Abstract. Technology that is getting more advanced has not only positive but also negative
impacts. The number of cyberbullying cases keeps increasing as the use of information
technology appliances grows. The subjects of this research were 7th and 8th graders of state
junior high school “S”, who were 12-14 years of age and had been using information
technologies for at least 2 years. The result of this research showed that peer group conformity
and emotional regulation are related to the tendency in them of becoming cyberbulliers as
demonstrated by the F value=106.078 and p<0.01 with an adjusted R-square value of 0.702
(70.2%). Separately, peer group conformity in teenagers has a positive correlation and has an
effect with partial correlation value=0.603 and with an effective contribution=0.637. The
variable of emotional regulation separately has a negative correlation and has no effect with
partial correlation value=-0.092.
Keywords: cyberbullying, emotional regulation, peer group conformity
Abstrak. Teknologi yang pesat, memiliki dampak yang positif, tetapi juga memiliki dampak
negatif. Kasus cyberbullying akan terus meningkat seiring dengan kemajuan dalam
penggunaan perangkat teknologi informasi. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri
“S” kelas VII dan VIII, usia 12-14 tahun, dan menggunakan teknologi informasi minimal 2
tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelompok teman
sebaya dan regulasi emosi dengan kecenderungan menjadi pelaku cyberbullying pada remaja
yang ditunjukkan oleh nilai F=106,078 dan p<0,01, dengan nilai Adjust R Square sebesar 0,702
(70,2%). Secara terpisah kelompok teman sebaya memiliki hubungan positif dan memiliki
pengaruh dengan nilai korelasi parsial=0,603 dan memiliki sumbangan efektif sebesar 0,637.
Variabel regulasi emosi secara terpisah memiliki hubungan negatif dan tidak memiliki
pengaruh dengan nilai korelasi parsial=-0,092.
Kata kunci: cyberbullying, regulasi emosi, kelompok teman sebaya
JURNAL PSIKOLOGI 60
REGULASI EMOSI, TEMAN SEBAYA, PELAKU CYBERBULLYING
(Beran & Li, 2005; Li, 2007). Meskipun pribadinya di MySpace. Kemudian Tyler
teknologi komunikasi bermanfaat untuk Clementi, remaja berbakat yang terjun dari
keperluan siswa dalam belajar, namun jembatan George Washington di Manhat-
tidak menutup kemungkinan media tan akibat teman sekamarnya tanpa sepe-
tersebut memiliki dampak negatif seperti ngetahuannya mengekspos video aktivitas
cyberbullying (Cochrane, 2008). pribadinya dengan pasangan gay-nya
William (2012) menyatakan bahwa melalui fasilitas live-streaming.
ada beberapa hal yang dapat disimpulkan Di Jepang, survei yang dilakukan oleh
tentang perkembangan teknologi informa- Dewan Pendidikan di wilayah Hyogo,
si dengan remaja, yaitu; (1) Remaja bere- menunjukkan hasil survei bahwa 10%
volusi dengan perkembangan teknologi siswa sekolah menengah di Jepang menga-
yang signifikan, remaja tidak bisa lepas ku pernah menerima ancaman melalui
dari ponselnya yang berisi media sosial email, situs atau blog. Seorang siswa 18
seperti facebook dan twitter; (2) Teknologi tahun di Kobe, Jepang, melakukan bunuh
meningkatkan kehidupan sehari-hari re- diri setelah teman sekelasnya memajang
maja dengan berbagai macam cara, foto tidak senonohnya di situs dan mengi-
dengan berhubungan dengan siapapun rim email pemerasan. Kementerian Pendi-
tanpa terbatas ruang dan waktu; (3) Kema- dikan di Jepang melakukan evaluasi terha-
juan teknologi yang semakin berkembang dap data kasus bunuh diri remaja selama
dan canggih, memberikan manfaat yang 1999-2005. Sebanyak 16 kasus diselidiki
tidak terbatas sehingga memunculkan ber- ulang karena diduga terkait dengan
bagai dampak yang negatif jika tanpa bullying. Praktik bullying yang kian marak
adanya pengawasan, seperti predator dilakukan lewat media elektronik, teruta-
online, pornografi pada anak, dan pencu- ma telepon selular yang terhubung de-
rian identitas; (4) Dampak negatif lainnya ngan internet, seperti ancaman, ledekan,
yang sangat mendominasi kemajuan dan kekerasan psikologis lainnya dapat
teknologi informasi adalah cybersex dan diterima dengan mudah oleh korban di
cyberbullying; (5) Penyusunan undang- mana dan kapan saja. Markoto adalah
undang teknologi informasi yang dituju- remaja asal Jepang, dia mengaku sering
kan kepada pihak-pihak yang melakukann diteror dengan email berisi ancaman, foto-
tindak kriminalisasi (cybercrime); (6) nya sering dijadikan bahan ejekan, bahkan
Undang-undang yang dibuat mengalami banyak respon yang menyuruhnya meng-
pelanggaran hak anak yang di bawah akhiri hidupnya. Sehingga Markoto me-
umur, karena menghambat kebebasan mutuskan untuk tidak pergi ke sekolah,
berekspresi. Sehingga menjadi hak dan menderita anorexia dan dua kali mencoba
kewajiban orangtua untuk mengarahkan bunuh diri (Wahyu, 2012).
