Anda di halaman 1dari 11

JURNAL ISSN 2655-8823 (p)

VOLUME 2 NOMOR 2 HALAMAN 100-110


KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

MEMAHAMI CYBERBULLYING DI KALANGAN REMAJA


Binahayati Rusyidi
Departemen Kesejahteraan Sosial dan Pusat Riset Gender dan Anak Universitas Padjadjaran
E-mail: binahayati@unpad.ac.id

ABSTRAK
Cyberbullying di kalangan remaja merupakan isu yang relatif baru yang saat ini dipandang sebagai sebuah isu
global. Masalah tersebut dapat terjadi di negara manapun tanpa memandang tingkat perkembangan sosial-
ekonomi suatu wilayah. Cyberbullying menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi psikososial and capaian
akademik korban. Artikel ini merupakan kajian literature yang bertujuan mendiskusikan beberapa aspek dasar
cyberbullying seperti definisi, tipe-tipe, faktor-faktor resko dan pelindung serta model intervensi cyberbullying.
Artikel ini menunjukkan pendefinisian cyberbullying masih terus berkembang seiring dengan tingginya dinaika
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang memfasilitasi terjadinya cyberbullying. Cyberbullying
terjadi melalui berbagai media dan meliputi beragam bentuk. Faktor-faktor pelindung dan resiko cyberbullying
dapat ditemulan di berbagai level mulai dari kondisi dan karakteristik individu, lingkungan pertemanan, dan
lingkungan keluarga. Hal ini menggarisbawahi pentingnya penanganan-penanganan yang bersifat multidimensi
dalam mengatasi cyberbulling di kalangan remaja. Namun demikian model pencegahan dan intervensi yang
cocok untuk cyberbullying belum terbangun dengan baik.

Kata kunci: definisi cyberbullying, masalah perilaku, tipe-tipe cyberbullying, faktor resiko dan pelindung.

PENDAHULUAN Serikat menemukan bahwa prevalensi


Perundungan (bullying) di kalangan pengalaman bullying berada pada kisaran
remaja merupakan salah satu isu yang 17 persen (sebagai pelaku) dan 34 persen
menyita perhatian para pendidik, peneliti, sebagai korban. Sebuah studi multi-
dan masyarakat di berbagai negara. nasional oleh Atanashiou dkk. (2008) di
Penelitian mengenai perundungan di kalangan remaja di 7 negara Eropa:
kalangan remaja dimulai pada era 1970-an Romania, Jerman, Yunani, Polandia,
di negara-negara Barat (Newey and Belanda, Iceland, dan Spanyol menemukan
Magson, 2010) namun saat ini masalah pengalaman bullying berkisar pada angka
tersebut sudah dianggap sebagai isu global 13 hingga 37%). Proporsi remaja yang
yang terjadi di berbagai belahan dunia melaporkan pernah menjadi cyberbullying
(Unicef, 2019). Dalam 2 dekade terakhir, dalam 12 bulan terakhir sebanyak 37% di
para ahli dan peneliti mulai memfokuskan Romania (tertinggi), 27% di Jerman, dan
perhatian pada bentuk perundungan terkini 13% di Belanda (terendah). Sebuah hasil
di kalangan remaja yaitu cyberbullying. pooling yang dilakukan oleh UNICEF
Meningkatnya penggunaan teknologi terhadap lebih dari 170 ribu remaja dan
informasi dan perangkat komunikasi dewasa muda berusia 13 s sampai dengan
modern di kalangan anak ditenggarai 24 tahun di 27 negara di Asia, Afrika,
menimbulkan kerentanan baru yang dapat Eropa, Amrika Latin, dan Mediterania
menyebabkan anak terlibat dalam (sebagian besar wilayah negara
cyberbullying baik sebagai pelaku maupun berkembang) termasuk Indonesia
korban (Fanti dkk., 2008). menunjukkan bahwa 1 dari 3 responden
Berbagai penelitian lintas negara pernah mengalami bullying online. Fakta
menunjukkan bahwa cyberbullying ini mematahkan anggapan bahwa bullying
merupakan masalah yang hanya merupakan isu sentral bagi negara-
mengkhawatirkan baik di negara-negara negara maju. (UNICEF, 2019).
maju maupun wilayah berkembang. Sebagai suatu bentuk kekerasan,
Hinduja dan Patchin, 2006) dalam cyberbullying menimbulkan berbagai
studinya terhadap 1378 remaja di Amerika dampak negatif terhadap korban.

100
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 2 NOMOR 2 HALAMAN 100-110
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

