Anda di halaman 1dari 6

ISLAMIC COUNSELING FAIR (ICF) 2019

ESSAY COMPETITION (Media Sosial)

(Peran Generasi Millenial Mengatasi Cyber Bullying Melalui Media Sosial)

DIUSULKAN OLEH:

Fanny Rahmawati

Psikologi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2019
Peran Generasi Millenial Mengatasi Cyber Bullying Melalui Media Sosial

Pendahuluan
Kasus bullying di era millenial ini perlu mendapatkan perhatian khusus. Terdapat
161 kasus, 41 kasus diantaranya adalah kasus anak pelaku kekerasan dan bullying
(dilansir dari nasional.tempo). Menurut data KPAI, tercatat 8 kasus anak korban
kebijakan yang terjadi selama 4 bulan pertama 2019. Terdiri dari korban
pengeroyokan sebanyak 3 kasus, kekerasan fisik 8 kasus, kekerasan seksual 3 kasus,
dan 12 kasus kekerasan bullying dan psikis. Serta terdapat kasus anak yang membully
gurunya sebanyak 4 kasus. Kasus tersebut banyak terjadi di jenjang Sekolah Dasar
(Data KPAI).

Beberapa kasus bullying yang belum lama ini sangat hangat diperbincangkan
oleh publik adalah kasus bullying yang terjadi pada Audrey. Kasus tersebut berawal
dari bully di media sosial. Dilanisr dari detik.com, Si korban bully dengan insial A ini
merupakan siswi SMP di daerah Pontianak. Kekerasan yang di alami si A berawal
dari cekcok akibat saling mengejek dengan salah satu siswi SMA di media sosial. Hal
tersebut memancing perkelahian antara keduanya. Berita mengenai kasus itu langsung
menjadi sorotan publik dengan munculnya tagar JusticeforAudrey. Kasus-kasus
mengenai cyber bully terus meningkat di media sosial. Dalam dunia maya, bullying
banyak terjadi pada kekerasan psikis dan kekerasan verbal. Tahun 2018 kasus cyber
bullying ini mengalami peningkatan menjadi 2016 kasus (dilansir dari
m.liputan6.com).

Istilah bullying memang sudah tidak asing di wilayah Indonesia ini. Bullying
merupakan tindakan seseorang yang atau sekelompok orang baik secara verbal,
psikologis, dan fisik untuk menyakiti orang lain sehinggaorang tersebut merasa takut,
tertekan, depresi, dan trauma (Sejiwa,2008). Pelaku bullying sering disebut sebagai
bully. Seorang bully tidak memandang gender ataupun usia. Saat ini bullying banyak
terjadi di sekolah ataupun oleh remaja. Dampak akibat dari bullying beresiko
mengalami masalah kesehatan, baik secara fisik maupun psikis. Seseorang akan
mengalami kecemasan, ketakutan, pesimis, depresi, kegelisahan bahkan bunuh diri
jika ditinjau dari keadaan psikisnya. Dalam fisiknya orang tersebut akan mengalami
sakit kepala, sakit perut, ketegangan otot.

Pelaku bullying biasanya bersifat agresif, baik secara verbal maupun psikis, ingin
popular, cari perhatian, iri hati, pendendam, hidup berkelompok, dan ingin menjadi
penguasa disekolahnya (Astuti,2008). Target yang dibully biasanya orang yang suka
menyendiri dan kurang bahagi serta seseorang yang tidak memiliki teman dekat atau
kurang didekati teman yang lain.
Faktor yang mempengaruhi bullying sangat banyak antara lain berasal dari
keluarga, sekolah, lingkungan sosial, dan tayangan televisi (Ariesto,2009). Keluarga
merupakan rumah utama bagi setiap orang. Dimana dalam keluarga kita dapat
bertukar pikiran dan berbagi cerita. Akan tetapi, akan tetapi keluarga juga memicu
pembentukan sikap bullying bagi anak. Contohnya orang tua yang sering bertengkar,
orang tua yang menghukum anak terlalu berlebihan sehingga membuat anak menjadi
agresif dan membuat anak meniru perilaku tersebut. Faktor dari sekolah sangat luas
cakupannya. Seperti kurangnya rasa perhatian guru terhadap tingkah laku muridnya,
sehingga murid tersebut berperilaku seenaknya dan kurangnya sikap saling
menghargai antar sesama. Dari lingkungan sosial bisa dari kondisi kemiskinan. Yang
membuat orang tersebut berkinginan untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya
disekolah dia akan memalaki orang lain agar kebutuhannya terpeniuhi. Faktor yang
terakhir adalah dari tayangan televisi. Sebanyak 56,9% anak meniru adegan film yang
di tontonnya, umumnya anak mengikuti geraknya (64%) dan kata-katnya (43%)
(Saripah,2006). Serta terdapat kasus bullying yang diakibatkan melalui media sosial
yang biasa dikenal dengan istilah Cyber Bullying.

