Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 307 - 318 p-ISSN2338-2090

FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah e-ISSN 2655-8106

APAKAH TIPE KEPRIBADIAN BERHUBUNGAN DENGAN KECENDERUNGAN


PERILAKU CYBERBULLYING PADA REMAJA?
Desi Christin Saragih*, Heni Dwi Windarwati, Ayut Merdikawati
Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Jln Veteran Ketawanggede, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur,
Indonesia 65145
*desichristin@student.ub.ac.id

ABSTRAK
Tumbuh kembang remaja dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang mempengaruhi pemenuhan tugas-tugas perkembangan yang berasal dari dalam individu, baik
fisik maupun psikis, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi pemenuhan tugas
perkembangan berasal dari luar diri individu. Faktor eksternal sendiri terdapat beberapa contoh yaitu
lingkungan biologis dan fisik, psikososial dan depresi, faktor keluarga dan adat istiadat, serta faktor ekonomi
Faktor psikososial melibatkan aspek psikologis dan sosial. Aspek sosial dapat dilakukan tanpa harus bertatap
wajah secara langsung atau dapat dilakukan secara online dengan menggunakan media sosial. bebasnya
seseorang dalam menggunakan media sosial menimbulkan berbagai penyalahgunaan media sosial, contohnya
seperti cyberbullying. Cyberbullying pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tipe kepribadian,
persepsi terhadap korban, peran interaksi orangtua dan anak. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
hubungan tipe kepribadian dengan kecenderungan perilaku cyberbullying pada remaja. Penelitian dilakukan
pada remaja kelas 10 SMA di Malang. Sampel berjumlah 126 siswa dengan teknik sampling purposive
sampling. Data dikumpulkan menggunakan Eysenck Personality Questionare dan instrumen cyberbullying.
Data dianalisis menggunakan uji Chi Square. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe
kepribadian dengan kecenderungan perilaku cyberbullying pada remaja kelas 10 SMA di Malang dengan
Asymp.Sig 0.128 atau p-value > 𝞪 (0.05).

Kata kunci: cyberbullying; remaja; tipe kepribadian

ARE PERSONALITY TYPES RELATED TO CYBERBULLYING BEHAVIOR TRENDS IN


ADOLESCENTS?

ABSTRACT
Adolescent growth and development is influenced by 2 factors, namely internal and external factors. Internal
factors are factors that influence the fulfillment of developmental tasks originating from within the
individual, both physical and psychological, while external factors are factors that influence the fulfillment
of developmental tasks originating from outside the individual self. There are several examples of external
factors, namely biological and physical environment, psychosocial and depression, family and cultural
factors, and economic factors. Psychosocial factors involve psychological and social aspects. The social
aspect can be done without having to face to face directly or can be done online using social media. the
freedom of a person to use social media causes various abuses of social media, for example cyberbullying.
Cyberbullying in adolescents is influenced by several factors, namely personality type, perception of the
victim, the role of parent and child interaction. The research aims to determine the relationship of
personality types with the tendency of cyberbullying behavior in adolescents. The study was conducted on
10th grade high school teenagers in Malang. The sample was 126 students with a purposive sampling
technique. Data was collected using Eysenck Personality Questionare and cyberbullying instruments. Data
were analyzed using Chi Square test. There is no significant relationship between personality types and the
tendency of cyberbullying behavior in 10th grade teenagers in Malang with Asymp. Sig 0.128 or p-value> 𝞪
(0.05).

Keywords: adolescents; cyberbullying; personality types

PENDAHULUAN Keluarga Berencana Nasional (2018)


WHO (2015) menyampaikan bahwa usia menyampaikan bahwa remaja merupakan
remaja dimulai dari usia 10 tahun dan diakhiri seseorang yang berusia antara 10-24 tahun
pada usia 19 tahun. Badan Kependudukan dan dan belum menikah. Definisi remaja yang

307
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 307 - 318
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