Tokunaga (2010) menggarisbawahi bahwa disebabkan oleh gangguan konsentrasi


dampak bullying terhadap korban belajar dan tingginya tingkat frustrasi yang
tergantung pada frekuensi, jangka waktu dialami oleh korban cyberbullying (Beran
dan keparahan tindakan perundungan yang & Li, 2007; Patchin & Hinduja, 2006).
dialami korban. Semakin serius bentuknya, Namun demikian tidak dapat
semakin lama terjadinya dan semakin dipungkiri bahwa kajian-kajian mengenai
sering frekuensinya maka akan semakin cyberbullying di kalangan remaja saat ini
besar kemungkinan korban mengalami umumnya dilakukan di negara-negara
dampak negatif. maju, khususnya di wilayah Amerika
Dampak cyberbullying yang dikaji Utara dan Eropa (Misal, 2006; Ybarra &
dalam literatur setidaknya dikategorikan ke Mitchell, 2004; Slonje & Smith, 2007;
dalam 2 kelompok utama yaitu dampak Sourander dkk, 2015; Vandeboch &
terhadap kondisi psikososial korban dan Cleemput, 2009). Penelitian-penelitian
dampak terhadap performa akademik. Para serupa di negara-negara non Barat masih
peneliti menunjukkan cyberbullying sangat terbatas sehingga memunculkan gap
menimbulkan dampak negatif terhadap pengetahuan yang mendasar. Sejalan
kondisi afeksi korban seperti depresi dengan mengglobalnya isu tersebut
(Didden dkk, 2009), melemahnya rasa cyberbullying dikategorikan sebagai salah
penghargaan terhadap diri sendiri (Didden satu bentuk kekerasan yang melibatkan
dkk, 2009; Katzer dkk, 2009), tekanan anak karena pelaku dan korban sama-sama
emosi, kemarahan dan kesedihan (Patchin berstatus sebagai anak. Oleh karenanya
& Hinduja, 2006). Penelitian Sourander UNICEF menjadikan cyberbullying
dkk. (2010) terhadap 2215 remaja berusia sebagai salah satu isu prioritas yang harus
13-16 tahun di Finlandia menunjukkan ditangani demi memenuhi hak-hak anak
korban cyberbullying lebih rentan terutama dalam melindungi anak-anak dari
mengalami gangguan emosi dan gangguan tindak kekerasan. Hal ini ditegaskan oleh
hubungan pertemanan serta problem Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta
psikosomatis seperti sakit kepala, sakit Fore sebagai berikut:
perut berulang, atau gangguan tidur “Thirty years after the adoption of the
dibandingkan yang bukan korban. Barlett Convention on the Rights of the Child
& Coyne (2014) menggarisbawahi bahwa and the creation of the World Wide
korban cyberbullying juga cenderung Web, it is time for governments,
memiliki keinginan bunuh diri. families, academia and the private
Berbagai penelitian secara konsisten sector to put children and young
menunjukkan pengaruh negatif people at the centre of digital policies.
cyberbullying terhadap capaian akademik By protecting them from the worst the
korban. Beran dan Li (2006) menemukan Internet has to offer and expanding
bahwa anak yang dibully secara online dan access to its best, we can each help tip
secara langsung di sekolah menghadapi the balance for good.” (UNICEF,
berbagai kesulitan dalam proses 2019: h.1)
pembelajaran seperti mendapatkan nilai Artikel ini bertujuan untuk membahas
yang rendah, mengalami gangguan aspek-aspek dasar terkait dengan
konsentrasi dan absen dari sekolah. pemahaman mengenai cyberbullying di
Penelitian Katzer dkk. (2009) juga kalangan remaja. Pembahasan difokuskan
menunjukkan bahwa cyberbullying pada konseptualisasi/ pendefinisian
menyebabkan korban sering tidak masuk cyberbullying, bentuk-bentuk
sekolah, bolos dan memandang sekolah cyberbullying, dampak cyberbullying,
sebagai tepat yang tidak aman. Para ahli faktor-faktor resiko dan pelindung terkait
memandang bahwa gangguan terhadap dengan keterlibatan remaja dengan
capaian akademik korban dinilai cyberbullying dan model pencegahan dan

101
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 2 NOMOR 2 HALAMAN 100-110
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