Pembahasan
Perkembangan teknologi yang semakin canggih ini membuat pola kehidupan
masyarakat menjadi berubah dan sulit dikontrol. Hal itu terjadi karena adanya alat
komunikasi yang semakin canggih dengan ditambah fitur-fitur aplikasi yang membuat
semua orang dimanjakan dengan hal tersebut. Bertambahnya fitur media sosial seperti
facebook, whatsapp, line, bbm, instagram, dan beragam fitur lainnya membuat
masyarakat menjadi terbius dan kurangnya komunikasi langsung antar personal.
Adanya media sosial juga menyebabkan salah satu bentuk kekerasan yang sering
dialami oleh remaja di dunia maya seperti Cyber Bullying. Cyber Bullying merupakan
tindakan seseorang ataupun kelompok yang dilakukan melalui media sosial untuk
menyakiti orang lain.

Generasi millenial saat ini banyak yang menggunakan media sosial untuk
kesenangan semata tanpa berpikir apa yang akan terjadi nantinya. Mereka
menggunakan media sosial lebih banyak untuk mengupdate status yang di lakukan
dalam kesehariannya atau untuk mencurahkan seputar curhatan hatinya (dilansir dari
CNN Indonesia). Hal ini perlu diperhatikan secara khusus karena sebagai generasi
millenial kita dituntut menjadi penerus bangsa ini.

Cyber bullying memang marak di Indonesia. Salah satu media sosial yang yang
lebih banyak menghadirkan Cyber Bullying adalah pada instagram. Bagi generasi
millenial saat ini, aplikasi instagram memang sangat dikenal bahkan setiap orang
memiliki dan tidak memandang usia. Dalam instagram Cyber Bullying bisa terjadi
lewat postingan atau komentar yang kurang baik. Seperti yang dilansir dari detik.com,
dalam berita tersebut dijelaskan jika menemukan konten yang kurang baik bisa
dilaporkan dan akan dihapus konten tersebut. Head of Instagram, Adam Mosseri juga
mengatakan bahwa akan membuat fitur terbaru untuk memerangi Cyber Bullying
yang berisikan cara untuk mengidentifikasi dan foto-foto yang sifatnya menghina.
Media sosial sangat berpengaruh besar bagi perkembangan di zaman millenial ini.
Jika tidak digunakan secara lebih teliti, maka akan menyebabkan ke salah pahaman.
Termasuk juga Cyber Bullying pada media sosial juga berdampak psikis terhadap
kondisi orang yang mengalami hal tersebut. Seseorang yang mengalami Cyber
Bullying akan merasa down, frustasi, rasa kurang percaya diri, dan rasa sedih.

Dalam hal ini, sebagai generasi millenial tentunya harus menjadi contoh yang
baik bagi generasi penerus selanjutnya termasuk harus bijak dalam penggunaan media
sosial agar tidak menyinggung pihak lain. Ada beberapa bentuk pencegahan dalam
mengatasi Cyber Bullying yaitu (1) Sebelum menyebarkan informasi di media sosial,
sebaiknya mengecek kembali informasi tersebut agar tidak ada kesalahan, (2)
Penggunaan kaidah dalam berbahasa perlu diperhatikan, (3) Diadakannya sosialisasi
mengenai dampak dan pencegahan Cyber Bullying terutama bagi remaja, (4)
Mengadakan kampanye anti Cyber Bullying melalui media sosial secara berkala, (5)
Korban harus memiliki sikap yang aktif dalam melaporkan kejadian Cyber Bullying
kepada pihak media sosial, (6) Menanamkan rasa percaya diri terhadap diri sendiri.1