pendidikan anak-anak mereka. Beberapa survei yang dilakukan di
Kasus cyberbullying marak dibicarakan Amerika Serikat, yaitu The American Justice
di media beberapa tahun terakhir, di Departemen Suicide menyatakan bahwa
Amerika beberapa orang remaja memilih setidaknya satu dari empat orang siswa
bunuh diri akibat cyberbullying. Kasus sekolah di seluruh Amerika Serikat pernah
yang terkenal adalah kasus Megan Meier di-bully oleh temannya sendiri. Kemudian
yang memilih menggantung dirinya di hasil penelitian menunjukkan bahwa
kamar akibat kekerasan dan pelecehan bunuh diri adalah penyebab kematian ter-
verbal yang dialaminya melalui account besar di Amerika Serikat, yaitu 4.400 kasus
JURNAL PSIKOLOGI 61
MAWARDAH & ADIYANTI
per tahun. Dan penyebab terbesarnya ada- sehingga orang yang lebih kuat atau
lah karena depresi akibat bullying (Ericson, kelompok dapat mengganggu individu
2001). atau kelompok yang kurang kuat. Perilaku
Bullying memiliki beberapa bentuk, agresif ini berisi ketidakseimbangan ke-
salah satunya yaitu cyberbullying. Cyber- kuasaan baik secara fisik atau secara psi-
bullying bisa diartikan sebagai pencemaran kologis (Camfiled, 2006; Nansel, Overpeck,
nama baik dalam bentuk teks atau gambar Pilla, Ruan, Simons-Morton, & Scheidt,
(termasuk foto dan video) melalui internet, 2001).
ponsel, atau media elektronik lain. Sema- Fokus penelitian bullying lebih banyak
kin maraknya pengguna social networking pada fisik dan perilaku agresif secara
seperti facebook, friendster, twitter dan seba- verbal (Olweus, 1994; Prinstein, Boergers,
gainya membuat banyak orang membuka & Vernberg, 2001). Konsep bullying dan
informasinya. Informasi-informasi pribadi penipuan ini berubah mengikuti perkem-
jika dimanfaatkan oleh orang yang tidak bangan zaman, seperti terdapat agresi
bertanggung jawab bisa disalahgunakan yang dilakukan secara sembunyi-sembu-
(Agatson, Kowalski, & Limber, 2007). nyi seperti bergosip atau menyebarkan
Thompson (Kostiuk & Gregory, 2002) rumor tentang teman sebaya sendiri atau
menggambarkan regulasi emosi sebagai bukan dari kelompok teman sebayanya
kemampuan merespon proses-proses eks- (Crick & Gropeter, 1995).
trinsik dan intrinsik untuk memonitor,
mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi Cyberbullying
emosi yang intensif dan menetap untuk Cyberbullying adalah bentuk bullying
mencapai suatu tujuan. Ini berarti apabila yang terjadi ketika seseorang atau bebera-
seseorang mampu mengelola emosinya pa siswa menggunakan teknologi infor-
secara efektif, maka ia akan memiliki daya masi dan komunikasi seperti email, ponsel
tahan yang baik dalam menghadapi masa- atau pager, pesan teks, pesan singkat, web-
lah. site pribadi, situs jejaring sosial (misalnya
Bullying facebook, twitter, plurk, dan lain-lain), dan
game online, untuk digunakan secara
Berthold dan Hoover (2000) berpenda- sengaja, berulang-ulang dan perilaku yang
pat bahwa perilaku agresi yang dialami tidak ramah yang dimaksudkan untuk
pada masa kecil merupakan manifestasi merugikan orang lain (Belsey, 2007; Lines,
dari gaya hidup yang dikembangkan oleh 2007).
