Realitas Ditinjau Kembali. Upper Saddle River, NJ:
Prentice Hall, 2009.
9
Sameer Hinduja, dan Justin W. Patchin. Penindasan, Penindasan Maya, dan Bunuh Diri.
Arsip Penelitian Bunuh Diri, Jil. 14, 2010, hlm. 206-221. Akademi Internasional untuk
Penelitian Bunuh Diri: Routledge Taylor dan Francis Group.
10
Kominfo. Keamanan Kewarganegaraan Digital di Kalangan Anak dan Remaja di
Indonesia, 2012.
11
IPSOS. Cyberbullying: Warga Negara di 24 Negara Mengkaji Bullying melalui
Teknologi Informasi untuk Perspektif Global Total. Penasihat Global, 2011

59
Prasasti Dyah Nugraheni

perundungan siber.12 Meski begitu, hasil penelitian lain juga membuktikan


bahwa 80% siswa sekolah dasar (total 102 siswa) dalam studinya sering
mengalami kejahatan cyberbullying yang merupakan peristiwa kehidupan
yang buruk. Biasanya ada beberapa faktor yang mendorong seseorang untuk
melakukan perilaku cyberbullying, yaitu faktor keluarga, faktor diri, dan faktor
lingkungan.13
The Indonesian Journal of International Clinical Legal Education, 3(1), 57-76 (Maret 2021)

Biasanya, seorang remaja yang memiliki sikap kasar, merendahkan,


dan juga kasar, berasal dari keluarga yang tidak harmonis dan kurang
memberikan ruang komunikasi bagi seorang remaja. Akibatnya, seorang
remaja seringkali membentuk identitas dan kepribadiannya ketika mulai
mengenali ciri-ciri dirinya sebagai bagian dari lingkungan.14
Dengan demikian, adanya kualitas komunikasi yang buruk
antara orang tua dan remaja dapat mempengaruhi perilaku remaja.15
Proses perkembangan emosi anak dari masa kanak-kanak hingga remaja
ditentukan oleh faktor keluarga.16 Remaja yang gagal membentuk kepribadian
yang baik, berarti gagal menyesuaikan diri.17
Kenyataan di dunia maya merupakan kenyataan yang berbeda dengan
kenyataan di dunia nyata, padahal pesan dari komunikasi hampir sama yaitu
pesan yang dikirimkan kepada penerima pesan. Pesan memiliki makna yang
beragam tergantung pada situasi dan kondisi. Komunikasi yang dilakukan
melalui komputer adalah suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan
menggunakan komputer yang melibatkan banyak orang untuk tujuan
tertentu.18
Meskipun demikian, kejahatan cyberbullying telah menjadi kejahatan yang
serius bagi masyarakat umum sehingga pemerintah kesulitan mengatasi teknik-
teknik kejahatan cyberbullying yang dilakukan dengan menggunakan teknologi
komputer khususnya jaringan internet. Teks dan gambar hanyalah alat
komunikasi. Aplikasi yang ada digunakan untuk menyampaikan pesan, termasuk
pesan yang dapat melecehkan dan merendahkan orang lain. NS

12
Afriyeni N. Sartana, “Perilaku Perundungan Maya (Cyberbullying) pada Remaja
Awal.” Jurnal Psikologi Insight Universitas Pendidikan Indonesia, Jil. 1, No. 1, 2017,
hlm. 25-41.
13
Pandie, MM, & Weismann, I, Th. J. “Pengaruh Cyberbullying di Media Sosial
Terhadap Perilaku Reaktif Sebagai Pelaku Maupun Sebagai Korban Cyberbullying
pada Siswa Kristen SMP Nasional Makassar.”Jurnal Jaffray, Jil. 14, No. 1, 2016, hlm.
43-62.
14 Steinberg, L., Morris, A., S. "Perkembangan Remaja." Tinjauan Tahunan dari
Psikologi, Jil. 52, 2001, hlm. 83-110
15
Gunawan, H. “Jenis Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Perokok Aktif di Desa
Jembayan Kecaatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara.” eJournal Ilmu
Komunikasi, Jil. 1, No. 3, 2013, hlm. 1-5.
16
Israel, D. "Tinggal di Sekolah: Pendidikan Seni dan Tingkat Kelulusan Sekolah
Menengah Kota New York." Jurnal New York, NY, Jil. 1, 2009, hlm. 22-33.
17 Aviyah, E., & Farid, M. “Religiulitas, Kontrol Diri, dan Kenakalan Remaja
Persona.” Jurnal Psikologi Indonesia, Jil. 3, No. 2, 2014, hlm. 126–129.
18
Rulli Nasrullah, “Cyber Bullying di Status Facebook dari Kantor Pusat Humas
Mabes Polri.” Jurnal Sosioteknologi ITB Jil. 14, No. 1, 2015, hlm. 1 – 11.

60
Prasasti Dyah Nugraheni

Kejahatan cyberbullying dapat berupa hinaan, cemoohan, pelecehan, dan


ancaman yang dilakukan melalui media sosial. Dalam banyak kasus, media
teks benar-benar sangat tidak sopan dan melecehkan orang lain.
Banyak penelitian yang dilakukan tentang kejahatan cyberbullying di Indonesia.
Misalnya penelitian tentang kekerasan di kalangan siswa sekolah dasar.19
Kejahatan cyberbullying dapat dilakukan terhadap anak-anak dan juga orang dewasa
yang ditinjau.20 Kejahatan cyberbullying tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di
negara lain.21 Meskipun demikian, penelitian tentang bentuk-bentuk cyberbullying dan
penanganannya banyak dipelajari. Namun, penelitian tentang kejahatan cyberbullying
dan pencegahannya dapat ditemukan secara luas. Adanya peristiwa pelecehan,
perkembangan dunia teknologi dan gadget dapat melahirkan media sosial baru.
Meskipun media sosial telah berkembang, namun dapat memberikan dampak negatif,

Wajah Baru Cyberbullying di Indonesia


salah satunya adalah kekerasan dunia maya. Faktor ini membuat kejahatan
cyberbullying relatif aman dan mudah dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab.
Namun demikian, beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas tidak hanya
untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kejahatan cyberbullying di media sosial tetapi
juga untuk mencegah agar para korban dan pelaku tersebut tidak dicegah. Penelitian
ini juga dapat memberikan informasi tentang peristiwa kejahatan cyberbullying yang
terjadi di Indonesia. Acara ini tentunya berbeda dengan acara lainnya, dimana
penelitian ini menggunakan pendekatan psikologis dan edukatif.22
Kejahatan cyberbullying dapat digambarkan sebagai efek kokpit. Efek
kokpit merupakan gambaran kurangnya komunikasi antara pilot pesawat tempur
dengan target pada peristiwa Perang Dunia II. Pilot pesawat tempur membunuh
ratusan orang, menghancurkan desa, dan menjatuhkan bom. Pilot di kokpit tidak
mengetahui penderitaan korban, sehingga pilot bisa membunuh mereka tanpa
mempengaruhi kondisi psikologisnya. Sangat mirip dengan kejahatan
cyberbullying, pelaku melakukan berbagai hinaan dan pelecehan tanpa
berkomunikasi langsung dengan korban sehingga tidak merasakan apa-apa.23

Selain itu, dijelaskan bahwa dunia maya hanyalah dunia imajinatif di


mana orang dapat melakukan cyber bullying tanpa mempengaruhi mereka

19
Ibid.
20
Triantoro Safaria, “Apakah Pengalaman Spiritual Harian, Harga Diri dan Prediktor
Harmony Keluarga Penindasan Cyberbaring Diantara Siswa SMA?.” Jurnal
Internasional Studi Penelitian di Psikologi, Jil. 4, No. 3, 2015, hlm. 23 – 34. Haryati,
21
“Cyberbullying Side Lain Dampak Negatif dari Internet.”Mediakom Jil. 11, 2014, hlm.
46 – 63.
22 Sudijono Sastroatmodjo, dan Dani Muhtada, “Internasionalisasi Hukum”
Pendidikan di Indonesia: Wawasan dari Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang.” Konferensi Internasional tentang Pendidikan Hukum Klinis, Jil. 1, No. 1,
2017, hlm. 275-284.
23
Heirman Wannes, dan Walrave, Michele. Menilai Kepedulian dan Isu tentang
Mediasi Teknologi dalam Cyberbullying.Jurnal Penelitian Psikososial di Dunia
Maya, Jil. 2, Nomor 2, 2008.

