Anda di halaman 1dari 13

Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri

ISSN Cetak : 2477-5673 ISSN Online : 2614-722X


Volume 09 Nomor 01, Maret 2023

DIAGNOSA PADA KORBAN ANAK SMP NEGERI 4 PANTAI LABU SATU


ATAP PADA TINDAK PIDANA PERUNDUNGAN (CYBERBULLYING) DI MEDIA
SOSIAL DALAM PERSPEKTIF VIKTIMOLOGI

2 3 4
1
Dian Reka Bayu, Efa Khairani Harahap, Dinda Hidjayanti, Halimah Musfira
1,2,3,4Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
1
dianrekabayu1303@gmail.com, 2efakhairani2@gmail.com,
3
dindahidjayanti@gmail.com , 4halimahmusfira792@gmail.com

ABSTRACT

The existence of information technology now dramatically influences people's lives.


Technology with all the programs and facilities offered makes its users often
ignore security for themselves. In this digital era, cyber bullying case is a topic
that is often experienced by children. Cyber bullying actually damages the lives
and reputations of SMP N 4 Pantai Labu Satu Atap. The main problem of cyber
bullying is a big problem and a big issue in the Indonesian legal sphere. The main
issue to be addressed in this paper is the lack of legislation that can provide legal
protection to children who are victims of cyber bullying. The existing legal products
have become ineffective because they have incorrectly defined the substance of
cyber bullying in the application of articles that will be prosecuted to the
perpetrators. Based on this description, more effective regulations are needed to
provide protection for children from bullying on social media.

Keywords: child protection, cyber bullying, social media

ABSTRAK

Teknologi dengan segala program dan kemudahan yang ditawarkannya seringkali


menyebabkan pengguna mengabaikan keamanan. Di era digital saat ini,
cyberbullying merupakan masalah yang sering dialami oleh anak-anak.
Cyberbullying sebenarnya merusak kehidupan dan reputasi siswa SMPN 4 Pantai
Labu Satu Atap. Masalah utama cyberbullying merupakan masalah besar dan
masalah besar di bidang hukum Indonesia. Masalah utama yang dibahas dalam
artikel ini adalah lemahnya peraturan perundang-undangan yang dapat
memberikan perlindungan hukum kepada anak korban cyberbullying. Produk
hukum saat ini tidak efektif karena konten cyberbullying tidak didefinisikan dengan
baik dalam penerapan pasal terhadap pelaku. Berdasarkan uraian tersebut,
diperlukan regulasi yang lebih efektif untuk melindungi anak dari perundungan di
jejaring sosial

Kata kunci: perlindungan anak, cyber bullying, media sosial

47
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri
ISSN Cetak : 2477-5673 ISSN Online : 2614-722X
Volume 09 Nomor 01, Maret 2023

A. Pendahuluan Kejahatan yang dilakukan dapat


Tindak pidana yang terjadi menguntungkan korban, dan c. Kerja
adalah kesengajaan korban, sama antara korban dan pelaku
kejahatan yang dilakukan dapat dapat berdampak negatif bagi korban
bermanfaat bagi korban, dan kerja yaitu kerusakan yang disebabkan
sama antara korban dan pelaku oleh provokasi korban.
dapat berdampak buruk bagi korban Harus diingat bahwa tidak
yaitu Kerugian yang dialami korban mungkin orang tua mengontrol
disebabkan oleh Revolusi digital di sepenuhnya anak-anak mereka
era 4.0 saat ini menjadi tantangan ketika mereka menggunakan
tersendiri karena menyangkut Internet. Kurangnya pengawasan
maraknya kejahatan dunia maya orang tua menempatkan anak-anak
yang aktivitasnya dilakukan dengan pada risiko yang cukup tinggi untuk
bantuan teknologi. terlibat dalam kejahatan dunia maya.
Telematika Ancaman Keterbatasan anak dalam
cybercrime merupakan ancaman bagi menyelesaikan permasalahan
anak-anak, terutama anak-anak yang kriminal yang terjadi di dunia maya
aktif menggunakan media sosial. membuat anak rentan terhadap
Dengan pengguna media sosial, bullying.
anak-anak disuguhi berbagai Willard (Willard, 2006)
kesempatan untuk terhubung dengan menyebutkan bahwa bullying di
teman sekelas atau teman baru yang media sosial merupakan risiko bagi
memiliki minat yang sama dengan anak-anak. Bentuk-bentuk bullying
mereka. melalui media sosial misalnya. 1)
Perkembangan teknologi ini Flaming (kemarahan), yaitu
memungkinkan partisipasi dan pengungkapan pendapat dengan
membuka peluang untuk menjadi tulisan berupa pesan-pesan agresif
korban sendiri. Dalam buku Hentig, bahkan kasar. 2) Bullying, yaitu
Rena Yulia menjelaskan bahwa menulis ancaman yang ofensif
korban dapat berkontribusi pada bahkan berbahaya. 3) menyebarkan
terciptanya kejahatan dengan cara gosip melalui jejaring sosial, 4)
sebagai berikut: (Juliet, 2010) a. Penghinaan dan bahkan ancaman di
Kejahatan itu adalah niat korban, b. jejaring sosial, 5) Tulis kalimat verbal

