Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929

Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022

REMAJA SEBAGAI PELAKU CYBERBULLYING DALAM


MEDIA SOSIAL
Shafa Yuandina Sekarayu1, Meilanny Budiarti Santoso2
1
Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran
2
Pusat Studi CSR, Kewirausahaan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, Universitas Padjadjaran

shafa19014@mail.unpad.ac.id1 , meilanny.budiarti@unpad.ac.id2,

Submitted: 27-05-2022; Accepted: 27-06-2022: Published : 07-07-2022

ABSTRAK

Masa peralihan menuju dewasa menimbulkan berbagai tantangan bagi remaja untuk bisa
mengembangkan kemampuan sosial dan emosionalnya. Penggunaan media sosial yang tidak
seimbang dengan pengawasan, perhatian, dan rasa tanggung jawab dapat menimbulkan perilaku
cyberbullying. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji mengenai remaja sebagai pelaku
cyberbullying dalam media sosial. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah studi
literatur terhadap bahan bacaan, seperti jurnal, buku, dan penemuan hasil penelitian yang
berkaitan dengan cyberbullying dan kondisi psikososial remaja. Hasil yang diperoleh adalah
kondisi psikososial remaja yang sedang membutuhkan pengakuan terhadap diri dan
lingkungannya menyebabkan penggunaan media sosial secara tidak bertanggung jawab dan
dapat menimbulkan perilaku cyberbullying.

Kata Kunci: cyberbullying, psikososial, remaja.

ABSTRACT

The transitional period to adulthood poses various challenges for adolescents to develop their
social and emotional abilities. The use of social media that is not balanced with supervision,
attention, and a sense of responsibility can lead to cyberbullying. This article aims to examine
teenagers as perpetrators of cyberbullying in social media. The method used in this article is a
literature study of reading materials, such as journals, books, and research findings related to
cyberbullying and adolescent psychosocial conditions. The results obtained are that the
psychosocial condition of adolescents who are need of recognition of themselves and their
environment causes the use of social media to be irresponsible which can cause adolescents to
engage in cyberbullying behavior.

Keywords: cyberbullying, psychosocial, adolescent

1
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022

PENDHULUAN (2012) mengungkapkan bahwa sebanyak


20% responden yang mengalami bentuk
Bersumber dari pencatatan yang bullying termasuk cyberbullying pernah
dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak memiliki pemikiran untuk melakukan bunuh
Indonesia (KPAI) menemukan bahwa dalam diri. Penelitian tersebut juga menemukan
rentang waktu 9 tahun terakhir, dari tahun bahwa percobaan bunuh diri yang dilakukan
2011 sampai 2019 ditemukan 37.381 oleh korban cyberbullying intensitasnya
pengaduan, yang mana didalamnya hampir dua kali lebih sering dibandingkan
pelaporan pada kasus bullying atau remaja yang tidak pernah mengalami
perundungan di media sosial mencapai cyberbullying.
2.473 laporan (KPAI, 2020). Adapun data- Perkembangan teknologi dan
data yang diperoleh dari hitungan UNICEF informasi tentunya tidak dapat dipungkiri
terhadap 170.000 remaja pada rentang usia telah membawa perubahan pada banyak
13-24 tahun yang mana 1 dari 3 remaja aspek, terutama masyarakat dari keadaan
mengaku pernah mengalami cyberbullying, yang tradisional menuju keadaan yang lebih
dan hal ini terjadi di 27 negara di Indonesia maju atau masa kini. Misalnya seperti
dan negara di Asia, Afrika, Eropa, Amerika internet yang telah mendukung berbagai
Latin, dan Mediterania (UNICEF, 2019). kebutuhan masyarakat baik secara sosial,
Berdasarkan fakta-fakta tersebut dapat pendidikan, bisnis, dan lain sebagainya.
disimpulkan bahwa cyberbullying pada Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan
remaja merupakan permasalahan yang teknologi internet juga dibuktikan dengan
dialami berbagai negara. Istilah berkembangnya berbagai media sosial.
cyberbullying atau yang diartikan sebagai Media sosial digunakan sebagai media untuk
intimidasi dunia maya merupakan bentuk berinteraksi, secara meluas akan
baru dari perilaku bullying (Patchin, J. W & menghasilkan interaksi sosial yang terbentuk
Hinduja.S, 2006). dari individu maupun kelompok yang mana
Pada penelitian yang telah dilakukan dapat didasari oleh beberapa faktor
oleh Sourander, et al. (2010) berjudul diantaranya saling ketergantungan, seperti
Psychosocial Risk Factors Associated With hubungan pertemanan, persaudaraan,
Cyberbullying Among Adolescents terhadap kepentingan bersama, bisnis, kebencian,
2.215 remaja berusia 13-16 tahun di kesamaan, keyakinan, pengetahuan, dan lain
Finlandia menunjukkan korban sebagainya.
cyberbullying lebih rentan mengalami Menurut Marino, Gini, Angelini,
gangguan emosi dan gangguan hubungan Vieno dan Spada (2020) dalam interaksi ini,
pertemanan yang menghasilkan masalah terdapat karakteristik yang sama, yaitu
pada kesehatannya, seperti sakit kepala, aturan serta norma diakui dan digunakan.
sakit perut berulang, atau gangguan tidur Media sosial merupakan media online yang
dibandingkan yang bukan korban. Hal ini terbentuk dari tiga komponen yaitu
membuktikan bahwa perilaku cyberbullying teknologi, konten, dan komunitas yang
juga meliputi kondisi sosial dan fisik remaja bertujuan untuk menciptakan platform yang
dalam kesehariannya. membuat penggunanya dapat berinteraksi,
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, sehingga kegiatan berdiskusi secara terbuka,
menunjukkan besarnya risiko cyberbullying memodifikasi suatu konten, dan berbagi
pada anak, termasuk di dalamnya adalah informasi dalam waktu yang singkat dan
remaja. Hal ini dikarenakan cyberbullying tidak terbatas. Kehadiran media sosial
dan bullying memiliki karakteristik dan dengan kemudahan dalam aksesnya untuk
akibat yang sama. Dampak yang diberikan berbagai kalangan masyarakat, tentunya
cyberbullying dapat dikatakan tidak luput dari kalangan remaja sebagai
mengkhawatirkan serta berbahaya, terutama pengguna tertinggi di media sosial dengan
ketika korban memiliki kecenderungan persentase 75,5% (Asosiasi Penyelenggara
untuk melakukan bunuh diri. Pada penelitian Jasa Internet Indonesia, 2017).
yang dilakukan oleh Patchin & Hinduja