61
Prasasti Dyah Nugraheni

psikologi.24 Ini adalah salah satu alasan mengapa pelaku melakukan kejahatan dan
menyebut perilakunya sebagai tindakan tidak nyata yang tidak akan menyakiti siapa
pun. Pelaku juga menyebutkan bahwa kejahatan cyberbullying dapat dilakukan tanpa
empati terhadap korban. Selain itu, dunia maya memberikan celah yang sangat mudah
bagi pelaku untuk menghina dan melecehkan korban.25
Studi lain tentang kejahatan cyberbullying membuktikan bahwa 32%
The Indonesian Journal of International Clinical Legal Education, 3(1), 57-76 (Maret 2021)

siswa sekolah dasar memiliki teman di situs jejaring sosial. Studi lain juga
membuktikan bahwa 37% siswa sekolah dasar menganggap cyberbullying
memiliki efek yang besar pada korban. Biasanya, efek yang terjadi pada jiwa
dan psikologis remaja merusak, seperti rasa takut, frustasi, dan stres. Dampak
yang paling ditakuti dari kejahatan cyberbullying adalah terjadinya korban
yang melakukan bunuh diri.26 Kontrol diri yang rendah pada remaja dapat
menjadikan remaja tersebut sebagai pelaku cyberbullying. Kontrol diri juga
memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kejahatan
cyberbullying.27

II. PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DAN


KEJAHATAN CYBERBULLYING DI
INDONESIA
Kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan media teknologi dan media
sosial hampir terjadi di seluruh dunia.28 Akibatnya, internet mengalami
perkembangan yang sangat besar dan sangat pesat. Namun demikian, hanya ada
1 juta situs internet di seluruh dunia pada tahun 1995. Padahal, pada tahun 2010
terdapat 1,97 miliar situs internet di seluruh dunia. Ada 2,2 miliar pengguna situs
internet di seluruh dunia pada tahun 2014. Di Indonesia, pengguna internet
mencapai 65 juta orang pada tahun 2012 dan 70 juta orang pada tahun 2013.29
Sebaliknya, terjadi peningkatan pengguna internet di Indonesia yang bisa
mencapai 88,1 juta pada akhir tahun 2014 menurut Asosiasi

24
Raul Novarro, Santiago Yubero, dan Elisa Larranaga (eds). (2008). Cyberbullying di
Seluruh Dunia: Gender, Keluarga dan Kesehatan Mental. Peloncat)
25 Sameer Hinduja, dan Justin W. Patchin. Penindasan di Luar Halaman Sekolah:
Mencegah dan Menanggapi Cyberbullying. Seribu Oak. CA: Sage
Publications Corwin Press, 2019.
26 Flourensia Sapty Rahayu, “Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif pada
Penggunaan Teknologi Informasi.” Jurnal Sistem Informasi, Jil. 8, No. 1, April 2012,
hlm. 22 – 29.
27 Vazsonyi, AT & Huang, L. “Dari Mana Kontrol Diri Berasal: di
Pengembangan Pengendalian Diri dan Hubungannya dengan Penyimpangan Seiring
Waktu.Psikologi Perkembangan, Jil. 46, No.1, 2010, hlm.245-257.
28 Fisher, E. “Dari Cyber Bullying ke Cyber Coping: Penyalahgunaan Seluler
Teknologi dan Media Sosial dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Masyarakat.” Riset
Bisnis dan Ekonomi, Jil. 3, No. 2, 2013, hlm. 127-145. Kominfo, 2013,Op.Cit.
29

62
Prasasti Dyah Nugraheni

Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Mayoritas media sosial yang


digunakan oleh penduduk Indonesia adalah Facebook dan Instagram. Indonesia
menempati urutan keempat sebagai pengguna Facebook terbesar di dunia.
Apalagi Indonesia juga menempati urutan kelima pengguna Instagram terbesar di
dunia.30
Biasanya, manusia telah menyadari bahwa keberadaan mereka
mengakui jika mereka bukan media sosial. Munculnya media sosial yang
awalnya berfungsi untuk menghubungkan berbagai orang di seluruh dunia
kemudian berkembang menjadi komoditas yang tidak hanya soal
membangun jaringan dan relasi tetapi juga berkembang ke arah pemasaran
dan kepentingan tertentu.31 Dengan demikian, keberadaan jejaring sosial
memberikan kemudahan bagi pengguna untuk berbagi ide, informasi, dan

Wajah Baru Cyberbullying di Indonesia


minat. Kemudahan penyebaran informasi dan interaksi merupakan beberapa
contoh dampak positif dari munculnya internet.32 Biasanya, manusia
menyadari keberadaan orang lain melalui media sosial. Media sosial muncul
karena adanya keinginan untuk saling berkomunikasi dan keinginan untuk
memenuhi kebutuhan. Media sosial juga dapat digunakan untuk bertukar ide,
informasi dan ide. Internet muncul dengan alasan kebutuhan tersebut.
Apalagi di sisi lain, internet memberikan dampak negatif, seperti adanya
kejahatan cyberbullying, kecanduan internet, dan berkurangnya komunikasi
langsung. Kejahatan cyberbullying terjadi dengan alasan meningkatnya
pengguna internet di masyarakat.
Apalagi dampak serius yang bisa ditimbulkan dari kejahatan
cyberbullying, misalnya terjadinya bunuh diri yang terjadi pada korban
kejahatan cyberbullying.33 Di seluruh dunia, kejahatan cyberbullying
menyebabkan remaja menjadi korban bunuh diri. Misalnya di Amerika Serikat
yang pada tahun 2007 terjadi bunuh diri yang dilakukan oleh remaja usia
10-19 tahun menurut US Centers for Disease Control and Prevention.
Sebaliknya, di Indonesia, penelitian tentang kejahatan cyberbullying dilakukan
oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (APJII). Hasil dari
penelitian ini adalah bahwa kejahatan cyberbullying di Indonesia hanyalah
sebuah penghinaan dan pelecehan di media sosial.34
Mengajarkan anak tentang cara bersosialisasi yang baik dan melakukan
perilaku sosial yang positif sehingga dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya adalah

30
APJI, 2015, Op.Cit.
31
Modecki, KL, Minchin, J., Harbaugh, AG, Guerra, NG, Runions, KC “Prevalensi
Penindasan di Seluruh Konteks: Pengukuran Meta-analisis.” Jurnal Kesehatan
Remaja, Jil. 55, No. 5, 2014, hlm. 602 – 611.
32
Wang, J., Lannoti, RJ, & Nansel, TR "Penindasan Sekolah di Antara Remaja di
Amerika Serikat: Fisik, Verbal, Relasional, dan Cyber." Jurnal Kesehatan Remaja,
Jil. 45, 2009, hlm. 368 – 375.
33
Sameer Hinduja, dan Justin W. Patchin, 2009, Op.Cit.
34
APJI, 2015, Op.Cit.