disampaikan oleh BKKBN menambahkan tercatat mengalami penetrasi internet paling


status pernikahan yang menjadi salah satu tinggi. Berdasarkan riset ini, penetrasi
penentu seseorang masih dikatakan remaja internet pada rentang usia antara 13 sampai 18
atau tidak. Remaja juga dapat didefinisikan tahun mencapai angka 75,50%
sebagai salah satu pembagian masa tumbuh (Teknopreneur, 2018). Media sosial yang
kembang manusia. Remaja merupakan masa banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia
transisi dari anak-anak menjadi dewasa yang menurut WeAreSocial (2019) yaitu Facebook,
mana terjadi berbagai perubahan baik Youtube, Twitter, Instagram dan media sosial
hormonal, fisik, psikologis maupun sosial yang banyak digunakan untuk chatting adalah
(Jose, 2010). Kesimpulan dari hal yang telah Line dan Whatsapp. Kesimpulan dari
disampaikan adalah remaja merupakan suatu pemaparan yang telah dilakukan mengenai
masa peralihan dari anak-anak menuju media sosial, dapat dikatakan bahwa media
dewasa dan seseorang yang berusia antara 10- sosial adalah suatu alat komunikasi dan suatu
24 tahun serta dengan status belum menikah. media online manusia dengan menggunakan
bantuan internet dalam mempermudah
Tumbuh kembang remaja dipengaruhi oleh 2 manusia untuk melakukan proses sosial.
faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang Media sosial memiliki dampak bagi
mempengaruhi pemenuhan tugas-tugas kehidupan penggunanya, baik dampak positif
perkembangan yang berasal dari dalam maupun negatif. Dampak positif dari media
individu, baik fisik maupun psikis, sedangkan sosial sendiri yaitu menjadi wadah untuk
faktor eksternal adalah faktor yang bersosialisasi secara luas dan tidak mengenal
mempengaruhi pemenuhan tugas jarak (Fifit, 2018), dalam berinteraksi sosial
perkembangan berasal dari luar diri individu dapat dilakukan dengan mudah dan kapanpun,
(Milia, 2018). Beberapa faktor internal yang dapat digunakan sebagai sarana silaturahmi
mempengaruhi tumbuh kembang remaja yaitu agar semakin terjaga dan tempat dimana
genetik dan kesehatan. Faktor eksternal seseorang mencari hiburan (Abdillah &
sendiri terdapat beberapa contoh yaitu Ahmad, 2012) serta dengan adanya media
lingkungan biologis dan fisik, psikososial dan sosial, penyebaran informasi dapat
depresi, faktor keluarga dan adat istiadat, berlangsung secara cepat (Carolyn & David,
serta faktor ekonomi (Soetjiningsih, 1998). 2002). Dampak negatif dari media sosial
Faktor psikososial melibatkan aspek sendiri yaitu ketika remaja terlalu banyak
psikologis dan sosial. Aspek sosial dapat menghabiskan waktu dengan media sosial
dilakukan tanpa harus bertatap wajah secara maka akan membentuk remaja tidak ahli
langsung atau dapat dilakukan secara online untuk bersosialisasi secara langsung di dunia
dengan menggunakan media sosial. nyata (Fifit, 2018), membuat penggunanya
kecanduan, membuat pengguna nyaman
Media sosial adalah sebuah media online berinteraksi tanpa bertatap wajah secara
dimana para penggunanya bisa dengan mudah langsung (Watkins, 2009), dan bebasnya
berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi seseorang dalam menggunakan media sosial
meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan menimbulkan berbagai penyalahgunaan
dunia virtual (Wilga et al, 2016). Media sosial media sosial, contohnya seperti cyberbullying
adalah alat komunikasi yang digunakan oleh (El et al, 2016). Kesimpulan dari dampak
seorang pengguna dalam melakukan proses positif dan negatif media sosial yang telah
sosial (Mulawarman & Aldila, 2017). dipaparkan, adalah media sosial dapat
Berdasarkan riset Penetrasi dan Perilaku menjadi sangat bermanfaat dan membawa
Pengguna Internet Indonesia 2017 yang kebaikan bagi penggunanya, namun apabila
diselenggarakan oleh Asosiasi Penyedia Jasa pengguna tidak terkontrol dalam
Internet Indonesia (APJII) bersama dengan menggunakan media sosial maka pengguna
Teknopreneur Indonesia, penetrasi internet di dapat merugikan diri sendiri serta pengguna
Indonesia terbesar dialami oleh Generasi Z. lainnya, seperti melakukan cyberbullying
Generasi yang lahir di akhir tahun 90-an ini kepada pengguna media sosial lainnya.

308
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 307- 318
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Cyberbullying merupakan perilaku seseorang Cyberbullying pada remaja dipengaruhi oleh


atau kelompok secara sengaja dan berulang beberapa faktor yaitu tipe kepribadian,
kali melakukan tindakan yang menyakiti persepsi terhadap korban, peran interaksi
orang lain melalui komputer, telepon seluler, orangtua dan anak (Disa, 2011), dan frekuensi
dan alat elektronik lainnya (Patchin & dalam menggunakan teknologi internet (Stica,
Hinduja, 2011). WHO (2019) mengatakan Ruggieri, & Perren, 2013). Siti dan Ahmad
bahwa kekerasan yang dialami remaja baik dalam penelitiannya (2017) pada mahasiswa
disaat proses pengasuhan orangtua dan bully menemukan sebuah faktor yang
yang dialami remaja baik secara kontak fisik mempengaruhi terjadinya cyberbullying.
maupun tidak (cyberbullying) beresiko Faktor tersebut adalah perceived behavioral
mengalami gangguan kesehatan mental dan control yaitu keyakinan seseorang akan
depresi adalah salah satu penyakit mental kemampuannya melakukan atau tidak
yang utama yang dialami remaja yang dapat melakukan cyberbullying serta persepsinya
disebabkan salah satunya oleh cyberbullying. akan konsekuensi positif maupun negatifnya
perilaku cyberbullying serta manfaat dan
Data yang diperoleh melalui WHO (2015) kerugian dari konsekuensi tersebut. Patchin
mengenai prevalensi cyberbullying di dunia dan Hinduja (2010) dalam penelitiannya
tidak banyak. Penelitian yang dilakukan oleh menemukan salah satu faktor yang
Staude-Miller et al (2012) ditemukan mempengaruhi cyberbullying. Faktor tersebut
prevalensi sebanyak 58,6 % dari 9760 sampel adalah perasaan harga diri pelaku yang
mengalami cyberbullying. Penelitian yang rendah. Kesimpulan dari hal yang telah
dilakukan oleh Calvete et al (2010) di dibahas yaitu faktor yang mendorong
Spanyol pada 1431 sampel ditemukan bahwa terjadinya cyberbullying adalah tipe
44,1 % telah mengalami cyberbullying. kepribadian, persepsi terhadap korban, peran
Penelitian yang dilakukan oleh Handuja et al interaksi orangtua dan anak, intensitas pelaku
(2007) di Amerika ditemukan dalam sampel dalam menggunakan media sosial, perceived
1388, 34,4 % sampel telah mengalami behavioral control dan memiliki perasaan
cyberbullying. Penelitian yang dilakukan oleh harga diri yang rendah.
Walrave et al (2012) di Belgia, ditemukan
bahwa dalam 1318 sampel terdapat 34,2 % Tipe kepribadian merupakan bagian dari
sampel yang mengalami cyberbullying. individu yang paling mencerminkan atau
Kesimupulan dari penelitian-penelitian ini mewakili pribadi, bukan hanya yang
adalah prevalensi kejadian cyberbullying membedakan individu tersebut dari orang
cukup tinggi dan saat ini Indonesia belum lain, tetapi yang lebih penting bahwa
memiliki penelitian mengenai prevalensi kepribadian meliputi apa yang paling khas
cyberbullying. dalam diri seseorang (Hall & Lindzey, 2009).
Dina (2014) dalam penelitiannya menemukan
Tahun 2015 KPAI tidak menerima satu pun bahwa dari 165 siswa SMA sebagai subyek
laporan tentang cyberbullying. Pada 21 penelitian, sebanyak 87 orang (52.7%) masuk
Desember 2018 terdapat total 206 kasus dalam kategori perilaku cyberbullying tinggi
cyberbullying yang dialami oleh para siswa dan sebanyak 78 orang (47.3%) termasuk
(TribunNews, 2018). Hal ini disebabkan dalam kategori perilaku cyberbullying rendah.
karena perkembangan teknologi dan pengaruh Penelitian yang dilakukan Dina dengan
media sosial yang cukup masif di kalangan mengkategorisasikan tipe kepribadian siswa,
pelajar (VOAIndonesia, 2018). Rekapitulasi didapatkan hasil bahwa tipe kepribadian
pengaduan yang dilakukan KPAI ditemukan ekstrovert yang berjumlah 49 orang, sebanyak
bahwa pada tahun 2011-2018 terdapat 2845 31 orang (63.3%) masuk dalam kategori
kasus pornografi, cyber dan crime (Depkes, perilaku cyberbullying tinggi, sedangkan
2018). Kesimpulannya adalah bahwa di untuk yang masuk dalam kategori perilaku
Indonesia memiliki cyberbullying yang cyberbullying rendah adalah sebanyak 18
meningkat signigfikan di kalangan remaja. orang (36.7%). Siswa dengan tipe kepribadian
introvert ditemukan berjumlah 116 orang,