2
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022

Menurut Hidajat, M., Adam, A. R., tidak langsung (relational bullying), dan
Danaparamita, M., & Suhendrik, S. (2015) bullying melalui media internet
mengungkapkan bahwa kaum remaja saat ini (cyberbullying). Bahkan McVean (2018)
diketahui mengalami ketergantungan menyatakan bahwa cyberbullying adalah
terhadap media sosial, ditemukan beberapa intimidasi yang sering terjadi secara daring.
platform yang memperoleh intensitas Berdasarkan berbagai pandangan yang telah
tertinggi di kalangan remaja diantaranya diungkapkan artikel ini bertujuan untuk
adalah Facebook, Twitter, Youtube, Line, mendeskripsikan remaja sebagai pelaku
Instagram, Whatsapp, dan sebagainya. Pada cyberbullying dalam media sosial.
dasarnya platform media sosial ini memiliki
dua fungsi yaitu jejaring sosial dan aplikasi METODE
pesan/chat. Media sosial tentunya memiliki Pada penulisan artikel ini digunakan
berbagai dampak positif yang telah studi literatur dengan menggunakan data-
dirasakan oleh penggunanya, seperti untuk data sekunder melalui kajian berbagai
mencari informasi atau bahkan memperluas literatur yang dapat diperoleh dari buku,
relasi. Akan tetapi, media sosial yang jurnal, dan laporan yang berkaitan dengan
memberikan berbagai manfaat juga tidak kondisi psikososial remaja dan perilaku
terlepas dari beberapa oknum yang tidak cyberbullying. Studi literatur juga digunakan
bertanggung jawab dalam menggunakan untuk mempelajari berbagai buku referensi
media sosial sebagai media untuk dan hasil penelitian sebelumnya yang sejenis
melakukan cyberbullying. untuk mendapatkan landasan teori mengenai
Penggunaan media sosial yang tidak masalah yang akan diteliti. Penelitian ini
bertanggung jawab dapat membawa dampak bersifat deskriptif, yang mana bertujuan
yang negatif berupa perilaku yang untuk mendeskripsikan atau membuat
menyimpang, salah satunya adalah gambaran secara sistematis.
cyberbullying. Menurut Rosyidah dan
Nurdin (2018) media sosial yang HASIL DAN PEMBAHASAN
memperoleh persentase tertinggi dengan
pengguna yang mengalami cyberbullying 1. Kondisi Psikososial Remaja
dapat diurutkan dengan Instagram sebesar Menurut (Hurlock, 1992) remaja
42%, Facebook sebanyak 37%, WhatsApp berasal dari kata latin adolensence yang
dengan 12%, Youtube sebanyakk 10%, dan berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
Twitter dengan 9%. Istilah cyberbullying dewasa. Masa remaja menjadi tahap yang
bukan merupakan hal yang baru di tengah penting dalam kehidupan seseorang,
perkembangan media sosial saat ini. dikarenakan bagi banyak orang tahap ini
Periode remaja dapat dikatakan merupakan masa pencarian identitas diri,
merupakan periode yang rentan melakukan menghadapi kondisi kebingungan, segala
berbagai perilaku menyimpang atau macam hal yang tidak menentu, kebutuhan
kenakalan remaja salah satunya berupa peran teman sebaya, dan rasa ingin tahu
tindakan bullying. Kemudian, (Coloroso, yang tinggi terhadap berbagai hal yang
2006) menyatakan bahwa bullying dapat belum diketahui. Menurut Natalia (2016)
terjadi karena adanya kekuatan yang tidak pada masa ini identik dengan individu yang
seimbang. Pada dasarnya suatu tindakan berusaha untuk memulai mengenali dirinya
bullying bisa mengandung tiga elemen sendiri melalui eksplorasi dan penilaian
utama yang saling mempengaruhi, yaitu terhadap karakteristik psikologis diri sendiri.
dimana pelaku atau penindas, korban atau Istilah adolensence mengandung
tertindas, dan penonton atau orang yang makna yang luas mengenai kesiapan mental,
tidak terlibat secara langsung tetapi turut emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1980).
menyaksikan kejadian tersebut (Coloroso, Pada perspektif perkembangan, Erikson
2006). Menurut Wang & Iannotti (2015) (1963) telah menjadi ahli teori
tindakan bullying dapat diklasifikasikan perkembangan yang berpengaruh hingga
menjadi empat jenis yaitu, bullying secara masa kini, dikarenakan model
verbal, bullying secara fisik, bullying secara perkembangannya mencakup masa dewasa.