63
Prasasti Dyah Nugraheni

tugas utama orang tua. Akibatnya, fungsi sosialisasi dan fungsi


pendidikan dijalankan oleh keluarga.35
Sebenarnya, peristiwa kejahatan cyberbullying tidak hanya terjadi di
Indonesia, tetapi juga terjadi di luar negeri. Setiap orang memiliki kebebasan
untuk menggunakan media sosial baik pejabat, pilot, guru, maupun siswa.
Biasanya, kejahatan cyberbullying mulai terjadi ketika seseorang
The Indonesian Journal of International Clinical Legal Education, 3(1), 57-76 (Maret 2021)

mengunggah sesuatu di media sosial. Misalnya, ketika ada siswa SD yang


berfoto dengan menggunakan pakaian yang tidak pantas, mereka langsung
menimbulkan berbagai reaksi negatif.36
Sebaliknya, siswa SD itu membantah tidak melakukan hal yang
melanggar norma. Meski begitu, ia membantah, hal itu tidak bisa dipercaya oleh
pengguna akun media sosial lainnya. Orang-orang di sekitarnya juga
menyukainya. Selain itu, mereka cenderung memberikan komentar negatif
kepada siswa tersebut. Alhasil, mahasiswa ini akhirnya meminta maaf dan
menghapus unggahan tersebut.37
Seorang mahasiswa asal Medan, pada tahun 2016 juga melakukan tindak
pidana cyberbullying. Dia dan teman-temannya membuat konvoi dan dihentikan oleh
polisi. Apalagi mahasiswa tersebut tidak terima dan membentak polisi. Dengan
demikian, diketahui bahwa anak tersebut adalah anak seorang pejabat polisi. Salah
satu pengguna internet merekam ini dan akhirnya menjadi viral. Ia dianggap sombong
oleh para pengguna internet. Meme itu akhirnya muncul di Instagram.38
Sang ayah merasa tertekan dan tidak terima perlakuan pengguna internet
terhadap anaknya.39

AKU AKU AKU. BENTUK KEJAHATAN CYBERBULYING


DI MEDIA SOSIAL
Kejahatan cyberbullying merupakan peristiwa baru yang muncul ketika
internet berkembang di dunia khususnya di Indonesia. Sebenarnya ada

35
Puspitawati, H. “Pengaruh Faktor Keluarga, Lingkungan Teman, dan Sekolah
Terhadap Kenakalan Pelajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kota
Bogor”. Disertasi, Institut Pertanian Bogor, 2016.
36 Suniti Bhat C, “Cyber Bullying: Tinjauan dan Strategi untuk Konselor Sekolah,

Petugas Pembina, dan Seluruh Personil Sekolah.” Jurnal Bimbingan & Konseling
Australia, Jil. 18, 2008, hlm. 53-66.
37
David-Ferdon, C., & Hertz, MF “Kekerasan Pemuda dan Media Elektronik: Perilaku
Serupa, Tempat Berbeda?.” Jurnal Kesehatan Remaja, Jil. 41, No. 6, 2007, hlm. 1-68.

38 Pyle L. “Komunikasi Remaja dan Internet: Apa yang Normal dan Apa yang A
Masalah?" Jurnal Keperawatan Alternatif, Juli 2008, Edisi 17.
39
Olweus, D. "Anotasi: Bullying di Sekolah: Fakta Dasar dan Efek dari Program Intervensi
Berbasis Sekolah." Jurnal Psikologi Anak dan Psikiatri, Jil. 35, No. 7, 1994, hlm. 1171-1190;
Nancy Willard,Cyberbullying dan Cyberthreats: Menanggapi Tantangan Kekejaman,
Ancaman, dan Kesulitan Sosial Online. Eugene: Pusat Penggunaan Internet yang Aman
dan Bertanggung Jawab, 2006.

64
Prasasti Dyah Nugraheni

berbagai bentuk kejahatan cyberbullying yang terjadi di Indonesia. Dengan demikian,


kejahatan cyberbullying dapat dibagi menjadi empat bentuk. Pertama, pertengkaran yang
dilakukan secara online. Biasanya, menggunakan kalimat yang mengandung kemarahan
dan kebencian. Hal ini sangat sering terjadi di media sosial. Akibatnya, pertengkaran yang
dilakukan secara online adalah hal biasa. Contohnya adalah seorang artis bernama AK dan
seorang pengguna internet bernama PU yang dikabarkan telah menikah. Keduanya, baik AK
maupun PU, tidak mengklarifikasi kabar tersebut. Akibatnya, terjadi perselisihan online
antara pengguna internet yang membela dengan pengguna internet yang membenci PU.40
Apalagi ada juga artis AS, TM, dan RA yang diduga mucikari
menurut salah satu website di internet. Hal ini diduga saat TM memblokir
akun media sosial AS yang saat itu terlibat kasus prostitusi online. AS pun
menanggapi hal tersebut dengan mengatakan bahwa TM juga terlibat

Wajah Baru Cyberbullying di Indonesia


dalam kasus prostitusi online. Selain itu, RA juga menyatakan mendukung
pernyataan dari AS. Sehingga hal tersebut dapat memicu pertengkaran
antara pihak yang mendukung TM dan pihak yang menghujat TM.41

Kedua, tindak pidana pelecehan yang dilakukan di media sosial. Penggunaan


kata-kata kasar, dan kasar adalah ciri dari kejahatan ini. Sebaliknya, kejahatan
pencabulan ini biasanya dialami oleh para selebriti dan politisi di Indonesia.
Misalnya yang dialami artis Sy di akun Instagram miliknya. Pelecehan yang
dialaminya berupa meme dan foto. Namun artis Sy memilih untuk tidak
menanggapi hal ini.42
Ketiga, pencemaran nama baik adalah kejahatan cyberbullying yang dapat dilakukan
dengan cara mengunggah data, memberikan komentar negatif, menyebarkan gosip, dan rumor
tentang sesuatu yang buruk dari seseorang untuk memberikan kesan negatif kepada orang
tersebut. Biasanya, peristiwa fitnah ini sering dilakukan di media sosial.43
Contohnya adalah halaman di Facebook dengan akun bernama Say No to K
dengan total lebih dari 336.003 pengikut dan pengikut dibuat untuk menjatuhkan
K. Di media sosial ini berita negatif dan komentar kejam mengarah ke K. Keempat,
tindakan mengucilkan seseorang dari media massa. Dengan demikian,
peristiwa ini sering terjadi dalam kelompok sosial pada umumnya. Misalnya
muncul halaman di Facebook yang bertujuan untuk mengisolasi WASP dari
sekelompok teman. Halaman ini di Facebook menyebut Facebook Must Be

40
Nancy Willard, 2006, Op.Cit.
41
Nansel, TR, Overpeck, M., Pilla, RS, Ruan, WJ, Simons-Morton, B., & Scheidt,
P. Jurnal Asosiasi Medis Amerika, Jil. 285, No. 16, 2001, hlm. 2094-2096.

