Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS (DEMAM)

DISUSUN OLEH :

NILLA DEWI YUNITA


P1337421020105
1C

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


DIII KEPERAWATAN TEGAL
2021
KONSEP DASAR FEBRIS/DEMAM
1. Definisi
Febris atau demam adalah suatu keadaan di mana pengeluaran produksi panas yang tidak
mampu untuk dipertahankan karena terjadinya peningktan suhu tubuh abnormal (Valita,
2007). Produksi panas dapat meningkat atau menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab,
misalnya penyakit atau sters, suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas ataupun dingin dapat
memicu kematian (Hidayat, 2008).
Sedangkan menurut (Widjaja, 2001) Febris atau demam merupakan reaksi alamiah dari
tubuh manusia dalam usaha manusia untuk melakukan perlawanan terdapat beragam penyakit
yang masuk atau yang berada di dalam tubuh manusia. Normalnya suhu tubuh manusia
berkisar antara C, di mana pada suhu tersebut diartikan sebagai keseimbangan antara
produksi panas tubuh yang diproduksi dan panas yang hilang dari tubuh. Penyakit febris atau
demam Tidak hanya diderita pada anak-anak, tetapi pada manusia dewasa maupun lansia
juga, tergantung dari sistem imun setiap individu itu sendiri (Hidayat, 2008). Kerugian yang
bisa terjadi karena disebabkan oleh febris atau demam yaitu penderita febris dapat mengalami
dehidrasi karena pada saat demam terjadi peningkatan pengeluran cairan tubuh yang berlebih
(Purwanti, 2008).
2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya demam yaitu Infeksi virus, bakteri, fungus dan parasit
lainnya. Hal ini merupakan penyebab demam yang utama (Munandar, 1979). Demam
dihasilkan oleh pirogen endogen yang bekerja pada mekanisme pengatur suhu tubuh di sistem
saraf pusat. Pirogen terpenting yang bertanggung jawab atas demam adalah interleukin 1.
Produksi hasil bakteri, virus, serta jamur merangsang pelepasan interleukin 1 dari makrofag,
serta juga produksi sitokin-sitokin lain, sehingga menghasilkan demam dan manifestasi lain
respon radang (Rudolph, 2006).

3. Tanda Dan Gejala


Gejala Febris Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung
pada fase demam meliputi:
 Fase 1 awal ( dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri 3
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
 Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala
a. Proses mengigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas / dingin
d. Peningkatan nadi
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi
g. Kelemahan
h. Kehilangan nafsu makan (jika demam meningkat)
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
 Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi (Ilmu kesehatan, 2013)

4. Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidakdisertai
peningkatan set point(Julia, 2000).Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh
(respon imun) anak terhadap infeksi atau zatasing yang masukke dalam tubuhnya. Bila ada
infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akanmerangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogenadalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam
tubuh (pirogenendogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi
olehmikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non
infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor)yang terdapat
pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas dihipotalamus. Dalam hipotalamus
pirogen ini akan dirangsang pelepasan asamarakidonat serta mengakibatkan peningkatan
produksi prostaglandin (PGEZ).Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan
cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat.
Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan
pengeluaran panas.Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat
asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yangmenghasilkan asam amino yang
berperan dalam pembentukan antibodi atausistem kekebalan tubuh. (Sinarty,
2003).Sedangkan sifat-sifat demam dapatberupa menggigil atau krisis/flush.Menggigil.Bila
pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkatnormal ke nilai yang lebih tinggi
dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh
biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru.Krisis/flush.Bila faktor yang
menyebabkan suhutinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan
mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal.
(Guyton,1999).

5. Penatalaksanaan
Cara penatalaksanaan ini di bagi menjadi 2 yaitu dengan obat atau metode farmakologi
dan non-obat atau metode terapi. Dalam memberikan penanganan secara obat, penderita
dapat diberikan parasetamol karena parasetamol ini adalah suatu obat antipiretik yang
sifatnya dapat mengurangi suhu atau menurunkan panas. Namun harap diperhatikan bahwa
obat ini hanya mengurangi gejala penyakit dan bukan untuk mengobati penyakit. Selain itu
ada juga asetosal selain fungsinya sebagai analgesik atau pengurang rasa nyeri juga sebagai
penurun demam yang merupakan salah satu gejala suatu peradangan atau infeksi (Aziz,
2008).
Penatalaksanaan febris atau demam menurut (Shvoong, 2010), untuk menurunkan suhu
tubuh dalam batas normal tanpa mengunakan obat yaitu dengan cara di kompres :
1. Menyiapakan air hangat
2. Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke dalam baskom dan mengusapnya ke
seluruh tubuh
3. Melakukan tindakkan diatas beberapa kali (setelah kulit kering)
4. Mengeringkan tubuh dengan handuk
5. Menghentikan prosedur bila suhu tubuh sudah mendekati
Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh karena itu,
anak jangan dibungkus dengan lap atau handuk basah atau didiamkan dalam air karena
penguapan akan terhambat. Tambah kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi.
Sebenarmya mengompres kurang efektif dibandingkan obat penurun demam. Karena itu
sebaiknya digabungkan dengan pemberian obat penurun demam, kecuali anak alergi terhadap
obat tersebut (Nita, 2004).

