Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA

Oleh:

ERNA DWI RAKHMAWATI

NIM : 202003099

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktik Keluarga Profesi Ners STIKes Bina Sehat PPNI Kabupaten
Mojokerto yang dilaksanakan pada :
Tanggal :
Hari :
Tempat :
Telah disahkan dan telah disetujui untuk dilakukan kegiatan sesuai jadwal yang
terterah dalam proposal

Mojokerto, April 2021

Mahasiswa

(Erna Dwi Rakhmawati)

Mengetahui

Pembimbing Akademik

ii
LEMBAR KONTRAK KUNJUNGAN RUMAH

Masalah :
Tujuan :
Tempat :
Waktu :
Kegiatan :
PRA INTERAKSI :

INTERAKSI :

TERMINASI :

KONTRAK KUNJUNGAN BERIKUTNYA :


Waktu :
Tujuan :
Mojokerto , April 2021
Mengetahui

Keluarga Mahasiswa

Ketua RT Pembimbing Akademik

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu

sistem sosial yang ada dimasyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan

miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana keluarga yang

kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena dalam keluargalah

seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan masyarakat.

Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak IPTEK

berkembang secara pesat, baik yang bersifat positif maupun negatif. kehidupan

keluargapun banyak mengalami perubahan dan berada jauh dari nilai-nilai keluarga

yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa kini, yang ditandai dengan modernisasi

dan globalisasi, banyak pihak yang menilai bahwa kondisi kehidupan masyarakat

dewasa ini berakar dari kondisi kehidupan dalam keluarga (Setiawati, 2009).

Kecerdasan dan kepekaan juga diperlukan untuk menjalankan dan

mengefektifkan delapan fungsi keluarga yaitu : 1.fungsi keagamaan ; 2.fungsi cinta

kasih ; 3. fungsi reproduksi ; 4. fungsi perlindungan ; 5. fungsi sosial budaya ; 6.

fungsi sosialisasi dan pendidikan ; 7. fungsi ekonomi ; 8.fungsi pelestarian

lingkungan. Menjalankan dan mengefektifkan delapan fungsi keluarga akan

memperjelas arah dan tujuan terbentuknya keluarga sejahtera yang berkualitas.

Karena delapan fungsi keluarga merupakan esensi berkeluarga, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Semakin jelas bahwa peran ibu dalam membentuk
keluarga sejahtera bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri. Peran dan tanggung jawab

tersebut adalah bagian yang tidak terpisahkan dari peran dan tanggung jawab

bapak, keluarga, masyarakat dan pemerintah (Hnur, 2009).

Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya mempunyai

peranan yang sangat penting dalam membentuk budaya dan perilaku sehat. Dari

keluargalah pendidikan kepada individu dimulai, tatanan masyarakat yang baik

diciptakan, budaya dan perilaku sehat dapat lebih dini ditanamkan. Oleh karena itu,

keluarga mempunyai posisi yang strategis untuk dijadikan sebagai unit pelayanan

kesehatan karena masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan saling

mempengaruhi antar anggota keluarga, yang pada akhirnya juga akan

mempengaruhi juga keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya.

2.1 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan keluarga ibu W dengan hipertensi di Dusun

Sinowman Rt.0003 Rw.01 Desa Miji?

3.1 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga sesuai

dengan konsep dan teori keperawatan keluarga

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keerawatan keluarga.

2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada salah satu keluarga diwilayah kerja

Puskesmas.

2
3. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan keluarga.

4. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan keluarga.

5. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan keluarga.

6. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi dengan pendekatan pada keluarga bina

asuhan keperawatan keluarga.

7. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga

4.1 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Memberikan pengetahuan tentang konsep dasar keluarga kepada masyarakat.

2. Memberikan masukan kepada pengelola pendidikan keperawatan untuk lebih

mengenalkan konsep dasar keluarga kepada peserta didiknya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Menumbuhkan motivasi bagi tenaga pelaksana untuk menambah pengetahuan

dalam lingkup keluarga.

3
BAB 2

LANDASAN TEORI

1.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

WHO (1969), Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling

berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

DUVAL (1972), Keluarga adalah sekelompok orang yang dihubungkan oleh

ikatan perkawinan, adopsi atau kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,

emosional, dan social dari tiap-tiap anggota keluarganya.

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan

darah, perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masingmasing menciptakan

serta mempertahankan kebudayaan. (Bailon dan Maglaya, 1989 dikutip Nasrul

Effendy, 1998; 32).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah

suatu atap dalam keadaan saling ketegantungan. (Departemen Kesehatan RI, 1988

dikutip Nasrul Effendy, 1998 ;32).

BKKBN (1999), Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk

berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup

spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan

4
yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta

lingkungannya.

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterkaitan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing

yang merupakan bagian dari keluarga. (Suprajitno. 2004; 1).

Menurut UU No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat

yang terdiri dari suami isteri dan anaknya. Ketiga pengertian tersebut mempunyai

persamaan bahwa dalam keluraga terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah

yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan peran masing – masing

serta keterikatan emosional. (Suprajitno. 2004; 1).

Dari definisi diatas ditarik suatu kesimpulan bahwa keluarga adalah:

1. Unit terkecil masyarakat.

2. Terdiri atas dua orang atau lebih.

3. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.

4. Hidup dalam satu rumah tangga.

5. Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga.

6. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.

7. Mempunyai ikatan emosional

8. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.

9. Menciptakan dan mempertahankan suatu budaya tertentu

5
2.1.2 Tipe/Bentuk Keluarga

Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang

mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua,

yaitu:

1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan

anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota

keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman –

bibi).

Namun, dengan perkembangannya peran invidu dan meningkatnya rasa

individualisme, pengelompokkan tipe keluarga selain kedua di atas berkembang

menjadi:

1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk

dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya. Keadaan ini di

Indonesia juga menjadi tren akrena adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada

zaman dahulu jarang sekali ditemui sehingga seorang yang telah cerai atau

ditinggal pasangannya cenderung hidup sendiri untuk membesarkan anak –

anaknya.

2. Orang tua tunggal (Single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah

satu orang tua dengan anak – anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.

3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).

4. Orang dewasa (laki – laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah

menikah (the single adult living alone). Kecenderungan di Indonesia juga

6
meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak

jika telah menikah.

5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non – marital

heterosexual cohabiting family). Biasanya dapat dijumpai pada daerah kumuh

perkotaan (besar), tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah

daerah (kabupaten / kota) meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi status

anak – anaknya.

6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and

lesbian family).

Menurut Nasrul Effendy (1998) hal 33 – 34 tipe keluarga terdiri dari :

1. Keluarga inti (Nuclear Family)

Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak.

2. Keluarga besar (Extended Family)

Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya; nenek, kakek,

keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

3. Keluarga berantai (Serial Family)

Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari

satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.

4. Keluarga duda atau janda (Single Family)

Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

5. Keluarga berkomposisi (Compocite)

Adalah keluarga yang berpoligami yang hidup bersama.

6. Keluarga kabitas (Cahabitation)

7
Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa pernikahan

tetapi membentuk satu keluarga.

Menurut Setiadi (2008; 4), pembagian tipe ini bergantung kepada konteks keilmuan

dan orang yang mengelompokkan:

1. Secara Tradisional, Tipe Keluarga dapat dikelompokkan dalam 2 macam, yaitu :

a. Nuclear Family (Keluarga Inti)

Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh

dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

b. Extended Family (Keluarga Besar)

Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai

hubungan darah (kakek, nenek, paman, dan bibi).