48
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri
ISSN Cetak : 2477-5673 ISSN Online : 2614-722X
Volume 09 Nomor 01, Maret 2023

yang bermuatan seksual dan seseorang dari grup online.


merendahkan. 6) Cyberstalking yaitu penghapusan seseorang
adalah suatu bentuk kejahatan di yang disengaja dan jahat dari
mana seseorang menggunakan grup online.
ancaman dan pelecehan berulang Dalam ilmu viktimologi
kali untuk menciptakan rasa takut. digunakan untuk mencari cara
Selain itu, pelaku cyberstalking melakukan kejahatan akibat
merugikan individu atau bahkan luka-luka dan mencari
organisasi. 7) Pencemaran nama pelanggaran yang berulang dari
baik (defamation), pelaku melakukan kejahatan tersebut (Gosita,
pencemaran nama baik dengan 1989). Cyberbullying terjadi di
maksud merusak nama baik media sosial. Akibat bullying
seseorang melalui media online. 8) media sosial merugikan
Seorang peniru, peniruan ini perkembangan anak karena
sering terlihat di media sosial secara emosional
bertingkah seperti orang lain, mempengaruhi kemampuan
mengirimkan kabar buruk anak mengatasi hinaan saat
bahkan menulis status yang membaca.
menyinggung. menjadi orang Penelusuran literatur
lain dan mengirim pesan atau menemukan beberapa contoh
status yang tidak baik 9) Outing cyberbullying yang dialami oleh
& Deception, yaitu tindakan seorang anak. Beberapa dari
keluar masuk yang dilakukan kasus tersebut telah dirujuk ke
pelaku dengan cara membuka pengadilan, namun beberapa
rahasia pribadi milik seseorang kasus
atau bahkan menyebarkan lainnya tetap tertunda karena
gambar yang tidak pantas di berbagai alasan. Berdasarkan
depan umum. Penipuan (fraud) data yang dipublikasikan Komisi
adalah upaya mendekati Perlindungan Anak Indonesia
seseorang dengan tipu muslihat (KPAI) tahun 2015-2018 anak
untuk mendapatkan informasi yang menjadi korban perundungan di
dan rahasia dari seseorang, 10) media sosial adalah sebagai berikut:
Tindakan pengusiran dilakukan
dengan mengeluarkan paksa

49
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri
ISSN Cetak : 2477-5673 ISSN Online : 2614-722X
Volume 09 Nomor 01, Maret 2023