42
B. Wellman, AQ Haase, dan JWK Hampton. “Apakah Internet Menambah,
Mengurangi, atau Menambah Modal Sosial? Jejaring Sosial, Partisipasi, dan
Komitmen Komunitas.” Ilmuwan Perilaku Amerika, Vol. 45, No. 3, 2001,
hlm. 436-455.
43
Tokunaga, RS “Mengikuti Anda Pulang dari Sekolah: Tinjauan Kritis dan Sintesis
Penelitian dalam Korban Cyber Bullying.” Jurnal Komputer dalam Perilaku
Manusia, Jil. 26, 2010, hlm. 277-287.

65
Prasasti Dyah Nugraheni

PSK WSAP yang dikucilkan yang memiliki followers dan peminat Facebook
sebanyak 11 orang.44
Namun demikian, dari berbagai bentuk kejahatan cyberbullying yang
dijelaskan di atas, masyarakat lebih memilih untuk pergi daripada menangani
kejahatan cyberbullying. Apalagi ada beberapa agama, suku, ras, dan suku yang
tidak tersentuh media massa di daerah tertentu. Salah satu contoh kejahatan
The Indonesian Journal of International Clinical Legal Education, 3(1), 57-76 (Maret 2021)

cyberbullying di Kota Bekasi yang paling terkenal adalah dengan menggunakan


gambar atau meme. Peristiwa itu tidak ada yang tahu siapa yang memulainya.
Padahal, pada tahun 2014 lalu ada pesan di media sosial yang memuat lama
perjalanan menuju kota Bekasi. Apalagi kondisi jalan yang dinilai kurang memadai
dan udara yang sangat panas mendorong masyarakat untuk membuat meme
tentangnya.45
Kejahatan cyberbullying juga terjadi di Yogyakarta. Para pelaku
kejahatan cyberbullying mengatakan bahwa kota Yogyakarta tidak aman,
tidak nyaman, tidak berbudaya, dan miskin. Ia juga mengimbau masyarakat
untuk tidak tinggal di Yogyakarta. Awal mula permasalahan ini adalah ketika
mahasiswa FS mengeluh saat mengantri di SPBU. Setelah itu, dia menulis, dan
menceritakannya di media sosial. Dengan demikian, baginya tanpa UGM,
Yogyakarta hanyalah kota yang buruk. Hal ini tentu menimbulkan kontras di
kalangan masyarakat Yogyakarta. Masyarakat Yogyakarta meminta agar FS
disingkirkan dari tempatnya menuntut ilmu yaitu UGM. Akibatnya, FS secara
terbuka meminta maaf di media sosialnya dan juga meminta maaf kepada
Sultan Yogyakarta.46
Kejahatan cyberbullying juga terjadi di Bali. Untuk kali ini sasaran
kejahatannya adalah aspek agama. Sebuah halaman di Facebook dengan akun
bernama IRF menghina Hari Raya Nyepi. Statusnya Nyepi adalah hari yang sangat sepi
dan membosankan. Pada 16 Maret 2010, ia mengunggah status tersebut. Status ini
akhirnya dilaporkan ke pihak berwajib (polisi). Hal ini menimbulkan kontras di kalangan
masyarakat Bali yang menuntut agar IRF meninggalkan Bali. Namun pada akhirnya IRF
meminta maaf melalui media sosialnya.
Pejabat publik juga tidak luput dari kejahatan cyberbullying. Beberapa
waktu lalu ada seorang polisi di kota Cirebon yang menggunakan objek
sebagai meme. Hal itu dikarenakan Polisi selalu memberikan tilang bagi
seseorang yang ingin keluar dari penjara. Oleh karena itu, Polri melakukan
sosialisasi pelayanan kepada masyarakat selama 24 jam. Apalagi, anggota
DPR yang ketiduran saat bekerja juga menjadi korban kejahatan cyberbullying
dalam bentuk meme. Apalagi, ada kasus Prita yang didakwa pencemaran
nama baik dengan sebuah rumah sakit di Jakarta. Namun ketika baru
dipenjara selama enam bulan, Prita

44 Tumon, MBA “Studi Deskriptif Bullying pada Remaja.” Jurnal Ilmiah


Mahasiswa Universitas Surabaya, Jil. 3, No. 1, 2014, hlm. 1-17.
45 Arsa Ilmi Budiarti, “Pengaruh Interaksi dalam Peer Group pada Perilaku
Cyberbullying Siswa.” Pikiran Jurnal Sosiologi Universitas Gadjah Mada. Jil. 3, No. 1,
2016, hlm. 1-15.
46
Ibid.

66
Prasasti Dyah Nugraheni

dibebaskan karena hakim tidak menganggap dirinya tidak


melanggar UU ITE atau KUHAP.47
Kejahatan cyberbullying yang terjadi di Indonesia ternyata
memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Apalagi ada 4 objek
kejahatan cyberbullying, yaitu: agama, suku, ras, dan suku.
Apalagi ada 2 korban yang sering mengalami kejahatan
cyberbullying, yaitu: artis dan pejabat publik.48
Biasanya kritik dan saran yang disampaikan masyarakat melalui media
cetak akan diteruskan ke media elektronik. Hal ini dapat menyebabkan pertukaran
informasi dan membuka ruang komunikasi menjadi lebih besar dan lebih cepat.
Namun hal tersebut tidak diikuti dengan sikap bijak dalam menggunakan media
sosial. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi tindak pidana

Wajah Baru Cyberbullying di Indonesia


cyberbullying adalah dengan melakukan sosialisasi sesuai dengan UU ITE yang
diatur dalam Bab VII pasal 27 sampai 32 yang mengatur ketentuan dalam
menggunakan internet dengan menanamkan nilai-nilai etika dan moral dalam
berkomunikasi melalui media sosial. Oleh karena itu, ini merupakan tindakan yang
diambil oleh pemerintah untuk mengurangi peluang terjadinya kejahatan
cyberbullying secara sistematis dan komprehensif.49

IV. PENCEGAHAN KEJAHATAN CYBERBULYING


BAGI KORBAN DAN PELAKU
Biasanya, kejahatan cyberbullying bisa terjadi di mana saja dan kapan saja.
Meski demikian, masyarakat dengan cepat menyadari kejahatan
cyberbullying di dunia maya. Sebaliknya, kejahatan cyberbullying di dunia
nyata sangat lambat diketahui oleh masyarakat.50 Akibatnya, hal-hal seperti
ini memerlukan kontrol dari pihak yang berwenang, seperti orang tua,
pemerintah, dan polisi. Akibatnya, kejahatan cyberbullying merupakan salah
satu kejahatan yang sulit dideteksi.51
Meningkatnya jumlah korban kejahatan cyberbullying disebabkan oleh
kurangnya perlindungan hukum yang memadai dari pihak berwenang. Mayoritas
korban mengabaikan meskipun mereka menderita secara material, immaterial,

47
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE)
48
Nancy Willard, 2006, Op.Cit.
49
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE)
50
Berthold, KA & Hoover, JH "Korelasi Bullying dan Korban Di Antara Siswa
Menengah di The Midwestern USA." Jurnal Psikologi Sekolah Internasional,
Jil. 21, 2010, hlm. 65-78.
51
Cunningham, NJ “Tingkat Ikatan dengan Sekolah dan Persepsi terhadap
Lingkungan Sekolah oleh Pengganggu, Korban, dan Korban Pengganggu.” Jurnal
Remaja Awal, Vol. 27, No. 4, 2007, hlm. 457-475.