Kesimpulan
Kasus bullying memang marak terjadi di era millenial ini terutama di Indonesia.
Dengan beberapa kasus dan kekerasan yang terjadi membawa dampak yang tidak baik
bagi korban bullying. Ada banyak faktor yang menyebabkan kasus bullying terjadi.
Hal ini juga berkaitan dengan kemajuan teknologi di era millenial ini, dimana perilaku
bullying menyebar melalui media sosial yang dikenal dengan Cyber Bullying. Istilah
tersebut sudah tidak asing bagi semua orang. Sebagai generasi millenial tentunya
harus menyikapi adanya hal tersebut. Penggunaan media sosial harus digunakan
sebaik-baiknya agar mengahsilkan konten yang positif dan bermanfaat bagi orang
laian.

1Hidajat, M., Adam, A.R., Danaparamita, M., Suhendrik. (2015). Dampak media sosial dalam cyber bullying.
ComTech, 6(1), 72-81.
Daftar Pustaka

Hidajat, M., Adam, A.R., Danaparamita, M., Suhendrik. (2015). Dampak media
sosial dalam cyber bullying. ComTech, 6(1), 72-81.

Tim Sejiwa. (2008). Bullying: Panduan bagi orang tua dan guru mengatasi
kekerasan di sekolah dan lingkungan. Jakarta: Grasindo.

Ariesto, A. (2009). Pelaksanaan program antibullying teacher empowerment.


Retrieved Juni 12, 2017, from http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123656-
SK%20006%2009%20Ari%20p%20-%20Pelaksanaan%20program-Literatur.pdf

Zakiyah, E.Z., Humaedi, S., Santoso, M.B. (2017). Faktor yang mempengaruhi
remaja dalam melakukan bullying. Jurnal Penelitian & PPM, 4(2), 129-389.

Hari Anak Nasional, KPAI Catat Kasus Bullying Paling Banyak. (2018, Juli 23).
Retrieved Agustus 8, 2019, from
https://www.google.com/amp/s/nasional.tempo.co/amp/1109584/hari-anak-nasional-
kpai-catat-kasus-bullying-paling-banyak

Berawal dari Bully di Medsos, Begini Kronologi Kasus Audrey. (2019, April 11).
Retrieved Agustus 8, 2019, from https://m.detik.com/news/berita/d-4506079/berawal-
dari-bully-di-medsos-begini-kronologi-kasus-audrey

Instagram Lebih Galak pada Pelaku Bullying. (2018, Oktober 23). Retrieved
from https://m.detik.com/inet/cyberlife/d-4269047/instagram-lebih-galak-pada-
pelaku-bullying?_ga=2.121162890.360919880.1566458910-520530113.1511879373

KPAI: Angka Kekerasan pada Anak Januari-April 2019 Masih Tinggi. (2019,
Mei 02). Retrieved from https://news.detik.com/berita/d-4532984/kpai-angka-
kekerasan-pada-anak-januari-april-2019-masih-tinggi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fanny Rahmawati

Tempat dan tanggal lahir : 22 April 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Asal Lembaga Pendidikan : Universitas Islam Indonesia

Jurusan : Psikologi

Angkatan : 2018

Alamat : Perum.Sambiroto Asri RT09 Blok C No 8 Purwomartani Kalasan Sleman

Telp/Hp : 085879623904

Email : frahmawati31@gmail.com

Prestasi/ Penghargaan : Juara Harapan II PKM Tingkat Prodi Psikologi UII Tahun
2018

Riwayat Organisasi : Anggota Tonti Bara 2014-2017

IMAMMUPSI UII 2019

Daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Jika terdapat kesalahan
data bukan tanggung jawab panitia.

Yogyakarta, 27 Agustus 2019

Fanny Rahmawati

Anda mungkin juga menyukai