orangtua dan terus berlanjut hingga masa Salah satu faktor terpenting yang
remaja dan dewasa. Olweus dan Alsaker mempengaruhi praktik cyberbullying, yaitu
(dalam Berthold & Hoover, 2000) juga karena bersifat anonimitas, sehingga pela-
mengemukakan bahwa penindasan adalah ku mampu melecehkan atau menggangu
perilaku anti-sosial yang dilakukan oleh korban selama 24 jam. Anonimitas yang
pelajar dan perilaku ini dapat menimbul- terdapat dalam setiap model komunikasi
kan risiko di lingkungan sekolah. elektronik tidak hanya menyamarkan
Bullying adalah perilaku agresif yang identitas namun dapat mengurangi akun-
dimaksudkan untuk menyakiti atau meng- tabilitas sosial, sehingga memudahkan
ganggu orang lain, hal ini terjadi secara pengguna untuk terlibat dalam permusuh-
berulang-ulang dari waktu ke waktu, dan an, tindakan agresif (Li, 2007). Kemudahan
melibatkan ketidakseimbangan kekuatan teknologi memungkinkan pelaku dapat
62 JURNAL PSIKOLOGI
REGULASI EMOSI, TEMAN SEBAYA, PELAKU CYBERBULLYING
menganggu korban kapan saja dan di nar dan akurat tentang realitas dari orang
mana saja (David-Ferdon & Hertz, 2007). lain.
Sangat sedikit yang mengetahui ba-
gaimana risiko secara psikososial dalam Regulasi Emosi
keterlibatan baik pelaku maupun korban Kemampuan mengekspresikan emosi
dalam praktik cyberbullying. Beberapa hasil yang dilakukan baik secara lisan maupun
penelitian menunjukkan bahwa, terdapat tulisan dapat membantu meningkatkan
kemiripan antara bullying secara langsung kesehatan, kesejahteraan psikologis dan
dengan cyberbullying. Ada hubungan kuat fungsi fisik pada seseorang saat mengha-
antara cyberbullying dan ketidakmampuan dapi peristiwa traumatik dalam hidupnya
menyesuaikan diri secara psikososial baik dan membantu mengatasi distres psiko-
pelaku dan korbannya (Finkelhor, logis (Greenberg & Stone, 1992; Mendolia
Mitchell, & Wolak, 2006; Williams, & Kleck, 1993; Strobee, Stroebe, Schut,
Cheung, & Choi, 2000; Ybarra & Mitchell, Zech, & Bout, 2002).
2004a; Ybarra, Alexander, & Mitchell,
Aspek-aspek yang telah diuraikan
2005).
dapat disimpulkan, bahwa aspek-aspek
regulasi emosi adalah sebagai berikut; (1)
Kelompok Teman Sebaya
Pemantauan, yaitu kemampuan ini berhu-
Konformitas terjadi dalam beberapa bungan dengan bagaimana individu terse-
bentuk dan mempengaruhi aspek-aspek but membuat suatu penetapan akan
kehidupan remaja. Seseorang menampil- langkah apa yang akan digunakan untuk
kan perilaku tertentu karena setiap orang menghadapi segala bentuk emosi dan
lain menampilkan perilaku tersebut biasa- pikirannya (Garber & Dodge, 2004) se-
nya dapat disebut dengan konformitas. hingga dapat lebih dengan jelas memantau
Konformitas dijelaskan dengan sudut pan- emosi yang sedang dihadapi (Thompson
dang yang berbeda-beda. Menurut Brehm dalam Kostiuk & Gregory, 2002); (2)
dan Kassin (1993) mendefinisikan bahwa Penilaian, individu memberikan penilaian
konformitas sebagai tendensi manusia un- baik itu positif dan negatif atas segala
tuk merubah persepsi, opini atau perilaku peristiwa yang dihadapi sesuai dengan
dengan cara yang konsisten dengan norma pengetahuan yang dimilikinya dan bagai-
kelompok. mana menggunakan pengetahuannya ter-
Aspek-aspek konformitas yang dike- sebut untuk menghasilkan apa yang
mukakan oleh Harrold Kelly (Stephan & menjadi harapannya Thompson (Kostiuk
Stephan, 1985) dibagi menjadi dua aspek & Gregory, 2002). Penilaian positif dapat
konformitas, yaitu; (a) Aspek Normatif mengelola emosi secara baik, sehingga
yaitu pengaruh dari kelompok yang me- terhindar dari pengaruh-pengaruh emosi
nyebabkan seseorang individu berperilaku negatif yang membuat individu dapat
conform karena didasarkan pada keinginan bertindak diluar harapannya (Garber &
untuk dapat diterima oleh kelompok; (b) Dodge, 2004); (3) Pengubahan, yaitu peru-
Aspek Informatif, yaitu pengaruh dari bahan emosi ke arah yang lebih baik
kelompok yang menyebabkan seseorang dengan mengubah pengaruh negatif yang
individu dapat berperilaku conform karena masuk menjadi suatu dorongan dalam diri
didasarkan pada keinginan dan kebutuh- agar menjadi individu dengan motivasi
an untuk memperoleh informasi yang be- perubahan ke arah yang positif Thompson
(Kostiuk & Gregory, 2002), dan kemudian
JURNAL PSIKOLOGI 63
MAWARDAH & ADIYANTI
diterapkan dalam perilaku atas respon antara regulasi emosi dengan kecende-
yang dipilihnya (Garber & Dodge, 2004). rungan menjadi pelaku cyberbullying pada
Tujuan penelitian ini adalah untuk remaja.”