6. Pengobatan
Pengobatan febris atau demam dapat menggunakan obat diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Paracetamol (para acetoaminophenol)
Suatu obat untuk mengurangi demam (antipiretik) dan nyeri (analgetik). Obat ini aman
untuk bayi dan anak sesuai kebutuhan, karena itu dapat dibeli bebas. Obat ini dimetabolisme
di hati sehingga bila dosis berlebih dapat menimbulkan gangguan fungsi hati. Efek samping
obat (ESO) bersifat reversible, penghentian obat dapat memperbaiki keadaan umum anak dan
ESO akan berangsur-angsur hilang sehingga kondisi anak kembali normal. Parasetamol dapat
diberikan setiap 6 jam sesuai kebutuhan. Dosis parasetamol berdasarkan BB. Jenis obat yang
mengandung parasetamol sangat banyak seperti Tempra, Sanmol, Praxion, Naprex, Bodrexin
sirup, Dumin, Termorex, dll. Dosis mg/kg berat badan (BB) per kali pemberian, maksimal 60
mg/kg BB per hari. Apabila orang tua kesulitan dalam menghitung dosis hendaknya
berkonsultasi dengan dokter atau apoteker. Sediaan drop diberikan pada bayi dengan BB
dibawah 10 kg atau pada anak dengan kesulitan minum obat karena volume pemberian relatif
sedikit. Pada anak dengan BB diatas 10 kg dapat diberikan sirup. Tablet diberikan pada anak
usia diatas 12 tahun. Dari penelitian terbukti bahwa pemberian oral dan suppositoria sama
efektifnya. Sediaan suppositoria (melalui dubur) diberikan bila pemberian oral tidak
memungkinkan, contohnya anak dengan muntah profuse, anak tidur, atau tidak sadar.
2. Ibuprofen
Ibuprofen dapat diberikan pada kondisi demam yang tinggi (>40 C), demam membandel
yang tidak responsif terhadap pemberian Parasetamol, atau demam yang disertai dengan
peradangan. Dosis obat ini adalah: 5-10 mg/kg BB setiap kali pemberian, maksimal 40 mg/kg
BB/hari. Contoh obat yang mengandung ibuprofen antara lain Proris, Rhelafen, Fenris,
Bufect, dll (Anonim, 2009). Dalam memilih obat demam, pilih obat yang tidak mengandung
alkohol, karena beberapa produk sirup juga ada yang menggunakan alkohol sebagai
campurannya (Anonim, 2009).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN FEBRIS/DEMAM
I. PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
A. Identitas Pasien
Nama : An. S
Umur : 7 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Purwokerto
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
Tanggal masuk RS : 4 Februari 2021
Tanggal Pengkajian : 4 Februari 2021
Diagnosa Medis : Febris (demam)
B. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. Y
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Purwokerto
Pekerjaan : PNS
Hub. Dengan klien : Anak Kandung
C. Keluhan Utama
Pasien mengatakan demam
D. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke IGD RS Margono pada tanggal 4 Februari 2021 jam 11.00 WIB
dengan keluhan demam tinggi sejak 2 hari yang lalu, mual, lemas, tidak nafsu
makan.
2. Riwayat Kesehatan Dulu
Pasien belum pernah dirawat di RS sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
menurun seperti diabetes mellitus, asma maupun hipertensi.
E. Pola Fungsional
1. Pola persepsi
Manajemen kesehatan ibu klien mengatakan mengerti jika ada keluarga yang sakit
segera akan dibawa ke rumah sakit dan selama sakit ibu klien mengatakan bahwa
anaknya sedang sakit dan butuh pengobatan agar cepet sembuh.
2. Pola eliminasi
Klien mengatakan sudah BAK 3-4 kali/hari bau khas warna jernih dan BAB 1
kali/hari konsistensi lembek, berampas tidak ada lender tidak ada darah.
3. Pola aktivitas
Klien masih membutuhkan bantuan seperti mandi, berpakaian, dan berkomunikasi.
4. Pola kognitif
Ibu klien mengatakan klien senang belajar di sekolah, klien mampu bergaul dengan
teman-temannya.
5. Pola istirahat
Ibu klien mengatakan klien tidur 6-8 jam/hari.
6. Pola konsep diri
Ibu pasien mengatakan apabila anaknya sakit maka kedua orang tualah yang
merawatnya.
7. Pola hubungan peran
An. S mengatakan dapat berhubungan baik dengan anggota keluarga.
8. Pola reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki tidak memiliki gangguan reproduksi, klien belum
sunat.
9. Pola koping
Ibu klien mengatakan jika klien ada masalah selalu dibicarakan dengan anggota
keluarganya dan jika keinginan anaknya tidak dituruti maka An. R menangis, jika
rasa timbul klien merasa tenang bila ibunya disampingnya.
10. Pola nutrisi
Ibu klien mengatakan klien tidak nafsu makan, klien hanaya habis 3-4 sendok