3
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022

masa kanak-kanak, serta tahap sebaya. Oleh karena itu dapat dikatakan
perkembangan. Erikson mengusulkan model masa remaja merupakan proses dari masa
epigenetic perkembangan manusia yang anak-anak menuju dewasa yang ditandai
mana perkembangan psikologis kepribadian dengan berbagai perubahan pada fisik,
berproses dalam urutan yang dipengaruhi emosi, sosial, serta nilai-nilai moral (Putri &
oleh aspek-aspek biologis, psikologis, dan Nurwati, 2016).
sosial. Erikson membagi siklus hidup Menurut pendapat Erikson yang
menjadi delapan tahap, yang dibagi telah dikutip oleh John W. Santrock,
berdasarkan krisis psikososial khusus, yaitu psikososial merupakan hasil dari proses
seperti yang diungkapkan oleh Hall & interaksi antara aspek biologis, psikologis,
Lindzey (2009: 137) sebagai berikut: dan sosial yang mana akan berperan besar
a. Tahap 1 (lahir sampai 1 tahun): dalam perkembangan anak. Tahap
kepercayaan dasar versus perkembangan dari anak sampai dewasa
ketidakpercayaan tentunya saling berkaitan satu sama lain.
b. Tahap 2 (usia 2 hingga 3 tahun: Pada aspek biologis ditunjukkan dengan
otonomi versus rasa malu, keraguan keseharian yang dilakukan, seperti makan,
c. Tahap 3 (usia 3 hingga 5): inisiatif tidur, olahraga, nutrisi, dan lain sebagainya.
versus rasa bersalah Sedangkan aspek kondisi psikologis
d. Tahap 4 (usia 6 hingga 12): industri ditunjukkan dengan kondisi emosi, motivasi,
versus inferioritas persepsi, pemecahan masalah, dan lain
e. Tahap 5 (usia 12 hingga 18 tahun sebagainya. Kemudian aspek sosial
atau lebih): identitas versus digambarkan dengan kondisi interpersonal,
kebingungan peran peranan sosial, dukungan sosial, dan lain
f. Tahap 6 (awal hingga akhir 20-an): sebagainya.
keintiman versus isolasi
g. Tahap 7 (akhir 20-an hingga 50-an): 2. Pelaku Cyberbullying
generativitas versus stagnasi Cyberbullying adalah kegiatan
h. Tahap 8 (dewasa akhir): integritas intimidasi yang dilakukan secara sengaja
versus keputusasaan dan berulang terhadap individu maupun
kelompok. Cyberbullying juga dapat
Dalam teori perkembangan, tahap berbentuk ungkapan yang bersifat tidak
perkembangan ditentukan dengan batasan benar, kecemburuan, diskriminasi, atau
usia remaja. Pada tahap 5 pada usia 12-18 vulgar. Istilah cyberbullying diartikan
tahun menjadi fase dimana remaja sebagai intimidasi yang dilakukan untuk
melakukan pencarian identitas dan melecehkan seseorang atau kelompok
menentukan perannya dalam lingkungan melalui penggunaan teknologi. Marleni dan
sosialnya. Pada tahap ini juga, remaja akan Weisman (2016) mengartikan konsep
mengalami perkembangan organisasi serta cyberbullying sebagai seseorang yang
eksplorasi. Menurut (Natalia, 2016) melakukan suatu tindakan dengan sengaja
beberapa remaja kemungkinan bisa dan berulang untuk merugikan orang lain
melewati masa ini tanpa permasalahan, melalui internet atau media sosial.
namun terdapat beberapa remaja juga yang Dengan demikian dapat disimpulkan
bisa mengalami kenakalan remaja yang bahwa, penggunaan media sosial yang tidak
ringan ataupun kriminal, yang mana diimbangi dengan pengawasan, perhatian
didalamnya mencakup perilaku yang serta rasa tanggung jawab akan
menyimpang. menimbulkan cyberbullying. Cyberbullying
Pada masa remaja yang menjadi merupakan kegiatan yang bersifat pelecehan,
proses peralihan dari kanak-kanak menjadi penghinaan, serta mengunggah atau
dewasa. Pada masa ini seringkali diikuti cara mengirim materi atau konten yang
berpikir yang kausatif maksudnya adalah merugikan, memalukan, atau melakukan
pemikiran mengenai hubungan sebab dan agresi sosial dengan memanfaat teknologi
akibat, keadaan emosi yang labil, dan internet atau media sosial lainnya (Ybarra &
ketergantungan pada kelompok atau teman Mitchell, 2004).