penanganan. Artikel ini merupakan suatu (2015) menggarisbawahi suatu tindakan


kajian literature yang sepenuhnya disebut sebagai berbullying jika
didasarkan pada analisa literature relevan terpenuhinya 3 (tiga) unsur yaitu: tindakan
yang sudah ada dan dipublikasikan di yang berulang, relasi kuasa yang tidak
sumber-sumber ilmiah, khususnya yang seimbang antara pelaku dan korban, dan
bereputasi internasional. Pencarian artikel adanya maksud yang jelas untuk menyakiti
dilakukan dengan menggunakan kata kunci korban.
yang relevan pada berbagai sistem Traditional bullying mencakup
database yang terpercaya seperti PsycInfo perundungan fisik berupa tindakan yang
dan Google Scholar maupun website resmi dilakukan secara sengaja oleh pelaku
berbagai lembaga terkait di tingkat terhadap seseorang yang berpotensi
nasional dan internasional. menimbulkan luka atau bahaya fisik
seperti memukul, menendang, berkelahi
PEMBAHASAN menggunakan senjata meninju, merampas
Konseptualisasi Cyberbullying atau merusak barang milik korban. Bentuk
Sebelum membahas definisi lain dari traditional bullying adalah agresi
cyberbullying, kita terlebih dahulu perlu verbal berupa penggunaan kata-kata yang
memahami definisi bullying. Istilah secara sengaja ditujukan untuk menyakiti
bullying mulai dikenal melalui penelitian mental seseorang seperti mengolok-olok,
di era 1970-s (Newey & Magson, 2010). merendahkan, meneriaki dan memaksa
Whitney, Smith & Olweus (1999) (Olweus, 1993; Orpinas & Horne, 2006).
mengkonseptualisasi perundungan Bentuk traditional bullying kemudian juga
(bullying) sebagai tindakan atau perilaku diperluas mencakup apa yang disebut
agresif yang dilakukan dengan sengaja sebagai social/relational aggression yang
oleh seseorang atau sekelompok orang meliputi tindakan agresi yang bersifat
secara berulang-ulang dan dalam rentang tidak langsung (dilakukan melalui pihak
waktu tertentu terhadap seorang korban ketiga) dan bertujuan merusak hubungan
yang tidak mampu untuk melawan. Para pertemanan seseorang) atau harga diri atau
ahli dan peneliti membedakan bullying ke status sosial seseorang (Underwood,
dalam 2 kelompok besar yaitu bullying 2002). Sebagian besar peneliti (Monks &
atau traditional bullying dan cyberbullying Smith, 2006) saat ini menganggap bahwa
di mana keduanya memiliki beberapa tindakan agresif yang bersifat tidak
kesamaan maupun karakter yang unik langsung seperti menyebarluaskan cerita
sebagai pembeda (Tokunaga, 2010). yang buruk dan agresi relasional/sosial
Traditional bullying, menurut Orpinas atau tindak pengucilan sosial seperti
& Horne (2005) merupakan meminta orang lain untuk tidak
penyalahgunaan kekuasaan oleh pelaku bermain/berteman dengan seseorang
terhadap target atau korban dalam berbagai termasuk bentuk-bentuk tindakan bullying.
bentuk. Pelaku perundungan menurut Traditional bullying di kalangan remaja
Olweus (1993) biasanya lebih umumnya terjadi di lingkungan sekolah
kuat/memiliki kuasa lebih secara fisik, dan luar sekolah yang mendapat perhatian
sosial atau psikologis dibandingkan yang sangat luas dari para peneliti di
korban. Olweus melanjutkan bahwa berbagai negara (Fanti dkk, 2012;
ketidakseimbangan kuasa yang Tokunaga, 2010).
disalahgunakan oleh pelaku untuk Sementara itu cyberbullying dapat
mengontrol, melukai dan melakukan dikatakan merupakan fenomena empirik
serangan berulang-ulang dalam jangka dan tema penelitian yang relatif baru
waktu tertentu itulah yang menjadi dibandingkan traditional bullying.
karakteristik dasar bullying. Sejalan Cyberbullying mulai menjadi perhatian
dengan pernyataan di atas Cross dkk. para ahli sejak satu dekade terakhir seiring

102
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 2 NOMOR 2 HALAMAN 100-110
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

dengan meningkatnya penggunaan Beberapa ahli memandang perbedaan


perangkat teknologi komunikasi modern karakteristik tersebut dapat memfasilitasi
dan virtual di kalangan anak-anak. timbulnya pengaruh negatif yang lebih
Cyberbullying dimediasi melalui besar terhadap korban dibandingkan
penggunaan telepon seluler, iPads, online traditional bullying. Ciri pertama, korban
chat, email, websites, jaringan media cyberbullying mengalami kesulitan untuk
sosial personal (misal: Facebook, Twitter, menjauh dari tindakan perundungan karena
MySpace), telpon, video clips, instant penggunaan media online/virtual
messenger (IMs), dan sebagainya untuk menyebabkan pelaku dapat terhubung
melakukan tindakan perundungan terhadap dengan korban kapan saja. Karenanya
seseorang (Aricak dkk., 2008; Smith dkk., korban akan terus menerima teks, pesan
2008). atau email kapanpun dan di manapun
Para ahli belum menemukan mereka berada. Hal ini berbeda dengan
kesepakatan mendasar mengenai definisi traditional bullying yang umumnya terjadi
cyberbullying karena masih terus pada lokasi tertentu (misal di sekolah) di
berkembangnya isu-isu konseptual terkait mana korban dapat menghindarinya ketika
cyberbullying. Di samping itu karena tidak berada di sekolah. Perbedaan kedua
perkembangan teknologi informasi yang terletak dari luasnya pihak-pihak yang
sangat dinamis, para ahli masih potensial terlibat atau mengetahui tindakan
mendefinisikan cyberbullying secara perundungan yang terjadi. Kedua,
beragam mengingat adanya berbagai cyberbullying dapat menjangkau audiens
perbedaan dalam menunjukkan teknologi yang jauh lebih luas dibandingkan dengan
siber yang digunakan dan metode-metode perundungan biasa yang umumnya
yang dipakai oleh pelaku untuk menyakiti diketahui oleh kelompok terbatas.
dan melukai korbannya (Kowalski, Limber Misalnya, ketika seseorang mengunggah
& Agatson, 2008). Beranjak dari sebuah gambar atau video clip untuk
keberagaman dan ketidakajegan dalam mempermalukan korban, tayangan tersebut
pendefinisian cyberbullying dalam akan dapat disaksikan oleh audiens yang
berbagai litertur, eta analisa yang sangat luas sehingga dapat memberikan
dilakukan Tokugawa (2010) mencoba tekanan emosional dan sosial tambahan
memformulasikan satu definisi yang kepada korban. Perbedaan ketiga terkait
dianggap dapat menyatukan berbagai dengan sifat pelaku perundungan yang
perbedaan tersebut. Menurut Tokunaga tidak terlihat nyata (invisible) mengingat
(h.10), cyberbullying adalah “any behavior cyberbullying bukan merupakan
performed through electronic or digital pengalaman yang bersifat tatap muka
media by individuals or groups that antara pelaku dan korban. Dengan kata
repeatedly communicates hostile or lain, cyberbullying memberikan semacam
aggressive messages intended to inflict kesempatan bagi pelaku untuk menjadi
harm or discomfort on others”. tidak dikenal identitasnya (anonym).
Cyberbullying bersifat langsung ketika Berdasarkan karakteristik tersebut, pelaku
pelaku secara privat membully korban perundungan sangat mungkin kurang atau
dengan mengirim pesan melalui SMS atau tidak menyadari konsekuensi yang
email (Langos, 2012) dan tidak langsung ditimbulkan dari tindakannya terhadap
manakala pelaku melibatkan pertolongan korban sehingga sangat kecil peluangnya
pihak lain untuk membully korban untuk berempati terhadap korban atau
(Sleglova & Cerna, 2011; Snakenborg, menyesali perbuatannya. Di lain sisi,
Van Acker, & Gable, 2011). karena terjadi di domain virtual,
Di samping berbagai persamaan, cyberbullying mempersempit keterlibatan
cyberbullying memiliki karakteristik yang pihak lain untuk melakukan intervensi
membedakannya dari traditional bullying.