309
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 307 - 318
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

sebanyak 56 orang (48.3%) masuk dalam penelitian ini adalah remaja kelas 10 SMA di
kategori perilaku cyberbullying tinggi dan 60 Malang. Sampel dalam penelitian ini
orang (51.7%) masuk dalam kategori perilaku sejumlah 126 responden, berdasarkan
cyberbullying rendah. Kesimpulan dari hitungan menggunakan rumus Slovin.
penelitian yang telah dilakukan oleh Dina Adapun kriteria inklusi yaitu : siswa kelas 10
adalah siswa dengan tipe kepribadian SMA di Malang yang masuk kelas pada saat
ekstrovert memiliki perilaku cyberbullying pengambilan data penelitian dilakukan,
lebih tinggi daripada introvert. Hal ini bersedia menjadi responden dan telah
bertentangan dengan hasil penelitian yang mendapat izin dari orangtua/wali siswa untuk
dilakukan oleh Dewi, Noviekayati dan Nindia menjadi responden, siswa tersebut memiliki
(2018) bahwa kecenderungan cyberbullying media sosial (Instagram, Twitter, Facebook,
ternyata tidak dipengaruhi oleh tipe YouTube, Line, WhatsApp), pernah
kepribadian ekstrovert karena tipe ekstrovert melakukan salah satu jenis cyberbullying.
cenderung mengarahkan pribadi ke Sedangkan kriteria eksklusi penelitian ini
pengalaman objektif, memusatkan yaitu siswa kelas 10 SMA yang tidak
perhatiannya ke dunia luar alih-alih berfikir menyelesaikan pengisian instrumen saat
mengenai persepsinya, cenderung berinteraksi pengambilan data penelitian dilakukan, siswa
dengan orang disekitarnya, aktif dan ramah. kelas 10 SMA yang dalam keadaan sakit pada
saat pengambilan data penelitian dilakukan.
Peneliti telah melakukan studi pendahuluan
kepada 10 orang siswa yang terdiri dari 5 Teknik sampling yang digunakan dalam
siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan serta penelitian ini adalah purposive sampling.
telah melakukan pengambilan data pada 126 Lokasi penelitian dilakukan di salah satu
sampel di kelas 10 Di salah satu SMA di SMA yang berada di Malang. Pengambilan
Malang. Peneliti memberikan kuesioner data dilaksanakan pada bulan Februari 2020.
perilaku cyberbullying kepada 10 siswa dan Alat pengumpul data menggunakan
menemukan bahwa pada studi pendahuluan kuesioner, subyek penelitian diberikan
terdapat 10 siswa pernah melakukan tindakan pertanyaan mengenai identitas nama, umur,
cyberbullying dan pada hasil penelitian yang jenis kelamin dan akun media sosial yang
dilakukan pada 126 sampel ditemukan bahwa dimiliki. Penelitian ini menggunakan
tidak terdapat hubungan yang signifikan kuesioner Eysenck Personality Questionare
antara tipe kepribadian dengan (1975) untuk menentukan kecenderungan tipe
kecenderungan perilaku cyberbullying di kepribadian ekstrovert dan introvert. Skala
kelas 10 Di salah satu SMA di Malang. tipe kepribadian menggunakan skala dari
Berdasarkan hal-hal yang telah dibahas Eysenck Personality Quesionare yang
sebelumnya yaitu mengenai remaja, fenomena dikembangkan oleh Eysenck dan Wilson
cyberbullying , tipe kepribadian, perbedaan (1980) berdasarkan tujuh indikator. Indikator-
hasil dari 2 penelitian mengenai tipe indikator tersebut yaitu activity, sociability,
kepribadian yang cenderung melakukan risk taking, impulsiveness, expressiveness,
perilaku cyberbullying dan ditemukannya 10 reflectiveness dan responsibility. Kuesioner
siswa pernah melakukan tindakan ini telah diterjemahkan dan diadaptasi oleh
cyberbullying pada remaja kelas 10 SMA di Syahrul (2015), kemudian digunakan oleh
Malang. Tujuan penelitian ini untuk Novendy (2017), dan akan digunakan oleh
mengetahui adanya hubungan antara tipe peneliti dalam melakukan penelitian ini.
kepribadian dengan kecenderungan perilaku Kategori dalam skala pada instrumen
cyberbullying pada remaja kelas 10 di salah penelitian ini adalah kategori dominan dan
satu SMA di Malang. non-Dominan. Kategori dominan dan non-
dominan menandakan tipe kepribadian dari
METODE responden. Kuesioner ini memiliki 35 item
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah pernyataan. Pernyataan A dan B memiliki
penelitian deskriptif analitik dengan skor 1. Mean dalam kuesioner ini adalah 18
pendekatan cross sectional. Populasi dalam dan SD=6 Kategorisasi dominan dan non-