mengetahui secara empiris hubungan ke-
lompok teman sebaya dan regulasi emosi Metode
dengan kecenderungan menjadi pelaku
cyberbullying pada remaja. Sedangkan Variabel-variabel dalam penelitian ini
manfaat yang diharapkan dari penelitian terdiri dari variabel tergantung yaitu
ini adalah; (1) Memberikan data empiris kecenderungan menjadi pelaku cyberbully-
tentang hubungan kelompok teman seba- ing dan variabel bebas yaitu kelompok
ya dan regulasi emosi dengan kecende- teman sebaya dan regulasi emosi. Subjek
rungan menjadi pelaku cyberbullying pada yang digunakan berjumlah 90 orang dan
remaja. Sebagai sumbangan pemikiran memiliki ciri-ciri, rentang usia 12-14 tahun
bagi ilmu pengetahuan dan khususnya dan sudah menggunakan teknologi infor-
psikologi serta sebagai bahan kajian bagi masi minimal selama dua tahun.
pihak-pihak yang tertarik meneliti tentang Data penelitian dikumpulkan dengan
cyberbullying; (2) Hasil penelitian ini diha- menggunakan tiga alat ukur yaitu: (1)
rapkan dapat memberikan informasi ten- Skala Kecenderungan Menjadi Pelaku
tang pentingnya kelompok teman sebaya Cyberbullying (2) Skala Kelompok Teman
yang positif dan kemampuan dalam mere- Sebaya dan (3) Skala Regulasi Emosi. Pada
gulasi emosi pada masa remaja. Kelompok skala kecenderungan menjadi pelaku
teman sebaya yang positif dapat diarah- cyberbullying yang berjumlah 50 aitem
kan dengan dukungan dan peran serta dengan subjek penelitian 60 orang, diper-
orangtua dan guru, sehingga praktik cyber- oleh hasil koefisien reliabilitas sebesar
bullying dapat diminimalisir intensitasnya 0,969 dengan jumlah 47 aitem yang sahih.
oleh remaja. Sebaran nomor aitem yang layak dan yang
gugur dapat dilihat pada Tabel 1.
Hipotesis Penelitian
Sedangkan pada skala kelompok te-
Hipotesis Mayor: “Ada hubungan an- man sebaya yang berjumlah 48 aitem
tara kelompok teman sebaya dan regulasi dengan subjek penelitian berjumlah 60
emosi dengan kecenderungan menjadi orang, diperoleh hasil koefisien reliabilitas
pelaku cyberbullying pada remaja”. sebesar 0,955 dengan jumlah 43 aitem
Hipotesis Minor: (1) “Ada hubungan yang sahih sedangkan sebaran nomor
positif antara kelompok teman sebaya aitem yang layak dan yang gugur terlihat
dengan kecenderungan menjadi pelaku pada Tabel 2.
cyberbullying”; (2) “Ada hubungan negatif
Tabel 1
Sebaran Skala Kecenderungan Menjadi Pelaku Cyberbullying Setelah Uji Coba
64 JURNAL PSIKOLOGI
REGULASI EMOSI, TEMAN SEBAYA, PELAKU CYBERBULLYING
Tabel 2
Sebaran Skala Kelompok Teman Sebaya Setelah Uji Coba
Dan pada skala regulasi emosi yang bel penelitian dilihat dari tabel koefisien
berjumlah 25 aitem dengan subjek peneli- dengan melihat nilai korelasi parsial.