103
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 2 NOMOR 2 HALAMAN 100-110
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

(Patchin &Hinduja, 2006; Strom & Strom, tersebut dianalogikan seperti


2005). mulainya api (flaming) peperanga
Karena itu, Hinduja & Patchin (2008) 2. Pelecehan online (Online
mengadvokasi pentingnya perhatian dan harassment)
penanganan terhadap cyberbullying, Pelecehan online didefinisikan
terutama di kalangan remaja. Sifat sebagai pengiriman teks pesan atau
anonymity cyberbullying menimbulkan email yang bersifat menyerang
kesulitan tersendiri bagi korban namun di secara berulang-ulang atau terus
sis lain memberikan keleluasaan bagi menerus yang ditujukan pada suatu
pelaku untuk menjalankan aksinya. target tertentu dengan tujuan
Menurut Hinduja & Patchin (2008): mengganggu atau melukai perasaan
The nuances of electronic seseorang.
communication are important to 3. Pencurian identitas (Identity
discuss in order to demonstrate why theft/impersonation)
the phenomenon of cyberbullying Pencurian identitas muncul ketika
deserves attention. To begin, the pelaku perundungan berpura-pura
elements of perceived anonymity on- menjadi orang lain dan membobol
line, and the safety and security of atau mendapatkan kata sandi akun
being behind a computer screen, aid in korban dan memudian
freeing individuals from traditionally menyalahgunakan akun online
constraining pressures of society, tersebut dengan mengirimkan
conscience, morality, and ethics to informasi yang menyakiti dan
behave in a normative manner. The use membahayakan korban kepada
of pseudonyms or pseudonymous e- teman-teman korban. Sebagai
mail or user accounts also makes it contoh, murid sekolah membobol
difficult for victims to easily determine akun korban dan memposting
the identity of offenders, and also informasi yang tidak benar atau
presumably contributes to the freedom memalukan mengenai korban pada
an offender has on the internet (h.134). media online tertentu untuk dibaca
orang lain dan secara digital
Tipe Cyberbullying mengedit foto-foto dengan sengaja
Para ahli membedakan tipe untuk membuat korban terlihat
cyberbullying berdasarkan metode yang jelek atau buruk.
digunakan. Dalam kajian literaturnya, 4. Outing
Newey & Magson (2010) meringkas Outing merupakan tindakan
paling tidak terdapat 9 (sembilan) macam mengirim atau memposting
tipe cyberbullying. Ke-9 tipe tersebut informasi yang bersifat pribadi dan
dijelaskan sebagai berikut di bawah ini. rahasia secara online mengenai
1. Flaming korban kepada pihak lain. Dalam
Flaming merupakan suatu tipe outing, terjadi pembocoran rahasia
perundungan, misalnya ruang secara sengaja kepada pihak luas
diskusi atau chatting, di mana karena semula korban
individu-individu atau kelompok- mempercayakan kepada pelaku
kelompok menjadi target pesan- untuk menyimpan/menjaga
pesan yang bernada marah dan informasi tersebut sebagai rahasia.
tidak sopan melalui media publik 5. Pengucilan (Exclusion/ostracism)
online. Jika perselisihan verbal Pengucilan umumnya muncul
tersebut meningkat dengan ketika target perundungan diblokir
menggunakan bahasa vulgar dan atau dihapus dari daftar
menyakiti orang lain maka hal pertemanan, disingkirkan dari grup

