Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK DENGAN HIPERTERMI

Dosen Pembimbing : Tri Peni, S.Kep.Ns.M.Kes

NAMA : Erna Dwi Rakhmawati


NIM : 202003099

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan ini diajukan oleh:


Nama : Erna Dwi Rakhmawati
NIM : 202003099
Program Studi : Profesi Ners
Judul Asuhan Keperawatan:
Asuhan Keperawatan Hipertermia pada Pasien An. A

Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik kilinik keperawatan
dasar.

Mojokerto, Nopember 2020

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

( .) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN HIPERTERMI

A. Tinjauan Teori
1. Definisi

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke

dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam

tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi

(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat –

obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat

peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada

anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di

hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat

menyerang sistem tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam

meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam

membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin dalam

Wardiyah, 2016).

2. Etiologi

Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi

juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap

pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis

penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat

penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit

dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan

holistic (Nurarif, 2015).

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam

dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit

metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan

dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,

penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani,

2015).

Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas, otitis

media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingi

vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonephritis, meningitis,

bakterimia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis (Suriadi, 2006).

Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam

diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,

pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi

pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik.

Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam,

lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam.

Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam

Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya


a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi

3. Patofisiologi

Exogenous dan virogens (seperti; bakteri, virus kompleks antigen-antibodi)

akan menstimulasi sel host inflamasi (seperti; makrofag sel PMN) yang

memproduksi indogeneus pyrogen (Eps). Interleuikin 1 sebagai prototypical eR

Eps menyebabkan endothelium hipotalamus meningkatkan prostaglandin dan

neurotransmitter, kemudian beraksi dengan neuron preoptik di hipotalamus

anterior dengan memproduksi peningkatan “set-point”. Mekanisme tubuh secara

fisiologis mengalami(Vasokinstriksi perifer, menggigil),dan perilaku ingn

berpakaian yang tebal-tebal atau ingin diselimuti dan minum air hangat. Demam

seringkali dikaitkan dengan adanya penggunaan pada “set-point” hipotalamus

oleh karena infeksi, alergi, endotoxin atau tumor (Suriadi, 2006).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh


Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Perubahan pada suhu
tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan
kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau perilaku. Berikut
adalah faktor yang mempengarui suhu tubuh:
1. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif
konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan
cepat.suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan
suhu lingkungan.
2. Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas
Rentang suhu normal turun secara berangsur sanpai seseorang
mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit
dari pada dewasa awal. Suhu oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca
dingin. Namun rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia
terutama sensitif terhadap suhu yang ekstrim karena kemunduran
mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor (kontrol
vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan,
penurunan aktivitas kelenjr keringat dan penurunan metabolisme.
3. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan
karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan
produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas
akibatnya meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari
jaak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41º C.
4. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar
dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadarprogesteron meningkat dan
menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron
rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang
rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu juga terjadi pada
wanita menopause. Wanita yang sudah berhenti menstruasi dapat
mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak. Hal tersebut karena
kontrol vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan
vasokontriksi.
5. Irama Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode
24 jam. Bagaimanapun, suhu merupakan irama stabil pada manusia. Suhu
tubuh paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari.
Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai seitar pukul 18:00 dan kemudian
turun seperti pada dini hari. Penting diketahui, pola suhu tidak secara
otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari.
Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu berubah. Secara umum, irama
suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia.
6. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persarafan.Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas.
Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu
tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal.
7. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan
yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh
melalui mekanisme pengluaran panas dan suhu tubuh akan naik. Jika klien
berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena
penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan
lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme
suhu mereka kurang efisien.
8. Demam
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas yang
mengakiatkan peningkatan suhu abnormal. Demam biasanya tidak
berbahaya jika <39o C. Demam terjadi akibat perubahan set point
hipotalamus.
Pola demam:
a. Terus menerus : tingginya menetap >24 jam.
b. Intermitten : demam memuncak secara berseling dengan suhu
normal.
c. Remitten  : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke
tingkat suhu normal.
d. Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat
suhu normal, episode    demam dengan normotermia dapat memanjang
lebih dari 24 jam.
9. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan. Juga disebabkan oleh lingkungan yang
panas.
10. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas.
11. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi
ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yg tinggi.Klien berisiko termasuk yang masih sangat muda atau
sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme,
diabetes atau alcohol yang juga termasuk beresiko adalah orang yang
mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk
mengeluarkan panas (Fenotiasin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan
antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan
olahraga atau kerja yang berat (Atlet, pekerja kontruksi, dan petani). Tanda
dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus,
mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkotinensia.Tanda yang
paling dari heatstroke adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit
sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih
besar dari 40,5 ºC mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua
organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi
45 ºC, takikardia dan hipotensi.
5. Manifestasi Klinik
Hipertermia
Keadaan dimana seorang individu mengalami kenaikan suhu tubuh
diatas 37,5o C. Pola hipertermi:
a. Terus-menerus
Merupakan pola demam yang tingginya menetap lebih dari 24 jam.
b. Intermiten
Demam secara berseling dengan suhu normal, suhu akan kembali
normal paling sedikit sekali 24 jam.
c. Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali kesuhu normal.

