Anda di halaman 1dari 15

1.

1 Konsep Peran Keluarga

A. Definisi peran

Peran adalah ketika seseorang memasuki lingkungan masyarakat, baik dalam


skala kecil (keluarga) maupun skala besar (masyarakat luas), setiap orang dituntut
untuk belajar mengisi peran tertentu. Peran sosial yang perlu dipelajari meliputi dua
aspek, yaitu belajar untuk melaksanakan kewajiban dan menuntut hak dari suatu
peran ,dan memiliki sikap, perasaan, dan harapan-harapan yang sesuai dengan peran
tersebut (Momon Sudarman,2008).

B. Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Peran

Menurut Kurniawan (2008) faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan


peran serta meliputi:

1. Kelas sosial Fungsi dari peran suami tertentu dipengaruhi oleh tuntutan
kepentingan dan kebutuhan yang ada dalam keluarga.

2. Bentuk keluarga Keluarga dengan orang tua tunggal jelas berbeda dengan
orang tua yang masih lenkap demikian juga antara keluarga inti dengan keluarga
besar yang beragam dalam pengambilan keputusan dan kepentingan akan rawan
konflik peran.

3. Latar belakang keluarga

a. Kesadaran dan Kebiasaan Keluarga

Kesadaran merupakan titik temu atau equilibrium dari berbagai pertumbuhan


dan perbandingan yang menghasilkan keyakinan.

b. Sumber Daya Keluarga

Sumber daya atau pendapatan keluarga merupakan penerimaan sesorang


sebagai imbalan atas semua yang telah dilakuakan tenaga atau pikiran seseorang
terhadap orang lain atau organisasi lain.
3. Siklus Keluarga

Sesuai dengan fungsi keluarga yang sedang dialami juga merupakan hal yang
dapat mempengaruhi peran karena perbedaan kebutuhan dan kepentingan. Didalam
siklus keluarga peran anggota berbeda misalnya ibu berperan sebagai asuh, asah dan
asih, ayah sebagai pencari nafkah dan anak tugasnya belajar dan menuntut ilmu.

4. Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2007), Pengetahuan atau kognitif merupakan domain


yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).

Menurut Effendy (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran


serta meliputi :

a. Faktor internal meliputi: usia, pendidikan, pekerjaan, dan motivasi.


b. Faktor eksternal meliputi: lingkungan social, fasilitas,media.

C. Macam-macam Peran

1. Peran Formal Keluarga


a. Peran Prenteral dan Perkawinan
b. Peran Anak
c. Peran Kakek/Nenek
2. . Peran Informal Keluarga
a. Pendorong
b. Pengharmonis
c. Inisiator-konstributor
d. Pendamai
e. Penghalang
f. Dominator
g. Penghubung keluarga

D. Ciri-Ciri Peran

Anderson Carter dalam Andarmoyo (2012) menyebutkan cirri-ciri peran


antara lain :

a. Terorganisasi, yaitu adanya interaksi

b. Terdapat keterbatasan dalam menjalankan tugas dan fungsi

c. Terdapat perbedaan dan kekhususan

1.2 Konsep keluarga

A. Pengertian keluarga

Definisi yang di kemukakan oleh Departemen Kesehatan 1988 adalah unit


terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Effendy, 2008).

Pengertian yang dikemukakkan oleh Salvicion G. Bilon dan Aracelis


Magglaya (1989), keluaraga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau satu sama lain, dan didalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,
Marlin, M., 2008).

B. Ciri-ciri Struktur Keluarga

Menurut Effendy, N (2008), ciri stuktur keluarga adalah :

1. Terorganisasi, saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota


keluarga.

2. Ada keterbatasan, setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga


mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas masing-masing.
3. Adanya perbedaan dan kekhususan, setiap anggota keluarga mempenyai
peranan dan fungsi masing-masing.

C. Tipe keluarga

Tipe keluarga, menurut Andarmoyo (2012) adalah:

1. Tradisional nuclear / keluarga inti


Keluarga inti adalah yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, tinggal
dalam satu rumah, dimana ayah adalah pencarian nafkah dan ibu sebagai
ibu rumah tangga.
2. Keluarga pasangan suami istri
Merupakan keluarga dimana pasangan suami istri keduanya bekerja
diluar rumah.
3. Keluarga tanpa anak atau dyadic nuclear
Merupakan keluarga yang dimana suami-istri sudah berumur, tetapi
tidak mempunyai anak.
4. Commuter Family
Yaitu keluarga dengan pasangan suami istri terpisah tempat tinggal
secara sukarela karena tugas dan pada kesempatan tertentu keduanya
bertemu dalam satu rumah.
5. Reconstituted Nuclear
Merupakan pembentukan keluarga baru dari keluarga inti melalui
perkawainan kembali suami/istri, tinggal dalam satu rumah dengan
anaknya, baik anak bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
perkawinan baru.
6. Keluarga besar
Merupakan salah satu bentuk keluarga dimana pasangan suami istri
sama-sama melakukan pengaturan dan belanja rumah tangga dengan
orang tua, sanak saudara, atau kerabat dekat lainnya.
7. Keluarga dengan orang tua tunggal
Keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua antara ibu atau ayah.
8. Keluarga Nontradisional
Bentuk-bentuk varian keluarga non tradisional meliputi bentuk-
bentuk keluarga yang sangat berbeda satu sama lain, baik dalam stuktur
maupun dinamikanya, meskipun lebih memiliki persamaan atau sama lain
dalam hal tujuan dan nilai daripada keluarga inti tradisional.

D. Tujuan Dasar Keluarga

Menurut Andarmoyo (2012) tujuan dasar keluarga terdiri dari :

1. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat


terhadap perkembangan individu.
2. Keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota
keluarga dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
3. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota
keluarga dengan menstabilkan kebutuhan kasih sayang, sosiol
ekonomi dan kebutuhan seksual.
4. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan
identitas seorang individu dan perasaan harga diri.

E. Fungsi dan Tugas keluarga

Menurut Mubarak, dkk, (2009) fungsi dan tugas keluarga adalah:


1. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan,
memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi
keluarga.

2. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman


bagi keluarga, memberikan perhatian di antara keluarga, memberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas
pada keluarga.

3. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk


norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
masing-masing, dan meneruskan nilai-nilai budaya.

4. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk


memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk
memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang.

5. Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan


pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk
kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya
sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya.

F. Stuktur Keluarga

Menurut Harnilawati, 2013, struktur bagaimana keluarga


melaksanakan fungsi, keluarga di masyarakat. Stuktur keluarga terdiri
dari bermacam-macam di antaranya adalah:

1. Patrilineal Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah


dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ayah.

2. Matrilineal Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara


sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.

4. Patrilokal Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga


sedarah suami.

5. Keluarga kawin Hubungan suami istri sebagai dasar bagi


pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

1.3 Konsep Pendidikan Kesehatan


A. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang


dianmis, dimana perubahan tersebut bukan sekadar proses transfer
materi atau teori dar seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut tejadi akibat
adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok, dan masyarakat
itu sendiri (Wahit dkk, 2006 dalam Mubarak & Chayatin, 2009).
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di
dalam bidang kesehatan (Sumijatun, dkk, 2006).

B. Tujuan Pendidikan Kesehatan


Menurut Mubarak & Chayatin (2009) tujuan utama
pendidikan kesehatan adalah agar individu mampu untuk:
a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.

b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap


masalah kesehatan yang dihadapi dengan sumber daya
yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari
luar.
c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk
meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan
masyarakat.

C. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan


Menurut Mubarak & Chayatin (2009) Ruang lingkup
pendidikan kesehatan terdiri dari:

1. Dimensi Sasaran Berdasarkan dimensi sasarannya,


pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:

a) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.


b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran
masyaraka.

2. Dimensi tempat pelaksanaan

Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat,


dengan sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya:
a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan disekolah
dengan sasaran murid.
b. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah
sakit dengan sasaran pasien atau keluarga pasien.
c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja, dengan
sasaran buruh atau karyawan yang bersangkutan.

3. Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan Menurut


Leavel&Clark, pendidikan kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of
prevention), yaitu sebagai berikut :
a. Peningkatan kesehatan Peningkatan status kesehatan
masyarakat dilakukan melalui beberapa kegiatan berikut ini.
1. Pendidikan kesehatan
2. Penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM) seperti penyuluhan
tentang masalah gizi.
3. Pengamatan tumbuh kembang anak (growth and development
monitoring).
4. Pengadaan rumah sehat
5. Konsultasi perkawinan.
6. Pendidikan seks
7. Pengendalian lingkungan.
8. Program P2M (pemberantasan penyakit menular) melalui
kegiatan imunisasi dan pemberantasan vektor.
9. Stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga dan
asuhan keperawatan pada anak atau balita serta tentang
penyuluhan tentang pencegahan terhadap kecelakaan.
10. Program kesehatan lingkungan dengan tujuan menjaga
lingkungan hidup manusia agar aman dari bibit penyakit
seperti bakteri, virus, dan jamur serta mencegah kemungkinan
berkembangnya vektor.
11. Asuhan keperawatan pre-natal dan pelayanan keluarga
berencana.
12. Perlindungan gigi.
13. Penyuluhan untuk pencegahan keracuna.