67
Prasasti Dyah Nugraheni

fisik, psikis, dan spiritual.52 Kejahatan cyberbullying juga menjadi perhatian orang
tua dan guru. Meski demikian, peristiwa ini tetap saja terjadi. Akibatnya, anak-
anak sering mengalami kejahatan cyberbullying karena orang tua dan guru tidak
fasih dalam menggunakan teknologi.53 Depresi, ketakutan, kecemasan, perasaan
tidak aman, kesedihan, kepercayaan diri yang rendah, dan terlalu pendiam adalah
tanda-tanda seseorang mengalami kejahatan cyberbullying. Selain itu, korban
The Indonesian Journal of International Clinical Legal Education, 3(1), 57-76 (Maret 2021)

cenderung menghindari komputer, telepon seluler, dan perangkat yang


memungkinkan mereka mengakses email, chat room.
Oleh karena itu, ada beberapa tindakan untuk mencegah kejahatan
cyberbullying, yaitu: jangan terlalu dekat dengan teman baru, jangan mudah
percaya pada orang baru, jangan tulis informasi pribadi di media sosial, jangan
beri tahu password di media sosial kepada siapa saja, ubah kata sandi secara
berkala,54 dan gunakan filter di semua akun media sosial yang dimiliki.
Kejahatan cyberbullying dapat dicegah dengan tiga langkah, yaitu: jika
seseorang menjadi korban kejahatan cyberbullying, berikan informasi tersebut kepada
keluarganya. Selain itu, bicarakan dengan pihak berwenang terkait masalah ini, dan
jangan ikut serta dalam kejahatan cyberbullying. Selain itu, pencegahan kejahatan
cyberbullying juga dapat dilakukan dengan menghormati privasi orang lain.55
Tanda-tanda kejahatan cyberbullying perlu diketahui oleh semua pihak.
Segera hubungi guru dan kepala sekolah jika terjadi kejahatan
cyberbullying di sekolah. Sebaliknya, segera hubungi pimpinan jika ada
kejahatan cyberbullying di kantor.56 Akibatnya, peran orang tua, guru, dan
kepala sekolah sangat besar dalam mencegah kejahatan cyberbullying.
Padahal, peran pihak berwenang juga sangat besar untuk mencegah
kejahatan cyberbullying.57
Sebaliknya, antara kejahatan cyberbullying asli dan sesuatu
yang sebatas lelucon adalah hal yang paling sulit dalam memahami
kejahatan cyberbullying. Biasanya, kata-kata kasar diucapkan oleh
seseorang yang sangat dekat dengan kita dengan tujuan yang hanya

52
Diandra Preludio Ramada, “Realitas Perlindungan Korban Kekerasan Seksual:
Analisis Perlindungan Komprehensif Bagi Korban Kekerasan Seksual.” Jurnal Kajian
Hukum Pidana Indonesias, Jil. 2, No. 2, 2017, hlm. 168-183.
53
Prinstein, MJ, Boergers, J., & Vernberg, EM "Agresi Terbuka dan Relasional pada
Remaja: Penyesuaian Psikologis Sosial dari Sors dan Korban Aggies."Jurnal
Psikologi Klinis Anak, Jil. 30, No. 4, 2001, hlm. 479-491. Mendolia, M., & Kleck, R.
54
“Pengaruh Membicarakan Peristiwa Stres pada Gairah: Apakah Apa yang Kita
Bicarakan Membuat Perbedaan?.”Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, Jil.
64, No. 2, 1993, hlm. 283-292.
55 Matt Keller, "Mengidentifikasi dan Mencegah Cyberbullying di antara Remaja".

Tesis. Universitas Gonzaga, 2012.


56
ML Ybarra, dan KJ Mitchell. “Agresor Online atau Target, Agresor, dan
Target Perbandingan Karakteristik Pemuda Terkait.”Jurnal Psikologi Anak,
2008.
57
Stroebe, M., Stroebe, W., Schut, H., Zech, E., & Bout, JV Apakah Pengungkapan
Emosi Memfasilitasi Pemulihan dari Berkabung? Bukti Bentuk Dua Studi
Prospektif.Jurnal Konsultasi dan Psikologi Klinis, Jil. 70, No. 1, 2002, hlm.
169-178.

68
Prasasti Dyah Nugraheni

candaan. Selain itu, terdapat permasalahan mendasar yang membedakan


kejahatan cyberbullying, yaitu: kejahatan cyberbullying yang disengaja dan
kejahatan cyberbullying yang dilakukan secara tidak sengaja.58
Selanjutnya, jika ada orang yang ingin melakukan kejahatan
cyberbullying, kita harus memberitahu orang tersebut bahwa apa yang dia
lakukan itu salah. Akibatnya, calon pelaku cyberbullying tidak melakukan
kejahatan. Apalagi penjelasan ini sudah dijelaskan sebelumnya. Meskipun
demikian, komunikasi langsung juga harus dibudayakan mengingat di era ini
komunikasi langsung mulai menghilang.59
Meski demikian, para pelaku kejahatan cyberbullying pasti
memiliki alasan tersendiri yang mendorong mereka untuk melakukannya.
Biasanya, aktor sangat jarang berbicara tentang peralatan teknologi,

Wajah Baru Cyberbullying di Indonesia


seperti komputer dan telepon seluler.60 Akibatnya, ketika pelaku
cyberbullying berada di depan komputer dan seseorang tiba-tiba datang,
mereka akan langsung menutup halaman internet yang terbuka tadi.
Apalagi saat di depan komputer pelaku terkadang tertawa tanpa tujuan
yang jelas. Apalagi, mayoritas aktor memiliki beberapa akun media sosial.
61

Cara mencegah perilaku cyberbullying yaitu dengan memberitahu mereka


bagaimana menggunakan internet dan media sosial dengan bijak. Oleh karena itu, orang
tua wajib memberitahukan dan melarang anak yang belum cukup umur untuk tidak
menggunakan media sosial. Akibatnya, anak-anak tidak bisa menggunakan media sosial
dengan bijak. Sebaliknya, pengguna internet dan media sosial harus mampu menerapkan
etika dalam berkomunikasi, mengetahui bahwa kejahatan cyberbullying itu salah, dan tidak
melakukan kejahatan cyberbullying.62
Oleh karena itu, pemerintah telah membuat undang-undang tentang
Informasi, Transaksi, dan Undang-Undang Elektronik (UU ITE). Undang-undang ini
membahas hal-hal yang berkaitan dengan informasi, transaksi, elektronik, dan segala
hal yang berkaitan dengan hal tersebut. UU ITE juga menjamin dan melindungi seluruh
masyarakat Indonesia dari pelecehan, pencemaran nama baik, penindasan, hinaan,
dan kerugian yang berkaitan dengan informasi, transaksi dan elektronik. Biasanya,
undang-undang ini juga melindungi korban kejahatan cyberbullying. Dengan

58
Matt Keller, 2012, Op.Cit.
59
Low, S., & Espelage, D. “Membedakan Perbuatan Cyberbullying dari
Penindasan Non-Fisik: Komunitas Lintas Ras, Individu, dan Prediktor Keluarga.”
Psikologi Kekerasan, Jil. 3, No.1, 2013, hlm.39-520.
60
Rigby, K. & Slee, PT “Ide Bunuh Diri Diantara Remaja Anak Sekolah, Keterlibatan
dalam Masalah Korban Bully, dan Persepsi Dukungan Sosial”, Jurnal dari.
Bunuh Diri dan Perilaku Mengancam Jiwa, Jil. 29, No. 2, 1999, hlm. 119-130.
61
Katzer, C., Fetchenhauer, D., & Belschak, F. “Cyberbullying: Siapa Korbannya?
Perbandingan Korban di Ruang Obrolan Internet dan Korban di Sekolah.'Jurnal
Psikologi Media, Jil. 21, 2009, hlm. 25–36.