Tabel 1. Data Anak Korban dimaki karena penggemarnya


Perundungan Melalui Media Sosial
kecewa saat melakukan temu fans
SMPN 4 Pantai Labu Satu Atap
fisik Bowo yang asli berbeda
No Tahun Jumlah Pelapor
dengan yang ditampilkan dalam
1 2015 0
video tersebut. Kasus ini tidak
2 2016 6
3 2017 8 disampai ke ranah hukum oleh
4 2018 10 orang tua Bowo.
2. Sonya Depari
Kementerian Informasi dan Instagram
Teknologi Indonesia mengumumkan Saat diberhentikan oleh Polwan
bahwa 55 anak akan menjadi korban karena kedapatan konvoi usai
bullying media sosial pada tahun merayakan kelulusan. Saat ditegur
2021 dan 109 pada tahun 2022. Sonya mengaku sebagai anak
Majalah Femina juga pejabat Deputi BNN dan marah-
mengungkapkan bahwa 49% (empat marah. Aksi tersebut direkam dan
puluh sembilan persen) dari 193 anak diunggah ke Instagram dan
usia 12-15 tahun (dua belas hingga menjadi viral. Pengakuan dating
lima belas) telah mengalami dari pejabat BNN, bahwa Sonya
cyberbullying dan takut untuk bukan anaknya. Akibat dari
membagikan pengalaman mereka. pengakuan pejabat tersebut,
Dari korban perundungan media, instagram Sonya diserbu
36,7% (tiga puluh enam poin pengguna sosial media. Mendapat
persentase, tujuh persen) adalah cacian dan makian secara terus
perempuan dan 12,7% (12 poin menerus melalui instagramnya,
persentase, tujuh persen) adalah laki- Sonya mengalami trauma,
laki. bahkan orang tua kandungnya
Di bawah ini adalah contoh- sakit hingga akhirnya
contoh cyberbullying melalui media meninggal. Kasus ini tidak di
sosial : proses ke ranah hukum.
1. Bowo Appenliebe 3. Bilqis Khumairah
Instagram Instagram
Konten vidio yang dibuat melalui Anak dari penyanyi dangdut Ayu
aplikasi Tik Tok dan di unggah di Ting-Ting Razak seringkali
Instagram. Bowo dihujat dan dibully dengan kata-kata kasar

50
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri
ISSN Cetak : 2477-5673 ISSN Online : 2614-722X
Volume 09 Nomor 01, Maret 2023

sebagai anak haram melalui karena takut gemuk. Kasus ini


akun instagram ibunya. Namun dilaporkan sebagai pencemaran
demikian, kasus ini tidak diproses nama baik ke Polda Metro Jaya.
ke ranah hukum. 7. Anak Farah Quinn.
Thalia Putri Onsu Instagram
Instagram Akun @risa_chattyn menyebut
Foto anak pertama Ruben Onsu ini anak Armand Fauzan Quinn,
dicuri dan kemudian foto- mirip siluman kerbau.
fotonya dipajang disalah satu 9. Eza Gionino
akun instagram dengan tulisan di Whatsapp
jual bayi cantik. Kasus ini Bermula dari pembatalan jual
masuk ke ranah hukum. Pelaku beli ikan hias, anak Eza
atas nama UW dikenakan Pasal mendapat ancaman akan
27 ayat 3 UU ITE dengan disantet. Kasus ini
ancaman hukuman 6 tahun dilaporkan ke Polda
penjara atau denda Rp 1 miliar. Kalimantan Barat
4. Betran Peto Putra 10. Putri penyanyi Nafa
Instagram Instagram
Foto Anak angkat Ruben Onsu ini Fotonya dikomentari dengan
diganti Onsu mukanya dengan kata-kata Urbach tidak
gambar monyet. Kasus senonoh. Kasus ini diteruskan
5. Azka Corbuzier ke Polisi
Instagram 11. Safeea Ahmad Dhani
Azka yang merupakan anak dari Instagram
Dedy Corbuzier memiliki akun Mendapat perundungan
sosial media sendiri. Ketika karena dia lahir dari
memposting sebuah foto, salah perkawinan antara Ahmad
seorang pengikutnya menyebutkan Dhani dengan Mulan Jameela.
bahwa muka Azka seperti anjing. Safeea dianggap sebagai
Kasus ini tidak diproses hukum. faktor penyebab terjadi nya
6. Anak dari Ussy perceraian antar Ahmad
Instagram Dhani dengan Maia Estianty
Dibully body shamming sehingga 12. Audrey
tidak Sulistyawati mau makan Instagram