tian berjumlah 60 orang diperoleh koefi-
sien reliabilitas sebesar 0,892 dengan jum-
Hasil
lah 22 aitem yang sahih. Sebaran nomor
aitem yang layak dan yang gugur dapat Penelitian ini membahas tentang
dilihat pada Tabel 3. hubungan antara kelompok teman sebaya
Data yang terkumpul dianalisis de- dan regulasi emosi dengan kecenderungan
ngan menggunakan teknik regresi bergan- menjadi pelaku cyberbullying, deskripsi
da, untuk mengetahui hubungan antara data kecenderungan menjadi pelaku cyber-
dua variabel dan satu variabel tergantung bullying pada penelitian ini menunjukkan
(kelompok teman sebaya dan regulasi rata-rata tingkat kecenderungan menjadi
emosi sebagai variabel bebas dan kecende- pelaku cyberbullying subjek berada dalam
rungan pelaku cyberbullying sebagai varia- kategori tinggi, yaitu sebanyak 43,3% (39
bel tergantung). Untuk pengolahan data, orang) dari total keseluruhan subjek.
perhitungan ini dilakukan dengan meng- Sedangkan kelompok teman sebaya pada
gunakan program SPSS-17 for windows. penelitian ini menunjukkan rata-rata ting-
kat kelompok teman sebaya subjek berada
Dalam melihat hasil analisis data re-
dalam kategori sedang, yaitu 37,8 (34
gresi berganda, pengujian hipotesis mayor
orang) dari total keseluruhan subjek.
dilihat dari tabel model summary dan tabel
Regulasi emosi pada penelitian ini menun-
anova. Untuk pengujian hipotesis minor,
jukkan rata-rata tingkat regulasi emosi
yang menunjukkan hubungan antar varia-
subjek berada dalam kategori sangat
bel penelitian dilihat dari tabel correlations
rendah, yaitu sebanyak 28,8% (26 orang)
dengan melihat nilai korelasi pearson dan
dari total keseluruhan subjek.
untuk menunjukkan pengaruh antar varia-
Tabel 3
Sebaran Skala Regulasi Emosi Setelah Uji Coba
JURNAL PSIKOLOGI 65
MAWARDAH & ADIYANTI
66 JURNAL PSIKOLOGI
REGULASI EMOSI, TEMAN SEBAYA, PELAKU CYBERBULLYING
JURNAL PSIKOLOGI 67
MAWARDAH & ADIYANTI
kadang-kadang, dan 39% sekali atau dua 64% digunakan untuk media sosial, 69%
kali. Dari hasil tersebut nilai tertinggi pada penggunaan email, 70% untuk mengirim-
frekuensi cyberbullying yang dilakukan kan pesan pendek (SMS), 73% penggu-
sekali atau dua kali. Walaupun praktik naan internet di sekolah, 90% digunakan
cyberbullying dilakukan sekali atau dua untuk ponsel, dan 89% penggunaan
kali, tetapi praktik ini berkesinambungan, internet di luar sekolah. Penggunaan
sehingga dengan frekuensi yang jarang telepon seluler memiliki hasil survei yang
tetapi tetap memiliki dampak jika dilaku- tinggi, hal ini karena fitur yang dimiliki di
kan secara kontinyu. (2) Bentuk-bentuk ponsel mengalami kemajuan yang pesat,
praktik cyberbullying yang dilakukan oleh sehingga kemudahan dalam mengakses
pelaku cyberbullying untuk menyerang segala informasi sangat mudah dilakukan
korban, ditemukan hasil 28% email, 27% dan digunakan oleh kalangan remaja.
SMS, 17% missed called, 14% menyebarkan Hasil penelitian tentang praktik cyber-
foto dan informasi tanpa izin pemilik, 7% bullying berdasarkan etnik yang dilakukan
mengucilkan, dan 7% membuat website oleh Paine (2009) terhadap remaja, dite-
forum untuk membenci seseorang. Hasil mukan hasil 15% oleh etnik China, 11%
survei menunjukkan 28% bentuk praktik oleh etnik kulit putih Inggris, 13% oleh
cyberbullying yaitu menyerang korban etnik kulit putih Irlandia, 24% oleh etnik
melalui email yang berisi teror dan ancam- kulit putih lainnya, 11% oleh etnik asia, 7%
an-ancaman. (3) Lokasi yang dipilih pela- oleh etnik kulit hitam, dan 19% oleh etnik
ku cyberbullying dalam melakukan prak- campuran. 24% dari etnik kulit putih lain-
tiknya, ditemukan hasil 53% praktik nya adalah nilai survei tertinggi praktik
dilakukan di luar sekolah, 3% dilakukan di cyberbullying yang dilakukan.