310
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 307- 318
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

dominan didapatkan dari ketentuan sebagi dengan menggunakan CFA (Confirmatory


berikut : kategori dominan jika skor ≥ 18, dan Factor Analysis) dan dengan menggunakan
kategori non-dominan jika skor < 18. software LISERELL 8.80. Mayangsari (2015)
menguji 25 item dan menemukan bahwa 25
Sedangkan kuesioner perilaku cyberbullying item memiliki nilai t >0,96, yang memiliki
terdapat skala likert. Pemberian skor pada arti bahwa 25 item tidak ada yang perlu
setiap pernyataan terpisah untuk favorable dikeluarkan.
dan unfavorable. Favorable adalah dimana
skor Sangat Sering=1, skor Sering= 2, Analisis univariat dilakukan terhadap tiap
Jarang=3, dan Sangat Jarang =4. Unfavorable variabel. Analisis data dalam penelitian ini
adalah dimana skor Sangat Sering=4, skor yaitu karakteristik responden (usia responden,
Sering= 3, Jarang=2, dan Sangat Jarang=1. jenis kelamin responden, akun media sosial
Kuesioner ini telah digunakan oleh yang dimiliki responden, jenis-jenis
Mayangsari (2015) dan telah melaui tahap uji cyberbullying yang dilakukan responden,
validitas dan reliabilitas. Peneliti melakukan variabel tipe kepribadian dan perilaku
kategorisasi terlebih dahulu dalam cyberbullying. Analisa Bivariat dilakukan
mendeskripsikan data penelitian ini dalam untuk mencari hubungan tipe kepribadian
rangka untuk mengetahui tinggi rendahnya dengan kecenderungan perilaku cyberbullying
kecenderungan perilaku cyberbullying pada pada remaja serta mencari jenis cyberbullying
tiap-tiap subyek penelitian. Maka dari itu yang dilakukan berdasarkan tipe kepribadian
peneliti membuat suatu norma (ketetapan responden. Dalam melakukan pencarian
batasan) dalam melakukan kategorisasi pada hubungan tersebut, digunakan metode analisa
tiap-tiap subyek kedalam dua kategori yakni korelasi Chi Square dengan uji independensi
tinggi dan rendah dengan mengacu kepada dapat diketahui apakah kedua variabel ada
nilai T-score yaitu angka skala yang hubungan atau tidak ⪯ 0,05. Analisa uji
menggunakan mean = 50 dan SD = 10. tersebut adalah untuk mengetahui signifikansi
ada atau tidaknya hubungan tipe kepribadian
Kuesioner perilaku cyberbullying yang dengan kecenderungan perilaku cyberbullying
digunakan dapat dilihat pada Lampiran 2. pada remaja kelas 10 di salah satu SMA di
Kategorisasi tinggi dan rendah didapatkan Malang. Teknik pengolahan data statistik
dari ketentuan sebagi berikut : kategori tinggi dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.
jika T-score ≥ 50, Kategori rendah jika : T- Penelitian ini telah diuji kelayakan etiknya
score < 50. Kuesioner yang akan digunakan dan telah lolos uji kelayakan etik dengan
peneliti untuk menjadi instrumen penelitian nomor surat No. 27/EC/KEPK-S1-
telah melewati proses uji validitas dan PSIK/02/2020.
reliabilitas yang dilakukan oleh Novendy
(2017) dan Mayangsari (2015). Novendy HASIL
(2017) menjelaskan bahwa kuesioner ini Tabel 1. menjelaskan bahwa pada tipe
memiliki 35 item yang berisikan beberapa kepribadian ekstrovert ditemukan bahwa jenis
indikator. Hasil uji validitas pada kuesioner cybebullying yang sangat jarang dilakukan
ini ditemukan bahwa untuk indikator activity adalah jenis cyberbullying impersonation
hasilnya adalah 0,626-0,786, sociability pernyataan 4 dengan jumlah 40 responden.
hasilnya adalah 0,544-0,765, risk-taking Jenis cyberbullying yang jarang dilakukan
hasilnya adalah 0,430-0,651, impulsiveness pada tipe kepribadian ekstrovert yaitu
hasilnya adalah 0,407-0,720, exspresiveness flaming pernyataan 4 dengan jumlah 40
hasilnya adalah 0,493-0,697, reflectiveness responden. Jenis cyberbullying yang sering
hasilnya adalah 0,498-0,627, dan dilakukan pada tipe kepribadian ekstrovert
responsibility hasilnya adalah 0,450-0,593. yaitu flamming pernyataan 3 dengan jumlah
Hasil uji reliabilitas pada kuesioner ini 20 responden. Jenis cyberbullying yang
ditemukan hasilnya adalah 0,762. Mayangsari sangat sering dilakukan pada tipe kepribadian
(2015) telah melakukan uji validitas dan ekstrovert yaitu outing pernyataan 2 dengan
reliabilitas pada instrumen cyberbullying jumlah 8 responden. Tabel 1 juga