makan yang diberikan dari rumah sakit.
11. Pola keyakinan dan nilai
Klien masih belajar beribadah dan mengaji dengan kedua orang tuanya, selama
sakit klien hanya berbaring di tempat tidur dan di doakan oleh kedua orang tuanya
agar cepet smbuh.
DATA OBYEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis (GCS : E4V3M6)
BB/TB : 29 kg/122 cm
Nadi : 130 x/menit
Suhu : 39,5℃
RR : 21x/menit
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : kepala tidak ada hematoma, bentuk messocapel, tidak ada lesi, ubun-ubun
kuat, dan menutup, rmabut kuat, tidak rontok dan bersih.
2. Mata : bentuk oval, bersih, tidak ada lesi, bentuk mata simetris, pupil normal, ada
reflek cahaya, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
3. Hidung : bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada perdarahan, tidak ada
polip, dan tidak ada resi.
4. Mulut : membrane mukosa muulut kering, gigi utuh, bersih tidak ada stomatitis,
tidak ada gusi berdarah dan lidah bersih.
5. Telinga : bentuk simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada cairan serumen yang
keluar.
6. Paru-paru : inspeksi simetris, palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi sonor,
auskultasi S1 S2 reguler.
7. Abdomen : inspeksi bentuk supel, auskultasi terdengar bising usus, palapasi tidak
ada nyeri tekan dan masa, perkusi thympani.
8. Ekstremitas : fungsi gerak baik, tidak ada udema, tidak ada lesi.
9. Genetalia : laki-laki tidak terpasang DC, anus normal, ada lubang, tidak lecet.
10. Kulit : area kulit sedikit pucat, CRT kurang dari 2 detik, turgor kulit kurang dari 2
detik, kulit teraba dingin.
C. Obat-obatan
1. RL 20 tpm
2. Injeksi ampieilin 4x600 mg
3. Ondancentron 2x3 mg
4. Obat oral yaitu paracetamol sirup 3-2 cth
D. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 4 Februari 2021 :
a. Leukosit : 15.77 10^3/ul
b. Eritrosit : 4.88 10^6/ul
c. Hemoglobin : 14.0 g/dl
d. Hematokrit : 40.02 %
e. Trombosit : 311 10^3/ul
f. Limfosit : 12.40 %
g. Monosit : 6.50 %
h. MCV : 82.4 fi
i. MCH : 28.7 pg
j. MCHC : 34.8 g/dl
E. Analisa Data
Tanggal Data Fokus Problem Etiologi
4/2/2021 DS : Klien mengatakan Hipertermi Proses
demam, mual, lemas, penyakit
14.00 WIB
tidak nafsu makan
DO : Klen tampak
menangis rewel, suhu
39,5℃, nadi 110
x/menit, RR 23
x/menit.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Hipotermi berhubungan dengan proses penyakit
III. INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
( NOC)
Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan Mengontrol panas :
dengan proses penyakit tindakan keperawatan
a. Monitor suhu
selama 3x24 jam, pasien
minimal tiap 2 jam
mengalami keseimbangan
termoregulasi dengan b. Monitor suhu basal
kriteria hasil : secara continue
sesuai dengan
a. Suhu tubuh dalam
kebutuhan
rentang normal
35,9℃-37,5℃ c. Monitor TD, Nadi,
dan RR
b. Nadi dan RR
dalam rentang d. Monitor warna dan
normal suhu kulit
c. Tidak ada e. Monitor penurunan
perubahan warna tingkat kesadaran
kulit
f. Monirot WBC, Hb,
d. Tidak ada pusing Hct
g. Monitor intake dan
output
h. Berikan anti piretik
i. Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
j. Selimuti pasien
k. Lakukan tapid
sponge
l. Berikan cairan intra
vena
m. Kompres pasien
pada lipat paha,
aksila, dan leher
n. Tingkatkan sirkulasi
udara
o. Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature Regulation :
a. Monitor tanda-tanda
hipertermi
b. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
c. Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat panas
d. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan
kemungkinan efek dari
kedinginan
e. Berikan obat
antipiretik sesuai
dengan kebutuhan
f. Gunakan matras
dingin dan mandi air
hangat untuk
mengatasi gangguan
suhu tubuh sesuai
dengan kebutuhan
Vital sign monitor :
a. Monitor TD, Nadi, RR
dan suhu
b. Catat adanya fluktasi
tekanan darah
c. Monitor vital sign saat
pasien berdiri, duduk
dan berbaring
d. Auskultasi TD pada
kedua lengan
e. Monitor TD, Nadi, dan
RR, sebelum selama
dan sesudah aktivitas
f. Monitor kualitas dari
nadi
g. Monitor frekuensi dari
irama pernafasan
h. Monitor suara paru-
paru
i. Monitor pola
pernafasan abnormal
j. Monitor suhu, warna
dan kelembaban kulit
k. Monitor sianosis
perifer
l. Monitor adanya
tekanan nadi yang
melebar, bradikardi
dan peningkatan
sistolik
m. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.