dalam sekolah, dan 44% dilakukan di
dalam dan di luar sekolah. Dari hasil
tersebut, terlihat bahwa 53% praktik Diskusi
cyberbullying dilakukan di luar sekolah, hal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ini memberikan rasa bebas kepada pelaku
kelompok teman sebaya merupakan salah
dalam melakukan tindakannya, agar
satu faktor yang memberikan pengaruh
terhindar dari hukuman di sekolah jika
terhadap tinggi rendahnya kecenderungan
pihak sekolah telah mengetahui perbuat-
pelaku cyberbullying. Konformitas dalam
annya, sehingga remaja lebih memilih
penelitian ini dapat diartikan perubahan
untuk melakukannya di luar sekolah. (4)
atau penyesuaian persepsi, keyakinan dan
Waktu yang dipilih untuk melakukan
perilaku karena adanya tuntutan maupun
praktik cyberbullying, ditemukan hasil 66%
tekanan dari kelompok. Tuntutan tersebut
dilakukan di rumah, 16% pada saat
dapat berupa tuntutan normatif dan
perjalanan, 12% pada saat jam makan
informatif (Worchel & Cooper, 1983).
siang, 9% pada saat jam istirahat, dan 3%
Remaja harus dapat menyeleksi pergaulan
selama jam pelajaran. Nilai survei tertinggi
lingkungannya, sehingga konformitas
pada praktik cyberbullying yang dilakukan
yang terbentuk adalah konformitas yang
di rumah, dengan ciri khas cyberbullying
positif, karena akan berdampak baik
yang dilakukan tanpa batas tempat dan
untuk dirinya, sebaliknya jika konformitas
waktu, membuat pelaku lebih merasa
ini tidak bisa diartikan secara baik, maka
aman melakukannya di rumah. (5) Rata-
konformitas ini akan menjadi salah satu
rata penggunaan teknologi informasi yang
pemicu terjadinya hal-hal yang negatif.
digunakan oleh remaja, ditemukan hasil
68 JURNAL PSIKOLOGI
REGULASI EMOSI, TEMAN SEBAYA, PELAKU CYBERBULLYING
Dalam hasil penelitian ini menunjukkan kelompok teman sebaya merupakan latih-
bahwa konformitas dapat membentuk an seseorang dalam membangun rasa
kecenderungan menjadi pelaku cyber- empati terhadap orang lain dan belajar
bullying pada remaja, dan sebaliknya. Hal menyikapi ketika terjadi proses agresi.
ini sesuai dengan pendapat Ekowarni Ketika perilaku agresi memiliki dampak
(1993), masa remaja merupakan masa tran- yang merugikan, maka perlu diberikan
sisi yang dapat menimbulkan krisis yang pelatihan empati untuk bisa mengatur
ditandai dengan kecenderungan muncul- kembali emosinya (Steflgen, Konig,
nya perilaku yang menyimpang yang Pfetsch, & Melzer, 2011).
dalam kondisi tertentu akan menjadi Cyberbullying berasal dari praktik
perilaku yang mengganggu. Kondisi terse- bullying yang berkelanjutan, dan lingkung-
but, bila disertai lingkungan yang kurang an sekolah adalah tempat berkembangnya
kondusif dan kepribadian yang negatif praktik bullying. Sehingga dengan adanya
dapat menjadi pemicu timbulnya perbuat- lingkungan sekolah yang tidak sehat,
an-perbuatan negatif yang melanggar teman sebaya yang tidak bersahabat, dan
aturan dan norma yang ada di masyarakat pengaturan emosi yang minim membuat
bahkan melanggar hukum. perkembangan praktik bullying semakin
Variabel kelompok teman sebaya me- meningkat menjadi praktik cyberbullying di
miliki sumbangan besar terhadap variabel kalangan remaja. Sehingga diperlukan
kecenderungan menjadi pelaku cyberbully- titik fokus pada penanganan praktik
ing adalah sebesar 63,7%, hasil ini sesuai bullying di sekolah sebelum menangani
dengan hasil penelitian yang dilakukan cyberbullying, karena lingkungan sekolah
oleh salah satu media online Ipsos, yang adalah lingkungan perkembangan sosial
meneliti secara online di 24 negara dengan remaja dengan teman sebayanya, dan
total responden 18.867 warga, dimana sa- remaja banyak menghabiskan waktunya
lah satu hasilnya adalah negara Indonesia dengan teman sebaya (Lester, Cross, &
menduduki persentase yang besar dan Shaw, 2012).
