Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022
shafa19014@mail.unpad.ac.id1 , meilanny.budiarti@unpad.ac.id2,
ABSTRAK
Masa peralihan menuju dewasa menimbulkan berbagai tantangan bagi remaja untuk bisa
mengembangkan kemampuan sosial dan emosionalnya. Penggunaan media sosial yang tidak
seimbang dengan pengawasan, perhatian, dan rasa tanggung jawab dapat menimbulkan perilaku
cyberbullying. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji mengenai remaja sebagai pelaku
cyberbullying dalam media sosial. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah studi
literatur terhadap bahan bacaan, seperti jurnal, buku, dan penemuan hasil penelitian yang
berkaitan dengan cyberbullying dan kondisi psikososial remaja. Hasil yang diperoleh adalah
kondisi psikososial remaja yang sedang membutuhkan pengakuan terhadap diri dan
lingkungannya menyebabkan penggunaan media sosial secara tidak bertanggung jawab dan
dapat menimbulkan perilaku cyberbullying.
ABSTRACT
The transitional period to adulthood poses various challenges for adolescents to develop their
social and emotional abilities. The use of social media that is not balanced with supervision,
attention, and a sense of responsibility can lead to cyberbullying. This article aims to examine
teenagers as perpetrators of cyberbullying in social media. The method used in this article is a
literature study of reading materials, such as journals, books, and research findings related to
cyberbullying and adolescent psychosocial conditions. The results obtained are that the
psychosocial condition of adolescents who are need of recognition of themselves and their
environment causes the use of social media to be irresponsible which can cause adolescents to
engage in cyberbullying behavior.
1
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022
2
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022
Menurut Hidajat, M., Adam, A. R., tidak langsung (relational bullying), dan
Danaparamita, M., & Suhendrik, S. (2015) bullying melalui media internet
mengungkapkan bahwa kaum remaja saat ini (cyberbullying). Bahkan McVean (2018)
diketahui mengalami ketergantungan menyatakan bahwa cyberbullying adalah
terhadap media sosial, ditemukan beberapa intimidasi yang sering terjadi secara daring.
platform yang memperoleh intensitas Berdasarkan berbagai pandangan yang telah
tertinggi di kalangan remaja diantaranya diungkapkan artikel ini bertujuan untuk
adalah Facebook, Twitter, Youtube, Line, mendeskripsikan remaja sebagai pelaku
Instagram, Whatsapp, dan sebagainya. Pada cyberbullying dalam media sosial.
dasarnya platform media sosial ini memiliki
dua fungsi yaitu jejaring sosial dan aplikasi METODE
pesan/chat. Media sosial tentunya memiliki Pada penulisan artikel ini digunakan
berbagai dampak positif yang telah studi literatur dengan menggunakan data-
dirasakan oleh penggunanya, seperti untuk data sekunder melalui kajian berbagai
mencari informasi atau bahkan memperluas literatur yang dapat diperoleh dari buku,
relasi. Akan tetapi, media sosial yang jurnal, dan laporan yang berkaitan dengan
memberikan berbagai manfaat juga tidak kondisi psikososial remaja dan perilaku
terlepas dari beberapa oknum yang tidak cyberbullying. Studi literatur juga digunakan
bertanggung jawab dalam menggunakan untuk mempelajari berbagai buku referensi
media sosial sebagai media untuk dan hasil penelitian sebelumnya yang sejenis
melakukan cyberbullying. untuk mendapatkan landasan teori mengenai
Penggunaan media sosial yang tidak masalah yang akan diteliti. Penelitian ini
bertanggung jawab dapat membawa dampak bersifat deskriptif, yang mana bertujuan
yang negatif berupa perilaku yang untuk mendeskripsikan atau membuat
menyimpang, salah satunya adalah gambaran secara sistematis.
cyberbullying. Menurut Rosyidah dan
Nurdin (2018) media sosial yang HASIL DAN PEMBAHASAN
memperoleh persentase tertinggi dengan
pengguna yang mengalami cyberbullying 1. Kondisi Psikososial Remaja
dapat diurutkan dengan Instagram sebesar Menurut (Hurlock, 1992) remaja
42%, Facebook sebanyak 37%, WhatsApp berasal dari kata latin adolensence yang
dengan 12%, Youtube sebanyakk 10%, dan berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
Twitter dengan 9%. Istilah cyberbullying dewasa. Masa remaja menjadi tahap yang
bukan merupakan hal yang baru di tengah penting dalam kehidupan seseorang,
perkembangan media sosial saat ini. dikarenakan bagi banyak orang tahap ini
Periode remaja dapat dikatakan merupakan masa pencarian identitas diri,
merupakan periode yang rentan melakukan menghadapi kondisi kebingungan, segala
berbagai perilaku menyimpang atau macam hal yang tidak menentu, kebutuhan
kenakalan remaja salah satunya berupa peran teman sebaya, dan rasa ingin tahu
tindakan bullying. Kemudian, (Coloroso, yang tinggi terhadap berbagai hal yang
2006) menyatakan bahwa bullying dapat belum diketahui. Menurut Natalia (2016)
terjadi karena adanya kekuatan yang tidak pada masa ini identik dengan individu yang
seimbang. Pada dasarnya suatu tindakan berusaha untuk memulai mengenali dirinya
bullying bisa mengandung tiga elemen sendiri melalui eksplorasi dan penilaian
utama yang saling mempengaruhi, yaitu terhadap karakteristik psikologis diri sendiri.