4
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022

Pada kajian literaturnya, Newey & dikirimkan oleh korban dengan


Magson (2010) merangkum terdapat tujuan menyakiti korban.
sembilan jenis tipe yang dilakukan oleh f. Misinformation/Denigration
pelaku cyberbullying yang dijelaskan Jenis kegiatan yang dilakukan
sebagai berikut: dengan cara menyebarluaskan
a. Flaming informasi yang tidak benar atau
Jenis perundungan berbentuk pencemaran nama baik yaitu proses
amarah, tipe yang dilakukan dengan mengumbar keburukan seseorang di
membuat ruang diskusi atau internet dengan tujuan merusak
chatting dengan menargetkan reputasi atau pencemaran nama baik
individu atau kelompok tertentu korban. Termasuk di dalamnya
untuk menerima pesan yang bernada ketika seseorang mengunggah
marah serta tidak sopan melalui informasi yang tidak diketahui
media publik online. kebenarannya, memalukan, dan
b. Online harassment menyakiti korban sehingga korban
Jenis pelecehan online dapat terlihat buruk dan mengundang
diartikan sebagai tindakan yang komentar negatif dari pihak luar.
bersifat menyerang secara berulang- g. Cyber Stalking
ulang dengan tujuan mengganggu Kegiatan pelecehan yang meliputi
atau melukai perasaan seseorang. tindakan yang mengancam,
c. Identity theft/impersonation mengawasi, dan mengintimidasi
Jenis yang dilakukan pada saat korban. Pelaku melakukan hal
seseorang berpura-pura menjadi tersebut secara berulang sehingga
orang lain dan mengirimkan pesan menimbulkan ketakutan pada
atau status yang tidak baik dan korban.
berniat menyakiti korban serta h. Happy slapping
membahayakan korban, sebagai Kegiatan ini terjadi, ketika pelaku
contoh misalnya seseorang secara sengaja melakukan bullying
menggunakan akun korban untuk atau menyerang, atau membuat
mengunggah informasi yang tidak korban sebagai bahan tertawaan
benar atau hal yang memalukan yang direkam dengan video yang
tentang korban di media sosial bertujuan membocorkan video
tertentu. tersebut kepada publik atau
d. Outing mengirim video tersebut kepada
Tindakan mengirim informasi orang lain untuk ditonton.
korban yang bersifat pribadi dan i. Sexting
rahasia secara online kepada orang Kegiatan mengirimkan foto atau
lain. Dalam hal ini terjadi gambar seksual korban atau pelaku
pembocoran informasi yang rahasia dalam keadaan tanpa busana atau
dengan sengaja kepada pihak luas setengah berbusana melalui telepon
yang disebabkan korban yang pada seluler untuk dilihat orang lain.
awalnya mempercayakan kepada
pelaku untuk menjaga informasi 3. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku
tersebut sebagai rahasia. Cyberbullying
e. Exclusion/ostracism Sebuah penelitian menunjukkan
Tindakan pengucilan dapat terjadi 32% siswa mengatakan pernah melakukan
jika target perundungan diblokir cyberbullying dengan alasan iseng dan rata-
atau dihapus dari daftar pertemanan, rata media yang digunakan adalah media
disingkirkan dari grup online oleh sosial (Puspitawati, 2006). Remaja memiliki
pelaku, atau bahkan ketika teman- kecenderungan menjadi pelaku
teman yang dimiliki secara sengaja cyberbullying hal ini dikarenakan
tidak merespon pesan yang cyberbullying dilakukan karena pelaku
merasa mempunyai dendam yang tidak