Pathway
1. Hipertermia
Masuknya kuman/penyakit

Pengeluaran endotoksin

Merangsang hipotalamus

Proses inflamasi

Respon tubuh

Hipertermia

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan darah perifer lengkap
3. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
4. Pemeriksaan widal
5. Pemeriksan urin
7. Penatalaksanaan
Hipertermia
1. Farmakologis
a. Obat-obatan
Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik) adalah
parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen. Parasetamol cepat bereaksi
dalam menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki efek kerja
yang lama. Pada anak-anak dianjurkan untuk pemberian parasetamol
sebagai antipiretik. Selain pemberian antipiretik juga perlu diperhatikan
mengenai pemberian obat untuk mengatasi penyebab terjadinya demam.
Antibiotik dapat diberikan untuk mengatasi infeksi bakteri. Pemberian
antibiotik hendaknya sesuai dengan tes sensitivitas kultur bakteri
apabila memungkinkan.
b. Memberikan cairan infus sesuai kebutuhan.
2. Non-farmakologis
a. Memberikan air putih yang cukup.
b. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat
menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan.
Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat
memberikan rasa nyaman kepada penderita.
c. Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres
hangat efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan
kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan
meningkatkan kembali suhu inti.
B. Tumbuh Kembang
1. Definisi
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh)
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.(Soetjiningsih.
1998 )
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran – ukuran tubuh yang meliputi
BB, TB, LK, LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel – sel
pada semua sistem organ tubuh.(Vivian nanny, 2010 : 48)
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitas, yang
mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang menyangkut
ukuran dan struktur biologis.(Mansur, 2009 : 25) 
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil proses pematangan.(Soetjiingsih, 2005 : 1)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua
system organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi
system organ tubuh.(Vivian nanny, 2010 : 49)
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian
tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur dan perkembangan adalah
bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh. (DEPKES RI)
2. Prinsip Tumbuh Kembang
a. Tumbuh kembang terus menerus dan komplek
b. Tumbuh kembang merupakan proses yang teratur dan dapat diprediksi
c. Tumbuh kembang berbeda dan terintegrasi
d. Setiap aspek tumbuh kembang berbeda dalah setiap tahapnya dan
dapat dimodifikasi
e. Tahapan tumbang spesifik untuk setiap orang
3. Faktor – Faktor Tumbuh Kembang
a. Faktor internal
1. Perbedaan ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras / bangsa Amerika maka ia tidak
memiliki faktor hereditas ras / bangsa Indonesia atau sebaliknya
2. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk atau kurus.
3. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,
tahun pertama kehidupannya.
4. Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki – laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat
5. Kelainan genetik
Genetic (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi
anak akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
bepengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
6. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti ada sindrom downs dan sindrom turner.
b. Faktor eksternal
1. Faktor pranatal :
a. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
b. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital
seperti club foot.
c. Toksin
Beberapa obat – obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat
menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis.
d. Endokrin, radiasi
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hyperplasia adrenal.
e. Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan
pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan
deformitas anggota gerak, kelainan congenital mata, kelainan jantung.
f. Infeksi
Infeksi pada trimester I dan II oleh TORCH (Toxoplasam, Rubella,
Citomegalo virus, dan Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin : katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan
jantung congenital.
g. Kelainan Imunologi
Eritroblastosis fetals timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah
merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah
janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang menyebabkan kerusakan
jaringan otak.
h. Anoksia embrio
Anoksia embrio disebabkan oleh jaringan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu
i. Psikologis ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan
mental pada ibu hamil dan lain-lain.
2. Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan otak
3. Pasca natal
a. Gizi
b. Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
c. Penyakit kronis / kelainan congenital
d. Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
e. Lingkungan fisis dan kimia
f. Lingkungan adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan dasar anak (provider) sanitasi lingkungan yang
kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat
kimia tertentu (Pb, merkuri, rokok, dll).
g. Psikologis
h. Hubungan anak dengan orang di sekitarnya, seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
i. Endokrin
j. Gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
k. Sosio-ekonomi
l. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek, dan ketidaktahuan, akan menghambat
pertumbuhan anak.
m. Lingkungan pengasuhan
n. Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
o. Perkembangan memerlukan rangsang / stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat main, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap anak.
p. Obat – obatan
q. Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormone pertumbuhan.
2. Ciri ciri tumbuh kembang
a. Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersama dengan pertumbuhan.Setiap pertumbuhan disertai
perubahan fungsi.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu
tahap perkembangan sebelum ia belum melewati tahapan sebelumnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar dan tinggi badannya
serta bertambah kepandaiannya.
e. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi terbalik.
f. Perkembanagn mempunyai pola yang tetap.
Perkembanagn fungsi organ tubuh mempunyai dua pola, yaitu pola sefalokaudal
dan pola proksimodistal.
3. Aspek – Aspek Perkembangan Yang Dipantau
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan begian – bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengambil sesuatu, menjimpit, menulis,
dan sebagainya.
C. KONSEP DDST (DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST)
1) Pengertian
DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menentukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.
DDST merupakan salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ, fungsinya
digunakan untuk menafsirkan personal, sosial, motorik halus, bahasa, dan
motorik kasar pada anak mulai dari 1-6 tahun. (Soetjiningsih, 2005 : 71)
2) Keuntungan DDST
a. Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia.
b. Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.
c. Monitor anak dengan resiko perkembangan.
d. Menjaring anak terhadap adanya kelainan.
e. Memastikan apakah anak dengan persangkaan pada kelainan
perkembangan atau benar-benar ada kelainan.
3) Alat yang digunakan.
a. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik – manik, kubus warna
merah, kuning, ungu, biru, permainan anak, botol kecil – kecil, bo;a
tenis, bel kecil, kertas, dll.
b. Lembar DDST.
c. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara – cara
melakukan tugas dan cara penilaiannya.
4) Prinsip pelaksanaan DDST.
a. Bertahap dan berkelanjutan.
b. Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
c. Menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana.
d. Suasana nyaman dan bervariasi.
e. Perhatikan gerakan spontan anak.
f. Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan serta tidak menghukum.
g. Memberikan pujian (reinforcement) bila berhasil melakukan test.
h. Sebelum uji coba, semua alat diletakkan dulu diatas meja.
i. Pada saat test hanya satu alat saja yang digunakan.