dimana pelaku atau penindas, korban atau Istilah adolensence mengandung
tertindas, dan penonton atau orang yang makna yang luas mengenai kesiapan mental,
tidak terlibat secara langsung tetapi turut emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1980).
menyaksikan kejadian tersebut (Coloroso, Pada perspektif perkembangan, Erikson
2006). Menurut Wang & Iannotti (2015) (1963) telah menjadi ahli teori
tindakan bullying dapat diklasifikasikan perkembangan yang berpengaruh hingga
menjadi empat jenis yaitu, bullying secara masa kini, dikarenakan model
verbal, bullying secara fisik, bullying secara perkembangannya mencakup masa dewasa.
3
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022
masa kanak-kanak, serta tahap sebaya. Oleh karena itu dapat dikatakan
perkembangan. Erikson mengusulkan model masa remaja merupakan proses dari masa
epigenetic perkembangan manusia yang anak-anak menuju dewasa yang ditandai
mana perkembangan psikologis kepribadian dengan berbagai perubahan pada fisik,
berproses dalam urutan yang dipengaruhi emosi, sosial, serta nilai-nilai moral (Putri &
oleh aspek-aspek biologis, psikologis, dan Nurwati, 2016).
sosial. Erikson membagi siklus hidup Menurut pendapat Erikson yang
menjadi delapan tahap, yang dibagi telah dikutip oleh John W. Santrock,
berdasarkan krisis psikososial khusus, yaitu psikososial merupakan hasil dari proses
seperti yang diungkapkan oleh Hall & interaksi antara aspek biologis, psikologis,
Lindzey (2009: 137) sebagai berikut: dan sosial yang mana akan berperan besar
a. Tahap 1 (lahir sampai 1 tahun): dalam perkembangan anak. Tahap
kepercayaan dasar versus perkembangan dari anak sampai dewasa
ketidakpercayaan tentunya saling berkaitan satu sama lain.
b. Tahap 2 (usia 2 hingga 3 tahun: Pada aspek biologis ditunjukkan dengan
otonomi versus rasa malu, keraguan keseharian yang dilakukan, seperti makan,
c. Tahap 3 (usia 3 hingga 5): inisiatif tidur, olahraga, nutrisi, dan lain sebagainya.
versus rasa bersalah Sedangkan aspek kondisi psikologis
d. Tahap 4 (usia 6 hingga 12): industri ditunjukkan dengan kondisi emosi, motivasi,
versus inferioritas persepsi, pemecahan masalah, dan lain
e. Tahap 5 (usia 12 hingga 18 tahun sebagainya. Kemudian aspek sosial
atau lebih): identitas versus digambarkan dengan kondisi interpersonal,
kebingungan peran peranan sosial, dukungan sosial, dan lain
f. Tahap 6 (awal hingga akhir 20-an): sebagainya.
keintiman versus isolasi
g. Tahap 7 (akhir 20-an hingga 50-an): 2. Pelaku Cyberbullying
generativitas versus stagnasi Cyberbullying adalah kegiatan
h. Tahap 8 (dewasa akhir): integritas intimidasi yang dilakukan secara sengaja
versus keputusasaan dan berulang terhadap individu maupun
kelompok. Cyberbullying juga dapat
Dalam teori perkembangan, tahap berbentuk ungkapan yang bersifat tidak
perkembangan ditentukan dengan batasan benar, kecemburuan, diskriminasi, atau
usia remaja. Pada tahap 5 pada usia 12-18 vulgar. Istilah cyberbullying diartikan
tahun menjadi fase dimana remaja sebagai intimidasi yang dilakukan untuk
melakukan pencarian identitas dan melecehkan seseorang atau kelompok
menentukan perannya dalam lingkungan melalui penggunaan teknologi. Marleni dan
sosialnya. Pada tahap ini juga, remaja akan Weisman (2016) mengartikan konsep
mengalami perkembangan organisasi serta cyberbullying sebagai seseorang yang
eksplorasi. Menurut (Natalia, 2016) melakukan suatu tindakan dengan sengaja
beberapa remaja kemungkinan bisa dan berulang untuk merugikan orang lain
melewati masa ini tanpa permasalahan, melalui internet atau media sosial.
namun terdapat beberapa remaja juga yang Dengan demikian dapat disimpulkan
bisa mengalami kenakalan remaja yang bahwa, penggunaan media sosial yang tidak
ringan ataupun kriminal, yang mana diimbangi dengan pengawasan, perhatian
didalamnya mencakup perilaku yang serta rasa tanggung jawab akan
menyimpang. menimbulkan cyberbullying. Cyberbullying
Pada masa remaja yang menjadi merupakan kegiatan yang bersifat pelecehan,
proses peralihan dari kanak-kanak menjadi penghinaan, serta mengunggah atau
dewasa. Pada masa ini seringkali diikuti cara mengirim materi atau konten yang
berpikir yang kausatif maksudnya adalah merugikan, memalukan, atau melakukan
pemikiran mengenai hubungan sebab dan agresi sosial dengan memanfaat teknologi
akibat, keadaan emosi yang labil, dan internet atau media sosial lainnya (Ybarra &
ketergantungan pada kelompok atau teman Mitchell, 2004).