51
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri
ISSN Cetak : 2477-5673 ISSN Online : 2614-722X
Volume 09 Nomor 01, Maret 2023

Berawal dari saling ledek di untuk peristiwa hukum terkait


media sosial, Audrey akhirnya cyberbullying.
mendapat perundungan dan
mengalami kekerasan fisik B. Metode Penelitian
oleh sejumlah pelajar SMA. Penelitian dilakukan melalui
Berdasarkan studi kasus di studi pustaka dan menggunakan
atas, dapat dikatakan bahwa tidak metode deskriptif kualitatif melalui
semua kasus bullying online terhadap studi kasus mengikuti berita online
anak diatur oleh undang-undang. tentang cyberbullying yang dialami
Para orang tua memberikan siswa SMPN 4 Pantai Labu Satu
beberapa alasan, di antaranya tidak Atap di media sosial. Hasil penelitian
mau berurusan dengan pihak ini melibatkan beberapa gagasan
berwajib karena akan memakan atau teori yang saling berkaitan dan
waktu. Selain fakta bahwa didukung oleh informasi dari sumber
cyberbullying tidak dilaporkan, literatur yang terpercaya.
penyidik berpendapat bahwa tuduhan Sumber kepustakaan penelitian
yang dilaporkan adalah pencemaran kepustakaan adalah jurnal penelitian
nama baik atau tindakan yang tidak ilmiah, laporan penelitian, buku teks,
menyenangkan. Namun, jenis artikel, laporan/kesimpulan seminar
cyberbullying yang disebutkan Willard dan tulisan resmi lainnya. Tujuan
tidak disebutkan secara verbatim penelitian deskriptif kualitatif yang
dalam pasal Undang-Undang digunakan dalam penelitian ini adalah
Informasi dan Transaksi Elektronik untuk memperoleh informasi tentang
(UU ITE) tentang pencemaran nama gambaran kasus cyberbullying dan
baik atau tindakan ofensif. penerapan pasal-pasal peraturan
Berdasarkan fakta hukum tersebut, perundang-undangan yang berlaku.
artikel ini harus mengkaji urgensi Menerima data yang dianalisis dan
pengaturan cyberbullying di media dijelaskan berdasarkan fakta untuk
sosial dalam hukum pidana pemahaman dan jawaban atas
Indonesia. Masyarakat hendaknya masalah yang diteliti.
membiasakan diri dengan ketentuan
Undang-Undang Informasi dan C. Hasil Penelitian dan
Perdagangan Elektronik (UU ITE) Pembahasan

52
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri
ISSN Cetak : 2477-5673 ISSN Online : 2614-722X
Volume 09 Nomor 01, Maret 2023

Remaja merupakan salah satu menemukan bahwa 33% responden


kelompok yang banyak mengalami cyberbullying selama
menggunakan internet dan sekolah menengah. Pada saat yang
cenderung menjadi korban sama, menurut penelitian US Centers
cyberbullying atau perundungan for Disease Control (2014), hanya
dunia maya. Beberapa hasil 15% responden yang menjadi korban
penelitian bertentangan. Menurut cyberbullying. Merujuk pada hasil
penelitian ini, hampir setengah dari studi Safaria (2016) dan beberapa
responden (49%) adalah korban temuan penelitian lainnya, terlihat
cyberbullying. Jumlah korban bahwa Indonesia khususnya di lokasi
tersebut lebih rendah dari hasil penelitian ini memiliki jumlah anak
penelitian terhadap 102 siswa muda yang menjadi korban
sekolah menengah atas (SMPN 4 cyberbullying relatif tinggi
Pantai Labu Satu Atap), dimana 80% dibandingkan kasus lainnya. Hasil
responden menjadi korban penelitian ini dan penelitian yang
cyberbullying. Bahkan beberapa dilakukan oleh Safaria di Indonesia
narasumber mengalaminya hampir menunjukkan bahwa jumlah korban
setiap hari. Beberapa penelitian cyberbullying lebih dari
serupa sebelumnya tentang jumlah 45% Jika penelitian di tempat lain
korban cyberbullying menunjukkan mengungkapkan bahwa itu kurang
hasil yang bertentangan. Sebuah dari 35%.
studi yang dilakukan oleh Cotter dan Kesimpulan ini juga nampaknya
McGilloway (2011) di Irlandia sejalan dengan penelitian Sittichai
menunjukkan bahwa 26 persen dan Smith (2015) terhadap beberapa
responden pernah di-bully secara temuan penelitian tentang fenomena
online. bullying aktual di empat negara
Di sisi lain, penelitian Li (2007) ASEAN. Menurut hasil penelitian,
terhadap 177 siswa sekolah dasar di persentase korban bullying di
Kanada menemukan bahwa 25% Indonesia relatif tinggi. Sebuah studi
responden adalah korban tahun 2007 menemukan bahwa 50
cyberbullying. Selain itu, sebuah studi persen dari 2.222 responden di
oleh Zalaquett dan Chatters (2014) Indonesia pernah mengalami
terhadap 613 siswa di University of perundungan di berbagai waktu.
Pennsylvania di Amerika Serikat Angka ini lebih tinggi dari prevalensi