5) Sektor perkembangan / parameter yang digunakan.


a. Personal, social (kepribadian/tingkah laku sosial).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mendiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungan.
b. Adaptasi motorik halus (fine motor adaptive).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat.Misalnya kemampuan untuk menggambar,
memegang sesuatu benda, dll.
c. Bahasa (language).
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti
perintah, dan berbicara spontan.
d. Perkembangan motorik kasar.
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. (Vivian
nanny, 2010 : 55)
6) Prosedur DDST
a. Lulus (pass)
1. Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik.
2. Ibu atau pengasuh member laporan (R) tepat atau dapat
dipercaya bahwa anak dapat melakukan dengan baik.
b. Gagal (failed)
1. Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik.
2.  Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat
melakukan tugas dengan baik.
c. Tidak ada kesempatan (no opportunity)
Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba
karena ada hambatan, seperti retardasi mental dan down syndrome.
d. Menolak (refusal).
Anak menolak untuk melakukan uji coba biasanya disebabkan karena
faktor sesaat seperti lelah, menangis, sakit, mengantuk, dll.
7) Interpretasi hasil test keseluruhan (4 sektor)
a. Normal
a) Bila tidak ada keterlambatan (delay)      
b) Paling banyak 1 caution
c) Lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya.
b. Dicurigai (suspect)
a) Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila didapatkan 1
atau lebih delay
b) Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan
factor sesaat (takut, lelah, sakit. Tidak nyaman, dll).
c. Tidak teruji
a) Bila ada skor menolak 1 atau lebih item disebelah kiri garis
umur
b) Bila menolak lebih dari 1 pada area 75-90% (warna hijau)
yang ditembus garis umur
c) Ulangi pemeriksaan 1-2 minggu
8) Pelaksanaan DDST
a. Menetapkan umur anak dengan patokan
30 hari = 1 bulan
31 12 bulan = 1 tahun
32  ≥15 hari = 1 bulan
Perhitungan umur :
Missal : tanggal test    : 2008 – 08 – 28
             Tanggal lahir  : 2006 – 06 – 14
                                     ---------------------
                                           02 – 02 – 14
Berarti umur anak saat test dilakukan yaitu 2 tahun 2 bulan.
b. Menarik garis vertical saat test dilakukan pada lembar DDST yaitu 2
tahun 2 bulan.
c. Memperlihatkan tanda / kode pada ujung kotak sebelah kiri.
d. R adalah Tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tua.
Nomor/angka a tugas perkembangan di test sesuai petunjuk dibalik formulir.
e. Menyimpulkan hasil DDST
Normal / abnormal / questionable / untestable
D. ANTROPOMETRI
PENGUKURAN ANTROPOMETRI DASAR TEORI Antropometri berasal dari
kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran.
Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum
sekali (Supariasa, dkk, 2001). Sedangkan sudut pandang gizi, Jelliffe (1966)
mengungkapkan bahwa antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Penggunaan antropometri, khususnya pengukuran berat badan
pernah menjadi prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik.. Berikut
ukuran antropometri:
1. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral
pada tulang. Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain : umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, dan keturunan (Supariasa, 2001).
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan
gambaran masa tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.
Maka BB merupakan ukuran antropometri yang sangat labil (Reksodikusumo,
dkk, 1989). Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara intake dan keutuhan gizi terjamin, berat badan mengikuti
perkembangan umur. Sebaiknya dalam keadaan abnormal terdapat dua
kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat berkembang lebih cepat atau lebih
lambat dari keadaan normal.
2. Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi yang telah
lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu
tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting,karena menghubungkan
berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur bisa dikesampingkan. Tinggi
badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu pendek. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup
lama. Tinggi badan merupakan ukuran tubuh yang menggambarkan
pertumbuhan rangka. Dalam penilaian status gizi tinggi badan dinyatakan
sebagai indeks sama halnya dengan berat badan (Supariasa, 2001)
3. IMT (Indeks Masa Tubuh)
Menggunakan Berat Badan dan Tinggi badan Kategori IMT (kg/m2)
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 – 18,49
Normal 18,50 – 24,99
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 – 26,99
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,00
4. Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Nilai normal adalah 23,5 cm
LiLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia < 23,5 cm
5. Pengukuran lingkar perut
Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas
abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian
penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus, yang akhir-akhir ini juga erat
hubungannya dengan kejadian sindroma metabolik. Nilai normal pengukuran
lingkar perut di Indonesia. Baik Obesitas sentral Laki-laki 90 > 90. Perempuan
80 > 80
E. Konsep Bermain