311
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 307 - 318
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

menjelaskan bahwa pada tipe kepribadian yaitu flamming pernyataan 3 dengan jumlah
introvert ditemukan bahwa jenis 19 responden. Penjelasan yang terakhir yaitu
cyberbullying yang sangat jarang dilakukan mengenai jenis cyberbullying yang sangat
yaitu exclusion pernyataan 1 dengan jumlah sering dilakukan pada tipe kepribadian
54 responden. Jenis cyberbullying yang jarang introvert , ditemukan bahwa jenis
dilakukan pada tipe kepribadian introvert cyberbullying outing pernyataan 2 yang
yaitu flaming pernyataan 5 dengan jumlah 42 sangat sering dilakukan dengan jumlah 7
responden. Jenis cyberbullying yang sering responden.
dilakukan pada tipe kepribadian introvert

Tabel 1.
Karakteristik Tipe Kepribadian dan Jenis Cyberbullying (n=126)
Jenis Ekstrovert Introvert
SJ J S SS SJ J S SS
Flaming
Pernyataan 1 14 32 11 2 27 32 7 1
Pernyataan 2 14 28 14 3 22 30 10 5
Pernyataan 3 4 32 20 3 16 31 19 1
Pernyataan 4 9 40 10 0 11 41 14 1
Pernyataan 5 15 33 10 1 15 42 10 0
Harrassment
Pernyataan 1 22 25 8 4 38 19 4 6
Pernyataan 2 25 29 5 0 44 18 5 0
Denigration
Pernyataan 1 27 26 5 1 41 23 2 1
Pernyataan 2 25 22 9 3 37 23 5 2
Pernyataan 3 34 19 6 0 53 10 2 2
Pernyataan 4 33 21 5 0 51 12 4 0
Pernyataan 5 28 20 7 4 46 12 6 3
Impersonation
Pernyataan 1 26 14 14 5 38 13 10 6
Pernyataan 2 38 15 6 0 39 18 8 2
Pernyataan 3 30 17 10 2 39 11 15 2
Pernyataan 4 40 13 4 2 54 10 2 1
Pernyataan 5 30 16 10 3 38 14 11 4
Outing
Pernyataan 1 30 20 8 1 53 8 6 0
Pernyataan 2 24 15 12 8 35 15 10 7
Pernyataan 3 34 19 6 0 52 13 2 0
Trickery
Pernyataan 1 38 17 2 2 52 11 3 1
Exclusion
Pernyataan 1 36 20 3 0 54 10 3 0
Pernyataan 2 24 23 9 3 37 16 11 3
Pernyataan 3 26 19 3 1 37 18 9 3

312
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 307- 318
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Tabe 2.
Hubungan antara Tipe Kepribadian dengan Kecenderungan Perilaku Cyberbullying pada Remaja
(n=126)
Tipe Kepribadian Perilaku Cyberbullying Perilaku Asymp.Sig.
Tinggi Cyberbullying Rendah (2–sided)
Ekstrovert 30 (55,6%) 29 (44,4%) 0.128
Introvert 24 (40,3%) 43 (59,7%)