urutan pertama (53%), dimana cyberbully- Keluarga dan teman sebaya merupa-
ing terjadi dalam komunitas teman sebaya kan lingkungan dalam konteks relasional,
mereka (Gottfried, 2012). Sisanya sebesar sehingga baik atau buruknya dampak
36,3% merupakan pengaruh dari faktor yang diterima dalam berhubungan akan
lain, baik itu berasal dari dalam maupun menjadi stimulus bagaimana seorang re-
dari luar diri subjek penelitian yang me- maja bersikap. Kontinuitas yang kuat anta-
mungkinkan memberikan pengaruh terha- ra bullying dan cyberbullying diakibatkan
dap kecenderungan menjadi pelaku cyber- pengawasan dari orangtua yang minim,
bullying pada remaja. sehingga rasa kesepian yang di alami
Keterkaitan tentang praktik cyberbully- remaja, akan dihabiskan bersama teman
ing yang merupakan bentuk agresi, memi- sebayanya. Remaja yang kesepian meng-
liki penurunan rasa empati dan kemam- anggap bahwa pihak pertama yang mela-
puan untuk memahami perasaan orang kukan bullying atas diri mereka adalah
lain. Seorang pelaku cyberbullying akan orangtua mereka sendiri, sehingga hal
menjadi takut menjadi korban dari cyber- tersebut menjadikan remaja lebih nyaman
bullying, karena praktik cyberbullying ada- berada dalam lingkungan teman sebaya
lah proses agresi berbentuk lingkaran (Guarini, Passini, Melotti, & Brighi, 2012).
yang tidak terputus. Berada di dalam
JURNAL PSIKOLOGI 69
MAWARDAH & ADIYANTI
70 JURNAL PSIKOLOGI
REGULASI EMOSI, TEMAN SEBAYA, PELAKU CYBERBULLYING
Saran Kepustakaan
Subjek penelitian diharapkan dapat Agatson, P. W., Kowalski, R., & Limber, S.
memahami kelompok teman sebaya meru- (2007). Students’ perspectives on cyber
pakan salah satu variabel yang dapat bullying. Journal of Adolescent Health,
meningkatkan seseorang untuk menjadi 41(6), S59-S60.
pelaku cyberbullying. Sehingga remaja di- Belsey, B. (2007). ‘Always on? always
harapkan harus berhati-hati dalam berin- aware!’. Diunduh dari: http://www.
teraksi dengan lingkungannya, karena cyberbullying.org/pdf/Cyberbullying_
kelompok teman sebaya dapat mempe- Information.pdf tanggal 30 April 2007.
ngaruhi seseorang menjadi pelaku cyber- Beran, T., & Li, Q. (2005). Cyber-harass-
bullying. ment: a study of a new method for an
Sekolah sebaiknya lebih memberikan old behavior. Journal Educational
pandangan bagaimana pergaulan yang Computing Research, 32(3), 265-277.
baik dan positif dalam lingkungan siswa. Berthold, K. A., & Hoover, J. H. (2000).
Dari hasil penelitian, subjek laki-laki lebih Correlates of bullying and victimi-
banyak bermain game online dan untuk zation among intermediate students in
subjek perempuan lebih banyak menggu- the midwestern USA. Journal of School
nakan jejaring sosial, sehingga diharapkan Psychology Internatioal, 21, 65-78.
pihak sekolah dapat memberikan pan-
Brehm, S. S., & Kassin, S. M. (1993). Social
dangan bagaimana menggunakan internet
psychology second edition. Boston:
dengan sehat.
Houghton Mifflin Company.
Membuat program Embodied Conversa-
Campfield, D. C. (2006). Cyberbullying
tional Agent (ECA) milik Zwaan, Dignum,
and victimization: psychosocial cha-
dan Jonker (2010) yaitu sebuah program
racteristics of bullies, victims and
bagi pelaku atau pun korban yang meng-
bully/Victims (Disertasi). The
alami praktik cyberbullying dengan ban-
University of Montana, Montana.
tuan seseorang teman sebayanya yang di-
sebut dengan agent. Agen tersebut dilatih Cochrane, K. R. (2008). Exploring cyber-
untuk bisa mengatasi berbagai macam bullying in saskatchewan (Tesis
bentuk emosi negatif dari sebab dan akibat unpublished). The University of
praktik cyberbullying yang berdampak pa- Saskatchewan. Sasktoon.
da masa depan pelaku dan korban. Terda- Crick, N. R., & Gropeter, J. K. (1995).
pat tiga tahapan yang dilakukan oleh Relational aggression, gender, and
agen, yaitu; (a) Komunikasi keadaan social psychological adjustment. Child
sosial; (b) Informasi tentang situasi; (c) Development, 66, 710-722.
