Anda di halaman 1dari 10

Nama/Nim : Muhamad Pauzi Ramadan / 200207149

Judul Penelitian : Pengaruh Kontrol Diri terhadap perilaku Cyberbullying pada

Remaja di SMA Negeri 24 Bandung

Topik Penelitian : Topik Penelitian ini adalah terkait Kontrol Diri dan

Cyberbullying

Latar Belakang Penelitian :


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada era globalisasi ini perkembangan teknologi dan informasi di zaman

modern ini sudah tidak bisa dihindari lagi, banyak sekali manfaat yang bisa diambil

dari perkembangan ini. Namun, disisi lain ternyata ada dampak negatif dari adanya

perkembangan teknologi dan informasi ini.

Kita mengenal istilah media sosial saat ini yang dimana banyak berbagai jenis

atau platform yang bisa di sebut sebagai media sosial yang menyajikan berbagai

informasi menarik yang bisa memberitahu kita hal apa yang sedang terjadi di belahan

dunia lainnya, ditambah lagi akses internet yang semakin mudah didapatkan. Hal ini

tentunya menjadi pengaruh pandangan manusia terhadap sesuatu dan sedikit demi

sedikit akan mempengaruhi pola pikir dan budaya pada masyarakat. Hal ini

memberikan pengaruh yang sangat besar dalam setiap lini kehidupan manusia, baik

itu pengaruh positif maupun negatif (Subarjo & Setianingsih, 2020).

Nasrullah (2015) menyatakan bahwa media sosial adalah platform media yang

memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam

beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu media sosial dapat dilihat sebagai

medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus

sebuah ikatan sosial secara virtual. Selain itu Kerpen (2011) menyebutkan media

sosial adalah berupa gambar, tulisan, dan video yang dibagikan di antara orang-orang

dan organisasi secara daring (Indraswari et al., 2020).


Perkembangan penggunaan media sosial di Indonesia sangat berkembang

pesat. Berdasarkan laporan Digital 2020 yang dilansir We are Social and Hootsuite

oleh Kemp (2020), sekitar 175,4 juta jiwa penduduk Indonesia telah menggunakan

internet, dan 160 juta jiwa sebagai pengguna media sosial aktif. Sebanyak 210,3 juta

jiwa di antaranya berusia 13-17 tahun menduduki peringkat pertama sebagai

pengguna internet, dan menduduki peringkat ketiga dalam menggunakan media sosial

(Kemp, 2020). Hal ini tentunya harus menjadi perhatian penting, terlebih kepada para

remaja. Perlunya pengawasan supaya dampak negatif dari penggunaan media sosial

ini bisa dikendalikan.

Salah satu yang menjadi masalah di dunia media sosial yang sangat sering

terjadi adalah perundungan atau penghinaan terhadap seseorang yang dilakukan oleh

orang lain baik itu secara sengaja ataupun tidak sengaja atau yang kita kenal dengan

istilah cyberbullying.

Cyberbullying berasal dari cyber (Internet) dan bullying (ancaman).

Cyberbullying dapat dipahami sebagai perundungan online, perundungan yang

dilakukan di dunia digital atau di dunia maya atau media sosial. Pelecehan ini dapat

dilakukan melalui pesan teks, email, pesan instan, game online, situs web , ruang

chat, atau melalui jaringan sosial (Kowalski & Limber, 2013).

Dilansir dari Tribunnews.com berdasarkan hasil penelitian Center for Digital

Society (CfDS) per Agustus 2021 bertajuk Teenager-Related Cyberbullying Case in

Indonesia yang dilakukan pada 3.077 siswa SMP dan SMA usia 13-18 di 34 provinsi

di Indonesia. Menunjukan asil bahwa 1.895 siswa (45,35%) mengaku pernah menjadi

korban, sementara 1.182 siswa (38,41%) lainnya menjadi pelaku.


Remaja diartikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa

dewasa. Di masa ini juga setiap individu akan mengalami perkembangan di berbagai

aspek, seperti kognitif (pengetahuan), sosial, emosional serta moral. (Tyas Mayasari,

2021)

Diusia remaja memang sangat rawan untuk melakukan perilaku cyberbullying

ini karena mereka belum memiliki kontrol diri yang baik, sebab pengendalian emosi

mereka belum matang. Kematangan emosi sangat diperlukan sebagai pendewasaan

diri. Individu dengan kematangan dalam hal emosi dapat diidentifikasikan sebagai

individu yang mampu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bertindak,

tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang tidak

matang (Hurlock, 1994: 213). Individu yang telah mencapai kematangan emosi

mampu mengontrol dan mengendalikan emosinya, dapat berpikir secara baik dengan

melihat persoalan secara obyektif dan mampu mengambil sikap dan keputusan akan

suatu hal yang tepat (Walgito, 1984: 42).