Tabel 2 menjelaskan bahwa tidak ada cyberbullying. Hasil penelitian ini memiliki
perbedaan yang signifikan pada ketidakselarasan dengan hasil penelitian
kecenderungan perilaku cyberbullying antara Satalina (2014). Satalina (2014) dalam
siswa yang berkepribadian ekstrovert dan penelitiannya menyatakan bahwa orang
siswa yang berkepribadian introvert. Hal ekstrovert cenderung lebih tinggi
tersebut dapat dilihat dari nilai p-value > 𝞪 dibandingkan dengan orang introvert dalam
(0.05) yaitu 0,128 yang memiliki arti bahwa melakukan cyberbullying. Satalina (2014)
tidak terdapat hubungan yang signifikan berpedoman dengan teori yang menyatakan
antara tipe kepribadian dengan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
kecenderungan perilaku cyberbullying yang cyberbullying adalah tipe kepribadian dan
terjadi pada siswa kelas 10 di salah satu SMA dalam penelitiannya berpedoman pada
di Malang atau dapat dikatakan bahwa H1 karakteristik pelaku cyberbullying menurut
ditolak dan H0 diterima. Camodeca dan Goosens (2005). Camodeca
dan Goosens (2005) menyampaikan bahwa
PEMBAHASAN karakteristik pelaku cyberbullying adalah
Penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada memiliki kepribadian yang dominan dan
hubungan yang signifikan antara tipe senang melakukan kekerasan, cenderung
kepribadian seseorang baik ekstrovert temperamental, impulsive, mudah frustasi,
maupun introvert dengan kecenderungan dan terlihat kuat dan menunjukkan sedikit
melakukan perilaku cyberbullying. rasa empati atau belas kasihan kepada mereka
Pernyataan tersebut didukung oleh hasil Chi- yang menjadi korban bully. Satalina (2014)
Square Test yang telah dilakukan dengan juga berpedoman pada teori Eysenck yang
tingkat kemaknaan α = 0,05 dan memaparkan bahwa tipe kepribadian
menghasilkan p-value 0,128. Selaras dengan ekstrovert merupakan orang yang dominan,
hasil penelitian ini, penelitian yang dilakukan sosiabel, lincah, aktif, asertif, mencari sensasi,
oleh Dewi, Noviekayati dan Nindia. (2018) riang, bersemangat, dan berani.
menemukan bahwa tipe kepribadian
ekstrovert tidak mempengaruhi Peneliti melihat bahwa pedoman teori yang
kecenderungan cyberbullying. Hasil dianut oleh Satalina (2014) dan peneliti, serta
penelitian lainnya oleh Hamidah dan Emillya faktor pendorong terjadinya cyberbullying
(2018) juga menunjukkan bahwa pelaku pada responden yang berbeda menyebabkan
cyberbullying dan siswa dengan kepribadian terjadinya hasil penelitian yang berbeda pula.
ekstrovert atau inrovert sama-sama memiliki Peneliti selaras dengan Putri, Nauli dan
karakter dominan. Hasil penelitian Novayelinda (2015) yang menemukan bahwa
selanjutnya yang mendukung pernyataan iklim sekolah yang kurang mendukung dapat
dalam penelitian ini adalah hasil penelitian menjadi faktor yang besar dalam
Connolly dan O’Moore (Ayas, 2016) yang mempengaruhi kecenderungan perilaku
menyatakan bahwa individu yang memiliki cyberbullying. Penelitian ini menemukan
kepribadian ekstrovert justru tidak terlibat bahwa perilaku cyberbullying pada siswa
dalam tindakan cyberbullying. Sejalan dengan kelas 10 di Di salah satu SMA di Malang
hal tersebut, penelitian oleh Maisarah, memilki perilaku cyberbullying dominan
Noviekayati, dan Pratitis (2018) juga tidak rendah yaitu sebanyak 57% yang menandakan
menunjukkan adanya hubungan antara bahwa iklim sekolah baik. Pernyataan
kepribadian ekstrovert dengan perilaku tersebut didukung oleh hasil penelitian Bone

313
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 307 - 318
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

dan Astuti (2019) yang menemukan bahwa jejaring sosial antara tipe kepribadian
ada hubungan antara persepsi terhadap iklim ekstrovert dan introvert pada remaja
sekolah dengan cyberbullying pada siswa menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah
SMAK di Kupang. Lingkungan sekolah yang jejaring sosial maka semakin tinggi intensitas
tidak sehat, teman sebaya yang tidak komunikasi pada remaja baik tipe kepribadian
bersahabat, dan pengaturan emosi yang ekstrovert maupun introvert, maka dari itu
minim membuat perkembangan praktik dapat dikatakan bahwa remaja memiliki
bullying semakin meningkat menjadi praktik kesempatan yang besar dalam melakukan
cyberbullying di kalangan remaja (Mawardah, jenis cyberbullying outing pernyataan 2.
Mutia & Adiyanti. 2014). Teori bandura
mengatakan bahwa individu tidak dapat Teori perkembangan menunjukan bahwa
berdiri sendiri dalam memproduksi perilaku. remaja sebagai pribadi yang sedang
Kepribadian dan perilaku individu bersama mengalami dinamika dalam proses mencari
dengan faktor lingkungan saling berinteraksi jati diri menuju dewasa, membutuhkan
dan saling mempengaruhi dalam merespon kehadiran orang lain sebagai bagian penting
situasi yang dihadapi (Aini, 2012). Aliyah bagi perkembangan remaja (Christofides,
(2013) dalam penelitiannya menemukan Muise, & Desmariais, 2009). Masa remaja
bahwa tipe kepribadian seseorang tidak adalah dimana seseorang akan merasa lebih
memiliki hubungan dengan perilaku agresif senang untuk menghabiskan waktu dengan
yang dilakukan. Carl Gustav Jung dalam teman-teman sebaya, serta adanya
Semiun (2013), juga menyebutkan bahwa peningkatan minat terhadap relasi
kepribadian seseorang bukan merupakan interpersonal. Remaja juga memiliki
faktor penting dalam menentukan sikap atau kebutuhan sosial seperti membangun relasi
perilaku yang akan diambil, karena sangat interpersonal yang lebih besar dibandingkan
dipengaruhi oleh banyak faktor diluar diri dengan individu dewasa (Santrock, 2007). Hal
individu. tersebut menjelaskan bahwa faktor yang
mendorong remaja memiliki akun media
Penelitian ini juga menemukan bahwa jenis sosial lebih dari 1 adalah karena remaja
cyberbullying yang sangat sering dilakukan membutuhkannya untuk melakukan interaksi
baik pada tipe kepribadian ekstrovert maupun sosial dengan seseorang dan membangun
introvert adalah jenis cyberbullying outing relasi yang lebih dekat dengan menggunakan
pernyataan 2 dengan 8 responden pada tipe media sosial.
kepribadian ekstrovert dan 7 responden pada
tipe kepribadian introvert. Hal ini dapat saja Hasil penelitian ini yaitu adanya hubungan
terjadi karena baik responden yang memiliki negatif antara tipe kepribadian dengan
tipe kepribadian ekstrovert maupun introvert kecenderungan perilaku cyberbullying pada
merupakan pengguna yang cukup aktif dalam remaja. Penelitian ini menyampaikan bahwa
media sosial dan memiliki akun media sosial adanya perilaku cyberbullying tinggi dan
lebih dari 1. Proses-proses perubahan yang rendah di remaja. Hasil dari penelitian ini
terjadi pada diri remaja dan perjumpaan adalah diharapkan bagi perawat yang ada di
dengan dunia media sosial sering Indonesia semakin menyadari bahwa tindakan
mengakibatkan remaja mengalami tekanan- cyberbullying pada remaja masih ada dan
tekanan, baik itu tekanan dari dalam dirinya dibutuhkan peran perawat dalam menangani
maupun tekanan dari orang-orang di hal tersebut sehingga cyberbullying di
sekitarnya, terutama teman sebayanya. kalangan remaja dapat teratasi. Penelitian ini
Ketidakmampuan menghadapi dan mengelola juga menandakan bahwa tidak hanya masalah
hal ini membuat remaja rentan melakukan yang di rumah sakit saja yang membutuhkan
perilaku negatif, misalnya terlibat dalam peran perawat, perilaku yang menyimpang
tindakan-tindakan cyberbullying (Rahayu, pada masa perkembangan remaja yang terjadi
2012). Penelitian yang dilakukan oleh di lingkungan sekolah juga membutuhkan
Widiantari dan Herdiyanto (2013) mengenai peran perawat terkhususnya keperawatan
perbedaan intensitas komunikasi melalui bagian jiwa. Hal tersebut dikarenakan pada

