Anda di halaman 1dari 5

MENYUSUN NASKAH POLEMIK

Polemik Cyberbullying Merusak Mental Generasi Muda


Karya: Paskalis Ronaldo
(Diajukan Untuk Memunuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Kaifiyat Mujadalah)
Dosen Pengampu:
Dr. H. Aep Kusnawan, M.Ag.
Hj. Yuyun Yuningsih, S.Sos.I, M.Ag

Diusun oleh:
Nida’an Khofiyan 12240400089

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022/2023
MATERI NASKAH POLEMIK
POLEMIK CYBERBULLYING MERUSAK MENTAL GENERASI MUDA
Oleh: Paskalis Ronaldo
(Sebagai Sumber Yang Akan Ditanggapi Di Dalam Naskah Polemik)

14/10/2021

Di zaman serba digital saat ini, banyak hal dapat dijangkau menggunakan internet lebih
tepatnya media sosial. Saat ini sebagian besar pengguna media sosial adalah generasi muda.
Dengan demikian pengaruh media sosial sangat besar dan signifikan dalam perkembangan
zaman yang semakin modern. Namun, dalam penggunaan media sosial, ada hal-hal negatif
yang perlu mendapat perhatian dari berbagai kalangan, dan inilah yang perlu diwaspadai oleh
generasi muda yang sangat mudah terbawa arus. Salah satu contoh hal negatif yang perlu
mendapat perhatian besar adalah maraknya cyberbullying yang terjadi di kalangan generasi
muda dengan menggunakan sarana media sosial.
Menurut Unicef, cyberbullying diartikan sebagai perundungan dengan menggunakan
teknologi digital yang dilakukan dengan menunjukkan perilaku berulang yang ditujukan untuk
menakuti, membuat marah, atau mempermalukan mereka yang menjadi sasaran
(unicef.org). Cyberbullying dapat dilakukan oleh siapa saja dengan tujuan untuk menyudutkan
atau mempermalukan sasaran bullying.
Cyberbullying dapat terjadi pada siapa pun tanpa melihat jabatan, status, usia, atau
pendidikan orang yang menjadi sasaran. Namun, yang sangat disayangkan bahwa
korban cyberbullying ini banyak didominasi oleh generasi muda yang adalah masa depan
bangsa. Dalam sebuah data yang dirilis oleh KPAI per 31 Agustus 2020, ada 33 laporan
kasus cyberbullying yang diterima dan ada 8 orang dinyatakan sebagai pelaku cyberbullying.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kasus cyberbullying masih marak terjadi terutama
dizaman serba digital saat ini. Dari sebuah penelitian yang sama yang diunggah di
Kompas.com, ditemukan data bahwa media sosial menjadi sarana yang sangat sering
digunakan untuk melakukan cyberbullying. Pada peringkat pertama ada Instagram, kemudian
menyusul Facebook, Snapchat, Whatsapp, Youtube, dan terakhir Twitter .
Segala bentuk perundungan dengan media dan sarana apapun pada dasarnya adalah
salah. Oleh karena itu, pemerintah mengatasi hal itu dengan membuat peraturan
terkait cyberbullying. Kasus cyberbullying juga diatur bersamaan dengan cybercrime lainnya
dan dapat dijerat dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi Transaksi
Elektronik (ITE) Pasal 27 ayat (1), ayat (3), ayat (4), Pasal 28 ayat
(ketik.unpad.ac.id07/07/2021). Di zaman serba digital ini semua orang dari berbagai kalangan
dapat menjadi korban cyberbullying dengan berbagai bentuk perundungan. Salah satu
contoh cyberbullying yang akhir-akhir ini sering digunakan adalah memunculkan meme
seseorang dengan ditambahkan kata-kata yang kurang baik pada meme tersebut.
Korban cyberbullying dapat mengalami depresi dan tekanan mental yang cukup berat ketika
korban tidak dapat mengatasi dan menerima hal itu. Dampak yang paling dapat dilihat secara
jelas dari korban cyberbullying adalah menjadi pribadi yang pendiam dan takut untuk bergaul.
Hal itu dipengaruhi oleh tekanan dan perundungan yang diterima, sehingga korban menjadi
pribadi yang mudah curiga, mudah merasa gelisah, tidak percaya diri, dan bahkan yang paling
parah adalah ketika korban berusaha bunuh diri.
Kasus cyberbullying di Indonesia sendiri cukup memprihatinkan bahkan sampai tahun
2020 ada 2.473 laporan perundungan atau bullying, baik yang secara langsung maupun dengan
menggunakan sarana media sosial yang diterima oleh KPAI. Pada tahun 2021
OECD Programme for International Student Assessment (PISA) merilis
data cyberbullying pada anak-anak dan remaja di Indonesia, yaitu sebesar 41% siswa pernah
mengalami perundungan. Angka kejahatan cyberbullying nampaknya terus meningkat seiring
dengan berkembangnya teknologi dan media sosial.
Sangat memperihatinkan ketika kasus cyberbullying banyak terjadi pada kalangan
generasi muda terutama para pelajar, baik yang menjadi korban maupun pelaku. Generasi muda
yang harusnya berjuang untuk membangun bangsa Indonesia justru merusak mental generasi
muda sendiri. Dampak yang ditimbulkan dari cyberbullying dapat dengan cepat merusak
mental generasi muda yang dipersiapkan untuk membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Oleh karena itu, semua bentuk cyberbullying dapat dicegah dengan menerapkan pola
penggunaan media sosial yang baik dan sopan sejak dini. Semua itu berawal dari diri sendiri
dalam menerima dan mengolah segala informasi yang diterima dari media sosial. Media sosial
dapat menjadi sarana yang baik dalam menjalin komunikasi satu sama lain ketika digunakan
dengan bijak.
Selain itu, perlunya pendampingan yang intensif dan bantuan dari keluarga maupun
orang terdekat korban untuk mengembalikan dan menyembuhkan mental dan psikis yang telah
rusak akibat cyberbullying. Dalam mengatasi hal ini, tidak bisa hanya mengandalkan
pemerintah maupun pihak yang berwajib namun perlu adanya usaha dan perlindungan dari
orang-orang terdekat, seperti keluarga, sahabat, guru, serta siapa pun yang dapat dipercaya.
Marilah kita perangi dan cegah cyberbullying sejak saat ini untuk menyelamatkan generasi
muda dan masa depan bangsa Indonesia.