Sementara Bullying dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan atau perilaku

agresif yang sengaja dilakukan oleh seseorang ataupun oleh sekelompok orang secara

terus menerus dilakukan kepada korban dengan tujuan menjatuhkan korban yang

tidak dapat mempertahankan dirinya. (Kathryn Gerald, 2013). Dengan kata lain

adanya penyalahgunaan kekuasaan dari satu pihak kepada pihak lain yang

mengakibatkan kerugian bagi korbannya.

Selain itu kasus cyberbullying yang saat ini marak terjadi adalah penyebaran

foto maupun video seseorang yang dirasa tidak senonoh atau kontroversial, yang

dimana mengarah kepada satu orang. Namun, keaslian dari berita ini juga belum dapat

di pastikan kebenarannya dan mengakibatkan adanya korban perundungan di media


sosial. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Terry Brequet, Cyberbullying adalah

bentuk intimidasi yang pelaku lakukan untuk melecehkan korbannya melalui

perangkat teknologi. Pelaku ingin melihat seseorang terluka, ada banyak cara yang

mereka lakukan untuk menyerang korban dengan pesan kejam dan gambar yang

mengganggu dan disebarkan untuk mempermalukan korban bagi orang lain yang

melihatnya.

Salah satu kasus cyberbullying yang berujung tragis dan sempat

menggemparkan dunia adalah kasusnya Amanda Todd, seorang gadis berusia 15

tahun yang pernah viral di platform youtube pada tahun 2012. Amanda tidak

menyangka jika foto-foto fulgar dia tersebar di internet dan hal yang mengejutkan

adalah pelaku penyebar foto-fotonya itu adalah temannya sendiri yang bernama Aydin

Coban. Selain menyebarkan pelaku juga memeras amanda, hingga akhirnya amanda

menjadi bahan olok-olok atau menerima perilaku bullying di dunia nyata dan dunia

maya. Amanda yang tidak tahan dengan semua itu memilih untuk mengakhiri

hidupnya.

Dalam kasusnya amanda kita bisa melihat jika orang-orang yang tidak

mengenal amanda saja bisa ikut serta melakukan perilaku bullying, hal ini bisa terjadi

karena kontrol diri mereka yang rendah. Di Indonesia sendiri banyak kasus

cyberbullying, salah satunya yang sempat viral dan berujung laporan ke pihak

kepolisian adalah bullying yang dilakukan warganet kepada Bilqis putri dari

pedangdut Ayu Ting-Ting. Kasus cyberbullying yang kita ketahui muncul di publik

mungkin hanya sebagian kecil saja, bisa jadi banyak diluar sana yang menjadi korban

cyberbullying namun mereka tidak berani untuk melapor atau angkat bicara.
Self control atau kontrol diri merupakan kemampuan untuk menyusun,

membimbing, mengatur serta mengarahkan bentuk perilaku yang positif serta

merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu

selama proses proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang

terdapat di lingkungan sekitarnya. (Ramadona Dwi K & Supriatna M, 2019)

Marsela & Supriatna (2019) mengungkapkan bahwa salah satu tugas

perkembangan remaja yaitu memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan

diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup. Remaja yang memiliki

kontrol diri, akan memungkinkan remaja dapat mengendalikan diri dari perilaku-

perilaku yang melanggar aturan dan norma-norma yang ada di masyarakat.

Penelitian yang dilakukan Muhammad Azief Fatwa (2021) menunjukan 60

subjek di masuk kategori cyberbullying sangat rendah, 51 subjek dalam masuk

kategori cyberbullying rendah, 31 subjek masuk kategori cyberbullying sedang, 39

subjek masuk kategori cyberbullying tinggi, dan 23 subjek dalam kategorisasi

cyberbullying sangat tinggi. Data tersebut membuktikan bahwa semakin rendah

kontrol diri pada remaja maka semakin tinggi perilaku cyberbullying muncul pada

remaja, dan berlaku juga sebaliknya semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah

juga perilaku cyberbullying dapat terjadi.