53
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri
ISSN Cetak : 2477-5673 ISSN Online : 2614-722X
Volume 09 Nomor 01, Maret 2023

bullying di Myanmar dan Thailand menemukan bahwa jumlah


yang kurang dari 30 persen. perempuan yang menjadi korban
Negara dengan kasus bullying bullying meningkat.
yang hampir sama banyaknya Berdasarkan materi yang
dengan Indonesia adalah Filipina digunakan pelaku, hasil penelitian ini
dimana jumlah korban bullying menunjukkan bahwa bentuk media
sebanyak 46% yang digunakan pelaku untuk
responden.Banyaknya remaja yang membully di dunia maya adalah teks,
menjadi korban bullying online audio, gambar dan video. Hasil ini
nampaknya tidak diketahui banyak hampir konsisten antara korban dan
orang tua. Hal ini tercermin dari pelaku. Keputusan penulis untuk
perbedaan hasil penelitian ini dengan melecehkan korban dengan artikel ini
hasil penelitian yang dilakukan oleh sebagian karena alasan
Ipsoss. Dalam survei terhadap kenyamanan. Menulis adalah materi
18.687 warga di 24 negara, termasuk yang paling mudah. Selain itu, bahan
Indonesia, Ipsoss menemukan ini juga paling mudah didapat dan
bahwa satu dari delapan orang tua termurah dalam artian remaja tidak
mengatakan anaknya menjadi korban membutuhkan banyak biaya untuk
pelecehan dan penghinaan media menggunakannya. Bahan lain yang
online (Napitupulu, 2012). Sementara digunakan untuk penyalahgunaan
itu, hasil penelitian ini menunjukkan juga telah dibatasi sejauh ini.
bahwa hampir setiap detik orang Selain itu, penelitian ini
pernah menjadi korban cyberbullying. menunjukkan bahwa Facebook,
Jika diamati lebih dekat, SMS, dan Instagram adalah jenis
penelitian ini menunjukkan bahwa media sosial yang paling sering
lebih banyak wanita daripada pria menjadi tempat terjadinya
yang menjadi korban cyberbullying. cyberbullying. Hal ini diakui baik oleh
Bagi penulis, situasinya terbalik. korban maupun pelaku. Beberapa
Beberapa penelitian lain juga responden berpendapat memilih
menemukan bahwa perempuan media online agar tidak dilecehkan
memiliki jumlah korban yang lebih karena mudah digunakan, biayanya
tinggi dibandingkan laki-laki. Sebuah lebih murah, karena bisa
studi oleh Mishna, Khoury-Kassabri, menyembunyikan identitas, juga
Gadalla, dan Daciuk (2012) karena acaranya terlihat oleh banyak