104
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 2 NOMOR 2 HALAMAN 100-110
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

online oleh pelaku atau ketika 9. Sexting


teman-teman secara sengaja tidak Sexting didefinisikan sebagai
merespon pesan atau email yang tindakan mengirimkan image
dikirimkan oleh korban dengan seksual seperti foto-foto korban
tujuan menyakiti korban. atau pelaku dalam pose telanjang
6. Misinformation/Denigration atau setengah telanjang melalui
Misinformation/denigration telepon seluler untuk dilihat orang
merujuk pada penyebarluasan lain.
informasi yang tidak benar dan Berbagai studi menunjukkan beberapa
membahayakan seseorang melalui tipe cyberbullying yang umumnya
laman website, email, teks pesan dilakukan remaja. Misalnya, tiga tipe
atau short messages services. paling umum yang dilakukan pelaku
Termasuk di dalamnya ketika cyberbullying adalah pelecehan online,
murid-murid memposting misinformation, dan outing (Popovic-Citic
informasi yang tidak benar, dkk., 2011). Sementara itu media online
memalukan dan menyakitkan yang umumnya digunakan oleh pelaku
mengenai korban atau secara untuk melakukan cyberbullying berupa
digital mengubah foto sehingga pengiriman gambar atau video clip dan
membuat korban terlihat tidak telepon untuk menyakiti korban (Slonje &
menarik dan mengundang Smith, 2008).
komentar negatif dari pihak luar.
7. Cyber stalking Faktor Resiko dan Pelindung
Cyber stalking merupakan bentuk Dibandingkan dengan traditional
pelecehan tingkat lanjut dan bullying, penelitian mengenai faktor-faktor
biasanya tindakan ini meliputi resiko dan pelindung cyberbullying jauh
tindakan yang mengancam, lebih terbatas. Bukti empirik menunjukkan
memata-matai dan mengintimidasi bahwa faktor sosio-demografis, faktor
ikorban yang dilakukan pelaku individual dan faktor lingkungan berperan
secara berulang-ulang sehingga dalam melindungi remaja dari
menimbulkan ketakutan. Sebagai cyberbullying atau sebaliknya
contoh, seorang murid menerima meningkatkan resiko remaja terlibat dalam
email dari seseorang yang tidak cyberbullying. Namun demikian penelitian
dikenal yang mengandung mengenai faktor resiko dan pelindung
ancaman untuk melukai secara masih menghadapi tantangan mengingat
fisik, memata-matai, atau sebagian besar merupakan penelitian
menguntit korban. cross-sectional dan masih minim yang
8. Happy slapping menerapkan pendekatan longitudinal.
Happy slapping merupakan istilah Selain itu mayoritas kajian masih
cyberbullying yang relatif baru memusatkan pada satu dimensi lingkungan
yang muncul ketika para pelaku dan masih sedikit yang menganalisa faktor
secara sengaja membuli, memukul, resiko dan pelindung dalam beragam
menyerang atau membuat korban setting yang mencakup faktor individu,
bahan tertawaan yang direkam lingkungan pertemanan, lingkungan
dengan video dengan tujuan utama sekolah dan keluarga (Fanti dkk, 2012).
untuk membocorkan video tersebut Jenis kelamin dan usia merupakan
pada laman publik dan atau variabel sosio-demografis yang paling
mengirim video tersebut melalui banyak diteliti. Beberapa penelitian jenis
email, internet atau telpon seluler kelamin berasosiasi dengan cyberbullying
kepada orang lain untuk ditonton. namun berbagai penelitian lainnya
menunjukkan tidak ada perbedaan yang

105
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 2 NOMOR 2 HALAMAN 100-110
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