NASKAH POLEMIK
POLEMIK CYBERBULLYING MERUSAK MENTAL GENERASI MUDA
Nida’an Khofiyan
Pengembangan Masyrakat Islam, Dakwah dan Komunikasi, UINN Sunan Gunung Djati
Bandung
Email: nidaankhofiyan1234@gmail.com

Pendahuluan
Dapat disadari bahwa arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang menjadi fenomena
modernisasi sehingga berhasil merevolusi dunia ke arah kemajuan. Dapat dikatakan sebagai
perkembangan zaman alhasil beragam pula tingkat kejahatan dan kriminal yang disebabkan
kemajuan teknologi ini. Salah satu contoh adanya modernisasi dan kemajuan teknologi ditandai
dengan hadirnya teknologi komunikasi dan informasi melalui internt yanng memudahkan
dalam mengakses informasi apapun, dimanapun, dan kapapun tanpa adanya batasan ruang dan
waktu. Seiring perkembangan zaman, teknologi terus mengembangkan invosinya dengan
mulai menciptakan berbagai aplikasi dan media sosial seperti Instagram, Whats App, Line,
Facebook, Twitter, Telegram, dan masih banyak lainnya yang menjadi penghubung interaksi
sosial secara virtual. Akan tetapi efek dari kemajuan teknologi ini mampu mengahasilkan
berbagai tindakan krimanal baru didalamnya seperti fenoma perundungan di media sosial atau
yang disebut dengan “Cyber Bullying”. Di era modern yang serba praktis dan canggih ini, ada
istilah baru yang mana "jari mu adalah harimau mu" sebab saat ini metode interaksi individu
dengan individu lainnya dilakukan dengan perantara media dan platform digital seperti
Instagram, Whats App, Line, Facebook, dan lain sebagainya yang telah ada karena hasil
modernisasi.
Pembahasan
Memasuki zaman serba digital saat ini, banyak sekali hal dapat dijangkau menggunakan
internet lebih tepatnya media sosial. Saat ini sebagian besar pengguna media sosial adalah
generasi muda. Dengan demikian pengaruh media sosial sangat besar dan signifikan dalam
perkembangan zaman yang semakin modern. Hal ini mencangkup tindakan menindas,
mengintimidasi, melecehkan, mengancam hingga mempermalukan orang lain. Adapun faktor
pelaku melakukan tindakan seperti ini diakibatkan karena pola asuh keluarga yang kurang baik,
pengaruh pergaulan seseorang, dan intensitas penggunaan media sosial yang berlebihan
membuat seseorang menyerap berbagai informasi yang bisa saja negatif kemudian ditiru dan
dilampiaskan pada orang lain dengan cara bullying melalui media sosial secara sadar ataupun
tidak. Dan kenapa bentuk perundungan ini sering terjadi kepada anak muda dikarnakan
kurangnya kemampuan dalam mengontrol perilaku, menyebabkan ketidakmampuan mengola
emosi hingga akhirnya memicu hastrat untuk balas dendam demii bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan. untuk meminimalis terjadinya bentuk fenomena cyberbullying ini maka
perlu adanya batasan dalam penggunaan media sosial untuk mengurangi penggunaan yang
tidak perlu, mempertimbangkan setiap postingan apakah mempunyai efek buruknya, selektif
dalam berkomentar dan jangan mudah terpancing. Saya setuju bahwa cyberbullying dapat
merusak mental generasi muda menjadi kurang percaya diri dan bahkan mempunyai keinginan
untuk bunuh diri. Agar cyberbullying tidak terjadi bisa menggunakan metode diatas seperti
Semua itu berawal dari diri sendiri dalam menerima dan mengolah segala informasi yang
diterima dari media sosial. Media sosial dapat menjadi sarana yang baik dalam menjalin
komunikasi satu sama lain ketika digunakan dengan bijak.
Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwasannya, fenomena perundungan cyberbullying ini
dapat diminimilasir dengan adanya dampingan dari orang tua dalam penggunaan media sosial.
Selain itu juga cyberbullying tidak memerlukan pertemuan tatap muka dan dapat terjadi
melalui berbagai platform online. Dampak dari cyberbullying dapat sangat merugikan
korbannya, termasuk stres, depresi, kehilangan kepercayaan diri, dan masalah-masalah lainnya.
Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya cyberbullying dan
mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya.
Sumber yang ditanggapi: https://thecolumnist.id/artikel/cyberbullying-merusak-mental-
generasi-muda-1903.

Anda mungkin juga menyukai