54
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri
ISSN Cetak : 2477-5673 ISSN Online : 2614-722X
Volume 09 Nomor 01, Maret 2023

orang. Di sisi lain, yang menjadikan berharap korban menyadari


Facebook dan Instagram sebagai kesalahannya, merendahkan dan
media paling banyak digunakan mempermalukan korban, merasa
untuk bullying mungkin karena kedua sakit hati dan dendam, ingin
media sosial ini memiliki pengguna mendapat perhatian dan mencari
terbanyak di Indonesia. Menurut hasil kesenangan. . Studi ini juga
survei APJII (2016), konten media menunjukkan bahwa pelaku
sosial yang paling banyak dikunjungi cyberbullying kebanyakan adalah
adalah Facebook dengan 71,6 juta teman dekat korban, baik itu teman di
pengguna atau 54%. Sementara itu, sekolah maupun teman di rumah.
Instagram berada di posisi kedua Beberapa kasus pelecehan di mana
dengan 19,9 juta pengguna atau korban atau seseorang dengan
15%. identitas anonim tidak diketahui. Hasil
Alasan utama remaja ini berbeda dengan penelitian
mengalami cyberbullied adalah untuk Englander (2012) yang menemukan
bersenang-senang, balas dendam, bahwa 72% korban bullying
atau karena marah atau kesal dilaporkan pernah mengalami
kepada korban. Ketiga jawaban ini bullying oleh pelaku dengan identitas
tampaknya terkait. Terkait hasil anonim. Perbedaan ini kemungkinan
tersebut, tampaknya para remaja itu karena faktor budaya mempengaruhi
sedang meledek teman-temannya. sasaran bullying remaja. Dalam
Namun, korban menganggap apa budaya Timur, di beberapa
yang dilakukan pelaku bukanlah masyarakat, "menyeberang" adalah
lelucon. Oleh karena itu, hal itu bagian dari cara mengungkapkan
membuat mereka malu dan sakit, persahabatan. Ketika remaja mem-
menyebabkan mereka membalas bully teman dekat mereka dalam
dendam pada pelakunya. Akibatnya, konteks yang benar, adalah normal
mereka akhirnya saling membully. untuk melakukan sesuatu yang juga
Temuan ini dapat melengkapi dapat diterima. Namun, dalam
penelitian Persada (2014) bahwa ada jejaring sosial relasional di dunia
beberapa motif yang memotivasi maya, konteks semacam itu menjadi
seseorang melakukan bullying di sangat relasional. Karena pelaku dan
dunia maya. Motif pelaku bully adalah korban tidak berada dalam konteks
membuat korban merasa dibully, yang sama. Mereka tidak dapat

55
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri
ISSN Cetak : 2477-5673 ISSN Online : 2614-722X
Volume 09 Nomor 01, Maret 2023

menangkap karakteristik non-verbal pihak yang berinteraksi mengalami


atau ucapan orang lain. Hal ini dapat miskomunikasi dan kesalahpahaman.
menyebabkan remaja manapun yang Selain itu, hasil penelitian
berinteraksi. menunjukkan bahwa cyberbullying
Konteks ini mempengaruhi menimbulkan beberapa masalah
bagaimana anak muda psikologis pada korbannya. Mereka
menginterpretasikan dan bereaksi marah, malu, tidak bisa
terhadap perilaku teman mereka, berkonsentrasi dan tidak pergi ke
konsisten dengan penelitian penulis sekolah. Pengalaman psikologis yang
sebelumnya. Ketika remaja dirasakan dari responden ini
berinteraksi dengan temannya, konsisten dengan banyak penelitian
mereka menggunakan prinsip “jika- sebelumnya. Cyberbullying
maka” untuk membangkitkan perilaku berdampak negatif terhadap
yang sesuai konteks. Remaja kesehatan mental seseorang
mempertimbangkan sifat teman dan (Bottino, Bottino, Regina, Correia, &
situasi sekitarnya untuk menentukan Ribeiro, 2015).
perilaku yang sesuai. Selain itu, saat Pandangan pelaku terhadap
bersama teman, mereka lebih dampak cyberbullying juga hampir
cenderung merasa nyaman, bebas, sama dengan pandangan korban.
bisa tampil apa adanya, dan lebih Mereka beranggapan bahwa
banyak humor (Sartana & Helmi, seseorang yang menjadi korban
2014). cyberbullying merasa sedih, takut,
Terlepas dari konteks, Caldwell marah, cemas dan terancam karena
(2013) menemukan bahwa individu bullying yang telah mereka lakukan.
berperilaku berbeda di dunia maya Namun ada juga penulis yang
dibandingkan di dunia nyata karena beranggapan bahwa para korban
mereka memiliki kesadaran terbatas senang dengan bullying yang mereka
akan kehadiran orang yang lakukan. Anggapan seperti itu
berinteraksi dengannya. Hal ini mungkin muncul karena mereka
dikarenakan individu tidak dapat menganggap bahwa bullying yang
melihat ekspresi wajah, nada suara mereka lakukan hanyalah sebuah
atau bahasa verbal orang lain saat lelucon. Biasanya respon korban
berinteraksi di dunia maya. Kondisi terhadap cyberbullying adalah
ini seringkali menyebabkan pihak- mengabaikannya dan membalas

