Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik kilinik keperawatan
dasar.
( .) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN HIPERTERMI
A. Tinjauan Teori
1. Definisi
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat –
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
Wardiyah, 2016).
2. Etiologi
juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan
dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
2015).
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam,
lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam.
3. Patofisiologi
akan menstimulasi sel host inflamasi (seperti; makrofag sel PMN) yang
berpakaian yang tebal-tebal atau ingin diselimuti dan minum air hangat. Demam
Pathway
1. Hipertermia
Masuknya kuman/penyakit
Pengeluaran endotoksin
Merangsang hipotalamus
Proses inflamasi
Respon tubuh
Hipertermia
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan darah perifer lengkap
3. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
4. Pemeriksaan widal
5. Pemeriksan urin
7. Penatalaksanaan
Hipertermia
1. Farmakologis
a. Obat-obatan
Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik) adalah
parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen. Parasetamol cepat bereaksi
dalam menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki efek kerja
yang lama. Pada anak-anak dianjurkan untuk pemberian parasetamol
sebagai antipiretik. Selain pemberian antipiretik juga perlu diperhatikan
mengenai pemberian obat untuk mengatasi penyebab terjadinya demam.
Antibiotik dapat diberikan untuk mengatasi infeksi bakteri. Pemberian
antibiotik hendaknya sesuai dengan tes sensitivitas kultur bakteri
apabila memungkinkan.
b. Memberikan cairan infus sesuai kebutuhan.
2. Non-farmakologis
a. Memberikan air putih yang cukup.
b. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat
menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan.
Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat
memberikan rasa nyaman kepada penderita.
c. Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres
hangat efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan
kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan
meningkatkan kembali suhu inti.
B. Tumbuh Kembang
1. Definisi
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh)
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.(Soetjiningsih.
1998 )
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran – ukuran tubuh yang meliputi
BB, TB, LK, LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel – sel
pada semua sistem organ tubuh.(Vivian nanny, 2010 : 48)
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitas, yang
mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang menyangkut
ukuran dan struktur biologis.(Mansur, 2009 : 25)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil proses pematangan.(Soetjiingsih, 2005 : 1)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua
system organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi
system organ tubuh.(Vivian nanny, 2010 : 49)
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian
tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur dan perkembangan adalah
bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh. (DEPKES RI)
2. Prinsip Tumbuh Kembang
a. Tumbuh kembang terus menerus dan komplek
b. Tumbuh kembang merupakan proses yang teratur dan dapat diprediksi
c. Tumbuh kembang berbeda dan terintegrasi
d. Setiap aspek tumbuh kembang berbeda dalah setiap tahapnya dan
dapat dimodifikasi
e. Tahapan tumbang spesifik untuk setiap orang
3. Faktor – Faktor Tumbuh Kembang
a. Faktor internal
1. Perbedaan ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras / bangsa Amerika maka ia tidak
memiliki faktor hereditas ras / bangsa Indonesia atau sebaliknya
2. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk atau kurus.
3. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,
tahun pertama kehidupannya.
4. Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki – laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat
5. Kelainan genetik
Genetic (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi
anak akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
bepengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
6. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti ada sindrom downs dan sindrom turner.
b. Faktor eksternal
1. Faktor pranatal :
a. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
b. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital
seperti club foot.
c. Toksin
Beberapa obat – obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat
menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis.
d. Endokrin, radiasi
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hyperplasia adrenal.
e. Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan
pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan
deformitas anggota gerak, kelainan congenital mata, kelainan jantung.
f. Infeksi
Infeksi pada trimester I dan II oleh TORCH (Toxoplasam, Rubella,
Citomegalo virus, dan Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin : katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan
jantung congenital.
g. Kelainan Imunologi
Eritroblastosis fetals timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah
merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah
janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang menyebabkan kerusakan
jaringan otak.
h. Anoksia embrio
Anoksia embrio disebabkan oleh jaringan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu
i. Psikologis ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan
mental pada ibu hamil dan lain-lain.
2. Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan otak
3. Pasca natal
a. Gizi
b. Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
c. Penyakit kronis / kelainan congenital
d. Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
e. Lingkungan fisis dan kimia
f. Lingkungan adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan dasar anak (provider) sanitasi lingkungan yang
kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat
kimia tertentu (Pb, merkuri, rokok, dll).
g. Psikologis
h. Hubungan anak dengan orang di sekitarnya, seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
i. Endokrin
j. Gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
k. Sosio-ekonomi
l. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek, dan ketidaktahuan, akan menghambat
pertumbuhan anak.
m. Lingkungan pengasuhan
n. Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
o. Perkembangan memerlukan rangsang / stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat main, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap anak.
p. Obat – obatan
q. Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormone pertumbuhan.
2. Ciri ciri tumbuh kembang
a. Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersama dengan pertumbuhan.Setiap pertumbuhan disertai
perubahan fungsi.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu
tahap perkembangan sebelum ia belum melewati tahapan sebelumnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar dan tinggi badannya
serta bertambah kepandaiannya.
e. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi terbalik.
f. Perkembanagn mempunyai pola yang tetap.
Perkembanagn fungsi organ tubuh mempunyai dua pola, yaitu pola sefalokaudal
dan pola proksimodistal.
3. Aspek – Aspek Perkembangan Yang Dipantau
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan begian – bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengambil sesuatu, menjimpit, menulis,
dan sebagainya.
C. KONSEP DDST (DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST)
1) Pengertian
DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menentukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.
DDST merupakan salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ, fungsinya
digunakan untuk menafsirkan personal, sosial, motorik halus, bahasa, dan
motorik kasar pada anak mulai dari 1-6 tahun. (Soetjiningsih, 2005 : 71)
2) Keuntungan DDST
a. Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia.
b. Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.
c. Monitor anak dengan resiko perkembangan.
d. Menjaring anak terhadap adanya kelainan.
e. Memastikan apakah anak dengan persangkaan pada kelainan
perkembangan atau benar-benar ada kelainan.
3) Alat yang digunakan.
a. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik – manik, kubus warna
merah, kuning, ungu, biru, permainan anak, botol kecil – kecil, bo;a
tenis, bel kecil, kertas, dll.
b. Lembar DDST.
c. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara – cara
melakukan tugas dan cara penilaiannya.
4) Prinsip pelaksanaan DDST.
a. Bertahap dan berkelanjutan.
b. Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
c. Menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana.
d. Suasana nyaman dan bervariasi.
e. Perhatikan gerakan spontan anak.
f. Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan serta tidak menghukum.
g. Memberikan pujian (reinforcement) bila berhasil melakukan test.
h. Sebelum uji coba, semua alat diletakkan dulu diatas meja.
i. Pada saat test hanya satu alat saja yang digunakan.
disebutkan bahwa istilah bermain berasal dari kata dasar main yang berarti
nyaman ,ceria, dan bersemangat. Berkaitan dengan hal itu, (Hurlock, 1989)
bermain aktif dan bermain pasif. Bermain aktif ialah kegiatan bermaian
dimana kesenangan timbul dari apa yang dilakukan individu, apakah dalam
bentuk kesenagan berlari atau membuat sesuatu dengan lilitan atau cat.
dari oprang lain. Artinya anak tidak melakukan kegiatan secara langsung,
hanya sekedar menonton tv. Oleh karena itu bermain pasif juga disebut
sebagai kegiatan hiburan Selain bermain ada pula istilah pemain dan
aktivitas
bermain. Adapun permainan ialah sesuatu yang digunakan dan dijadikan
yang akan bermain dan alat apa yang digunaka dalam bermain.
‘play’, yaitu suatu aktivitas bersenang - senang tanpa mencari menang dan
(Fadlillah, 2017) :
seseorang.
menyenangkan.
menimbulkan kenikmatan.
sepanjang hari, karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup
adalah permainan.
hasil akhir yang akan didapatkan.Namun untuk anak usia dini bentuk
2. Tujuan Bermain
dimainkannya.
kegembiraan.
3. Pentingnya Bermain
1) Cara belajar anak yang paling efektif ialah melalui bermian atau
permainan.
lainnya.
4. Manfaat Bermain
sebagi berikut :
sifat-sifat objek.
perilaku anak yang lain. Sikap yang demikian itu sedikit demi
dan dilandasi oleh motivasi intrinsic dari dalam diri anak. Dengan
bermain ini anak dapat secara langsung bereksporasi,
4) Memperhatikan keselamatan.
bermain.
2) Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat dan kegiatan dan
Bermain pada anak usia dini harus terbebas dari aturan yang
Dalam bermain harus didominasi oleh pemain yaitu anak itu itu
baru.
sebagai berikut:
permainan tersebut.
lainnya.
1989)
1) Kesehatan
2) Perkembangan motorik
apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermain anak tergantung
3) Intelegensi
Pada setiap usia anak yang pandai lebih aktif dibandingkan dengan
kecerdikan.
4) Jenis kelamin
Pada saat usia sekolah anak laki- laki enggan untuk bermain dan
laki bermain dengan anak laki – laki. Tipe dari permainan dan alat
5) Lingkungan
Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen, shg bila kelak terpajan pada antigen yg serupa tdk terjadi penyakit
TUJUAN
- Mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu
- Bila terjadi penyakit tidak terlalu parah / berat
- Dapat mencegah gejala yg dapat menimbulkan
- cacat / kematian.
1.Kekebalan Aktif
a. Kekebalan aktif alamiah
b. Kekebalan aktif buatan
2. Kekebalan pasif
a. Kekebalan pasif alamiah
b. Kekebalan pasif buatan
1. Kekebalan Aktif
Kekebalan /perlindungan yg dibuat oleh tubuh sendiri, akibat terpajan pd
antigen.
2. Kekebalan pasif
b) Pola istirahat
Pola istirahat terganggu diakibatkan hipertermi.
c) Pola kebersihan diri
Kebersihan diri kurang karena pasien cenderung memikirkan
penyakit yang dideritanya daripada kebersihan diri.
d) Pola nutrisi
Pola nutrisi terganggu karena hipertermi.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Menggigil.
b) Kulit pecah.
c) Pengeluaran keringat berebihan.
d) Tampak lemah.
e) Bibir kering.
f) Tingkat kesadaran compos mentis sampai terjadi shock.
2) Tanda-tanda vital
a) Tensi : Dibawah/diatas normal (dibawah 120/80 mmHg
dan diatas 130/90 mmHg).
b) Nadi : Dibawah/diatas normal (dibawah 60 x/menit dan
diatas 100 x/menit).
c) Respirasi : Dibawah/diatas normal (dibawah 16 x/menit dan
diatas 20 x/menit).
d) Suhu : > 370 C
Perlu dikaji untuk menilai apakah reaksi fisiologis terhadap
penyakit klien menglami kehilangan penurunan berat badan
atau asupan nutrisi yang tidak adekuat ataupun reaksi
psikologis.
3) Pemeriksaan sistem chepalocaudal
a) Pemeriksaan Kepala
Bibir : mukosa bibir kering, tidak ada cyanosis.
Lidah : tampak kotor dan berwarna putih.
b) Pemeriksaan Ekstremitas
Telapak tangan dan kaki berwarna kekuningan/tampak pucat.
Terjadi kelemahan dan nyeri pada otot.
c) Pemeriksaan Intugmen
Kulit tampak kemerahan, terjadi kelembapan kulit atau
kekeringan kulit.
Akral hangat hingga panas.
Turgor baik dan terkadang >3 detik.
d. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan ketidakadekuatan termoregulasi
suhu.
e. Perencanaaan Keperawatan
1) Diagnosa Keperawatan :Hipertermi berhubungan dengan
ketidakadekuatan termoregulasi suhu.
2) Tujuan : Suhu tubuh tidak panas lagi.
3) Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal
(36-37,5o C).
N INTERVENSI RASIONAL
O
f. Evaluasi
1) Suhu pasien normal antara 36,50C-37,50C.
2) Tenggorokan pasien sudah tidak kering.
3) Pasien mampu beraktivitas seperti biasa.
DAFTAR PUSTAKA
Fadlillah, M. (2017). Buku Ajar Bermain & Permainan Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana.
Ranu, d. (2005). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: EGC