4
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022
5
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022
6
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022
komunikasi dan karakteristik pada remaja khawatir. Hal ini disebabkan dalam internet
yang membuka kesempatan untuk remaja khususnya media sosial sangat mudah
menjadi pelaku cyberbullying. Dengan melakukan pemalsuan jati diri atau
kemunculan media sosial sebagai ruang melakukan kejahatan. Padahal di sekolah,
yang baru untuk berinteraksi dapat remaja berusaha menemukan identitasnya
mempermudah serta meningkatkan rasa dengan cara bergaul dengan teman
ingin tahu akan dunia yang luas ini. Media sebayanya.
sosial juga dijadikan sebagai sarana untuk Resiko yang berkaitan dengan
memuaskan hasrat baik yang bersifat positif komunikasi di media sosial pada remaja
maupun negatif yang tidak dapat mereka adalah remaja bisa merasa lebih nyaman
lakukan di dunia nyata (Pratiwi, 2011). Oleh dengan mengungkapkan topik-topik
karena itu, perkembangan teknologi personal secara online dibandingkan pada
informasi merupakan alat yang memiliki saat berkomunikasi secara riil (Sourander et
potensi mengakibatkan perilaku al., 2010). Kalangan remaja yang menjadi
menyimpang dan menjadikan mereka hiperaktif di media sosial bisa membagikan
sebagai pelaku cyberbullying. Dari hal kehidupan sehari-harinya selayaknya
tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat menggambarkan lifestyle dan mencoba
sebuah konstruksi baru dalam mengikuti perkembangan yang ada,
perkembangan penggunaan media sosial dianggap lebih populer di lingkungannya.
yaitu remaja yang menggunakan internet, Namun, media sosial tidak selalu
terutama media sosial yang telah membuka menggambarkan keadaan social life yang
kesempatan dalam diri mereka untuk bisa sebenarnya. Berbagai jenis platform yang
menjadi pelaku cyberbullying. terdapat pada media sosial membuat
Penggunaan media sosial secara kebanyakan remaja memanfaatkannya
tidak bertanggung jawab dapat memberikan sebagai sarana untuk berinteraksi dengan
dampak yang negatif dan merugikan berupa teman, berbagi tugas, bermain game, bahkan
perilaku yang menyimpang, salah satunya sekedar mengisi waktu luang.
adalah cyberbullying. Dari pembahasan Media sosial yang diminati remaja
sebelumnya, menunjukkan beberapa bentuk saat ini menghadirkan fasilitas yang
cyberbullying yang umumnya dilakukan memberikan akses bagi penggunanya untuk
oleh remaja sebagai pelaku diantaranya dapat mengabadikan atau membagikan
adalah online-harassment (pelecehan setiap aspek kehidupannya. Contohnya
online), misinformation, dan outing. adalah aplikasi Instagram yang menawarkan
Menurut Pratiwi (2011) pelaku berbagai kemudahan untuk pengguna dapat
cyberbullying umumnya menggunakan berbagi foto dan video yang dilengkapi
media sosial untuk mengirimkan konten dengan fitur-fitur lainnya seperti lokasi, live,
yang bertujuan untuk menyakiti korban, video, boomerang, atau bahkan melakukan
selain itu media sosial juga berdampak ke percakapan secara pribadi. Kekuatan
lunturnya nilai-nilai yang dimiliki transformatif yang dimiliki media sosial
masyarakat, terutama remaja. Hal ini menjadi salah satu alasan maraknya
menjadikan remaja bisa menjadi pelaku penggunaan media sosial pada remaja. Hal
cyberbullying ini dikarenakan media sosial menjadi sebuah
Menurut Putri & Nurwati (2016) sarana bagi remaja untuk mengumpulkan
kondisi remaja masih bisa dikatakan kepercayaan diri serta dukungan dari
memiliki emosi yang labil dan mudah lingkungannya (Pandie & Weismann, 2016).
terpengaruh membuat mereka memerlukan Pada masa peralihan menuju
bantuan orang-orang terdekat, terutama dewasa, bisa menimbulkan tantangan bagi
orang tua untuk melakukan pengendalian sebagian remaja untuk mengembangkan
terhadap media sosial dalam konteks kemampuan sosial dan emosionalnya.
membantu para remaja menyaring pengaruh- Remaja yang menjadi pelaku cyberbullying
pengaruh media sosial. Dalam media sosial mengalami ketergantungan pada media
siapapun bisa dengan bebas berkomentar sosial memiliki kesempatan untuk
dan mengemukakan pendapatnya tanpa rasa melakukan tindakan pada uraian
7
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022
8
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022
9
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022
10