62
Sameer Hinduja, dan Justin W. Patchin, Identifikasi, Pencegahan, dan Tanggapan Penindasan
Dunia Maya. Pusat Penelitian Cyberbullying, 2014.

69
Prasasti Dyah Nugraheni

penjelasan berdasarkan hukum, dapat disimpulkan bahwa Indonesia adalah negara hukum,
sehingga hukum harus dapat memberi manfaat bagi kehidupan suatu negara.63
ICT Watch adalah organisasi masyarakat sipil yang berfokus pada kolaborasi dalam
membangun kapasitas sumber daya manusia Indonesia untuk pengetahuan dan literasi
digital, ekspresi online, dan tata kelola dunia maya. ICT Watch memiliki tugas untuk
mengamati dan memberikan solusi atas kejahatan cyberbullying, yaitu: tidak menyebarkan
The Indonesian Journal of International Clinical Legal Education, 3(1), 57-76 (Maret 2021)

kebencian, tidak menyebarkan berita bohong, tidak berbohong, tidak menghina orang lain,
meminta maaf jika melakukan kesalahan, hanya membagikan informasi yang bermanfaat,
dan tidak terlalu sering mengunggah sesuatu ke Internet.64
Selain itu, untuk beberapa perilaku yang dijelaskan di atas, pencegahan
kejahatan cyberbullying harus didasarkan pada peraturan dan penerapan undang-
undang yang berlaku. Peraturan hukum dan penegakan hukum merupakan hal yang
sangat penting dan saling terkait dalam penegakan hukum.65 Oleh karena itu,
pemerintah dan pihak berwenang harus menyebarluaskan informasi kepada
masyarakat luas tentang keberadaan UU ITE, yang meliputi sanksi hukum, baik pidana
maupun perdata, bagi mereka yang melanggar undang-undang tersebut.66
Biasanya, beberapa pelaku cyberbullying tidak mengetahui bahwa
tindakannya salah.67

V. KESIMPULAN
Sejalan dengan itu, kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi selalu
membawa dampak positif dan negatif. Apalagi munculnya perilaku
cyberbullying, seperti hinaan, pelecehan dan penindasan merupakan
perilaku asusila. Biasanya hal-hal yang mengalami kejahatan
cyberbullying adalah agama, suku, ras, dan suku. Oleh karena itu,
pencegahan kejahatan cyberbullying dapat dilakukan dengan
mempelajari etika dalam berkomunikasi yang baik dan benar.

VI. REFERENSI
Akbar, K. (2012). Pengaruh Media Massa terhadap Proses Peradilan
Pidana dalam Kasus Pencurian Kakao oleh Minah. Hukum Unnes

63 Rian Sacipto, “Harmonisasi Publik dalam Penyelenggaraan Pesta Demokrasi


Negara Hukum.” Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang, Vol. 4, No.
3, 2018, hlm. 719-736.
64
Haryati, 2014, Op.Cit., hal.46 – 63.
65
Dani Muhtada, “Penerapan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia.” JILS
(Jurnal Studi Hukum Indonesia), Jil. 3, No. 1, 2018, hlm. 1-4.
66
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE)
67 Richard Donegan, “Penindasan dan Penindasan Maya: Sejarah, Statistik, Hukum,

Pencegahan, dan Analisis.” The Elon Journal of Undergraduate Research in


Communication, Jil. 3, No. 1, 2012, hlm. 43-75.

70
Prasasti Dyah Nugraheni

Jurnal: Jurnal Hukum Universitas Negeri Semarang, 1(1), 46- 54.

APJII. (2015).Profil Pengguna Internet di Indonesia. Jakarta: Asosiasi


Penyedia Jasa Internet Indonesia.
Aroma, IS, & Suminar, DR (2012). Hubungan Antara Tingkat
Kontrol Diri Dengan Perilaku Kenakalan Remaja.Jurnal
Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 1(2), 1-6. Aviyah, E.,
& Farid, M. (2014). Religiusitas, Kontrol Diri, dan Kenakalan
Remaja Persona. Jurnal Psikologi Indonesia, 3(2), 126–129. Beran, T., &
Li, Q. (2005). Pelecehan Dunia Maya: Studi tentang Metode Baru
untuk Sebuah Perilaku Lama. Jurnal Penelitian Komputasi Pendidikan,
32(3), 265-277.

Wajah Baru Cyberbullying di Indonesia


Bernes, HL, & Olson, DH (1985). Komunikasi Orang Tua-Remaja
dan Model Circumplex. Masyarakat untuk Penelitian dalam
Perkembangan Anak, 56(2), 438-447.
Berthold, KA & Hoover, JH (2000). Korelasi Bullying dan
Korban Di Antara Siswa Menengah di The Midwestern USA.
Jurnal Psikologi Sekolah Internasional, 21(1), 65-78. Bhat, CS
(2008). Penindasan dunia maya: Tinjauan dan strategi untuk sekolah
konselor, petugas bimbingan, dan semua personil sekolah.
Jurnal Psikolog dan Konselor di Sekolah, 18(1), 53-66. Budiarti,
AI (2016). Pengaruh Interaksi dalam Peer Group pada
Perilaku Cyberbullying Siswa. Pikiran Jurnal Sosiologi
Universitas Gadjah Mada, 3(1), 1-15.
Burgess-Proctor, A., Hinduja, S., dan Patchin, JW (2009).
“Ringkasan Penelitian Cyberbullying: Korban Gadis Remaja”. Dalam
V. Garcia & J. Clifford (Eds.),Korban Kejahatan Perempuan: Realitas
Ditinjau Kembali. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Cunningham, NJ (2007). Tingkat Ikatan dengan Sekolah dan Persepsi
ke Lingkungan Sekolah oleh Pengganggu, Korban, dan Korban
Bully.Jurnal Remaja Awal, 27(4), 457-475. David-Ferdon, C., &
Hertz, MF (2007). Kekerasan Pemuda dan Elektronik
Media: Perilaku Serupa, Tempat Berbeda?. Jurnal
Kesehatan Remaja, 41(6), 1-68.
Diana, RR, & Retnowati, S. (2009). Komunikasi Remaja - Orang Tua
dan Agresivitas Pelajar. Jurnal Psikologi, 2(2), 1-6. Djanggih, H., dan
Qamar, N. (2018). Penerapan Teori-Teori Kriminologi
dalam Penanggulangan Serangan Siber (Cyber Crime). Jurnal
Penelitian Hukum Pandecta, 13(1), 10-23.
Donegan, R. (2012). Bullying dan Cyberbullying: Sejarah, Statistik,
Hukum, Pencegahan dan Analisis, The Elon Journal of Undergraduate
Research in Communications, 3(1), 33-42.
Fisher, E. (2013). Dari Cyber Bullying ke Cyber Coping: Penyalahgunaan
Teknologi Seluler dan Media Sosial dan Pengaruhnya terhadap
Kehidupan Masyarakat. Riset Bisnis dan Ekonomi, 3(2), 127-145.