5
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022

terselesaikan dan merasa termotivasi c. Interaksi Orang Tua dan Remaja


(motivated offender) untuk melakukan Orang tua memiliki peran untuk
pembajakan, balas dendam, pencurian, atau mengedukasi dan mengawasi
sekedar iseng (Willard, 2011). Selanjutnya, interaksi di media sosial menjadi
selain dendam dan motivasi, cyberbullying faktor yang mempengaruhi remaja
juga dapat dilakukan karena keinginan untuk untuk melakukan cyberbullying.
dihormati dan juga faktor bosan atau hanya Adapun penelitian yang
mencari hiburan. mengungkapkan bahwa remaja dan
Menurut Malihah & Alfiasari (2018) orang tua yang memiliki tingkat
cyberbullying yang diakibatkan dari hubungan yang rendah akan
kebosanan dan keisengan untuk berpeluang lebih besar untuk remaja
mendapatkan kesenangan akan mengarah melakukan cyberbullying (Ybarra &
kepada perencanaan bersama serta dilakukan Mitchell, 2004).
secara berkelompok. Contoh cyberbullying d. Psikologis Remaja
ini adalah outing, yakni menyampaikan Kondisi psikologis remaja menjadi
komunikasi pribadi atau gambar yang berisi faktor penyebab cyberbullying
informasi yang berpotensi memalukan. dikarenakan hubungan negatif
Sebagaimana dinyatakan oleh Pandie & dengan orang lain akan
Weismann (2016) bahwa alasan lain yang menimbulkan dampak negatif
membuat remaja menjadi pelaku seperti perasaan marah dan frustasi
cyberbullying adalah faktor kesenjangan yang mengarah pada kejahatan.
karena pelaku mungkin tersakiti atau marah e. Persepsi Terhadap Korban
karena komunikasi yang dikirimkan dalam Pelaku cyberbullying mengatakan
media sosial. Pelaku cenderung merespon bahwa karakteristik atau sifat
dengan marah atau frustasi. Dalam kajian korban menjadi motif dibalik
literatur, Pratiwi M (2011) meringkas faktor- pelecehan yang dilakukan.
faktor yang dapat menjadikan remaja
sebagai pelaku cyberbullying 4. Perilaku Pelaku Cyberbullying
a. Perundungan Tradisional dan Kondisi Psikososial Remaja
Menurut (Riebel et al., 2009) Media sosial menjadikan beberapa
terdapat keterhubungan antara remaja yang cenderung menjadi pengguna
perundungan di dunia nyata dengan media sosial yang aktif tapi kurang
perundungan yang terjadi di dunia bertanggung jawab, remaja terlalu sering
maya. Maka dari itu, perundungan mengunggah berbagai hal dari mulai
dari dunia nyata dapat kegiatan sehari-hari hingga ke permasalahan
mempengaruhi perundungan di yang bersifat privasi. Hal ini dilakukan
dunia maya atau cyberbullying. Jadi sebagai ajang untuk menunjukkan
dapat dikatakan media sosial keberadaan dirinya kepada publik. Para
memberikan kesempatan baru remaja berlomba-lomba untuk menampilkan
berupa ruang untuk menghina orang branding mengenai dirinya yang dilakukan
lain. melalui foto, video, pernyataan yang ada di
b. Pengguna Internet dan Media Sosial media sosial dikarenakan menginginkan
Banyaknya pengguna internet pengakuan dari lingkungannya, dan
menjadikan dari tahun ke tahun kebebasan untuk berkomentar sesuka hati
menimbulkan perilaku mengenai sesuatu yang ada dalam pikiran
cyberbullying. Faktor ini remaja tersebut. Sehingga remaja memiliki
berhubungan dengan tanggung keinginan untuk menunjukkan dan
jawab dalam menggunakan internet mengarahkan perspektif orang lain bahwa
dan media sosial, pada remaja yang mereka seperti yang mereka gambarkan
menjadi pelaku cyberbullying dapat (Baroncelli & Ciucci, 2014).
dilakukan edukasi atau pemantauan Menurut Baroncelli & Ciucci (2014)
dalam menggunakan internet dan penggunaan media sosial inilah yang
media sosial. mengakibatkan berubahnya gaya