signifikan antara remaja laki-laki dan itu Fanti dkk. (2012) menemukan bahwa
perempuan sebagai pelaku atau korban pelaku cyberbullying umumnya
cyberbullying (Slonje & Smith, 2008; merupakan individu yang kurang peduli
Mesch, 2009; Fanti dkk, 2012). Usia juga dan tidak berempati terhadap kesulitan
belum dipandang sebagai faktor yang orang lain dan sering terpapar kekerasan
konsisten mempengaruhi cyberbullying. online. Keterpaparan remaja pada
Beberapa penelitian menunjukkan kekerasan online secara terus menerus
hubungan berlawanan antara usia dan menumbuhkan pemahaman dan sikap yang
pengalaman cyberbullying bahwa semakin menganggap agresivitas sebagai hal yang
bertambah usia remaja maka semakin normal atau bahan ditoleransi di satu sisi
turun peluang menjadi korban (Williams & dan menumpulkan empati mereka terhadap
Guerra, 2007; Slonje & Smith, 2008). korban.
Kedua penelitian tersebut menjelaskan Lingkungan pertemanan juga
tingginya kerentanan terlibat dalam mempengaruhi resiko remaja terlibat
cyberbullying dalam usia yang lebih muda dalam cyberbullying. Dalam studinya di
kemungkinan terkait dengan tingginya kalangan remaja Israel, Sasson dan Mesch
dorongan impulsif di kalangan remaja (2014) menemukan bahwa persepsi remaja
berusia muda. mengenai dukungan teman untuk
Faktor-faktor individual yang melakukan cyberbullying meningkatkan
meningkatkan resiko remaja terlibat resiko remaja untuk melakukan tindakan
cyberbullying terkait dengan pengalaman berisiko online. Para peneliti menjelaskan
perundungan, karakteristik kepribadian, bahwa persepsi mengenai dukungan teman
dan pola aktivitas remaja. Penelitian sebaya melemahkan pengaruh pengawasan
menunjukkan bahwa pelaku cyberbullying ketat yang dilakukan oleh orang tua.
sebelumnya juga merupakan korban Dengan kata lain, jaringan pertemanan
cyberbullying atau traditional bullying yang mendukung cyberbullying menjadi
(Barlett & Coyne, 2014; Gradinger dkk, faktor resiko yang mendorong keterlibatan
2009). Sebaliknya, mereka yang pernah remaja melakukan tindaj perundungan.
menjadi korban traditional bullying juga Di lingkungan keluarga, status sosial
rentan mengalami cyberbullying orangtua dan hubungan orangtua dan anak
(Gradinger dkk., 2009; Hinduja & merupakan salah satu faktor pelindung.
Patchin,2006; Katzer dkk., 2009; Beran & Penelitian Tsitsika dkk. (2015)
Li, 2006). Penelitian juga menunjukkan menunjukkan bahwa keterlibatan dalam
bahwa pelaku cyberbullying cenderung cyberbullying baik sebagai pelaku maupun
berperilaku melanggar norma sosial, korban lebih tinggi di kalangan remaja
menggunakan zat terlarang, dan agresif yang memiliki orangtua berpendidikan
(Hinduja & Patchin,2006; Sourander dkk, rendah atau menangah dibandingkan
2010). Mesch (2009) menemukan bahwa dengan renaja dengan orangtua
remaja yang bersedia untuk berbagi berpendidikan tinggi. Penelitian Fanti dkk.
informasi personal kepada pihak lain (2012) terhadap lebih dari 1400 remaja di
secara online berisiko lebih tinggi menjadi Cyprus menunjukkan dukungan keluarga
sasaran cyberbullying dibandingkan mengurangi resiko remaja menjadi korban
dengan mereka yang membatasi cyberbullying ketika lingkungan
pengungkapan informasi personal kepada pertemanan dipandang tidak mendukung.
pihal lain. Vandebosch & Cleemput (2009) Sementara itu Cerna dkk. (2016) dalam
menemukan bahwa korban cyberbullying penelitian terhadap 1395 remaja di wilayah
umumnya merupakan individu yang Uni Eropa menunjukkan keterlibatan
tergantung pada penggunaan internet, orangtua yang bersifat aktif (active
merasa tidak popular, dan melakukan mediation) menjadi faktor pelindung yang
aktivitas online yang berisiko. Sementara mengurangi resiko remaja terlibat dalam

106
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 2 NOMOR 2 HALAMAN 100-110
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

cyberbullying. Active mediation pada dan menjadi korban bullying. Intervensi


prinsipnya menekankan hubungan umumnya diarahkan membangun
kerjasama anak dan orangtua yang kompetensi keterampilan sosial. Focused
dilandasi oleh kepercayaan dan kelekatan intervention juga dapat melibatkan
yang sehat seperti komunikasi yang orangtua anak melalui kegiatan-kegiatan
terbuka dan konsistensi atas aturan yang dilaksanakan di sekolah. Universal
penggunaan internet (durasi, pihak yang intervention dilandasi asumsi teoritis
boleh diajak berkomunikasi, laman yag bahwa iklim sekolah berperan dalam
boleh dikunjungi atau tidak). Penelitian ini tindakan bullying sehingga intervensi
juga menunjukkan, semakin banyak diarahkan untuk mengubah iklim sekolah
orangtua mengetahui aktivitas online anak dengan tujuan untuk mencegah bullying.
maka semakin besar kemungkinan anak Intervensi berbasis sekolah dengan
mengungkapkan pengalaman bersandarkan pada manual-manual yang
cyberbullying yang dialaminya. Kondisi disusun untuk menuntun implementasi.
ini dipandang sebagai faktor pelindung Intervensi universal juga terditi atas
karena dapat meningkatkan dukungan program-program pertemuan dan pelatihan
orangtua untuk menghindarkan anak dari bagi orangtua di sekolah atau aktivitas
cyberbullying yang berkelanjutan. terstruktur lainnya di rumah. Sementara itu
Sebaliknya, menurut Cerna dkk. (2012) whole school intervention merupakan
komunikasi yang tidak baik antara anak aktivitas bebasis sekolah. Intervensi ini
dan orangtua menghalangi anak untuk didasarkan pada asumsi pentingnya
berterusterang atas pengalaman meningkatkan kondisi lingkungan sosial
cyberbullying sehingga menghambat untuk mencegah dan menangani bullying.
keterlibatan orangtua untuk memberikan Model ini mencakup kegiatan-kegiatan
bantuan. Davis & Koepke (2014) Juga yang memperkenalkan dan menerapkan
menemukan remaja yang melaporkan aturan-aturan yang menolak perilaku
hubungan yang sangat baik dengan bullying, memberikan sanksi atas perilaku
orangtua lebih rendah resikonya perundungan dan meningkatkan kesadaran
mengalami cyberbullying. komunitas sekolah bahwa bullying tidak
dapat ditoleransi (Cantone dkk, 2015).
Model Intervensi Meta analisa yang dilakukan oleh
Cantone dkk. (2015) melakukan Gayneyy dkk. (2019) menunjukkan
review atas berbagai model intervensi efektivitas berbagai intervensi untuk
dalam pencegahan dan penanganan mencegah cybullying di kalangan remaja
bullying dan cyberbullying. Hasil kajian sehingga dapat direplikasi. Namun
menunjukkan adanya 3 (tiga) model utama demikian model-model tersebut umumnya
intervensi yaitu “Focused intervention”, diterapkan di wilayah negara Barat dan
“Universal intervention” dan “Whole maju sehingga belum mewakili
School intervention”. Namun demikian kepentingan negara-negara berkembang
hampir seluruh model tersebut dan memerlukan semacam modifikasi
diimplementaskan di wilayah negara- dalam model atau desain intervensi.
negara maju sehingga kurang Artikel ini menggarisbawahi mengingat
merefleksikan konteks masalah dan keberagaman faktor resiko dan pelindung
kebutuhan negara-negara berkembang. tersebut para peneliti dan praktisi
Focused intervention model dicirikan memandang perlu upaya serius untuk
dengan model intervensi berbasis individu mencegah dan menangani cyberbullying
dan kelompok kecil yang dilandasi oleh dengan melibatkan berbagai kelembagaan
asumsi-asumsi teori cognitive-behaviour. di level mikro dan makro. Ini berarti
Target intervensi adalah murid-murid yang intervensi untuk mencegah dan menangani
terdeteksi mengalami kecemasan sosial cyberbullying di kalangan remaja bukan