56
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri
ISSN Cetak : 2477-5673 ISSN Online : 2614-722X
Volume 09 Nomor 01, Maret 2023

dendam atau menceritakannya serius daripada bullying di dunia


kepada orang lain. Terlihat bahwa nyata. Hasil penelitian ini konsisten
mengabaikan dan melawan adalah dengan penelitian sebelumnya.
reaksi utama para korban ketika Menurut Campbell (2007), hal ini
mereka di-bully di dunia maya. Dalam dikarenakan penonton yang melihat
konteks ini, sebuah studi oleh kejadian lebih banyak, jenis materi
Junovan dan Grossi (2008) yang digunakan untuk bullying tahan
menunjukkan bahwa 90% remaja lama, faktor anonimitas, dan kejadian
korban bullying tidak berbagi dapat terjadi kapan saja. Waktu, tidak
pengalamannya dengan orang lagi terbatas pada ruang dan waktu.
dewasa. Mereka enggan berbagi Studi ini menunjukkan bahwa hampir
pengalaman karena takut orang setengah dari responden adalah
tuanya akan membatasi aktivitas korban cyberbullying dan
mereka saat mengakses seperlimanya adalah korban bullying.
internet.Tindakan korban dalam Perempuan cenderung menjadi
merespon cyberbullying dengan korban, laki-laki cenderung menjadi
pembalasan menjadi alasan pelaku. Kasus cyberbullying yang
mengapa cyberbullying kembali paling umum terjadi di Facebook,
terjadi. Seperti disebutkan SMS, dan Instagram. Media
sebelumnya, pelaku awalnya kebanyakan berupa tulisan, gambar
menggoda korban untuk iseng. dan video. Pelaku cyberbullying
Namun, para korban tidak biasanya adalah teman korban.
memahaminya dengan cara yang Namun, beberapa pelakunya adalah
sama. Korban merasa marah dan orang yang tidak mengenal korban.
malu dengan tindakan tersebut. Pelaku bully mem-bully korban
Perasaan ini mendorong mereka dengan berbagai alasan antara lain
untuk membalas dengan ingin membuat lelucon untuk
mengintimidasi pelaku, yang membalas dendam, tidak bisa
mengakibatkan cyberbullying bertemu langsung dengan korban,
berulang kali. bisa menyembunyikan identitasnya
Temuan penelitian lain untuk menarik perhatian korban
menunjukkan bahwa baik korban untuk memberi pelajaran, dan karena
maupun pelaku percaya bahwa itu. mudah untuk dilakukan
cyberbullying memiliki efek yang lebih

57
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri
ISSN Cetak : 2477-5673 ISSN Online : 2614-722X
Volume 09 Nomor 01, Maret 2023