Banyak dampak yang korban cyberbullying sarakan, dampaknya antara lain :

Fisik (seperti sakit kepala, sakit perut, gangguan tidur, kelelahan, dll), psikologis dan

Emosional (takut, perasaan teror, kecemasan, penderitaan, kesedihan, stres dan gejala

depresi), aktivitas sekolah (kurangnya motivasi dan penurunan nilai akademik) dan

psikososial (merasa kesepian, dikucilkan) (Navarro, Yubero & Larranaga (2016)).


Selain itu dampak yang paling mengerikan adalah keinginan untuk mengakhiri

hidupnya.

Dalam penelitian Sukmawati & Kumala (2020) cyberbullying pada remaja di

media sosial memiliki dampak yang begitu besar yang mempengaruhi segala aspek

kehidupan mulai dari aspek psikologis, fisik, dan juga sosial. Dampak cyberbullying

yang dirasakan bukan hanya pada korban saja, melainkan pelaku, pelaku dan korban

juga akan berdampak.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud untuk melakukan sebuah

penelitian tentang pengaruh kontrol diri terhadap perilaku cyberbullying pada remaja

di SMAN 24 Bandung. Dengan tujuan bagaimana hubungan dari kedua variabel ini..
Pertanyaan Penelitian : Bagaimana hubungan kontrol diri dengan perilaku

cyberbullying pada remaja di SMAN 24 Bandung?

DAFTAR PUSTAKA

Anwarsyah, F. (2017, Oktober). PENGARUH LONELINESS, SELF-CONTROL,

DAN SELF ESTEEM TERHADAP PERILAKU CYBERBULLYING PADA

MAHASISWA. TAZKIYA Journal of Psychology, Vol. 5 No. 2, 203 - 215.

Fazry, L., & Apsari, N. C. (2021). PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP

PERILAKU CYBERBULLYING DI KALANGAN REMAJA. Jurnal

Pengabdian dan Penelitian Kepada Masyarakat (JPPM), Vol. 2 No.1, Hal : 28

- 36.

Kathryn Gerald, Intervensi Praktis Bagi Remaja Berisiko (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2012), 72

Marsela, R. D., & Supriatna, M. (2019). Kontrol Diri : Definisi dan Faktor. Journal of

Innovative Counseling, Vol.3, No.2( 2548-3226), 65-69.

Mayasari, A. T., Febriyanti, H., & Orimadevi, I. (2021). Kesehatan Reproduksi

Wanita di Sepanjang Daur Kehidupan. Aceh: Syiah Kuaka University Press.

Mulawarman, & Nurfitri, A. D. (2017). Perilaku Pengguna Media Sosial beserta

Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan. Buletin

Psikologi, Vol. 25, No. 1, 36 - 44. doi:10.22146/buletinpsikologi.22759

Nasrullah, R. (2015). Media Sosial; Persfektif Komunikasi, Budaya, dan

Sosioteknologi. . Bandung: Simbiosa Rekatama Media.


Navarro, Raul., Yubero, Santiago., & Larranaga, Elisa (eds). 2016. Bandung: Remaja

Rosda Karya

Pandie, M. M., & Weismann, I. T. (2016). PENGARUH CYBERBULLYING DI

MEDIA SOSIAL TERHADAP PERILAKU REAKTIF SEBAGAI PELAKU

MAUPUN SEBAGAI KORBAN CYBERBULLYING PADA SISWA

KRISTEN SMP NASIONAL MAKASSAR. JURNAL JAFFRAY, Vol. 14, No.

1, 44 - 62.

Projo, K. D., Nuqul, F. L., & Widodo, R. W. (2022, Oktober). Pengaruh kontrol diri

terhadap agresivitas mahasiswa dalam unjuk rasa (demonstrasi) di Kota

Malang. Jurnal Psikologi Tabularasa, Vol.17(2), 107-131. Retrieved from

https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jpt/index

Purbohastuti, A. W. (2017, Oktober). EFEKTIVITAS MEDIA SOSIAL SEBAGAI

MEDIA PROMOSI. Tirtayasa EKONOMIKA, Vol. 12, No. 2, 212 - 231.

Sukmawati, A., & Kumala, A. P. (2020, Oktober). DAMPAK CYBERBULLYING

PADA REMAJA DI MEDIA SOSIAL. Alauddin Scientific Journal of

Nursing, Vol 1, No. 1, 55-65. Retrieved from

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/asjn/issue/view/1328

Anda mungkin juga menyukai