Prinsip-Prinsip Pendidikan Kesehatan

Menurut Mubarak & Chayatin (2009) prinsip-prinsip pendidikan


kesehatan adalah:

1. Belajar mengajar berfokus pada klien, pendidikan klien adalah


hubungan klien yang berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik.
2. Belajar mengajar bersifat menyeluruh, artinya dalam memberikan
pendidikan kesehatan harus dipertimbangkan klien secara kesehatan tidak
hanya berfokus pada muatan spesifik saja.

3. Belajar mengajar negoisasi. Dimana petugas kesehatan dan klien


bersama-sama menentukan apa yang telah diketahui dan apa yang penting
untuk diketahui.

4. Belajar mengajar yang interaktif, dimana proses belajar-mengajar


adalah suatu proses yang dinamis dan interaktif, yang melibatkan partisipasi
dari petugas kesehatan dan klien.

5. Pertimbangan usia dalam pendidikan kesehatan, untuk menumbuh


kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran,
sehingga perlu dipertimbangkan usia klien dan hubungan dengan proses
belajar mengajar.

Peran Pendidikan Kesehatan

Menurut Mubarak & Chayatin (2009) Peran pendidikan kesehatan


yaitu untuk melakukan intervensi perilaku, sehingga perilaku individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
Nursalam dan Effendy (2008) menyatakan bahwa pendidikan sangat berperan
besar dalam membentuk mutu kehidupan seseorang baik pendidikan secara
formal dibangku sekolah ataupun non formal di luar sekolah, karena hakekat
pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan yang dapat membantu
dalam proses pencegahan tentang masalah kesehatan, dan dalam upaya
meningkatkan kesehatan, dengan cara memberikan pemahaman tentang
syarat-syarat pemeliharaan kesehatan melalui pendidikan kesehatan.

Adapun strategi pendidikan kesehatan yang digunakan dalam


intervensi faktor perilaku dapat dikembangkan dalam berbagai disiplin ilmu
melalui pembelajaran pada mata ajar sebagai berikut :
1. Komunikasi.
2. Dinamika kelompok.
3. Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat.
4. Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa.
5. Pemasaran Sosial.
6. Pengembangan Organisasi.
7. Pendidikan dan Pelatihan.
8. Pengembangan Media.
9. Perencanaan dan Evaluasi Pendidikan Kesehatan.
10. Antropologi Kesehatan.
11. Sosiologi kesehatan.
12. Psikologi kesehatan.

Metode Pendidikan Kesehatan

Metode pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan pendekatan yang


digunakan dalam proses pendidikan untuk penyampaian pesan kepada sasaran
pendidikan kesehatan yaitu : individu, kelompok atau keluarga, dan masyarakat.

Dalam buku (Mubarak & Chayatin, 2009) macam-macam metode


pembelajaran dalam pendidikan kesehatan berupa :

1. Metode pendidikan individual


2. Metode pendidikan kelompok
3. Metode pendidikan massa
Konsep seksualitas

Pengertian seksualitas

Seksualitas menurut Martono (1981) didefmisikan sebagai bentuk energi psikis atau
kekuatan hidup yang mendorong suatu organisme untuk berbuat sesuatu yang
sifatnya seksual, baik dengan tujuan reproduksi atau tidak, karena perbuatan seks itu
disertai dengan suatu penghayatan yang menyenangkan. Ditambahkan oieh Sarwono
(1991), pengertian seksualitas dapat dibedakan menjadi dua. Pengertian dalain arti
sempit dan pengertian dalam arti luas.

Pengertian seksualitas dalam arti sempit adalah kelamin, yang terdin dari alat
kelamm, anggota-anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah yang membedakan pria dan
wanita, kelenjar dan honnon kelamin, hubungan seksual serta pemakaian alat
kontrasepsi.