6
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022

komunikasi dan karakteristik pada remaja khawatir. Hal ini disebabkan dalam internet
yang membuka kesempatan untuk remaja khususnya media sosial sangat mudah
menjadi pelaku cyberbullying. Dengan melakukan pemalsuan jati diri atau
kemunculan media sosial sebagai ruang melakukan kejahatan. Padahal di sekolah,
yang baru untuk berinteraksi dapat remaja berusaha menemukan identitasnya
mempermudah serta meningkatkan rasa dengan cara bergaul dengan teman
ingin tahu akan dunia yang luas ini. Media sebayanya.
sosial juga dijadikan sebagai sarana untuk Resiko yang berkaitan dengan
memuaskan hasrat baik yang bersifat positif komunikasi di media sosial pada remaja
maupun negatif yang tidak dapat mereka adalah remaja bisa merasa lebih nyaman
lakukan di dunia nyata (Pratiwi, 2011). Oleh dengan mengungkapkan topik-topik
karena itu, perkembangan teknologi personal secara online dibandingkan pada
informasi merupakan alat yang memiliki saat berkomunikasi secara riil (Sourander et
potensi mengakibatkan perilaku al., 2010). Kalangan remaja yang menjadi
menyimpang dan menjadikan mereka hiperaktif di media sosial bisa membagikan
sebagai pelaku cyberbullying. Dari hal kehidupan sehari-harinya selayaknya
tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat menggambarkan lifestyle dan mencoba
sebuah konstruksi baru dalam mengikuti perkembangan yang ada,
perkembangan penggunaan media sosial dianggap lebih populer di lingkungannya.
yaitu remaja yang menggunakan internet, Namun, media sosial tidak selalu
terutama media sosial yang telah membuka menggambarkan keadaan social life yang
kesempatan dalam diri mereka untuk bisa sebenarnya. Berbagai jenis platform yang
menjadi pelaku cyberbullying. terdapat pada media sosial membuat
Penggunaan media sosial secara kebanyakan remaja memanfaatkannya
tidak bertanggung jawab dapat memberikan sebagai sarana untuk berinteraksi dengan
dampak yang negatif dan merugikan berupa teman, berbagi tugas, bermain game, bahkan
perilaku yang menyimpang, salah satunya sekedar mengisi waktu luang.
adalah cyberbullying. Dari pembahasan Media sosial yang diminati remaja
sebelumnya, menunjukkan beberapa bentuk saat ini menghadirkan fasilitas yang
cyberbullying yang umumnya dilakukan memberikan akses bagi penggunanya untuk
oleh remaja sebagai pelaku diantaranya dapat mengabadikan atau membagikan
adalah online-harassment (pelecehan setiap aspek kehidupannya. Contohnya
online), misinformation, dan outing. adalah aplikasi Instagram yang menawarkan
Menurut Pratiwi (2011) pelaku berbagai kemudahan untuk pengguna dapat
cyberbullying umumnya menggunakan berbagi foto dan video yang dilengkapi
media sosial untuk mengirimkan konten dengan fitur-fitur lainnya seperti lokasi, live,
yang bertujuan untuk menyakiti korban, video, boomerang, atau bahkan melakukan
selain itu media sosial juga berdampak ke percakapan secara pribadi. Kekuatan
lunturnya nilai-nilai yang dimiliki transformatif yang dimiliki media sosial
masyarakat, terutama remaja. Hal ini menjadi salah satu alasan maraknya
menjadikan remaja bisa menjadi pelaku penggunaan media sosial pada remaja. Hal
cyberbullying ini dikarenakan media sosial menjadi sebuah
Menurut Putri & Nurwati (2016) sarana bagi remaja untuk mengumpulkan
kondisi remaja masih bisa dikatakan kepercayaan diri serta dukungan dari
memiliki emosi yang labil dan mudah lingkungannya (Pandie & Weismann, 2016).
terpengaruh membuat mereka memerlukan Pada masa peralihan menuju
bantuan orang-orang terdekat, terutama dewasa, bisa menimbulkan tantangan bagi
orang tua untuk melakukan pengendalian sebagian remaja untuk mengembangkan
terhadap media sosial dalam konteks kemampuan sosial dan emosionalnya.
membantu para remaja menyaring pengaruh- Remaja yang menjadi pelaku cyberbullying
pengaruh media sosial. Dalam media sosial mengalami ketergantungan pada media
siapapun bisa dengan bebas berkomentar sosial memiliki kesempatan untuk
dan mengemukakan pendapatnya tanpa rasa melakukan tindakan pada uraian