Tanggapan korban terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh


intimidasi adalah mengabaikannya, Ipsoss. Dalam survei terhadap
membalas, memberi tahu keluarga 18.687 warga di 24 negara, termasuk
dan pihak berwenang tentang hal itu, Indonesia, Ipsoss menemukan
atau membiarkannya terjadi. bahwa satu dari delapan orang tua
Cyberbullying membuat responden mengatakan anaknya menjadi korban
marah, malu, cemas, dan tidak fokus. pelecehan dan penghinaan media
Sebagian besar korban percaya online (Napitupulu, 2012). Sementara
bahwa cyberbullying lebih serius itu, hasil penelitian ini menunjukkan
daripada bullying fisik karena banyak bahwa hampir setiap detik orang
orang yang melihat kejadian tersebut. pernah menjadi korban cyberbullying.
Studi ini menunjukkan bahwa insiden Jika diamati lebih dekat, penelitian ini
bullying lebih banyak terjadi di menunjukkan bahwa lebih banyak
Padang dan Indonesia dibandingkan wanita daripada pria yang menjadi
di tempat lain. Oleh karena itu, pihak korban cyberbullying. Bagi penulis,
terkait harus melakukan berbagai situasinya terbalik. Jalan Harapan no.
upaya preventif untuk SMPN 4 Pantai Labu Satu Atap
menghadapinya. Penting juga untuk Pelajar memiliki lebih banyak korban
mendidik orang tua tentang di kalangan perempuan dibandingkan
fenomena intimidasi online. laki-laki. 700, Kecamatan Pantai
Sebaliknya, penting bagi peneliti Labu.
masa depan untuk menyelidiki Ketentuan UU ITE saat ini
dengan populasi dan wilayah yang mencakup semua laporan
lebih besar. Tidak hanya penting, cyberbullying berdasarkan Pasal
tetapi juga mengkaji pengalaman 27(3), Pasal 27(4), Pasal 29, Pasal
korban dan pelaku ketika dilecehkan 28(2), Pasal 45 dan Pasal 52.
di dunia maya. Pelecehan dengan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik, a
D.Kesimpulan pelaku akan dituntut sesuai dengan
Banyaknya remaja yang ketentuan Pasal 27(3), sedangkan
menjadi korban bullying online pelecehan melalui ancaman atau
nampaknya tidak diketahui banyak pemerasan akan dipidana sesuai
orang tua. Hal ini tercermin dari dengan ketentuan Pasal 27(4) dan
perbedaan hasil penelitian ini dengan Pasal 29. Jika hal itu menimbulkan

58
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri
ISSN Cetak : 2477-5673 ISSN Online : 2614-722X
Volume 09 Nomor 01, Maret 2023

perasaan benci atau permusuhan cyberbullying dan unsur-unsurnya


terhadap individu, mereka dihukum harus dikonsultasikan pada setiap
sesuai dengan Pasal 28(2). Meninjau bagian peraturan perundang-
urgensi hukum pidana Indonesia undangan yang berlaku, agar laporan
tentang cyberbullying di jejaring yang diterima diperlakukan dengan
sosial harus diselaraskan antara UU pasal yang relevan dan memenuhi
ITE dengan hukum pidana. karakteristik kejahatan.
Penegasan putusan terhadap

DAFTAR PUSTAKA Eugene: Center for Safe and


Responsible Internet Use.
Gosita, A. (1989). Masalah Yulia, R. (2010). Viktimologi;
Perlindungan Anak. Akademi Perlindungan Hukum terhadap
Presindo. Korban Kejahatan. Graha Ilmu.
KBBI. (2019). Rundung. https://www.kbbi.web.id/rundung
Rifauddin, M. (2016). Fenomena , diakses tanggal 1 Desember
Cyberbullying Pada Remaja 2019 pukul 21.00 wib
(Studi Analisis Media Sosial Undang-Undang Nomor 19 Tahun
Facebook). Jurnal Ilmu 2016 tentang Perubahan
Perpustakaan, Informasi, Dan Undang-Undang Nomor 11
Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, Tahun 2008 tentang Informasi
4(1),35–44. dan Transaksi Elektronik Kitab
Willard, N. (2006). Cyberbullying and Undang-Undang Hukum Pidana
Cyberthreats: Responding To Rancangan Undang-Undang
the Challenge of Daring Sosial Kitab Hukum Pidana
Cruelty, Threats, and Distress.

59

Anda mungkin juga menyukai