1. Pengertian Konsep Bermain

Menurut kamus besar Indonesia (2008) dalam (fadlillah, 2017)

disebutkan bahwa istilah bermain berasal dari kata dasar main yang berarti

melakukan aktivitas atau kegiatan untuk menyenangkan hati. Daam konteks


ini bermain harus dipahami sebagai upya menjadikan anak senang,

nyaman ,ceria, dan bersemangat. Berkaitan dengan hal itu, (Hurlock, 1989)

dalam (Fadlillah, 2017). Mengatagorikan bermain menjadi dua, yaitu

bermain aktif dan bermain pasif. Bermain aktif ialah kegiatan bermaian

dimana kesenangan timbul dari apa yang dilakukan individu, apakah dalam

bentuk kesenagan berlari atau membuat sesuatu dengan lilitan atau cat.

Adapun bermain pasif, yaitu kegiatan bermain dimana kesenangan diproleh

dari oprang lain. Artinya anak tidak melakukan kegiatan secara langsung,

hanya sekedar menonton tv. Oleh karena itu bermain pasif juga disebut

sebagai kegiatan hiburan Selain bermain ada pula istilah pemain dan

permainan. Yang dimaksud permaian ialah orang-orang yang melakukan

aktivitas
bermain. Adapun permainan ialah sesuatu yang digunakan dan dijadikan

sebagai sarana aktivitas bermain. Artinya, kegiatan bermain mencakup siapa

yang akan bermain dan alat apa yang digunaka dalam bermain.

(Ismail, 2012) dalam (Fadlillah, 2017) berpendapat bahwa bermain

dapat didefinisikan menjadi dua bagian. Pertama, bermain diartikan sebagai

‘play’, yaitu suatu aktivitas bersenang - senang tanpa mencari menang dan

kalah. Kedua, bermain diartikan sebagai “ games”, yaitu suatu aktivitas

bersennang – senang yang memerlukan menang dan kalah.

Pada pemaparan pakar pendidikan anak menurut (Yuliani, 2009) dalam

(Fadlillah, 2017) :

1) Menurut Piaget, bermain adalah suatu kegiatanyang dilakukan berulang

– ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasanbagi diri

seseorang.

2) Menurut Parten, bermain adalah suatu kegiatan sebagai rana

bersosialisai dapat memberikan kesempatan anak bereksplorasi,

menemukan, mengepresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara

menyenangkan.

3) Menurut Buhler, dan Danzier , beramain merupakan kegiatan yang

menimbulkan kenikmatan.

4) Menurut Docket dan Fleer , bermain merupakan kebutuhan bagi anak ,

karena melalui bermain anak kan memperoleh pengetahuan yang dapat

mengembangkan kemampuan dirinya.


5) Menurut Mayesty, bermain adalah kegiatan yang anak – anak lakukan

sepanjang hari, karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup

adalah permainan.

6) Dari beberapa pendapat tentang pengertian bermain, dapat dipahami

bahwa bermain ialah suatu upaya untuk memperoleh kesengan dan

kepuasan jiwa dari setiap aktvitas yang dilakakukan, baik menggunakan

alat maupun tidak. Yang terpenting anak merasa gembira dengan

permainan yang dilakukannya, serta tidak begitu memedulikan tentang

hasil akhir yang akan didapatkan.Namun untuk anak usia dini bentuk

dan alat permainan harus memilki nilsi-nilai edukati, dalam rangka

sebagai sarana mengembangkan potensi anak-anak.

2. Tujuan Bermain

a) Untuk ekspolari anak

Dalam konteks ini, bermain merupakan salah satu wahana yang

dapat dijadian tempat untuk bereksplorasi, sehingga rasa keingin

tahuannya dapat terpenuhi sesuai yang diinginkan.

b) Untuk eskperimen anak

Bermain sebagai eksperimen anak memiliki makna bahwa melalui

bermain anak dapat melakukan uji coba untuk mendapatkan

informasi pengetahuan atau pengalaman yang baru. Hal ini

dikarenakan rasa ingin tahu anak sangat tinggi, sehingga anak

sering kali melampiaskan kedalam bentuk-bentuk permainan yang

dimainkannya.

c) Untuk imitation anak


Bermain merupakan suatu bentuk peniruan anak-anak terhadap

permainan yang dimainkan. biasanya anak-anak cenderung meniru

tokoh-tokoh kartun atau superhero yang jadi kesayangannya.

d) Untuk adaptasi anak

Bermain bersama teman sebayanya secara otomatis akan melatih

anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dalam

kondisi ini anak pasti berupaya untuk bisa beradaptasi dengan

teman-temanya dalam rangka menciptakan suasana keakraban dan

kegembiraan.