IV. IMPLEMENTASI
Tanggal Implementasi Respon Paraf
4/2/2021 1. Melakukan S : pasien (Paraf perawat
Pendidikan mengatakan jadi yang menangani
14.00 WIB
Kesehatan lebih mengetahui pasien/klien)
tentang tentang cara
termoregulasi penanganan pada
hipertermi anaknya jika
(kompres demam tinggi
hangat) (kompres hangat)
O : pasien dan
keluarga
cooperative saat
mengikuti
penyuluhan

S : Ibu pasien
mengatakan
2. Memperagaka merasa lebih
n cara kompres paham dan tidak
hangat cemas lagi
O : ibu pasien
mampu
memperagakan
cara kompres
hangat

S : ibu pasien
mengatakan akan
melakukannya
(memberikan
3. Memberikan kompres hangat)
kompres sesuai dengan
hangat yang diperagakan
O : ibu pasien
mampu
memberikan
kompres hangat
dengan tepat
5/2/2021 Mengingatkan S : ibu pasien (Paraf perawat
kembali tentang mengatakan sudah yang menangani
kompres hangat pada jelas diberikan pasien/klien)
anak penyuluhan.
O : demam pasien
sudah turun.

V. EVALUASI/RASIONALISASI
Tanggal Evaluasi Paraf
4/2/2021 S : Ibu pasien mengatakan (Paraf perawat yang
anaknya sudah bisa menangani pasien/klien)
bermain dan demamnya
turun
O : pasien sudah mulai
berjalan-jalan,
bermain,tidak menangis
dan tidak rewel.
A : Masalah keperawatan
hipertermi dapat teratasi
P : Pertahankan intervensi
Menganjurkan kepada ibu
pasien untuk tetap
memberikan obat ke
pasien (anaknya)

DAFTAR REFERENSI
https://docplayer.info/51154703-Bab-ii-tinjauan-pustaka-febris-atau-demam-adalah-suatu-
keadaan-di-mana-pengeluaran-produksi-panas.html
https://www.academia.edu/36627796/LAPORAN_PENDAHULUAN_FEBRIS
Nur, Baiti, 2019. Termoregulasi. Tanjungkarang. : Repository Poltekkes ;
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/302/3/BAB%20II.pdf
A, Riyanto, 2017. Analisis Asuhan Keperawatan anak. Gombong :
Stikes ;http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/796/1/AGUNG%20RIYANTO%20NIM.
%20A31600936.pdf
Seka, Kartikasari, 2017. Asuhan Keperawatan Gangguan Termoregulasi. Gombong : Stikes ;
https://www.google.com/search?safe=strict&sxsrf=ALeKk02uYr555OhbBl9eKsvhsstE-
yXPNQ%3A1612949348308&ei=ZKcjYK-
hEtjQrQH037rYBg&q=patofisiologi+termoregulasi&oq=patofisiologi+termoregulasi&gs_lc
p=CgZwc3ktYWIQA1AAWABgpzBoAHAAeACAAQCIAQCSAQCYAQCqAQdnd3Mtd2l
6wAEB&sclient=psy-
ab&ved=0ahUKEwiv48jHgN_uAhVYaCsKHfSvDmsQ4dUDCAw&uact=5#

Anda mungkin juga menyukai