107
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 2 NOMOR 2 HALAMAN 100-110
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

hanya harus melibatkan anak tetapi juga informasi dan komunikasi serta
orangtua, komunitas pendidikan, karakteristik uniknya maka diperlukan
pemerintah dan masyarakat luas. Popofic- keterlibatan berbagai pihak terkait untuk
Citic dkk. (2011) menegaskan: memahami dan menyadari permasalahan
Cyberbullying has increased very tersebut sebagai masalah yang serius.
quickly and educators and researchers Menurut Sourander dkk. (2010),
are understandably concerned that this karakteristik unik cyberbullying yang
problem is growing more rapidly than berpotensi menjangkau target atau
educators’ and parents’ ability to bystander yang luas serta sifatnya yang
respond effectively. […] itis necessary anonym menjadikan pemecahannya
to create a comprehensive and menjadi lebih kompleks dibandingkan
proactive system in order to react to traditional bullying. Pemahaman faktor
cyberbullying, which would combine resiko menuntut dilakukannya pencegahan
technical/software, legal, dan penanganan yang bersifat multi
psychological, educational and social dimensi mengingat tidak ada satu faktor
intervention measures, and would tunggal yang meningkatkan resiko remaja
demand the active engagement of terlibat dalam cyberbullying. Penelitian
children, parents, teachers and other mengenai faktor pelindung perlu diperluas
subjects in the local community, with sehingga dapat dikembangkan untuk
the aim of facing the problem of meningkatkan resiliensi remaja terhadap
cyberbullying and encouraging healthy cyberbullying.
styles of communication in the virtual Kajian ini menunjukkan masih sangat
world. […] a policy established by the terbatasnya penelitian mengenai
government, are needed in order to prevalensi, pengalaman cyberbullying,
ensure that cyberbullying is recognized faktor resiko dan pelindung serta
as a social phenomenon […]. implementasi model intervensi
Adequate sensitivity on behalf of penanganan cyberbullying di negara-
governors, administrators, teachers negara berkembang. Hal ini
and parents is a prerequisite for menggarisbawahi pentingnya perhatian
successful prevention and intervention dari para peneliti di wilayah negara-negara
programs. Educating students about berkembang sehingga dapat berkontribusi
cyberbullying and instructing them mengurangi gap pengetahuan serta
about how to handle incidents if they membantu penanganan permasalahan yang
occur appears to be of increasing berbasis evidence dan memperhatikan
importance. Students need to know of konteks khusus kewilayahan.
strategies that will increase the chance
of identifying the perpetrator, and they DAFTAR PUSTAKA
should also be encouraged to tell Aricak, T., Siyahhan, S., Uzunhasanoglu,
adults when they witness or are A., Saribeyoglu, S., Ciplak, S., Yilmaz,
targeted by cyberbullying (p.421). N., & Memmedov, C. (2008).
Cyberbullying among Turkish
KESIMPULAN adolescents. CyberPsychology &
Cyberbullying berkembang cepat Behavior, 11(3), 253-261.
menjadi salah satu isu krusial di kalangan doi:10.1089/cpb.2007.0016
remaja. Cyberbullying menimbulkan Athanasiou, K., Melegkovits, E., Andrie,
berbagai dampak negatif yang dapat E.K. Magoulas, C., Tzavara, C.K.,
menghambat tumbuh kembang remaja Richardson, C., Greydanus, D., Tsolia,
yang tidak hanya menyebabkan kesulitan M., & Tsitsika, A.K. (2018). Cross-
sesaat namun juga dalam jangka panjang. national aspects of cyberbullying
Dengan pesatnya perkembangan teknologi victimization among 14–17-year-old