7
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022

sebelumnya, hal ini dilatarbelakangi oleh remaja. Sebagian besar remaja


perkembangan psikologis pada remaja yang menghabiskan waktunya di media sosial.
dipengaruhi dengan faktor biologis, Media sosial membantu remaja untuk
psikologis, dan sosial. Cyberbullying membangun branding yang mereka
memiliki keterhubungan dengan kondisi inginkan. Namun, masa remaja merupakan
psikososial remaja, kecerdasan emosional masa saat remaja membutuhkan pengakuan
diduga juga berhubungan dengan terhadap dirinya dalam lingkungan sosial
cyberbullying yang terjadi pada remaja. Hal yang menyebabkan remaja sebagai
ini dibuktikan dengan penelitian mengenai pengguna terbanyak dalam media sosial.
kecerdasan emosi dan cyberbullying yang Oleh karena itu penggunaan media
dimoderatori oleh gender (Betts, 2016). sosial bisa meleset dari penggunaan yang
Hasil ini mengungkapkan bahwa pelaku seharusnya. Kehadiran media sosial dengan
cyberbullying kurang memiliki kecerdasan kebebasannya terbukti memberikan
emosi. pengaruh terhadap perilaku pelaku
Selain itu, para ahli (Patchin, J. W., cyberbullying. Hal ini dikarenakan
& Hinduja, 2012) juga memandang pelaku penggunaan media sosial menyebabkan
cyberbullying memiliki tingkat akademik interaksi yang kompleks yang
yang rendah karena terganggunya mempengaruhi tahap perkembangan remaja
konsentrasi saat belajar serta tingginya dari aspek biologis, psikologis, dan sosial.
tingkat frustasi yang dialami oleh pelaku Aspek-aspek ini meliputi penggunaan media
cyberbullying. Dampak dari melakukan sosial pada remaja yang menjadi pelaku
tindakan cyberbullying dapat berefek jangka cyberbullying yaitu perundungan tradisional,
pendek maupun panjang, sikap anti sosial, penggunaan media sosial, hubungan dengan
perilaku kekerasan, dan kriminal rentan orang tua, dan persepsi pelaku cyberbullying
terjadi pada korban di masa depan. Remaja terhadap korban cyberbullying.
yang secara berulang kali melakukan Dengan demikian cyberbullying bisa
cyberbullying dapat kehilan support system terjadi karena penyalahgunaan media sosial
yang mana akan berdampak pada kondisi yang terjadi pada remaja dikarenakan
psikososial remaja (Pandie & Weismann, keadaan psikologis remaja yaitu masih
2016). memiliki emosi yang labil dan meluap-luap,
Kemudian, cyberbullying juga dapat dan lingkungan sosial yang kadang bisa
mengarahkan korban merasa depresi, membawa pengaruh negatif pada remaja
melemahnya rasa penghargaan terhadap diri untuk memiliki motif dan alasan untuk
sendiri, tekanan emosi, kemarahan, dan menjadi pelaku cyberbullying. Oleh karena
kesedihan. Beberapa penelitian menemukan itu, pemahaman akan media sosial
bahwa korban yang mengalami merupakan media yang dapat dilihat oleh
cyberbullying cenderung memiliki keinginan semua orang dan bukan hanya milik sendiri
bunuh diri (Barlett, C. & Coyne, 2014). yang menjadi alasan untuk bisa melakukan
Maka dari itu dapat dikatakan bahwa apapun yang diinginkan. Diperlukan
cyberbullying berdampak terhadap kondisi pemahaman tersebut agar remaja bisa lebih
fisik, psikologis remaja. Dampak yang bertanggung jawab dalam menggunakan
dirasakan tidak hanya dalam ukuran media sosial dan terhindar untuk menjadi
menyakiti perasaan, namun juga menyerang pelaku cyberbullying di media sosial.
kesehatan, kondisi sosial dan kondisi
psikologis dari remaja sehingga seringkali DAFTAR PUSTAKA
remaja merasa depresi, tidak merasa cocok
di lingkungan sosialnya, dan pola hidup Barlett, C. & Coyne, S. M. (2014). A meta-
yang berantakan. analysis of sex differences in cyber-
bullying behaviour: The moderating
KESIMPULAN role of age. Journal of Aggressive
Perkembangan teknologi berbasis Behavior.
internet memberi banyak kemudahan pada Betts, L. R. (2016). Cyberbullying:
setiap kalangan, terutama pada kalangan approaches, consequences and

8
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022

interventions Narpaduhita, P.D., & Suminar, D.R. (2014).