71
Prasasti Dyah Nugraheni

Gillete, P., dan Daniels, D. (eds). (2009).Penindasan di Sekolah dan Online,


Fakta Singkat untuk Orang Tua. Education.com Holdings, Inc.
Greenberg, MA, & Stone, AA (1992). Pengungkapan Emosional Tentang
Trauma dan Kaitannya dengan Kesehatan: Pengaruh Pengungkapan
Sebelumnya dan Tingkat Keparahan Trauma. Jurnal Psikologi Kepribadian
dan Sosial, 63(1), 75-84.
The Indonesian Journal of International Clinical Legal Education, 3(1), 57-76 (Maret 2021)

Gunawan, H. (2013). Jenis Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak


Perokok Aktif di Desa Jebayan Kecaatan Loa Kulu Kabupaten
Kutai Kartanegara. eJournal Ilmu Komunikasi, 1(2), 1-5. Haryati,
H. (2014). Cyberbullying Side Lain Dampak Negatif dari
Internet. Mediakom, 11(1), 46 - 63.
Pewaris, W., & Walrave, M. (2008). Menilai kekhawatiran dan masalah
tentang mediasi teknologi dalam cyberbullying.
Cyberpsikologi: Jurnal Penelitian Psikososial di Dunia Maya,
2(2).
Hinduja, S., dan Patchin, JW (2009). Penindasan di Luar Halaman Sekolah:
Mencegah dan Menanggapi Cyberbullying. Seribu Oak. CA:
Sage Publications (Corwin Press).
Hinduja, S., dan Patchin, JW (2010). Penindasan, Penindasan Maya, dan
Bunuh diri. Arsip Penelitian Bunuh Diri, Jilid 14, hlm. 206-221.
Akademi Internasional untuk Penelitian Bunuh Diri: Routledge
Taylor dan Francis Group.
Hinduja, S., dan Patchin, JW (2014). Identifikasi Cyberbullying,
Pencegahan, dan Respon. Pusat Penelitian Cyberbullying. IPSOS.
(2011).Cyberbullying: Warga Negara di 24 Negara Mengkaji
Bullying melalui Teknologi Informasi untuk Perspektif Global
Total. Penasihat Global.
Israel, D. (2009). Tinggal di Sekolah: Pendidikan Seni dan Kota New York
Tingkat Kelulusan Sekolah Menengah Atas. Jurnal New York, Jil. 1, 22-
33.
Katzer, C., Fetchenhauer, D., & Belschak, F. (2009). Perundungan siber:
Siapa Korbannya? Perbandingan Korban di Ruang Obrolan
Internet dan Korban di Sekolah.Jurnal Psikologi Media,
21(1), 25–36.
Keller, M. (2012). Mengidentifikasi dan Mencegah Penindasan Siber di antara
Remaja. Tesis. Universitas Gonzaga.
Kementerian Perdagangan. (2014).Panduan Optimalisasi Media Sosial.
Jakarta: Pusat Humas Kementerian Kementerian Perdagangan.
Kominfo. (2012).Keamanan Kewarganegaraan Digital di kalangan
Anak dan Remaja di Indonesia.
Kowalski, RM, Limber, SP (2013). Psikologis, Fisik, dan
Korelasi Akademik dari Cyberbullying. Jurnal Kesehatan
Remaja, 53(1), 13-20.
L. Pil. (2008). Remaja dan Komunikasi Internet: Apa yang Normal dan
Apa Masalah?Jurnal Keperawatan Alternatif, 17(1), 1-13.

72
Prasasti Dyah Nugraheni

Rendah, S., & Espelage, D. (2013). Membedakan Cyberbullying


Tindakan dari Penindasan Non-Fisik: Prediktor Komunitas
Lintas Ras, Individu, dan Keluarga. Psikologi Kekerasan, 3(1),
39-52.
Manihuruk, NK (2018). Sekolah Cepat Pendidikan Hukum Media Sosial
(SEPAT KASIH MEDSOS), Edukasi Pencegahan, Pengawasan, dan
Penindakan Kejahatan Ujaran Kebencian Melalui Sosial Media.
Tinjauan Hukum Lex Scientia, 2(1), 93-104.
Maya, N. (2015). Fenomena Cyberbullying Diantara Siswa.Jurnal Ilmu
Sosial dan Politik, 4(3), 443 - 450.
Mendolia, M., & Kleck, R. (1993). Efek Berbicara Tentang Stres
Acara tentang Gairah: Apakah Apa yang Kita Bicarakan Membuat

Wajah Baru Cyberbullying di Indonesia


Perbedaan?.Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 64(2), 283-292.
Modecki, KL, Minchin, J., Harbaugh, AG, Guerra, NG, Runion,
KK (2014). Prevalensi Bullying di Seluruh Konteks: Sebuah
Pengukuran Metaanalisis.Jurnal Kesehatan Remaja, 55(5), 602-611.
Muhtada, D. (2018). Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan di
Indonesia. JILS (Jurnal Studi Hukum Indonesia), 3(1), 1-4.
Nansel, TR, Overpeck, M., Pilla, RS, Ruan, WJ, Simons-Morton,
B., & Scheidt, P. (2001). perilaku buruk di kalangan pemuda
AS: Prevalensi dan asosiasi dengan penyesuaian psikososial.
Jurnal Asosiasi Medis Amerika, 285(16), 2094-2096.
Narpaduhita, PD, & Suminar, DR (2014). Perbedaan Perilaku
Cyberbullying Ditinjau dari Persepsi Terhadap Iklim Sekolah di SMK
Negeri 8 Surabaya. Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental, 3(3), 1-6.

Nasrullah, R. (2015). Cyber Bullying di Status Facebook dari Kantor


Pusat Humas Mabes Polri. Jurnal Sosioteknologi ITB, 14(1), 1 - 11.
Novarro, R., Yubero, S., dan Larranaga, E. (eds). (2008).Perundungan siber
Di Seluruh Dunia: Gender, Keluarga, dan Kesehatan Mental. Peloncat.
Novarro, R., Yubero, S., dan Larranaga, E. (eds). (2008).Perundungan siber
Di seluruh dunia. Sage Publicationlobe: Gender, Keluarga dan
Kesehatan Mental. Peloncat
Olweus, D. (1994). Anotasi: Penindasan di Sekolah: Fakta Dasar dan
Pengaruh Program Intervensi Berbasis Sekolah. Jurnal
Psikologi Anak dan Psikiatri, 35(7), 1171-1190.
Pandie, MM, & Weismann, I, Th. J. (2016). Pengaruh Cyberbullying
di Media Sosial Terhadap Perilaku Reaktif Sebagai Pelaku Maupun
Sebagai Korban Cyberbullying pada Siswa Kristen SMP Nasional
Makassar. Jurnal Jaffray, 14(1), 43-62.
Patchin, JW, & Hinduja, S. (2012). Pencegahan Cyberbullying dan
Tanggapan. New York: Routledge.
Prinstein, MJ, Boergers, J., & Vernberg, EM (2001). terang-terangan dan
Agresi Relasional pada Remaja: Psikologis Sosial

73
Prasasti Dyah Nugraheni

Penyesuaian Aggies Sor and Victims. Jurnal Psikologi Klinis


Anak, 30(4), 479-491.
Rahayu, FS (2012). Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif pada
Penggunaan Teknologi Informasi. Jurnal Sistem Informasi, 8(1),
1-31.
Ramada, DP (2017). Realitas Perlindungan bagi Korban Kekerasan Seksual:
The Indonesian Journal of International Clinical Legal Education, 3(1), 57-76 (Maret 2021)