314
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 307- 318
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

masa remaja merupakan masa dimana DAFTAR PUSTAKA


pembentukan karakter seorang individu, oleh Aliyah, Putri. (2013). Hubungan Tipe
karena itu dibutuhkan pemantauan lebih pada Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
remaja, agar ketika remaja memiliki perilaku dengan Perilaku Asertif pada Siswa-
yang menyimpang dapat langsung diatasi. Siswi Pesantren “X” di Bogor.
Perawat di Indonesia diharapkan dapat http://thesis.binus.ac.id/doc/Lain-
memberikan pengetahuan dan wawasan lain/2012-2-00076-
mengenai tipe kepribadian dan perilaku PS%20WorkingPaper001.pdf. Diakses
cyberbullying pada remaja, orangtua dan pada tanggal 29 Mei 2020.
guru. Perawat dapat memberikan sosialisasi
ke sekolah-sekolah untuk dapat mencegah Aini. (2012). Penelitian Menggunnakan Teori
masalah cyberbullying yang saat ini sedang Pembelajaran Sosial Bandura.
marak. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/p
enelitian/Aini%20Mahabbati,%S.Pd.,%
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu waktu 20M.A./bandura0002.pdf. Diakses pada
pengambilan datanya cukup singkat karena tanggal 4 Mei 2020.
harus melakukan pengambilan data setelah
mata pelajaran terakhir selesai, sehingga Ayas, T. (2016). An Examination of the
kurang kondusifnya saat pengambilan data Relationship between Students Involved
karena para responden terlihat ingin segera and not Involved in Cyberbullying
keluar dari kelas dan cepat dalam pengisian Incidents and Self-Esteem and
kuesioner. Peneliti menjelaskan mengenai Extroversion. Journal Education and
cara pengisian kuesioner dengan cepat dan Science. Vol 41, No 186, 205-216. doi:
membantu setiap responden yang bingung 10.15390/EB.2016.4928
dalam pengisian kuesioner. Peneliti juga
melakukan penjelasan kembali kepada Bone, D., & Astuti, K. (2019). Perilaku
responden yang baru masuk ketika telah Cyberbullying pada Remaja Ditinjau
dibagikan kuesioner kepada responden, dari Faktor Regulasi Emosi dan
dikarenakan responden tersebut memiliki Persepsi terhadap Iklim Sekolah. UMP:
kepentingan lain yang harus dihadiri sehingga The 9th University Research Colloqium
kelas sebelumnya tidak ia masuki dan 2019.
kembali saat dilakukan pengambilan data
BKKBN. (2018). BKKBN Sosialisasikan
untuk penelitian ini.
Generasi Berencana dalam Jambore.
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkk
SIMPULAN
bn-sosialisasikan-generasi-berencana-
Tidak terdapat hubungan yang signifikan
melalui-.jambore. Diakses pada tanggal
antara tipe kepribadian dengan
7 September 2019.
kecenderungan perilaku cyberbullying pada
remaja kelas 10 SMA di Malang dengan Camodeca, M. & Goossens, F.A. (2005).
Asymp.Sig 0.128 atau p-value > 𝞪 (0.05). Aggression, social cognitions, anger
Jenis cyberbullying yang sangat sering and sadness in bullies and victims.
dilakukan pada remaja di kelas 10 Di salah Journal of Child Psychology and
satu SMA di Malang sesuai dengan tipe Psychiatry, 46, (2), 186-197. doi:
kepribadiannya yaitu jenis cyberbullying 10.1111/j.1469-7610.2004.00347.x
outing pada pernyataan kuesioner nomor 2
baik tipe kepribadian ekstrovert maupun Dina, S. (2014). Hubungan antara Tipe
introvert dengan 8 responden pada tipe Kepribadian Ekstrovert dengan
kepribadian ekstrovert dan 7 responden pada Kecenderungan Cyberbullying Pada
tipe kepribadian introvert. Remaja Awal Pengguna Media Sosial
Instagram. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan, 2.

315
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 307 - 318
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Disa, M. (2011). Faktor-Faktor yang Mawardah, Mutia & Adiyanti. (2014).