Memberikan saran praktis tentang bagai- David-Ferdon, C., & Hertz, M. F. (2007).
mana menangani permasalahan. Dalam Youth violence and electronic media:
program ini diharapkan dapat meningkat- similar behavior, different venues?
kan rasa empati kepada teman sebaya. (special issue). Journal of Adolescent
Health, 41(6), S1-S68.
JURNAL PSIKOLOGI 71
MAWARDAH & ADIYANTI
Ekowarni, E. (1993). Kenakalan remaja: Li, Q. (2007). New bottle but old wine: a
suatu tinjauan psikologi. Buletin Psiko- research of cyberbullying in schools.
logi, 2, 24-27. Computers in Human Behavior, 23(4),
Ericson, N. (2001). Addressing the pro- 1777-1791.
blem of juvenile bullying. OJJDP Fact Lines, E. (2007). Cyber-bullying: our kids’
Sheet June 2001 #27. U.S. Department new reality a kids help pone research
of Justice study of kids online. Diunduh dari:
Finkelhor, D., Mitchell, K. J., & Wolak, J. http://www.kidshelpphone.ca/beingth
(2006, Agustus 20). Online victimiza- ereforkids/newsroom/images/CyberB
tion: a report on the nation’s youth. ullying_Report_2007_full.pdf tanggal
Diakses dari: http://www.unh.edu/ 25 September 2007.
crcc/Youth_Internet_info_page.html Low, S., & Espelage, D. (2013). Differen-
Garber, J., & Dodge, K. A. (2004). The tiating Cyberbullying Perpetration
development of emotion regulation and From Non Physical Bullying: Commu-
dysregulation. New York: Cambridge nalities Across Race, Individual, and
University Press Family Predictors. Psychology of Vio-
lence, 3(1), 39-52.
Gottfried, K. (2012). One in Ten (12%)
Parents online, around the world say their Mendolia, M., & Kleck, R. (1993). Effect of
child has been cyberbullied, 24% say they talking about a stressful event on
know of a child who has experienced same arousal: Does What we talk abaout
in their community. Ipsos Global Public make a difference. Journal of personality
Affairs. and social psychology, 64(2), 283-292.
Greenberg, M. A., & Stone , A. A. (1992). Nansel, T. R., Overpeck, M., Pilla, R. S.,
Emotional disclosure about traumas Ruan, W. J., Simons-Morton, B., &
and its relation to health: effect of Scheidt, P. (2001). Journal of American
previous disclosure and trauma seve- Medical Association, 285(16), 2094-2096.
rity. Journal of Personality and Social Olweus, D. (1994). Annotation: bullying at
Psychology, 63(1), 75-84. school: basic facts and effects of a
school based intervention program.
Guarini, A., Passini, S., Melotti, G., &
Journal of Child Psychology and Psy-
Brighi, A. (2012). Risk and Protective
chiatry, 35(7), 1171-1190.
Factors on Perpetration of Bullying and
Cyberbullying. Adam Mickiewicz : Paine, T. (2009). Virtual Violence : Protecting
Bologna. Children From Cyberbullying. Rochester
House, London.
Kostiuk, L. M., & Gregory T. F. (2002).
Parungky, O. (2012). Mengapa situs jejaring
Understanding of emotions and emo-
sosial hampir tidak pernah mengalami
tion regulation in adolescent females
server down?. Diunduh dari: http://ofy.
with conduct problems: a qualitatif
parungky.web.ugm.ac.id/wp-
analysis. The Qualitative Reports, 7(7).
content/uploads/SO-Jejaring-sosial.pdf
Lester, L., Cross D., Shaw, T. (2012). Pro- tanggal 26 Maret 2012.
blem Behaviours, Traditional Bullying
Prinstein, M. J., Boergers, J., & Vernberg,
and Cyberbullying Among Adoles-
E.M. (2001). Overt and relational
cents: Longitudinal Analyse. Edith
aggression in adolescents: social-
Cowan University Research Online.
psychological adjustment of aggres-
Cowan University: Australia.
72 JURNAL PSIKOLOGI
REGULASI EMOSI, TEMAN SEBAYA, PELAKU CYBERBULLYING
JURNAL PSIKOLOGI 73