108
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 2 NOMOR 2 HALAMAN 100-110
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

adolescents across seven European and Victimizationin School. Journal of


countries. BMC Public Health, 18. Media Psychology, 21(1):25–36.
Barlett, C. & Coyne, S.M. (2014). A meta- Kowalski, R.M., Limber, S.P., &
analysis of sex differences in cyber- Agatston, P.W. (2008). Cyber
bullying behaviour: The moderating Bullying. Bullying in the Digital Age.
role of age. Journal of Aggressive Oxford: Blackwell.
Behavior. DOI:10.1002/ab.2155. Langos, C. (2012). Cyberbullying: The
Beran, T., & Li, Q. (2005). Cyber- challenge to define. Cyberpsychology,
harassment: A study of a new method Behavior, and Social Networking,
for an old behavior. Journal of 15(6), 285-289.
Educational Computing Research, 32, Mesch, G.S. (2009). Parental Mediation,
265–277. Online Activities, and Cyberbullying.
Cantone, E., Piras, A.P., Vellante, M. CyberPsychology & Behavior, 12 (4).
et al. (2015). Interventions on bullying Olweus, D. (1993). Bullying at school:
and cyberbullying in schools: a What do we know and what can we do.
systematic review. Clinical Practice Cambridge, MA: Blackwell.
Epidemiology Mental Health, Orpinas, P. & Horne, A. M. (2006).
11(Suppl 1 M4):58‐76. Bullying Prevention: Creating a
Didden, R., Scholte, R.H.J., Korzilius, H., Positive school Climate and
de Moor, J.M.H., Vermeulen, A., Developing Social Competence.
O’Reilly, M., Lang, R. and Lancioni, Washington, DC: American
G.E. (2009) Cyberbullying among Psychological Association.
Students with Intellectual and Patchin, J. & Hinduja, S. (2006). Bullies
Developmental Disability in Special Move Beyond the Schoolyard: A
Education Settings. Developmental Preliminary Look at Cyberbullying.
Neurorehabilitation, 12, 146-151. Violence & Abuse Abstracts, 12 (3):
Fanti, K.A., Demetriou, A.G. & Hawa, 148–169.
V.V. (2012). A longitudinal study of Popovic-Citic, B., Djuric, S., & Cvetkovic,
cyberbullying: Examining risk and V. (2011). The prevalence of
protective factors. European Journal of cyberbullying among adolescents: A
Developmental Psychology, 9 (2), 168– case study of middle schools in Serbia.
181. School Psychology International, 32:
Gaffney, H, Farringtona, D.P., Espelageb, 412-424.
D.L., & Ttofi, M.M. (2019). Are Sasson, H. & Mesch, G.S. (2014). Parental
cyberbullying intervention and Mediation, Peer Norms and Risky
prevention programs effective? A Online Behaviors among Adolescents.
systematic and meta-analytical review. Computers in Human Behavior, 33,
Aggression & Violent Behavior, 45, 32-38.
134-153 2019. Slonje, R., & Smith, P. K. (2008).
Gradinger, P., Strohmeier, D., & Spiel, C. Cyberbullying: Another main type of
(2009). Traditional bullying and bullying? Scandinavian Journal of
cyberbullying: Identification of risk Psychology, 49, 147–154.
groups for adjustment problems. Smith, P. K., Mahdavi, J., Carvalho, M.,
Zeitschrift fu ¨r Psychologie/Journal of Fisher, S., Russell S., & Tippett, N.
Psychology, 217, 205–213. (2008). Cyberbullying: Its nature and
Katzer, C., Fetchenhauer, D., & Belschak, impact in secondary school pupils. The
F. (2009). Cyberbullying: Journal of Child Psychology and
WhoAretheVictims? A Comparison of Psychiatry, 49(4), 376-385.
Victimization in Internet Chatrooms doi:10.1111/j.14697610.2007.01846.x

109
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 2 NOMOR 2 HALAMAN 100-110
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

Strom, P. S., & Strom, R. D. (2005). When UNICEF. (5 Februari 2019). Safer Internet
teens turn cyberbullies. The Day: UNICEF calls for concerted
Educational Digest, 71, 35–41. action to prevent bullying and
Sourander, A., Klomek, A.B., Ikonen, M., harassment for the over 70 per cent of
Lindroos, J., Luntamo, T., young people online worldwide.
Koskelainen, M., Ristkari, T, & Diunduh pada 1 Juli 2020 melalui
Helenius, H. (2010). Psychosocial https://www.unicef.org/eca/press-
Risk Factors Associated With releases/safer-internet-day-unicef-
Cyberbullying among Adolescents: A calls-concerted-action-prevent-
Population-Based Study. Arch Gen bullying-and-harassment
Psychiatry, 67 (7). Vandebosch, H. & van Cleemput, K.
Tokunaga, R. S. (2010). FollowingYou (2009). Cyberbullying Among
HomefromSchool: A Critical Youngsters: Profiles of Bullies and
Reviewand Synthesis of Research on Victims. New Media & Society, 11 (8):
Cyberbullying Victimization. 1349–1371.
Computers in Human Behavior 26 (3): Williams, K.R. & Guerra, N.G. (2007).
277–287. Prevalence and Predictors of Internet
Underwood, M. K. (2002). Sticks and Bullying. Journal of Adolescent
stones and social exclusion: Health, 41 (6): S14–S21
Aggression among girls and boys. In P. Ybarra, M. L., & Mitchell, K. J. (2004).
K. Smith & C. H. Hart (Eds.), Youth engaging in online harassment:
Blackwell Handbook of Childhood Associations with caregiver-child
Social Development (pp. 533–548). relationships, Internet use, and
Oxford: Blackwell personal characteristics. Journal of
Adolescence, 27, 319–336.
.

110

Anda mungkin juga menyukai