3. Pentingnya Bermain

Menurut (Diana, 2012) dalam (Fadlillah, 2017) bahwa :

1) Cara belajar anak yang paling efektif ialah melalui bermian atau

permainan.

2) Dengan bermain anak dapat meningkatkan penalaran dan

memahami keberadaanya di lingkungan teman sebaya dan

membentuk daya imajinasi.

3) Melalui bermain anak dapat mempelajari dan belajar banyak hal,

dapat mengenal aturan, bersosialisasi, kerja sama, disiplin, dan lain-

lainnya.

4) Bermain merupakan cara yang paling baik dan tepat untuk

mengembangkan kemampuan anak uisa dini.

5) Menurut konsep eduintaiment, belajar tidak akan berhasil dalam arti

yang sesungguhanya bila dilakukan dalam keadaan yang


menegangkan dan menakutkan, belajar hanya akan efektif bila

suasana hati anak berada dalam kondisi yang menyenangkan.

4. Manfaat Bermain

Menurut (Suyatno, 2005) dalam (Fadlillah, 2017). Bermain

memiliki peran penting dalam perkembangan anak pada hampir semua

bidang perkembangan, baik perkembangan fisik- motorik, bahasa

intelektual, moral, social, maupun emosioanal. Adapun manfaatnya

sebagi berikut :

1) Bermain mengembangkan kemampuan motorik.

Menurut Piaget melalui bermain anak belajar mengontrol

gerakannya menjadi terkoordinasi. Selain itu dengan bermain

memungkinkan anak bergerak secara bebas, sehingga anak mampu

mengembangkan kemampuan motoriknya.

2) Bermain mengembangkan kemampuan kognitif.

Menurut Piaget bermain menyediakan kesempatan kepada anak

untuk berinteraksi dengan objek. Dengan bermain seorang anak

juga mempunyai kesempatan untuk menggunakan indranya, seperti

menyentuh, mencium, melihat dan mendengar untuk mengetahui

sifat-sifat objek.

3) Bermain mengembangkan kemampuan afektif.

Kemampuan afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan

sikap seseorang. Kemampuan ini dapat dikembangkan dan dilatih

melalui kegiatan bermain. Caranya yaitu dengan melaksanakan dan

mengikuti aturan-aturan permainan yang telah dibuat bersama.


4) Bermain mengembangkan kemampuan bahasa.

Pada saat bermain anak akan menggunakan bahasa, baik untuk

berkomunikasi dengan temannya atau hanya sekedar menyatakan

pikirannya. Menurut Vigosky dalam (Suyatno, 2005) dalam

(Fadlillah, 2017) menyebutkan bahwa bermain dengan bercakap-

cakap menggambarkan anak sedang dalam tahap menggabungkan

pikiran dan bahasa sebagai satu kesatuan. Jadi dengan bermain

secara otomatis bahasa anak akan dapat berkembang dengan baik.

5) Bermain mengembangkan kemampuan sosial.

Pada saat bermain anak secara langsung anak berinteraksi dengan

anak yang lain. Interaksi tersebut mengajarkan anak bagaimana

merespon, memberi dan menerima, menolak atau setuju ide dan

perilaku anak yang lain. Sikap yang demikian itu sedikit demi

sedikit akan mengurangi rasa egosentrisme pada anak dan

mengembangkan kemampuan sosialnya.

5. Prinsip – Prinsip Bermain

Menurut (Yuliani, 2009) dalam (Fadlillah, 2017) prinsip –

prinsip bermain dijelaskan melalui urain berikut :

1) Memiliki tujuan yang jelas.

Dalam kegiatan bermain, setiap anak mempunyai tujuan yang

berbeda-beda , terganntung apa yang diinginkan oleh anak yang

bersangkutan. Namun secara umum anak bermain dalam rangka

mendapatakan sebuah kepuasan. Karena bermain sendiri muncul

dan dilandasi oleh motivasi intrinsic dari dalam diri anak. Dengan
bermain ini anak dapat secara langsung bereksporasi,

bereksperimen, dan berimajinasi, sehingga akan memunculkan

kepuasan teersendiri bagi diri anak.

2) Dilakukan dengan bebas.

Bermain harus dilakukan secara bebas, bebas ini dimaksudkan

untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi dan

berkreatifitas sesuai apa yang diimajinasikannya.

3) Mementikan proses bukan hasil.

Dalam aktifitas bermain yang menjadi titik tekannya ialah proses

bermain anak, hal ini dikarenakan proses belajar anak dilakukan

pada saat ia melakukan kegiatan bermain.

4) Memperhatikan keselamatan.

Keselamatan menjadi prioritas utama dalam setiap permainan.

Jangan sampai kegiatan bermain membahayakan bagi anak, apa

lagi sampai membuat luka atau cedera dan trauma yang

berkepanjangan. Keselamatan dalam bermain ini dapat dilihat dari

bentuk permainannya maupun alat-alat yang akan digunakan dalam

bermain.

5) Menyenangkan dan dapat dinikmati.