Baroncelli, A., & Ciucci, E. (2014). Unique Perbedaan perilaku cyberbullying
effects of different components of ditinjau dari persepsi terhadap iklim
trait emotional intelligence in sekolah di SMK Negeri 8 Surabaya.
traditional bullying and Jurnal Psikologi dan Kesehatan
cyberbullying. Journal of Mental, 3(3): 1-6
Adolescence, 37(6), 807–815. Natalia, E. C. (2016). REMAJA , MEDIA
Chang, W.-J. (2020). Cyberstalking and Law SOSIAL DAN CYBERBULLYING
Enforcement. Procedia Computer Jurnal Ilmiah Komunikasi, 5, 119–
Science, 176,1188–1194. 137.
Coloroso, B. (2006). Penindas, Tertindas, Newey, K., & Magson, N. (2010). A Critical
Dan Penonton; Resep Memutus review of the current cyberbullying
Rantai Kekerasan Anak Dari research definitional, theoretical and
Prasekolah Hingga SMU. Jakarta: methodological issues. Australian
Serambi Ilmu Pustaka. Association for Research in
Desmita, 2008. Psikologi Perkembangan. Education Conference, 1–12.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pandie, M. M., & Weismann, I. T. J. (2016).
Dewi, H. A., & Sriati, S. A. (2020). Pengaruh Cyberbullying Di Media
FAKTOR-FAKTOR YANG Sosial Terhadap Perilaku Reaktif
MEMPENGARUHI Sebagai Pelaku Maupun Sebagai
CYBERBULLYING PADA Korban Cyberbullying Pada Siswa
REMAJA : A Systematic review. Kristen SMP Nasional Makassar.
Ilmu Keperawatan, 3(2). Jurnal Jaffray, 14(1), 43–62.
Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. (2009) Patchin, J. W., & Hinduja, S. (2012).
Psikologi Kepribadian 1 Teori-Teori Cyberbullying Prevention and
Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Response. New York: Routledge.
Kanisius. Patchin, J. W., & Hinduja, S. (2006). Bullies
Hidajat, M., Adam, A. R., Danaparamita, Move Beyond the Schoolyard: A
M., & Suhendrik, S. (2015). Preliminary Look at Cyberbullying.
Dampak Media Sosial dalam Cyber Youth Violence and Juvenile Justice,
Bullying. ComTech: Computer, 4(2), 148–169.
Mathematics and Engineering Puspitawati, H. (2006). Pengaruh faktor
Applications, 6(1),72. keluarga, lingkungan teman dan
Malihah, Z., & Alfiasari, A. (2018). Perilaku sekolah terhadap kenakalan pelajar
Cyberbullying pada Remaja dan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Kaitannya dengan Kontrol Diri dan (SLTA) di Kota
Komunikasi Orang Tua. Jurnal Ilmu Bogor.(Disertasi),Bogor, Indonesia
Keluarga Dan Konsumen, 11(2), (Institut Pertanian Bogor).
145–156. Putri, W. S. R., Nurwati, N., & S., M. B.
Marino, C., Gini, G., Angelini, F., Vieno, (2016). Pengaruh Media Sosial
A., & Spada, M. M. (2020). Social Terhadap Perilaku Remaja.
norms and e-motions in problematic Prosiding Penelitian Dan
social media use among adolescents. Pengabdian Kepada Masyarakat,
Addictive Behaviors Reports, 3(1).
11(November 2019) Pratiwi, M. (2011). Faktor-Faktor yang
McVean, M. L. (2018). Physical, verbal, Mempengaruhi Cyberbullying pada
relational and cyber-bullying and Remaja. Makalah disajikan pada
victimization: Examining the social seminar dan lokakarya APSIFOR
and emotional adjustment of Indonesia, Semarang, Indonesia.
participants. Dissertation Abstracts Rerung, A. E. (2021). Menciptakan Self-
International Section A: Humanities Efficacy Pada Anak Usia 19-22
and Social Sciences, 78(10-A-E), Tahun Dengan Menggunakan Pola
No-Pagination-Specified. Asuh Teori Psikososial Erik Erikson

9
Jurnal Penelitian dan Pengabdian e ISSN: 2775 - 1929
Kepada Masyarakat (JPPM) p ISSN: 2775 - 1910 Vol. 3 No.1 Hal : 1-10 April 2022

Di Gereja Toraja Jemaat Sion UNICEF. (2019). Safer Internet Day:


Lestari Klasis Wotu. Masokan: Ilmu UNICEF calls for concerted action
Sosial dan Pendidikan, 1(2), 91-109. to prevent bullying and harassment
Rosyidah, F. N., & Nurdin, M. F. (2018). for the over 70% of young people
Perilaku menyimpang: media sosial online worldwide.
sebagai ruang baru dalam tindak Wang, B. J., Ph, D., Iannotti, R. J., & Ph, D.
pelecehan seksual remaja. Jurnal (2015). School Bullying Among
Pemikiran Dan Penelitian Adolescents in United States:
Sosiologi, 2(2), 38-48. physical, verbal, relational, and
Sangwan, S. R., & Bhatia, M. P. S. (2020). cyber. Journal of Adolescent Health,
Denigration Bullying Resolution 368–375.
using Wolf Search Optimized Willard, Nancy E. Cyberbullying and
Online Reputation Rumour Cyberhearts. USA: Malloy, 2011.
Detection. Procedia Computer Ybarra, M., & Mitchell, K. (2004). Youth
Science, 173(2019), 305–314. engaging in online harassment:
Santrock, J. W. (2007). Remaja Edisi 11 associations with caregiver–child
Jilid 1, Jakarta: Erlangga, h. 50. relationships, Internet use, and
Sourander, A., Klomek, A. B., Ikonen, M., personal characteristics. Journal of
Lindroos, J., Luntamo, T., Adolescence, 27(3).
Koskelainen, M., Helenius, H.
(2010). Psychosocial risk factors
associated with cyberbullying
among adolescents: A population-
based study. Archives of General
Psychiatry, 67(7), 720–728.

10

Anda mungkin juga menyukai