Mempengaruhi Cyberbullying pada Regulasi Emosi dan Kelompok Teman
Remaja. Paper Seminar dan Workshop Sebaya Perilaku Cyberbullying. Jurnal
APSIFOR Indonesia, Semarang, Psikologi, Vol. 41, No. 1.
Indonesia.
Mayangsari, D. (2015). Pengaruh Self-
Dewi, Noviekayati dan Nindia. (2018). Esteem, Moral Disengagement, dan
Hubungan antara Tipe Kepribadian Pola Asuh terhadap Remaja Pelaku
Ekstrovert dengan Kecenderungan Cyberbullying. Jakarta: UIN Syarif
Cyberbullying pada Remaja Awal Hidayatul Jakarta.
Pengguna Media Sosial Instagram.
Jurnal Ilmiah Psikologi Kelautan Mcvean, M. (2017). Physical, verbal,
Kemaritiman, 12. relational and cyber-bullying and
victimization: examining the social and
Depkes. (2018). Menkes: Remaja Indonesia emotional adjustment of participants
Harus Sehat. (Dissertation). USA: University of
http://www.depkes.go.id/article/view/18 South Florida
051600001/menkes-remaja-indonesia-
harus-sehat.html. Diakses pada tanggal Milia. (2018). Faktor yang Mempengaruhi
29 September 2019. Pemenuhan Tugas-Tugas
Perkembangan Remaja di SMP Negeri
Depkes. (2018). Kekerasan Terhadap Anak 39 Merangin. Jambi: Repository UNJA.
dan Remaja.
http://www.depkes.go.id/download.php Mulawarman & Aldilla, R.N. (2017).
?file=download/pusdatin/infodatin/Kek Perilaku Pengguna Media Sosial
erasan-terhadap-anak.pdf. Diakses pada beserta Implikasinya Ditinjau dari
27 September 2019. Perspektif Psikologi Sosial Terapan.
Jurnal UGM Buletin Psikologi Vol. 25
El, O. et al. (2016). Remaja, Media Sosial dan No.1.
Cyberbullying : Latar Belakang para
Remaja Sebagai Ajang untuk Novendy, P. W. (2017). Gaya Hidup Hedonis
Terkoneksi dengan Media Sosial Orang. Ditinjau dari Tipe Kepribadian
Jurnal Ilmiah Komunikasi, 5. Ekstrovert dan Introvert pada
Mahasiswa. Malang: Naskah Publikasi
Eysenck, H. J. (1974). Dimensions of UMM.
Personality. New Jersey : Transaction
Publishers Patchin, J. W. & Hinduja, S. (2012).
Cyberbullying Prevention And
Eysenck, H. J. (1972). Psychology Is About Response: Expert Perspectives. New
People. London : The Penguin Press. York: Routledge

Eysenck, H. J. & Wilson, G. (1975). Own Putri, N. H., Nauli, A.F., & Novayelinda, R.
Your Personality. Canada : Penguin (2015). Faktor-faktor yang
Books. berhubungan dengan

Hall, C.S & Lindzey, G. (1985). Introduction Santrock, J.W. (2007). Adolescence. Jakarta:
to Theoris of Personality. New York: PT Gelora Aksara Pratama.
John Wiley dan Sons.
Semiun, Yustinus. (2013). Teori-teori
Jose, B. (2010). Adolescent Development Kepribadian: Psikoanalitik
(Perkembangan Remaja). Jurnal Sari Kontemporer. Jilid 1. Yogyakarta:
Pediatri, 12. Kanisius.

316
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 307- 318
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Soetjaningsih. (1998). Tumbuh Kembang accelerates. Diakses pada tanggal 23


Anak. Jakarta: EGC September 2019.

Tribunnews. (2018). KPAI:Sepanjang tahun Widiantari, K.S. & Herdiyanto, Y.K. (2013).
2018,Kasus Cyberbully Meningkat. Perbedaan Intensitas Komunikasi
http://www.tribunnews.com/nasional/20 Melalui Jejaring Sosial antara Tipe
18/12/27/kpaisepanjang-2018-kasus Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
cyberbully-meningkat. Diakses pada pada Remaja. Jurnal Psikologi
tanggal 23 September 2019. Udayana, Vol.1, No.1, hal.106-115.

Teknopreneur. (2018). Penetrasi Internet Wilga, P. et al. (2016). Pengaruh Media


Indonesia di Dominasi Gen Z. Sosial Terhadap Perilaku Remaja.
http://teknopreneur.com/2018/02/19/pen Jurnal Prosiding Riset dan PKM, 3.
etrasiinternetindonesiadidominasi-
genz/. Diakses pada tanggal 23 World Health Organization (WHO). (2015).
September 2019. Adolescent Development: Topics at
Glance.https://www.who.int/maternal_c
VOAIndonesia. (2018). KPAI :Kasus hild_adolescent/topics/adolescence/dev/
Kekerasan Anak dalam Pendidikan en/#. Diakses pada tanggal 7 September
Meningkat Tahun 2018. 2019.
https://www.voaindonesia.com/a/kpai-
kasuskekerasan-anak-dalam-pendidikan World Health Organization (WHO). (2015).
meningkattahun2018/4718166.html. Violence Info: Violence Studies.
Diakses pada tanggal 23 Maret 2019. http://apps.who.int/violence-
info/studies?area=youth
Watkins, S. C. (2009). The Young and the violence&aspect=prevalence&group-
Digital: What the Migration to Social by=region&prevalence-period=lifetime.
Network Sites, Games, and Anytime, Diakses pada tanggal 7 November 2019.
Anywhere Media Means for Our Future.
UK: Beacon Press. World Health Organization (WHO). (2019).
Adoslcent Mental Health.
Wearesocial. (2019). Global Internet Use https://www.who.int/news-room/fact-
Accelerates. sheets/detail/adolescent-mental-health.
https://wearesocial.com/blog/2019/01/di Diakses pada tanggal 15 Desember
gital-2019-global-internet-use- 2019.

317
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 307 - 318
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

318

Anda mungkin juga menyukai