Bermain harus memberikan rasa senang, gembira dan

membangkitkan semangat anak-anak. Manakala anak bermain

tetapi tidak mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan sedikit pun

berarti anak sejatinya tidak bermain, melainkan bekerja atau

bermainnya dilakukan dengan keterpaksaan.


6. Karakteristik Bermain Anak

1) Bermain muncul dalam diri anak.

Bermain dilakukan dengan kesukarelaan bukan paksaan.

2) Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat dan kegiatan dan

kegiatan untuk dinimakti.

Bermain pada anak usia dini harus terbebas dari aturan yang

mengikat, karena anak usia dini memiliki cara bermainnya seniri.

3) Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya.

Dalam bermain anak melakukan aktivitas nyata, misalnya pada saat

anak bermain dengan air,anak melakukan aktivitas dengan air dan

mengenal air dari bermainnya.

4) Bermain harus didominasi oleh pemain.

Dalam bermain harus didominasi oleh pemain yaitu anak itu itu

sendiri, tidak dinominasi oleh orang dewasa. Karena jika bermain

didominasi oleh orang dewasa, maka anak tidak akan mendapatkan

makna apapun dari bermainnya.

5) Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain.

Anak sebagai pemain harus terjun langsung dalam bermain. Jika

anak pasif dalam bermain ia tidak akan memperoleh pengalaman

baru.

7. Tahap-Tahap Perkembangan Bermain

Menurut Mildred Parten sebagai mana dikutip oleh (Suyatno,

2005) (Yuliani, 2009) dan (Mulyasa, 2012) dalam (Fadlillah, 2017)


diantara tahapan perkembangan bermain anak dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

1) Anoccupied play ( tidak menetap / peduli)

Anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik

perhatiannya dan melakukan gerakan- gerakan bebas dalam bentuk

tingkah laku yang tidak terkontrol.

2) Solitary play (bermain sendiri)

Bermain sendiri walapun disekitarnya ada orang lain.

Misalnya : bayi toodler dia akan asik dengan permainnya sendiri

tanpa menghiraukan orang – orang yang ada disekitarnya.

3) Onlooker play ( bermain denagn melihat temannya bermain).

Anak memperhatikan dan melihat anak – anak lain bermain.anak

ikut berbicara dengan anak – anak lain itu dan mengajukan

pertanyaan – pertanyaan, tetapi ia tidak ikut terlibat dalam aktivitas

permainan tersebut.

4) Parallel play (bermain secara pararel).

Bermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya pada masing-

masing anak mempunyai mainan yang sama tetapi tidak ada

interaksi diantara mereka, mereka tidak tergantung satu sama

lainnya.

5) Associative play ( bermain beramai – ramai).

Bermain dalam kelompok dalam suatu aktifitas yang sama tetapi

maish belum terorganisir tidak ada pembagian tugas, merka

bermain sesuai dengan keinginan.


6) Kooperatif play (bermain kooperatif)

Anak bermain secara bersama-sama, permainan sudah terorganisir

dan terencana dan didalamnya sudah ada aturan main. Misalnya

main kartu dan petak umpet

8. Faktor Yang Mempengaruhi Bermain

Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain anak menurut (Hurlock,

1989)

1) Kesehatan

Semakin sehat anak maka semakin banyak energinya untuk

bermain aktif sebaliknya pada anak yang sedang sakit kemampuan

psikomotor / koognitif terganggu, sehingga ada saat anak-anak

ambisius dalam permainannya dan ada saat-saat pada anak tidak

memiliki keinginan berm4ain.

2) Perkembangan motorik

Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik

apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermain anak tergantung

pada perkembanga motorik mereka. Pengendalian motorik yang

baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.

3) Intelegensi

Pada setiap usia anak yang pandai lebih aktif dibandingkan dengan

yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukkan

kecerdikan.

4) Jenis kelamin
Pada saat usia sekolah anak laki- laki enggan untuk bermain dan

anak perempuan mereka membentuk komunitas sendiri dimana

anak wanita bermain dengan anak wanita sedangkan anak laki –

laki bermain dengan anak laki – laki. Tipe dari permainan dan alat

yang digunakan juga berbeda. Misalnya : anak laki-laki suka main

bola sedangkan anak perempuan suka bermain boneka.

5) Lingkungan

Lokasi dimana anak berada juga mempengaruhi pola bermain anak.

Dikota - kota besar anak jarang sekali bermain layang – layang

mereka lebih senang bermain game. Karena tidak adanya lapangan,

berbeda dengan didesa banyak tanah yang kosong.


F. IMUNISASI

Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen, shg bila kelak terpajan pada antigen yg serupa tdk terjadi penyakit
TUJUAN
- Mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu
- Bila terjadi penyakit tidak terlalu parah / berat
- Dapat mencegah gejala yg dapat menimbulkan
- cacat / kematian.
1.Kekebalan Aktif
a. Kekebalan aktif alamiah
b. Kekebalan aktif buatan
2. Kekebalan pasif
a. Kekebalan pasif alamiah
b. Kekebalan pasif buatan

1. Kekebalan Aktif
Kekebalan /perlindungan yg dibuat oleh tubuh sendiri, akibat terpajan pd
antigen.

kekebalan aktif berlangsung lbh lama krn adanya memori imunologik.