2. Secara Modern

Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualism, maka

tipe keluarga Modern dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam,

diantaranya :

a. Tradisional Nuclear

Keluarga inti (Ayah, Ibu dan Anak) yang tinggal dalam satu rumah yang

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, dimana salah

satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

b. Niddle Age/Aging Couple

Suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri di rmah atau

kedua-duanya bekerja di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan

rumah karena sekolah/menikah/meniti karier.

8
c. Dyadic Nuclear

Suatu keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak

yang keduanya atau salah satunya bekerja di luar umah.

d. Single Parent

Keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat perceraian

atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di

luar rumah.

e. Dual Carrier

Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang karier dan tanpa

memiliki anak.

f. Three Generation

Keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu

rumah.

g. Comunal

Keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suami istri atau

lebih yang monogamy berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam

penyediaan fasilitas.

h. Cohibing Couple/Keluarga Kabitas/Cahabitation

Keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa

ikatan perkawinan

i. Composite /Keluarga Berkomposisi

9
Sebuah keluarga dengan perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara

bersama-sama dalam satu rumah

j. Gay and Lesbian Family

Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama

2.1.3 Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga

Terdapat 3 macam tipe pemegang kekuasaan dalam suatu keluarga, yaitu :

1. Patriakal : yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga

adalah pihak ayah

2. Matriakal : yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah

pihak ibu

3. Equalitarian : yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan

ibu

2.1.4 Tugas Perkembangan Keluarga

Menurut Duvall (1977) dikutip Friedman, 1998; hal 109 – 135, tahap dan tugas

perkembangan keluarga ada 8, yaitu:

1. Keluarga pemula

- Membangun perkawinan yang saling memuaskan

- Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis

- Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua).

2. Keluarga sedang mengasuh anak

- Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.

- Rekonsiliasi tugas – tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan

anggota keluarga.

10
- Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

- Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran –

peran orangtua dan kakek nenek.

3. Keluarga dengan anak usia prasekolah

- Memenuhi kebutuhan anggota keluarga se[erti rumah, ruang bermain, privasi,

keamanan

- Mensosialisasikan anak

- Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak –

anak yang lain

- Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga

4. Keluarga dengan anak usia sekolah

- Mensosialisasikan anakanak, termasuk meningkatkan prastasi sekolah dan

mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat

- Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

- Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

5. Keluarga dengan anak remaja

- Mengembangkan kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja menjadi

dewasa dan semakin mandiri

- Memfokuskan kembali hubungan perkawinan

- Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anakanak

6. Keluarga melepaskan anak dewasa muda

- Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru

didapatkan melalui perkawinan anak – anak

11
- Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan

perkawinan

- Membantu orangtua lanjut usia dan sakitsakitan dari suami maupun istri

7. Orangtua usia pertengahan

- Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan

- Mempertahankan hubungan – hubungan yang memuaskan dan penuh arti

dengan para orangtua lansia dan anakanak

- Memperkokoh hubungan perkawinan

8. Keluarga lansia

- Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

- Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

- Mempertahankan hubungan perkawinan

- Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

- Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

- Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi

hidup).

2.1.5 Struktur Keluarga

Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan

fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi

oleh Frieman mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:

1. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing – masing anggota

keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau

peran formal dan informal.

12
2. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan

diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

3. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola

komunikasi ayah – ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak,

dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.

4. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga

untuk memengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku

keluarga yang mendukung kesehatan.

Struktur keluarga ini nantinya perlu dikaji oleh perawat yang memberikan

asuhan. Berdasarkan keempat elemen dalam struktur keluarga, diasumsikan bahwa

(Leslie & Korman, 1989; Parsons & Bales, 1995):

1. Keluarga merupakan sistem sosial yang memiliki fungsi sendiri.

2. Keluarga merupakan sistem sosial yang mampu menyelesaikan masalah individu

dan lingkungannya.

3. Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat memengaruhi kelompok

lain,

4. Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai dan norma

yang berlaku dalam keluarga.

Menurut Effendy stuktur keluarga dari bermacam – macam, diantaranya adalah:

1. Patrilineal Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilineal Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu

13
3. Matrilokal Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

istri.

4. Patrilokal Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami

5. Keluarga Kawin Adalah : hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri.

Menurut Anderson Carter , dikutip Nasrul Effendy 1998 hal 33 dibagi menjadi 3

yaitu :

1. Terorganisasi : Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

keluarga.

2. Ada Keterbatasan : Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga

mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing –

masing.

3. Ada perbedaan dan kekhususan : Setiap anggota keluarga mempunyai peranan

dan fungsinya masing – masing.

2.1.6 Peranan Keluarga

Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy

1998, hal 34 adalah sebagai berikut:

1. Peran ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan

sebagai pencari nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai

kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai

anggota masyarakat dari lingkungannya.

14
2. Peran ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak

– anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping

itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam

keluarganya.

3. Peran anak : Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual

2.1.7 Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Afektif (The Affective Function)

Yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan dengan orang

lain.

2. Fungsi Sosialisasi (Socialization And Social Placement Function)

Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan

social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di

luar rumah.

3. Fungsi Reproduksi (The Reproductive Function)

Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan

keluarga.

4. Fungsi Ekonomi (The Economic Function)

15
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi

dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi Perawatan/Pemeliharaan Kesehatan (The Health Care Function)

Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar

tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

Namun, dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi, fungsi

keluarga dikembangkan menjadi:

1. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif

yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber

daya keluarga.

2. Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan

dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada di sekitarnya

3. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab

yang besar terhadap pendidikan anak – anaknya untuk menghadapi kehidupan

dewasanya.

4. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan

mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.

5. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan pencegahan

terhadap penyakit yang mungkin dialami keluarga.

6. Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan

mengamalkan ajaran keagamaan

16
7. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan

yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.

8. Fungsi reproduksi, bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga

merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secaa universal

(menyeluruh), diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks

bagi anak, dan yang lain.

9. Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.

Indonesia membagi fungsi keluarga menjadi delapan dengan bentuk operasional

yang dapat dilakukan oleh setiap keluarga (UU No.10 Th. 1992 jo PP No. Th. 1994),

yaitu:

1. Fungsi keagamaan

a. Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hdiup seluruh

anggota keluarga

b. Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada seluruh

anggota keluarga

c. Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam pengalaman dari

ajaran agama

d. Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan

yang kurang diperolehnya disekolah atau masyarakat

e. Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi

menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

2. Fungsi Budaya

17
a. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-

norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan

b. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan

budaya asing yang tidak sesuai

c. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari

pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif gobalisasi dunia

d. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat

berperilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi

tantangan globalisasi

e. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya

masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil

bahagia sejahtera

3. Fungsi Cinta Kasih

a. Menumbuhkan kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antara anggota

keluarga kedalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus menerus

b. Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota keluarga secara

kuantitatif dan kualitatif

c. Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam

keluarga secara serasi, selaras dan seimbang

d. Membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan

menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia

sejahtera

4. Fungsi Perlindungan

18
a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman

yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga

b. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk

ancaman dan tantangan yang datang dari luar

c. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal

menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

5. Fungsi Reproduksi

a. Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik

bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya

b. Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam

usia, pendewasaan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental

c. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan

waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan

dalam keluarga

d. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif

menuju keluarga kecil sejahtera

6. Fungsi Sosialisasi

a. Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai

wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama

b. Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga

sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orangtua

dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga

kecil bahagia sejahtera

19
7. Fungsi Ekonomi

a. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk

mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera

b. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan perhatiannya

terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang

8. Fungsi Pelestarian Lingkungan

a. Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan intern keluarga

b. Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan ekstern keluarga

c. Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi,

selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup

masyarakat sekitarnya.

Ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, adalah:

1. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan

kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan

berkembang sesuai usia dan kebutuhannya

2. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan anak agar

kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-

anak yang sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual

20
3. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi

manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya. (Setiadi.

2008; 11)

2.1 Konsep Dasar Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi

World Health Organzation (WHO) dan The International Society of Hypertension

(ISH) menetapkan bahwa hipertensi merupakan kondisi ketika tekanan darah (TD)

sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih besar dari 90

mmHg. Nilai ini merupakan hasil rerata minimal dua kali pengukuran setelah melakukan

dua kali atau lebih kontak dengan petugas kesehatan (Yasmara et al., 2017).

Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu peningkatan tekanan darah di

dalam arteri. Hiper artinya berlebihan, sedangkan tensi artinya tekanan atau tegangan.

Untuk itu, hipertensi merupakan tekanan darah atau denyut jantung yang lebih tinggi

dibandingkan dengan normal karena penyempitan pembuluh darah atau gangguan

lainnya. Dimana terjadi peningkatan tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan

darah diastolik 90 mmHg atau lebih , dan tekanan darah berfluktuasi dalam batas tertentu

tergantung pada posisi tubuh, usia dan tingkat stress (Asikin et al., 2016)

Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan darah secara abnormal dan

terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau

beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan

tekanan darah secara abnormal (Andra Safery Wijaya & Putri, 2013)

21
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi usia dewasa telah diklasifikasikan dalam Sixtth Report of The Joint

National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure (JNC VI) dalam (Yasmara et al., 2017). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun

Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


Kategori
(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 Dan <80
Normal <130 Dan/atau <85
Tinggi-normal 130-139 Dan/atau 85-89
Hipertensi derajat I 140-159 Dan/atau 90-99
Hipertensi derajat II 160-179 Dan/atau 100-109
Hipertensi derajat III ≥180 Dan/atau ≥110

Keterangan tabel 2.2 klasifikasi tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun:

1. Kategori normal dapat diterima jika individu tersebut tidak mengonsumsi obat

atau sedang sakit.

2. Jika TD sistolik atau diastolik jatuh ke kategori yang berbeda, maka yang dipilih

adalah kategori yang lebih tinggi. Misal: 160/92 diklasifikasikan sebagai hipertensi

22
derajat 2; 174/120 diklasifikasikan sebagai hipertensi derajat 3

3. Hipertensi sistolik terisolasi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik >140

mmHg dan tekanan darah diastolik <90 mmHg

Misal: Tekanan darah 170/82 mmHg merupakan hipertensi sistolik terisolasi derajat 2.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi juga dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi

primer dan hipertensi sekunder (Yasmara et al., 2017)

1. Hipertensi Primer

Hipertensi primer atau hipertensi esensial ini merupakan jenis hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya. Ini merupkan jenis hipertensi yang paling banyak yaitu sekitar

90–95% dari insidensi hipertensi secara keseluruhan. Hipertensi primer ini sering tidak

disertai dengan gejala dan biasanya gejala baru muncul saat hipertensi sudah berat atau

sudah menimbulkan komplikasi. Hal inilah yang kemudian menyebabkan hipertensi

dijuluki sebagai sillent killer.

2. Hipertensi Sekunder

Jumlah hipertensi sekunder hanya sekitar 5-10% dari kejadian hipertensi secara

keseluruhan. Hipertensi jenis ini merupakan dampak sekunder dari penyakit tertentu.

Berbagai kondisi yang bisa menyebabkan hipertensi antara lain penyempitan arteri

23
renalis, penyakit parenkim ginjal, hiperaldosteron maupun kehamilan. Selain itu, obat-

obatan tertentu bisa juga menjadi pemicu jenis hipertensi sekunder.

2.2.3 Etiologi Hipertensi

Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Hipertensi Esensial atau Primer

Menurut Lewis (2000) hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana

penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Kurang lebih 90% penderita

hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi

sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun. Pada hipertensi

primer tidak ditemukan penyakit renovakuler, aldosteronism, pheochro-mocytoma,

gagal ginjal, dan penyakit lainnya. Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi

penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah

faktor stress, intake alkohol moderat,merokok, lingkungan, demografi dan gaya hidup.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara

lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit

kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penderita hipertensi

adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan

ke penderita hipertensi esensial. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia

adalah terjadinya perubahan-perubahan pada:

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

24
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur

20 tahun kekmampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer

2.2.4 Faktor Resiko Hipertensi

Hipertensi primer mencakup lebih dari 90% dari keseluruhan kasus hipertensi.

Kurang dari 5-8% klien hipertensi dewasa memiliki hipertensi sekunder; bagaimanapun

juga, terlepas dari jenisnya, hipertensi merupakan akibat dari serangkaian faktor-faktor

genetik dan lingkungan. Faktor-faktor risiko ini digolongkan menjadi yang dapat diubah

dan yang tidak dapat diubah. Edukasi dan perubahan gaya hidup ditujukan pada faktor-

faktor yang dapat diubah (Black & Hwaks, 2014).

1. Faktor-faktor yang tidak dapat di ubah

1) Riwayat Keluarga

Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada seseorang dengan

riwayat hipertensi keluarga, beberapa gen  mungkin berinteraksi dengan yang lainnya dan

juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu.

Kecenderungan genetis yang membuat keluarga tertentu lebih rentan terhadap hipertensi

mungkin berhubungan dengan peningkatan kadar natrium intraselular dan penurunan

rasio kalsium-natrium, yang lebih sering ditemukan pada orang berkulit hitam. Klien

dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih tinggi

pada usia muda.

25
2) Usia

Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa hipertensi

meningkat dengan usia: 50-60% klien yang berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan

darah lebih dari 140/90 mmHg. Penelitian epidemiologi. bagaimanapun juga telah

menunjukkan prognosis yang lebih buruk pada klien yang hipertensinya mulai pada usia

muda. Hipertensi sistolik terisolasi umumnya terjadi pada orang yang berusia lebih dari

50 tahun, dengan hampir 24% dari semua orang terkena pada usia 80 tahun. Di antara

orang dewasa, pembacaan TDS lebih baik dari pada TDD karena merupakan prediktor

yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian di masa depan seperti penyakit jantung

koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal.

3) Jenis Kelamin

Pada keseluruhan insiden, hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan

wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Risiko pada pria dan wanita hampir sama antara

usia 55 sampai 74 tahun; kemudian, setelah usia 74 tahun wanita berisiko lebih besar.

4) Etnis

Statistik mortalitas mengindikasikan bahwa angka kematian pada wanita berkulit

putih dewasa dengan hipertensi lebih rendah pada angka 4,7%; pria berkulit putih pada

tingkat terendah berikutnya yaitu 6,3%, dan pria berkulit hitam pada tingkat terendah

berikutnya yaitu 22,5% angka kematian tertinggi pada wanita berkulit hitam pada angka

29,3%. Alasan peningkatan prevalensi hipertensi di antara orang berkulit hitam tidaklah

jelas, akan tetapi peningkatannya dikaitkan dengan kadar renin yang lebih rendah,

26
sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopresin, tingginya asupan garam, dan tingginya

stres lingkungan.

2. Faktor-faktor yang dapat di ubah

1) Diabetes

 Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dari dua kali lipat pada klien diabetes

menurut beberapa studi penelitian terkini.Diabetes mempercepat aterosklerosis dan

menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar. Oleh karena itu

hipertensi akan menjadi diagnosis yang lazim pada diabetes, meskipun diabetesnya

terkontrol dengan baik. Ketika seorang klien diabetes didiagnosis dengan hipertensi,

keputusan pengobatan dan perawatan tindak lanjut harus benar-benar individual dan

agresif.

2) Stres

Stres meningkatkan resistansi vaskular perifer dan curah jantung serta menstimulasi

aktivitas sistem saraf simpatis. Dari waktu ke waktu hipertensi dapat berkembang. Stresor

bisa banyak hal, mulai dari suara, infeksi, peradangan, nyeri, berkurangnya suplai

oksigen, panas, dingin, trauma, pengerahan tenaga berkepanjangan, respons pada

peristiwa kehidupan, obesitas, usia tua, obat-obatan, penyakit, pembedahan dan

pengobatan medis dapat memicu respons stres. Rangsangan berbahaya ini dianggap oleh

seseorang sebagai ancaman atau dapat menyebabkan bahaya; kemudian, sebuah respons

psikopatologis “melawan-atau-lari” (fight or flight) diprakarsai di dalam tubuh. Jika

respons stres menjadi berlebihan atau berkepanjangan, disfungsi organ sasaran atau

penyakit akan dihasilkan. Sebuah laporan dari Lembaga Stress Amerika (American

27
Institute of Stress) memperkirakan 60% sampai 90% dari seluruh kunjungan perawatan

primer meliputi keluhan yang berhubungan dengan stres. Oleh karena stres adalah

permasalahan persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak

stresor dan respons stres.

3) Obesitas

Obesitas, terutama pada tubuh bagian atas (tubuh berbentuk "apel”), dengan

meningkatnya jumlah lemak sekitar diafragma, pinggang, dan perut, dihubungkan dengan

pengembangan hipertensi. Orang dengan kelebihan berat badan tetapi mempunyai

kelebihan paling banyak di pantat, pinggul, dan paha (tubuh berbentuk “pear”) berada

pada risiko jauh lebih sedikit untuk pengembangan hipertensi sekunder daripada

peningkatan berat badan saja. Kombinasi obesitas dengan faktor-faktor lain dapat

ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga meningkatkan risiko hipertensi.

4) Nutrisi

Konsumsi natrium bisa menjadi faktor penting dalam perkembangan hipertensi

esensial. Paling tidak 40% dari klien yang akhirnya terkena hipertensi akan sensit

terhadap garam dan kelebihan dan garam dan kelebihan garam mungkin menjadi

penyebab pencentus hipertensi pada individu ini :Diet tinggi garam mungkin

menyebabkan pelepasan hormon natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak

langsung meningkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi mekanisme

vasopresor di dalam sistem saraf pusat (SSP). Penelitian juga menunjukkan bahwa

asupan diet rendah kalsium, kalium, dan magnesium dapat berkontribusi dalam

pengembangan hipertensi.

28
5) Penyalahgunaan Obat

Merokok sigaret, mengonsumsi banyak alkohol, dan beberapa penggunaan obat

terlarang merupakan faktor. faktor risiko hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin dalam

rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara

langsung; namun bagaimanapun juga, kebiasaan memakai zat ini telah turut

meningkatkan kejadian hipertensin dari waktu ke waktu. Kejadian hipertensi juga tinggi

di antara orang yang minum 3 ons etanol per hari. Pengaruh dari kafein adalah

kontroversial. Kafein meningkatkan tekanan darah akut tetapi tidak menghasilkan efek

berkelanjutan

2.2.5 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla

spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis

ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap

rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.

29
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi

yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I ysng kemudian diubah menjadi angiotensin II,

suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada sistem

pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada

usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat

dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distesi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,

aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah

yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung

dan peningkatan tahanan perifer.

30
2.2.6 Pathway

Faktor predisposisi : Usia, jenis kelamin, merokok,


stress, kurang olahraga, genetik, alkohol, konsentrasi garam,
obesitas.

HIPERTENSI
Kerusakan vaskuler Tekanan
pembuluh darah Perubahan Sistemik
Situasi darah ↑
Perubahan struktur Defisiensi
Informasi yang pengetahuan
minim Beban kerja
Ansietas
Penyumbatan jantung ↑
pembuluh darah Resistensi
pembuluh darah Nyeri Aliran darah makin
Vasokonstriksi otak ↑ Kepala cepat ke seluruh tubuh,
sedangkan nutrisi
dalam sel sudag
Gangguan Sirkulasi Otak mencukupi kebutuhan

Suplai O₂ ke Krisis Situasional


otak↓
Resiko Metode Koping
ketidakefektifan tidak efektif
perfusi jaringan
otak Ketidakefektifan
Koping
31
Vasokonstriksi
pembuluh darah Iskemik
Ginjal
Merangsang
Blood Flow Retina
Kelebihan PembuluhMiokard
Intoleransi Darah
Respon RAA
ginjal
Aldosteron Resiko
Spasme
Retensi
Volume
Darah↓ 2.1 Modifikasi Cedera
NaArterio
Cairan Vasokonstriksi
Afterload↑
Sistemik
Fatigue Nyeri
Koroner
Gambar Edema
Patofisiologi Hipertensi Aktifitas
2.2.7 Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang

tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat

(Kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil

(edema pada diskus optikus).

Pada tahap awal perkembangan hipertensi tidak ada manifestasi yang dicatat oleh

klien atau praktisi kesehatan. Pada akhirnya tekanan darah akan naik dan jika keadaan ini

tidak “terdeteksi” selama pemeriksaan rutin, klien tetap tidak sadar bahwa tekanan

darahnya naik, jika kondisi ini tetap dibiarkan dan tidak terdiagnosis , tekanan darah akan

terus naik dan manifestasi klinis akan menjadi jelas dan klien akan mengeluh sakit kepala

terus menerus, kelelahan, pusing, berdebar-debar, sesak, pandangan kabur atau

penglihatan ganda, dan mimisan (Black & Hwaks, 2014)

Gejala yang muncul akibat tidak disadarinya tentang kenaikan tekanan darah dari

klien juga akan menunjukkan gejala-gejala tertentu, apabila ada kerusakan vaskuler,

dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh

darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai

nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen  urea

darah (BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan

stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralysis sementara

pada satu sisi (hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan (Brunner & Suddarth, 2005

dalam andra safery wijaya & Putri, 2013). 

32
Corwin (2000) dalam (Andra Safery Wijaya & Putri, 2013) menyebutkan bahwa

sebagian besar gejala klinis timbul : 

1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibatpeningkatan

tekanan darah intrakranial. 

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi 

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat 

4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerplus 

5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

2.2.8 Komplikasi Hipertensi

1. Stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak yang terpajan tekanan

tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke

daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami

aterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba,

seperti orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah

satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau

lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri

secara mendadak.

2. Infark miokard

33
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arteroklerosis tidak

dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus

yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik

dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian

juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran

listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2000).

3. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya membrane glomerulus,

darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan

dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membrane

glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid

plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi

kronik.

4. Gagal jantung

Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat

untuk memompa darah yang menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga

jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan

kerja keras jantung untuk memompa darah.

5. Kerusakan pada Mata

34
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh

darah dan saraf pada mata.

2.2.9 Penatalaksanaan Hipertensi

1. Terapi Non Farmakologi

1) Modifikasi Gaya Hidup

Modifikasi gaya hidup dianjurkan bagi semua pasien yang tekanan darahnya turun

dalam rentang pra-hipertensi (120-139/80-89) dan setiap orang yang menderita hipertensi

intermiten atau menetap. Modifikasi ini mencakup penurunan berat badan, perubahan

diet. pembatasan konsumsi alkohol dan merokok, peningkatan akvitas fisik, dan

penurunan stres (Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Modifikasi Gaya Hidup untuk Hipertensi


1. Pertahankan berat badan normal; turunkan berat badan jika kelebihan berat. 
2. Lakukan modifikasi diet:

1) Makan diet kaya buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak 

2) Mengurangi asupan natrium. 

3) Mengurangi asupan kolesterol, lemak total dan jenuh.

3. Batasi asupan alkohol tidak lebih dari 1 ons etanol (1/2 ons untuk wanita
dan orang berbobot lebih ringan) per hari. 
4. Ikut senam aerobik selama 30 menit setiap hari kerja (5 sampai 6 hari). 
5. Berhenti merokok.

2) Diet

Pendekatan diet untuk menangani hipertensi berfokus pada menurunkan asupan

natrium, mempertahankan asupan kalium dan kalsium yang cukup, dan mengurangi

asupan lemak total dan jenuh. Pembatasan natrium ringan hingga sedang (tidak ada

35
tambahan garam) menurunkan tekanan darah dan memperkuat efek obat-obatan anti-

hipertensi untuk sebagian besar pasien hipertensi. Diet DASH (Dietary Approaches to

Stop Hypertention) telah terbukti bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah. Diet ini

(Gambar 2.3) berfokus pada semua makanan daripada nutrisi itu sendiri. Diet ini kaya

buah dan sayuran (hingga 10 sajian per hari) dan rendah lemak total dan jenuh Penurunan

berat badan dianjurkan untuk pasien yang obes. Penurunan seminimal 4,5 kg menurunkan

tekanan darah pada banyak orang. Diet yang seimbang seperti diet DASH dianjurkan

untuk penurunan berat badan.(Priscilla et al., 2016)

Gambar 2.3 Anjuran Diet DASH

1. Gandum-tujuh sampai delapan sajian per hari 


2.  Sayuran-empat sampai lima sajian per hari 
3. Buah-empat sampai lima sajian per hari 
4. Produk susu tanpa-lemak/rendah-lemak-dua sampai tiga kali sajian per
hari 
5. Daging, unggas, dan ikan-dua atau kurang 3 oz sajian per hari 
6. Kacang, biji-bijian, dan kacang kering-empat sampai lima sajian per
minggu Lemak dan minyak-dua sampai tiga sajian per hari 

7. Permen-lima sajian per minggu (harus rendah lemak)

3) Aktivitas Fisik

 Latihan fisik teratur (seperti berjalan, bersepeda, berlari, atau berenang)

menurunkan tekanan darah dan berperan pada penurunan berat badan, penurunan stres,

dan perasaan terhadap kesejahteraan keseluruhan.  Pasien yang sebelumnya banyak

duduk dianjurkan untuk ikut dalam senam aerobik selama 30 menit sampai 45 menit per

hari setiap hari kerja (5 sampai 6 hari ). Latihan isometrik (seperti latihan bobot) mungkin

tidak tepat karena ini dapat meningkatkan tekanan darah sistolik.

4) Pembatasan Pemakaian Alkohol dan Tembakau

36
konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol yang berlebihan dapat

meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat mempunyai risiko mengalami

hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum alkohol.

Begitupula dengan merokok. Merokok memang tidak berhubungan secara langsung

dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan risiko komplikasi pada

pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke. Nikotin dalam tembakau membuat

jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan

frekuensi denyut jantung serta tekanan darah (Andra Safery Wijaya & Putri, 2013)

Anjuran  asupan alkohol untuk pasien hipertensi adalah tidak lebih dari satu ons

etanol atau dua kali minum per hari. Satu kali minum adalah 12 oz bir, 5 oz anggur, atau

1.5oz dari 80 wiksi yang diperbolehkan. Wanita dan orang berbobot lebih ringan harus

mengurangi batasan ini menjadi separuhnya. Meskipun putus alkohol dapat meningkat

tekanan darah tetapi biasanya sementara dapat berkurang saat berpantang atau

pembatasan asupan dilanjutkan

Meskipun nikotin adalah suatu vasokonstriktor , data signifikan yang

menghubungkan merokok dengan hipertensi kurang. Meskipun begitu, terdapat hubungan

pasti antara merokok dan penyakit jantung. Pasien yang merokok berat didesak untuk

berhenti. Merokok juga menurunkan efek beberapa obat-obatan antihipertensi seperti

propanolol (Inderal). Alat bantu berhenti merokok seperti patch nikotin dan permen karet

mengandung jumlah nikotin rendah dan biasanya menaikkan tekanan darah (Priscilla et

al., 2016)

37
5) Penurunan Stres

Stres menstimulasi sistem saraf simpatis, meningkatkan vasokonstriksi, resistensi

vaskular sistemik, curah jantung, dan tekanan darah. Latihan fisik sedang dan teratur

adalah penanganan pilihan untuk menurunkan stres pada pasien hipertensi. Teknik

relaksasi seperti umpan balik biologis, sentuhan terapi, yoga, dan meditasi untuk

menenangkan pikiran dan tubuh juga dapat menurunkan tekanan darah, meskipun

efeknya belum terbukti pada penatalaksanaan hipertensi (Priscilla et al., 2016)

2. Terapi Farmakologi

Terapi farmakologik saat ini terhadap hipertensi melibatkan pemakaian satu kelas

obat atau lebih berikut: diuretik, penyekat beta-adrenergik, simpatolitik kerja pusat,

vasodilator, inhibitor angiotensin-converting enzyme (ACE), penyekat reseptor

angiotensin II (ARB), dan penyekat saluran kalsium. Untuk sebagian besar pasien, dua

obat antihipertensi atau lebih yang dipilih dari kelas obat yang berbeda diperlukan untuk

mendapatkan kontrol yang efektif. Kelas obat ini mempunyai tempat kerja yang berbeda.

Beberapa golongan diuretik sudah tersedia, umumnya digolongkan berdasarkan

tempat kerjanya di ginjal. Tiazid dan diuretik mirip tiazid (misal, hidroklorotiazid,

klortalidon) menyekat reabsorpsi natrium terutama di tubulus kontortus distal. Diuretik

loop (misal, furosemid, bumetanid, asam etakrinat, dan torsemid) menyekat reabsorpsi

natrium di ansa henle asenden yang tebal dan merupakan agen yang efektif pada pasien

dengan insufisiensi ginjal (kreatinin >2,5 mg/dl). Spironolakton, agen hemat kalium,

bekerja secara kompetitif menghambat kerja aldosteron di ginjal. Triamteren dan

amilorid adalah obat-obat hemat kalium yang bekerja di tubulus kontortus distal untuk

menghambat sekresi ion kalium. Diuretik hemat kalium bila digunakan sendiri adalah

38
agen yang lemah, karena itu, diuretik ini sering digabung dengan tiazid untuk menambah

potensinya (L.lin & Rypkema, 2010)

1) Kelas Obat

 Diuretik adalah terapi pilihan untuk hipertensi sistolik pada lansia. Diuretik relatif

aman  dan obat yang ditoleransi dengan baik, selain itu, sebagian besar relatif murah.

Diuretik tiazida, seperti seperti hidrokloro tiazida (HydroDIURIL), secara luas

digunakan. Pada beberapa studi klinis besar, terapi dengan diuretik tunggal pengontrol

tekanan darah pada sekitar 50% pasien dan penurunan kesakitan dan kematian terkait

hipertensi dikaitkan dengan penyakit jantung koroner. Diuretik mengontrol hipertensi

terutama dengan mencegah reabsorpsi natrium di tubulus sehingga meningkatkan

ekskresi natrium dan air dan menurunkan volume darah. Diuretik tiazida juga

menurunkan resistensi vaskular sistemik lewat mekanisme yang tidak diketahui. Diuretik

khususnya efektif pada orang kulit hitam dan pasien yang kegemukan, lansia, atau yang

mengalami kenaikan volume plasma dan aktivitas renin rendah.

Efek merugikan diuretik umumnya terkait dosis. Selain hipokalamia, diuretik dapat

memengaruhi kadar serum glukosa, trigliserida, asam urat, lipoprotein densitas-rendah,

dan insulin.Pasien gagal jantung, penyakit jantung koroner, atau diabetes pada awalnya

dapat diobati dengan penyekat beta. Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah, tampak

jelas dengan menurunnya resistensi vaskular perifer. Selain itu juga mengurangi jumlah

renin yang dilepaskan oleh ginjal dengan menghambat reseptor beta, di ginjal. Penyekat

beta menurunkan risiko komplikasi seperti gagal jantung  dan stroke. Namun, obat ini

39
relatif dikontraindikasikan untuk pasien asma atau penyakit paru obstruktif kronik,

karena meningkatkan konstriksi bronkial.

Inhibitor ACE dan ARB juga umum digunakan pada pengobatan awal hipertensi,

khususnya untuk pasien yang menderita diabetes atau menderita gagal jantung, riwayat

MI, atau penyakit ginjal kronik. Inhibitor ACE menghambat pembentukan angiotensin II

dengan menghambat kerja enzim pengubah angiotensin. Angiotensin II adalah suatu

konstriktor kuat yang juga menstimulasi pelepasan aldosteron dari kelenjar adrenal;

dengan menghambat kerjanya mencegah vasokonstriksi dan retensi natrium dan air yang

dihasilkan dari pelepasan aldosteron. ARB mempunyai efek sangat mirip, meskipun

kerjanya adalah menghambat reseptor angiotensin II, sehingga mencegah vasokonstriksi

dan efek perluasan volume.

Beberapa kelas obat bekerja lewat kemampuannya untuk meningkatkan

vasodilatasi dan menurunkan resistensi vaskular perifer. Penyekat alfa seperti prazosin

dan terazo sin menghambat stimulasi reseptor-al pada arteriol dan vena, mencegah

vasokonstriksi. Karena kemampuan untuk melebarkan baik arteriol maupun vena,

penyekat alfa dapat menyebabkan hipotensi ortostatik signifikan, khususnya setelah dosis

awal. Penyekat saluran kalsium meng hambat pelebaran arteriol, pengatur utama

resistensi vaskular perifer.

Obat-obatan ini dapat menyebabkan takikardia refleks. Sebagian penyekat saluran

kalsium, verapamil dan diltiazem khususnya, juga menekan fungsi jantung, menurunkan

isi sekuncup dan curah jantung. Takikardia refleks minimal dengan penyekat saluran

kalsium ini. Vasodilator kerja-langsung seperti hidralazin dan minoksidil juga secara

langsung memengaruhi arteriol, menurunkan resistensi vaskular perifer. Obat-obatan ini

40
mempunyai efek kecil pada vena, sehingga risiko hipotensi ortostatik minimal. Namun,

obat ini dikaitkan dengan takikardia refleks dan retensi cairan, sehingga jarang diberikan

sebagai regimen pengobatan obat tunggal.

Faktor lain yang dipertimbangkan dalam memilih obat-obatan untuk mengobati

hipertensi mencakup karakteristik demografi pasien, kondisi penyerta, kualitas hidup,

biaya, dan kemungkinan interaksi di antara obat obatan yang diprogramkan. Pada

umumnya, diuretik dan penyekat beta adalah obat paling efektif untuk mengobati

hipertensi pada orang Kulit Hitam dibanding penyekat beta atau inhibitor ACE. Penyekat

beta dipilih untuk mengobati hipertensi dengan penyerta penyakit jantung koroner dan

angina, tetapi dikontraindikasikan bagi pasien yang menderita asma atau depresi.

Penyekat beta juga menurunkan toleransi latihan dan dapat berpengaruh merugikan pada

gaya hidup sebagian pasien.

2) Regimen Obat

Pengobatan biasanya dimulai menggunakan obat antihipertensi pada dosis rendah.

Kecuali diindikasikan sebaliknya, diuretik dianjurkan sebagai obat pilihan awal. Dosis

secara perlahan dinaikkan kecuali kontrol tekanan darah optimal dicapai. Jika obat tidak

secara efektif menurunkan tekanan darah atau mempunyai efek samping yang

menimbulkan masalah maka obat berbeda dari kelas obat antihipertensi lain

menggantikan. Di sisi lain, jika obat tersebut ditoleransi dengan baik tetapi tidak dapat

menurunkan tekanan darah ke tingkat yang diharapkan maka obat kedua dari kelas lain

dapat ditambahkan ke regimen terapi.

41
Penanganan pasien pada hipertensi derajat 2 umumnya lebih agresif untuk

menimimalkan risiko MI, gagal jantung, atau stroke. Ketika tekanan darah rata-rata lebih

dari 200/120, terapi segera dan perawatan di rumah sakit sangat diperlukan.

Setelah satu tahun kontrol hipertensi efektif, upaya untuk menurunkan dosis dan

jumlah obat-obatan dapat dilakukan. Ini dikenal sebagai terapi penurunan. Upaya ini

lebih berhasil pada pasien yang sudah melakukan modifikasi gaya hidup. Monitoring

tekanan darah yang saksama diperlukan selama dan setelah terapi penurunan karena

tekanan darah sering kali naik lagi ke tingka hipertensi.

3.1Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

2.3.1 Pengertian

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang komplek dengan

menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan indivisu

sebagai anggota keluarga.(Harmoko, hal 69: 2012)

2.3.2 Pengkajian

1. Data umum

1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan

pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau

inisial, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala keluarga,

status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan genogram (genogram

keluarga dalam tiga generasi)

2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang

terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

42
3) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala keluarga

maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga lainnya.

4) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat

kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung tempat rekreasi, namun

menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakn aktivitas rekreasi.

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga

inti.

2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana tugas

perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.

3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi:

riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing, anggota, dan

sumber

4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua (seperti apa

kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari

kedua orang tua.

3. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar mandi, dapur,

kamar tidur, kebersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi dan perasaan

secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah mereka

2) Karakteristik Tetangga di komunitas

43
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga komunitas setempat yang

meliputi : kebiasaan, lingkungan fisik, aturan penduduk setempat, budaya

setempat yang mempengaruhi kesehatan

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan

keluarga yang ada.

4) Sistem pendukung keluarga

Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari anggota keluarga dan

jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.

4. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Dilakukan pengkajian pada pola kebutuhan keluarga dan responnya. Apakah

anggota keluarga merasakan kebutuhan individu lain dalam keluarga, apakah

anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana mereka saling

mendukung satu sama lainnya

2) Fungsi sosialisasi

Bagaimana keluarga menanamkan disiplin, penghargaan dan hukuman bagi

anggota keluarga, bagaimana keluarga melatih otonomi dan ketergantungan,

memberi dan menerima cinta, serta latihan perilaku yang sesuai

5. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan panjang

Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan

Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan

44
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh mana

keluarga berespon terhadap situasi

3) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang digunakan

keluarga bila menghadapi permaslahan

4) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi

disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah.

6. Fungsi perawatan kesehatan

1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.


Data yang dikaji adalah apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang
sedang diderita anggota keluarga, apakah keluarga mengerti tentang arti dari tanda
dan gejala penyakit yang diderita anggota keluarga. Bagaimana persepsi keluarga
terhadap masalah kesehatan anggota keluarga, bagaimana persepsi keluarga
terhadap upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.
Data yang dikaji adalah bagaimana kemampuan keluarga mengambil
keputusan apabila ada anggota keluarga yang sakit, apakah diberikan tindakan
sendiri di rumah atau dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Siapa yang
mengambil keputusan untuk melakukan suatu tindakan apabila anggota keluarga
sakit, bagaimana proses pengambilan keputusan dalam keluarga apabila ada
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Data yang dikaji adalah bagaimana keluarga mampu melakukan perawatan
untuk anggota keluarganya yang mengalami masalah kesehatan. Apakah keluarga
mengetahui sumber-sumber makanan bergizi, apakah diet keluarga yang
mengalami masalah kesehatan sudah memadai, siapa yang bertanggung jawab
terhadap perencanaan belanja dan pengolahan makanan untuk anggota keluarga
yang sakit, berapa jumlah dan komposisi makanan yang dikonsumsi oleh keluarga
yang sakit sehari, bagaimana sikap keluarga terhadap makanan dan jadual makan.

45
Apakah jumlah jam tidur anggota keluarga sesuai dengan perkembangan, apakah
ada jadual tidur tertentu yang harus diikuti oleh anggota keluarga, fasilitas tidur
anggota keluarga. Bagaimana kebiasaan olah raga anggota keluarga, persepsi
keluarga terhadap kebiasaan olah raga, bagaimana latihan anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan. Apakah ada kebiasaan keluarga mengkonsumsi
kopi dan alkohol, bagaimana kebiasaan minum obat pada anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan, apakah keluarga secara teratur menggunakan
obat-obatan tanpa resep, apakah obat-obatan ditempatkan pada tempat yang aman
dan jauh dari jangkauan anak-anak. Apakah yang dilakukan keluarga untuk
memperbaiki status kesehatannya, apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah
terjadinya suatu penyakit, apa yang dilakukan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit, apakah ada keyakinan, sikap dan nilai-nilai dari keluarga dala
hubungannya dengan perawatan di rumah. Contoh: ketika ada anggota keluarga
yang sakit, misalnya hipertensi, apakah keluarga sudah memberikan diet rendah
garam, mengingatkan minum obat secara teratur, mengingatkan untuk kontrol ke
pelayanan kesehatan, dan mengingatkan untuk olah raga.
4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat.
Data yang dikaji adalah bagaimana keluarga mengatur dan memelihara
lingkungan fisik dan psikologis bagi anggota keluarganya. Lingkungan fisik,
bagaimana keluarga mengatur perabot rumah tangga, menjaga kebersihannya,
mengatur ventilasi dan pencahayaan rumah. Lingkungan psikologis, bagaimana
keluarga menjaga keharmonisan hubungan antaranggota keluarga, bagaimana
keluarga memenuhi privasi masing-masing anggota keluarga.
5) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
Data yang dikaji adalah apakah keluarga sudah memanfaatkan fasilitas
pelayanankesehatan yang mudah dijangkau dari tempat tinggalnya, misalnya
Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, dan Rumah Sakit terdekat dengan
rumahnya. Sumber pembiayaan yang digunakan oleh keluarga, bagaimana
keluarga membayar pelayanan yang diterima, apakah keluarga masuk asuransi
kesehatan, apakah keluarga mendapat pelayanan kesehatan gratis. Alat
transportasi apa yang digunakan untuk mencapai pelayanan kesehatan, masalah

46
apa saja yang ditemukan jika keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
umum.
6) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: berapa
jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga,
metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota
keluarga (Friedman, 2010).
7) Fungsi ekonomi
Data yang diperlukan meliputi bagaimana keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi yang terdiri atas data jenis
pekerjaan, jumlah penghasilan keluarga, jumlah pengeluaran, bagaimana keluarga
mampu mencukupi semua kebutuhan anggota keluarga, bagaimana pengaturan
keuangan dalam keluarga.
7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga. Metode yang


digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
8. Harapan

Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan yang ada.

2.3.3 Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga,

atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa

data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana

perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya (Harmoko, hal 86; 2012)

Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, hal 86; 2012)

1. Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga

47
dan memerlukan waktu yang cepat

2. Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi

maslah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat

3. Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah mampu

memenuhi kebutuhan kesehatannya.

Cara Menentukan Diagnosa Prioritas

No. Kriteria Nilai Bobot


1. Sifat masalah
–          Tidak / kurang sehat 2
1
–          Ancaman kesehatan 2

–          Keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


–          Mudah 2
2
–          Sebagian 1

–          Tidak dapat 0

3 Potensi masalah untuk dicegah


–          Tinggi 3
1
–          Cukup 2

–          Rendah 1

4 Menonjolnya masalah 2
–          Masalah berta harus segera
ditangani 1
1
–          Ada masalah tetapi tidak
perlu segera ditangani

–          Masalah tidak dirasakan 0

48
Dengan metode sebagai berikut :

1. Tentukan skor untuk tiap kriteria

2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria

4. Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot.

Kriteria I (sifat masalah)

1) Kurang / tidak sehat

(1) Keadaan sakit (sesudah atau sebelum didiagnosa)

(2) Gagal dalam pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sesuai dengan

pertumbuhan normal.

2) Ancaman kesehatan

(1) Penyakit keturunan, seprti asma, DM, dll

(2) Anggota keluarga ada yang menderita penyakit menular, seperti TBC, gonore,

hepatitis, dll

(3) Jumlah anggota terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan sumber daya

keluarga

(4) Keadaan yang menimbulkan sters (hubungan keluarga tidak harmonis,

hubungan orang tua dan anak yang tegang, orang tua yang tidak dewasa)

(5) Sanitasi lingkungan yang buruk

(6) Kebiasaan yang merugikan kesehatan (merokok, minuman keras, dll)

(7) Riwayat persalinan sulit

(8) Imunisasi anak yang tidak lengkap

3) Situasi krisis

49
(1) Perkawinan

(2) Kehamilan

(3) Persalinan

(4) Masa nifas

(5) Penambahan anggota keluarga (bayi)

(6) Dll

BAB 3Kriteria II (kemungkinan masalah dapat diubah)

1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknolog dan tindakan untuk menangani masalah

2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keungan dan tenaga.

3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan waktu

4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan

sokongan masyarakat.

BAB 4Kriteria III (potensial masalah dapat dicegah)

1) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit/masalah

2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada.

3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam

memperbaiki masalah

4) Adanya kelompok “High Risk: atau kelompok yang sangat peka menambah

potensi untuk mencegah masalah.

50
BAB 5Kriteria IV (menonjolnya masalah): perawat perlu menilai persepsi atau

bagaiamana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.

51
BAB 6Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul menurut (IPKKI,

2017) adalah :

Domain Kelas Kode Rumusan diagnosa keperawatan


Domain 1: Kelas 2: 00080  Ketidakefektifan manajemen
Promosi Manajemen regimen teraupetik keluarga
Kesehatan Kesehatan 00099  Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan
00188  Perilaku kesehatan cenderung
beresiko
Domain 4: Kelas 5: 00098 Hambatan pemeliharaan rumah
Aktivitas/Istirah Perawatan Diri
at
Domain 5: Kelas 4: Kognisi 00222 Ketidakefektifan kontrol impuls
Persepsi/Kognisi

Kelas 5: Kesiapan meningkatkan komunikasi


Komunikasi hubungan
00157  Konflik peran orangtua
00055  Ketidakefektifan performa peran
00052  Hambatan interaksi sosial
Domain 9: Kelas 2: 00074  Penurunan koping keluarga
Koing/Toleransi Respon Koping 00073  Ketidakmampuan koping
Stress 00075 keluarga
 Kesiapan meningkatkan koping
00226 keluarga
 Risiko ketidakefektifan
00212 perencanaan aktivitas
 Kesiapan meningkatkan
penyesuaian
Domain 10: Kelas 3: 00083  Konflik pengambilan keputusan
Prinsip Hidup Nilai/Keyakinan 00170  Risiko hambatan religiositas
/Aksikongruen 00184  Kesiapan meningkatkkan
pengambilan keputusan
Domain 11: Kelas 4: 00181  Kontaminasi
Keamanan/ Hazard 00180  Resiko kontaminasi
Proteksi Lingkungan
Perawatan 10029841  Masalah ketenagakerjaan
Keluarga 10023078  Gangguan proses keluarga
10022473  Kurangnya dukungan keluarga
10022753  Masalah dukungan social
10035744  Masalah hubungan

52
10032364  Risiko gangguan koping keluarga
Promosi Health Promotion 10023452  Kemampuan untuk
Kesehatan mempertahankan kesehatan
10000918  Gangguan mempertahankan
10032386 kesehatan
 Risiko bahaya lingkungan
Manajemen 10021994 Kurangnya pengetahuan tentang
perawatan penyakit
jangka panjang
Medikasi 10022635 Gangguan kemampuan untuk
manajemen pengobatan
Social 10029887  Tinggal dirumah
10029904  Masalah perumahan
10022563  Pendapatan yang tidak memadai
10022753  Kurangnya dukungan sosial
Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul adalah
hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5 unsur sebagai
berikut :

1. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada anggota
keluarga
2. Ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit hipertensi
3. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
4. Ketidak mampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit hipertensi
5. Ketidak mampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan hipertensi

6.1.1 Perencanaan

Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang

direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi

masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah di identifikasi (Harmoko, hal

93; 2012).

53
Langkah-langkah mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga

(Harmoko, hal 94; 2012)

1. Menentukan sasaran atau goal

2. Menentukan tujuan dan objek

3. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan

4. Menentukan kriteria dan standar kriteria.

Dx. Keperawatan Tujuan & Kriteria NOC NIC


Hasil
Manajemen Tujuan: Keluarga 1. Keluarga 1. Keluarga mampu
kesehatan keluarga mengenal cara mampu mengenal masalah
tidak efektif . pengaturan diet bagi mengenal  Berikan penkes
anggota keluarga yang masalah sesuai pendidikan
mengalami hipertensi (mengerti, klien
setelah dua kali memamhmi, dan  Diskusikan dengan
kunjungan rumah menjelakan keluarga tentang
Kriteria Hasil: kembali penkes penyakit
1. Keluarga dapat yang dilakukan 2. Keluarga mampu
menyebutkan perawat) mengambil keputusan
secara sederhana 2. Keluarga mengenai masalah
batasan pengaturan mampu  Berikan informasi
diet bagi anggota mengambil yang diminta klien
keluarga yang keputusan  Dukung keluarga
mengalami mengenai membuat keputusan
hipertensi masalah  Buat harapan untuk
2. Keluarga dapat (keluarga mampu mengambil
menyebutkan membuat keputusan
penyebab keputusan untuk 3. Keluarga mampu
hipertensi keluarganya merawat anggota
3. Keluarga dapat dengan bantuan keluarga yang sakit
menyebutkan tanda perawat dan  Dukung pemberian
dan gejala penyakit berharap baik perawatan
hipertensi dengan kputusan
 Identifikasi
4. Keluarga dapat yang telah
kemampuan anggota
menyebutkan diambil)
untuk terlibat dalam
pencegahan dan 3. Keluarga
perawatan
pengobatan secara mampu merawat
 Diskusikan
lisan anggota keluarga
pemilihan jenis
yang sakit
perawatan di rumah

54
(keluarga  Ajarkan perawatan
melakukan menu diet hipertensi
tindakan yang 4. Keluarga mampu
telah dipiih untuk memodifikasi
keluarganya yang lingkungan untuk
sakit dengan mencegah penyakit
bantuan perawat)  Ajarkan cara
4. Keluarga memodifikasi
mampu lingkungan untuk
memodifikasi mencegah dan
lingkungan untuk mengatasi penyakit
mencegah  Motivasi keluarga
penyakitt untuk melakukan apa
(keluarga mampu yang telah diajarkan
menjauhkan 5. Keluarga mampu
benda-benda memanfaatkan fasilitas
yang berisiko ) terdekat
5. Keluarga  Tentukan apakah
mampu klien mempunyai
memanfaatkan kemampuan yang
fasilitas memadai tentang
kesehatan kondisi kesehatan
terdekat  Lakukan konsultasi
(keluarga mampu  Lakukan rujukan
untuk melakukan
pemmeriksaan
kesehatan ke
fasilitas terdekat)

55
6.1.2 Implementasi

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga

dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga

dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat (Harmoko, hal 97;

2012)

Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini (Harmoko,

hal 98; 2012)

1. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan

kesehatan dengan cara memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi

kebutuhan, dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi

yang sehat terhadap masalah

2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan

cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn tindakan,

mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan

konsekuensi setiap tindakan

3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit

dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan

fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan

4. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi

sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara

mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara

56
menggunakan fasilitas tersebut.

6.1.3 Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian

diberikan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/ belum berhasil, maka perlu

disusun rencana baru yang sesuai (Harmoko, hal 100; 2012)

57
DAFTAR PUSTAKA

Andra Safery Wijaya, & Putri, Y. M. (2013). Kmb1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori Dan Contoh Askep (pertama). Nuha Medika.
Asikin, M., Nuralamsyah, M., & Susaldi. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistim
Kardiovaskular (R. Astikawati & E. K. Dewi (eds.)). Penerbit Erlangga.
www.erlangga.co.id
Black, joyce m, & Hwaks, jane hokanson. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. Salemba Medika.
IPKKI. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan; Individu, Keluarga, Kelompok dan Komunitas
dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat. UI-
Press.
L.lin, T., & Rypkema, scoff w. (2010). Manual Washington Terapi Rawat Jalan ( patricius
cahanar luqman yanuar rachman , peni yulia nastiti (ed.)). penerbit buku kedokteran EGC.
https://doi.org/978-979-448-942-0
Priscilla, L., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Ed.5 Vol.3 (Ayu Linda (ed.); 5th ed.). penerbit buku kedokteran EGC.
Yasmara, D., Nursiswati, & Arafat, R. (2017). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal -
Bedah : Diagnosis Nanda-1 2015-2017 intervensi Nic Hasil Noc. Buku Kedokteran EGC.
Bailon, Salvacion G. 1978. Family Health Nursing. University of The Philippines.
Diliman
Dodiet Aditya Setyawan.2012.MK. Asuhan Kebidanan Komunitas I – Konsep Dasar Keluarga.
Program Studi Diploma IV Kebidanan Komunitas Jurusan Kebidanan Poltekkes
Surakarta tidak dipublikasikan
Effendy. Nasrul.(1998). Dasar – dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta :
EGC
Friedman, M. M.(1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek (Family Nursing Teory
and Practice). Edisi 3. Alih bahasa Ina debora R. L. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahyudi. 2008. Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
Setiadi. 2008. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta: Graha Ilmu
Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti,
Sari Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC.
Jakarta. 2006
Suprajitno S Kep.2004.Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik.. Jakarta:EGC

58
59

Anda mungkin juga menyukai