Analisis Perlindungan Komprehensif Bagi Korban Kekerasan


Seksual. Jurnal Kajian Hukum Pidana Indonesia 2, Vol. 2, No.2,
hal.168-183.
Republik Indonesia. (2008).Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE).
Rigby, K. & Slee, PT (1999). Ide Bunuh Diri di Kalangan Remaja
Anak Sekolah, Keterlibatan dalam Masalah Korban Bully, dan
Persepsi Dukungan Sosial. Jurnal Bunuh Diri dan Perilaku
Mengancam Jiwa, 29(2), 119-130.
Sacipto, R. (2018). Harmonisasi Publik dalam Penyelenggaraan Pesta
Demokrasi Negara Hukum. Seminar Nasional Hukum Universitas
Negeri Semarang, 4(3), 719-736.
Safaria, T. (2015). Apakah Pengalaman Spiritual Harian, Harga Diri dan
Prediktor Harmony Keluarga Penindasan Cyberbaring Diantara
Siswa SMA?. Jurnal Internasional Studi Penelitian di Psikologi,
4(3), 23 - 34.
Safaria, T. (2016). Prevalensi dan Dampak Cyberbullying Dalam Sampel
siswa SMP se-Indonesia. Jurnal Teknologi Pendidikan
Online Turki, 15(1), 1-3.
Sartana, AN (2017). Perilaku Perundungan Maya (Cyberbullying) pada
Remaja Awal. Jurnal Psikologi Insight Universitas Pendidikan
Indonesia, 1(1), 25-41.
Sastroatmodjo, S., dan Muhtada, D. (2017). Internasionalisasi Hukum
Pendidikan di Indonesia: Wawasan dari Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang. Konferensi Internasional tentang Pendidikan Hukum
Klinis, 1(1), 275-284.
Smith, PK, Talamelli, L., Cowie, H., Naylor, P., & Chauhan, P. (2004).
Profil Non-Korban, Korban Lolos, Korban Lanjutan dan
Korban Baru Bullying di Sekolah. Jurnal Psikologi
Pendidikan Inggris, 74(4), 565-581.
Smith, P., Mahdavi, J., Carvalho, M., Fisher, S., Russel, S., Tippet, N.
(2008). Cyberbullying: Sifat dan Dampaknya pada Siswa Sekolah
Menengah.Jurnal Psikologi Anak dan Psikiatri, 49(4), 376- 385.

Steinberg, L., Morris, A., S. (2001). Perkembangan Remaja.Tahunan


Ulasan Psikologi, 52(1), 83-110.
Stroebe, M., Stroebe, W., Schut, H., Zech, E., & Bout, JV (2002). Melakukan
Pengungkapan Emosi Memfasilitasi Pemulihan dari Berkabung?

74
Prasasti Dyah Nugraheni

Bukti Bentuk Dua Studi Prospektif. Jurnal Konsultasi dan


Psikologi Klinis, 70(1), 169-178.
Tangney, JP, Baumeister, RF, & Boone AL (2004). Tinggi Diri-
Kontrol Memprediksi Penyesuaian yang Baik, Lebih Sedikit Patologi, Nilai
Lebih Baik, dan Kesuksesan Interpersonal. Jurnal Kepribadian, 72(2),
271-322. Tokunaga, RS (2010). Mengikuti Anda Pulang dari Sekolah: Sebuah Kritis
Review dan Sintesis Penelitian dalam Korban Cyber
Bullying. Jurnal Komputer dalam Perilaku Manusia, 26(1),
277-287.
Tumon, MBA (2014). Studi Deskriptif Bullying pada Remaja.Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 3(1), 1-17. Vazsonyi, AT
& Huang, L. (2010). Darimana Kontrol Diri Berasal:

Wajah Baru Cyberbullying di Indonesia


tentang Perkembangan Pengendalian Diri dan Hubungannya dengan
Penyimpangan Seiring Waktu. Psikologi Perkembangan, 46(1), 245-257.
Walther, JB (1996).Komunikasi yang Dimediasi Komputer: Impersonal,
Interpersonal, dan Interaksi Hiperpersonal. Koleksi Ilmu Sosial
Sage: Sage Publicationlobe: Gender, Keluarga dan Kesehatan
Mental Springer.
Wang, J., Lannoti, RJ, & Nansel, TR (2009). Penindasan di Sekolah Di Antara
Remaja di Amerika Serikat: Fisik, Verbal, Relasional, dan Cyber.
Jurnal Kesehatan Remaja, 45(1), 368 - 375. Wannes, Heirman dan
Walrave, Michele. (2008). Menilai Kekhawatiran dan
Isu tentang Mediasi Teknologi dalam Cyberbullying.Jurnal
Penelitian Psikososial di Dunia Maya, 2(2). Wellman, B.,
Haase, AQ, Witte, J., & Hampton, K. (2001). Apakah
Internet Menambah, Mengurangi, atau Menambah Modal Sosial?
Jejaring Sosial, Partisipasi, dan Komitmen Komunitas.Ilmuwan
Perilaku Amerika, 45(3), 436-455.
Willard, N. (2005). Penindasan Siber dan Ancaman Siber. Washington: AS
Departemen Pendidikan.
Willard, N. (2006). Cyberbullying dan Cyberthreats: Menanggapi
Tantangan Kekejaman, Ancaman, dan Kesengsaraan Sosial Online. Eugene: Pusat
Penggunaan Internet yang Aman dan Bertanggung Jawab.
Wulandari, D. (2018). Review Ex Ante dalam Mewujudkan
Konstitusionalitas Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia.
Tinjauan Hukum Negara Indonesia, 1(1), 37-52.
Ybarra, ML, & Mitchell, KJ (2004). Agresor/target online,
agresor, dan target: Perbandingan karakteristik pemuda
terkait. Jurnal Psikologi dan Psikiatri anak, 45(7), 1308-1316.

Ybarra, ML, Alexander, C., & Mitchell, KJ (2005). depresif


Gejala, Penggunaan Internet Remaja, dan Interaksi Online: Sebuah
Survei Nasional. Jurnal Kesehatan Remaja, 36(1), 9-18.

75
The Indonesian Journal of International Clinical Legal Education, 3(1), 57-76 (Maret 2021) Prasasti Dyah Nugraheni

Pernyataan Kepentingan yang Bertentangan

Semua penulis menyatakan bahwa tidak ada potensi konflik kepentingan dalam penerbitan
artikel ini.

Pendanaan
Tidak ada

Menerbitkan Pernyataan Etis dan Orisinalitas


Semua penulis menyatakan bahwa karya ini asli dan belum pernah dipublikasikan dalam
bentuk dan media apapun, juga tidak sedang dipertimbangkan untuk dipublikasikan di
jurnal manapun, dan semua sumber yang dikutip dalam karya ini mengacu pada standar
dasar kutipan ilmiah.

Kutip artikel ini sebagai:


Nugraheni, PD (2021). Wajah Baru Cyberbullying di Indonesia:
Bagaimana Kita Dapat Memberikan Keadilan Kepada Korban?.Jurnal
Pendidikan Hukum Klinis Internasional Indonesia, 3(1), 57-76. https://
doi.org/10.15294/ijicle.v3i1.43153

76

Anda mungkin juga menyukai