Pengertian seksualitas dalam arti luas adalah segala hal yang terjadi akibat dari
adanya perbedaan jenis kelamin. seperti perbedaan tingkah laku, perbedaan atribut,
perbedaan peran atau pereqaan dan hubungan pria dan wanita.
Remaja

Dalam konsep psikologi, masa remaja merupakan suatu tahap yang pasti
dilalui oleh setiap individu dalam proses kehidupannya. Berbicara tentang remaja,
sebenarnya tidak ada batasan usia masa remaja yang pasti. Bahkan saat ini sudah
terjadi pergeseran usia remaja yang makin dim dibandingkan dengan usia yang
ditetapkan sebagai seorang remaja pada jaman dahulu. Monks dkk * (1985)
mengatakan masa pubertas terjadi antara 12-16 tahun pada anak laki-laki dan 11-15
tahun pada anak perempuan. Mappiare (dalam Panuju & Umami, 1999) 16
menyebutkan bahwa usia remaja menurutnya adalah 15-21 tahun. Sedangkan Hurlock
(1990) membagi kehidupan menjadi rentangan yang terdiri dari 11 masa dimana masa
remaja terletak pada usia 13-21 tahun. Beberapa ahli Indonesia seperti Prayitno
menyebutkan rentang usia 13-21 tahun sebagai masa remaja, sementara Surachmad
dan Gunarsa menetapkan usia remaja di Indonesia antara 12-22 tahun (dalam Panuju
& Umami, 1999). Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, dapat diambil
kesimpulan rentang usia remaja berada dalam usia 12 sampai 22 tahun.

Masa remaja ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja
maupun orang tuanya. Ada sejUmlah alasan yang menguatkan alasan ini menurut
Lask (1991), arltara lain:

1. Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk


mengemukakan pendapat sendiri. Tidak terhindarkan, hal ini bisa menciptakan
ketegangan dan perselisihan, serta bisa menjauhkan dia dan keluarganya.

2. Remaja lebih mudah dipengaruhi teman-temannya daripada ketika masih


lebih muda. 1m berarti pengaruh orang tua melemah. Anak remaja berperilaku dan
mempunyai kesenangan yang berbeda dan bahkan kadang-kadang bertentangan
dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah mode
pakaian, potongan rambut, musik, dan teman-tema sepergaulan.
3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhan
badannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul biasanya
menakutkan, membingungkan, dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.

4. Remaja sering menjadi terlalu yakin diri, dan bersamaan dengan emosinya
yang biasanya menmgkat, mengakibatkan dia sukar menerima nasihat dari orang tua.

Pada masa remaja kebutuhan akan mengalami perubahan dan perkembangan.


Kebutuhan yang pada waktu kanak-kanak belum muncul, akan menonjol pada masa
remaja, misalnya kebutuhan persahabatan, kebutuhan akan penghargaan dan
kebutuhan untuk berdiri sendiri, kebutuhan akan heteroseksual, dorongan-dorongan
kelamin yang mewujudkan hubungan cinta, dan sebagainya. Masa yang di sebut juga
masa neo-atavistis atau masa kelahiran kembali ini sangat penting bagi kehidupan
remaja dalam perkembangan untuk mencapai kemasakan pribadinya (Hall dalam
Panuju & Umami, 1999).

Bentuk-bentuk penlaku seksual remaja

Perilaku tertarik pada lawan jenis berkembang pada sebagian besar remaja
sebagai suatu tahap yang sehat dan normal dalam pertumbuhan merekan. Sikap dan
bentuk dalam aktivitas-aktivitas hubungan seksual di antara kaum remaja bervariasi
sesuai dengan kebudayaan yang juga berbeda-beda sesuai dengan tempat mereka
berada.

Scofield (dalam Simandjuntak & Pasaribu, 1984) menyimpulkan bahwa


bentuk-bentuk perilaku seksual adalah sebagai benkut:

a. Berpergian bersama pada janji pertama

b. Berciuman

c. Petting, yaitu kontak jasmaniah antara dua jenis kelamin yang


berlawanan tanpa melakukan hubungan seksual
d. Aposisi genital, yaitu mempertemukan alat kelamin tetapi tidak sampai
melakukan hubungan seksual

e. Melakukan hubungan seksual.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja.

Sikap seseorang tentu tidak terlepas dari faktor-faktor yang


mempengaruhi. Begitu juga sikap perilaku seksual pada remaja, mereka tidak
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi sikap mereka, yaitu :

faktor eksternal yang merupakan faktor dari luar diri seseorang yang
berarti berasal dari lapisan masyarakat atau lingkungan, dimana lingkungan
yang berbeda akan mempunyai penilaian, kebutuhan, pendapat, sikap dan
selera yang berbeda-beda (Swastha dan Handoko, 1987). Yang termasuk
faktor eksternal ini antara lain: lingkungan, kebudayaan, kelas sosial,
kelompok sosial, keluarga, kelompok referensi dan media massa .

Faktor kedua adalah faktor internal yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri remaja tersebut, antara lain kondisi fisik (dalam hal ini kemasakan
organ seks), tipe kepribadian, moral cognitive development, dan konsep diri.

Anda mungkin juga menyukai