Kekebalan aktif dibedakan:
a. Kekebalan aktif alamiah
di dptkn bila seseorang menderita penyakit.
Mis. Penyakit campak
b. Kekebalan aktif buatan di dpt bila seseorang
mendpt vaksin / imunisasi.

2. Kekebalan pasif

Kekebalan / perlindungan yg diperoleh dr luar tubuh, bukan dibuat oleh individu


itu sendiri. Kekebalan pasif tdk berlangsung lama, krn akan dimetabolisme oleh
tubuh.
b. Kekebalan pasif alamiah
Kekebalan pd janin yg diperoleh dari ibunya.
Antibodi ini akan melindungi bayi dr pnykt sampai
usia : 3 bln- 1 th
b. Kekebalan pasif buatan
Kekebalan yg diberikan dg cara menyuntikkan
imunoglobulin / zat antibodi.
Mis.Suntik ATS pd pasien yg terluka.
Jenis Vaksin:
Kekebalan / perlindungan yg diperoleh dr luar tubuh, bukan dibuat oleh individu
itu sendiri. Kekebalan pasif tdk berlangsung lama, krn akan dimetabolisme oleh
tubuh.
a. Kekebalan pasif alamiah
Kekebalan pd janin yg diperoleh dari ibunya.
Antibodi ini akan melindungi bayi dr pnykt sampai
usia : 3 bln- 1 th
b. Kekebalan pasif buatan
Kekebalan yg diberikan dg cara menyuntikkan
imunoglobulin / zat antibodi.
Mis.Suntik ATS pd pasien yg terluka.
Imunisasi yg di wajibkan
• BCG
• Hepatitis B
• DPT
• Polio
•Campak
 Vaksin bcg ( bacilus calmete guerin )
Mencegah penyakit TBC
Vaksin berbentuk bubuk, pemakaian dg melarutkn
4 cc cairan pelarut (NaCL 0,9%).
Vaksin yg sdh larut hrs habis sblm 3 jam
• Diberikan pd usia 0-2 bln
• Dosis pemberian Bayi=0,05ml, anak 0,10 ml
secara Intra Cutan di lengan kanan atas (insertio
Musculus deltoideus)
• Apabila BCG diberikan pada umur lebih dr 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu.
 Vaksin hepatitis b
• Mencegah Hep.B
• Usia: Mulai umur 0 bulan.
• Dosis: 0,5 cc/ pemberian
• Selang pemberian: 3 kali dg jarak suntika 1 bln dan 5 bulan
• Pemberian secara Intramuskular ( IM )
• Pada neonatus di berikan di anterolateral paha
• Pada anak besar dan dewasa di regio deltoid

 Vaksin DPT (DIFTERIA, PERTUSIS, TETANUS) Mencegah penyakit


difteri, pertusis, tetanus.
• Susunan vaksin pertusis terbuat dari kuman bordetella pertusis yg
telah dimatikan, dikemas dg vaksin difteri dan tetanus.
• Vaksin DTaP (DTP dg komponen acelluler pertussis) dan DTwP
(DTP dg komponen whole cell pertusis)
• Di berikan usia : 2 – 11 bulan
• Selang pemberian: 3 X, jarak waktu penyuntikan min 4 mgg
• Dosis 0,5 cc  IM
 Vaksin Polio
• Mencegah poliomelitis
• Usia: 0 – 11 bulan
• Dosis: 2 tetes
• Cara: meneteskan ke dalam mulut
• Terdapat 2 jenis vaksin yg beredar :
- Vaksin yg mengandung virus polio yg dimatikan (vaksin salk)
suntikan
- Vaksin yg mengandung virus polio yg masih hidup, yg telah
dilemahkan (virus sabin),  di teteskan per oral
 Vaksin campak
• Pengebalan terhadap campak
• Usia : 9 bulan
• Penyimpanan vaksin suhu 6 º C
• Dosis: 0,5 cc  Subcutan dalam, dideltoid kiri
• Ulangan campak saat masuk SD –>BIAS
IMUNISASI YANG DIANJURKAN
• MMR (Measles, Mumps, Rubella)
• Hib (Haemophilus influenzae tipe b)
• Demam tifoid
• Hepatitis A
• Influenza
• Varisela (Cacar air)
• Pneumokokus
• Rotavirus
1. VAKSIN MMR
Vaksin ini masih di impor, dosis pemberian 0,5 ml secara sub cutan
Imunisasi MMR diberikan 1X stlh anak berumur 15 bulan
2. VAKSIN TIFUS/ TIFOID Ada 2 jenis vaksin tifoid:

- Vaksin oral (vivotif)diberikan umur ≥ 6 th,


kemasan 3 kapsul
- Vaksin suntikan (TyphimVi) diberikan sekali
pd anak umur 6 th dan diulang 3 th
3. HAEMOPHILUS INFLUENZA tipe B (Hib)
Diberikan setelah bayi usia 2 bln . Penyakit ini berbahaya dan paling
sering menyerang anak usia 6-12 bulan. Radang selaput otak Hib sering
mengakibatkan cacat saraf/ kematian
4. VAKSIN HEPATITIS A
Diberikan usia > 2 tahun, diberikan 2 X dg selang waktu 6-12 bulan stlh
suntikan pertama
5. VAKSIN CACAR AIR (VARICELLA)
Merupakan penyakit yg sangat menular, ttp ringan.
Diberikan usia 10 th, dosis 0,5 cc, secara subcutan
d. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertermia
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data tentang penderita agar dapat mengidentifikasi
kebebutuhan serta masalahnya. Pengkajian meliputi:
a. Pengumpulan Data
1) Data Subyektif
Data yang didapat oleh pencatat dan pasien atau keluarga dan
dapat diukur dengan menggunakan standar yang diakui.
2) Data Obyektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat
diukur dengan menggunakan standar yang diakui.
3) Analisa Data
a) Data primer
Data yang diperoleh dari pasien itu sendiri melalui percakapan
dengan pasien.
b) Data sekunder
Data yang diperoleh dari orang lain yang mengetahui keadaan
pasien melalui komunikasi dengan orang yang dikenal,
dokter/perawat.
b. Anamnese
1) Keluhan utama
Biasanya klien hipertermi sering mengalami dehidrasi.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian meliputi tindakan pertama yang pernah diberikan pada
keluhan utama.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian mengenai riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penyakit yang dialami saat ini.
4) Riwayat psikososial dan spiritual
a) Riwayat Psikososial
Pada klien yang mengalami hipertermi akan terjadi gangguan
dalam berinteraksi dengan orang lain.
b) Aspek Spiritual
Klien akan mengalami gangguan dalam menjalankan ibadah
karena klien harus menjalani ibadah, namun ada klien yang
cenderung lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan begitu
sebaliknya menyalahkan Tuhan akan penyakit yang
dideritanya.
5) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola aktivitas
Pola aktivitas menurun karena mengalami kelelahan
disebabkan oleh hipertermi.

b) Pola istirahat
Pola istirahat terganggu diakibatkan hipertermi.
c) Pola kebersihan diri
Kebersihan diri kurang karena pasien cenderung memikirkan
penyakit yang dideritanya daripada kebersihan diri.
d) Pola nutrisi
Pola nutrisi terganggu karena hipertermi.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Menggigil.
b) Kulit pecah.
c) Pengeluaran keringat berebihan.
d) Tampak lemah.
e) Bibir kering.
f) Tingkat kesadaran compos mentis sampai terjadi shock.
2) Tanda-tanda vital
a) Tensi : Dibawah/diatas normal (dibawah 120/80 mmHg
dan diatas 130/90 mmHg).
b) Nadi : Dibawah/diatas normal (dibawah 60 x/menit dan
diatas 100 x/menit).
c) Respirasi : Dibawah/diatas normal (dibawah 16 x/menit dan
diatas 20 x/menit).
d) Suhu : > 370 C
Perlu dikaji untuk menilai apakah reaksi fisiologis terhadap
penyakit klien menglami kehilangan penurunan berat badan
atau asupan nutrisi yang tidak adekuat ataupun reaksi
psikologis.
3) Pemeriksaan sistem chepalocaudal
a) Pemeriksaan Kepala
Bibir : mukosa bibir kering, tidak ada cyanosis.
Lidah : tampak kotor dan berwarna putih.

b) Pemeriksaan Ekstremitas
Telapak tangan dan kaki berwarna kekuningan/tampak pucat.
Terjadi kelemahan dan nyeri pada otot.
c) Pemeriksaan Intugmen
Kulit tampak kemerahan, terjadi kelembapan kulit atau
kekeringan kulit.
Akral hangat hingga panas.
Turgor baik dan terkadang >3 detik.
d. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan ketidakadekuatan termoregulasi
suhu.
e. Perencanaaan Keperawatan
1) Diagnosa Keperawatan :Hipertermi berhubungan dengan
ketidakadekuatan termoregulasi suhu.
2) Tujuan : Suhu tubuh tidak panas lagi.
3) Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal
(36-37,5o C).
N INTERVENSI RASIONAL
O

1 Pantau tanda-tanda vital terutama Untuk mengetahui perkembangan


suhu. kesehatan pasien dan memudahkan dalam
pemberian terapi.
2 Beri pasien kompres air hangat Pemberian kompres hangat mampu
mendilatasi pembuluh darah,sehingga
akan mempercepat perpindahan panas
dari tubuh ke kulit.
3 Anjurkan pasien banyak minum Peningkatan suhu tubuh meningkatkan
penguapan sehingga perlu di imbangi
dengan asupan cairan yang banyak.
4 Kolaborasi dalam pemberian obat Pemberian obat antipiretik unuk
antipiretik dan antibiotik mempercepat proses penyembuhan dan
cepat menurunkan demam.Pemberian
antibiotik menghambat pertumbuha dan
proses infeksi.

f. Evaluasi
1) Suhu pasien normal antara 36,50C-37,50C.
2) Tenggorokan pasien sudah tidak kering.
3) Pasien mampu beraktivitas seperti biasa.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, H. A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: MediAction.

Fadlillah, M. (2017). Buku Ajar Bermain & Permainan Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana.
Ranu, d. (2005). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai