Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. Konsep Dasar Keperwatan Keluarga

A. Defenisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
sama lain (Harmoko, 2012). Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah
unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997)
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

B. Tipe – tipe Keluarga

Tipe keluarga ((Harmoko, hal 23; 2012) sebagai berikut

a. Nuclear Family

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah
di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/ keduanya
dapat bekerja di laur rumah.

b. Extended Family

Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,


keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.

c. Reconstitud Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,


tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan
dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya
dapat bekerja di luar rumah.

1
2

d. Middle Age/ Aging Couple

Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di rumah,


anak-anak sudah meningglakan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.

e. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak, keduanya/slah


satu bekerja di rumah.

f. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.

g. Dual Carier

Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak

h. Commuter Married

Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

i. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk menikah.

j. Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

k. Institutional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti.

l. Comunal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-
anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

m. Group Marriage
3

Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu kesatuan
keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah
orang tua dari anak-anak.

n. Unmarried paret and child

Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi

o. Cohibing Cauple

Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.


C. Struktur keluarga

Struktur keluarga terdiri atas:

1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari
istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari
suami.
5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri.

Ciri-ciri struktur keluarga:

1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota


keluarga.
2. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas
masing-masing.
4

3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai


peranan dan fungsinya masing-masing.

Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur
keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma
keluarga, dan kekuatan keluarga.

1. Struktur komunikasi keluarga.

Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional,


komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi
emosional memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat
mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para
anggota keluarga. Pada komunikasi verbal anggota keluarga dapat
mengungkapkan apa yang diinginkan melalui katakata yang diikuti dengan
bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi sirkular mencakup
sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada saat istri
marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang
membuat istri marah.

2. Struktur peran keluarga.

Peran masing masing anggaota keluarga baik secara formal maupun


informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.

3. Struktur nilai dan norma keluarga.

Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau
bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia,
berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai yang dianut
masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan
prilaku motivasi diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan pengetahuan.
Nilai memberikan makna kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto,
5

2012, dikutip dari Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan
kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga
dalam satu budaya. Nilai keluarga merupakan suatu pedoman perilaku dan
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola prilaku
yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

4. Struktur kekuatan keluarga

Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial


dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain
berubah kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak
untuk mengontrol seperti orang tua terhadap anak (legitimate
power/outhority), seseorang yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan
lain-lain (resource or expert power), pengaruh kekuatan karena adanya
harapan yang akan diterima (reward power), pengaruh yang dipaksakan sesuai
keinginannya (coercive power), pengaruh yang dilalui dengan persuasi
(informational power), pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan
cinta kasih misalnya hubungan seksual (affective power).

D. Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi keluarga antara lain (Suprajitno, 2004)

1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:

a. Sandang, Pangan dan papan


b. Hubungan seksual suami istri
c. Reproduksi atau pengembangan keturunan

2. Fungsi ekonomi: Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban menafkahi
keluarganya (istri dan anaknya).
3. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau mediator
sosial budaya bagi anak).
6

4. Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa depan dan
lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas
generasi yang akan datang.
5. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga dari
gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik,
psikologis) para anggotanya.
6. Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi kenyamanan,
keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya
7. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama
kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar

E. Tugas Keluarga

Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:

1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya


2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan
yang ada.

F. Tahap perkembangan keluarga

Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem


keluarga yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya
disepanjang waktu. Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas
perawat pada setiap tahapan perkembangan.

1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).


7

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan


perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti
psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan
orang tuanya.

Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan
fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan
sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya. Tugas
perkembangan

a) Membina hubungan intim dan memuaskan.


b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak.

Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami,
keluarga istri dan keluarga sendiri.

2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).

Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.

Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:

a) Persiapan menjadi orang tua


b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual
dan kegiatan.
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Peran utama
perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan
merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang
positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat
tercapai.
8

3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).

Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun.

Tugas perkembangan

a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi


dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus
terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).

Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada
saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah
maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masingmasing
anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang
berbeda dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga.

a) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.


b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pada tahap ini anak
9

perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak untuk
nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.

5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).

Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.
Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.

Tugas perkembangan:

a) Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.


b) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua
dan remaja.

6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center family).

Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada
atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.

Tugas perkembangan:

a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.


b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Membantu orang tua memasuki masa tua.
d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
10

7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini
dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal
sebagai orang tua.

Tugas perkembangan:

a) Mempertahankan kesehatan.
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anakanak.
c) Meningkatkan keakraban pasangan.

Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah
raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.

8. Tahap VIII keluarga usia lanjut

Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan
keduanya meninggal.

Tugas perkembangan:

a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.


b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
c) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e) Melakukan life review.
f) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga
pada tahap ini.

G. Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga


11

Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil
keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga
yang di tuakan, merekalah yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga. Dasar
pegambilan keputusan tersebut adalah :

1) Hak dan Tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga


2) Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga
3) Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga atau
anggota keluarga yang bermasalah.

H. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi


prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang risiko tinggi dalam bidang kesehatan,
meliputi:

1. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai
berikut:

a. Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.


b. Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
c. Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan.

2. Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil:

a. Umur ibu (kurang 16 tahun atau lebih 35 tahun).


b. Menderita kekurangan gizi atau anemia.
c. Menderita hipertensi.
d. Primipara atau multipara.
e. Riwayat persalinan dengan komplikasi.

3. Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena:


12

a. Lahir prematur atau BBLR.


b. Lahir dengan cacat bawaan.
c. ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
d. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya.

4. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga:

a. Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan


b. Tidak ada kesesuaiana pendapat antara anggota keluarga dan sering cekcok dan
tegang.
c. Ada anggota keluarga yang sering sakit.

II. Penyakit Penyerta : Rheumtik

a. Pengertian Rheumatik

Reumatik adalah berbagai kelompok penyakit dan sindrom yang semuanya


merupakan penyakit pada jaringan ikat sehingga biasanya ditemukan keluhan nyeri,
kaku, atau pembengkakan pada otot serta sendi (Cristine B, 2001 dalam Nango,
2012). Pengertian reumatik yaitu cukup luas mencakup gejalanya seperti nyeri,
pembengkakan, kemerahan, gangguan fungsi sendi dan jaringan sekitarnya. Semua
gangguan pada daerah tulang, sendi, dan otot disebut rematik yang sebagian besar
masyarakat juga menyebutnya pegal linu (Irwan, 2012).

b. Etiologi

Faktor genetik seperti kompleks histokompatibilitas utama kelas II (HLA-


DR), dari beberapa data penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mengemban
HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini.
Rematik/pegal linu pada pasien kembar lebih sering dijumpai pada kembar
monozygotic dibandingkan kembar dizygotic (Brunner dkk, 2012).
13

Faktor infeksi sebagai penyebab rematik/pegal linu timbul karena


umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai
oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Dengan demikian timbul dugaan kuat
bahwa penyakit ini sangat mungkin disebabkan oleh tercetusnya suatu proses
autoimun oleh suatu antigen tunggal atau beberapa antigen tertentu saja. Agen
infeksius yang diduga sebagai penyebabnya adalah bakteri, mycoplasma, atau
virus (Brunner dkk, 2012).

c. Patofisiologi

Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologi persendian diartrodial


atau sinovial merupakan kunci untuk memahami patofisiologi penyakit reumatik.
Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap sendi sinovial memiliki kisaran
gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang
sama pada sendi-sendi yang dapat digerakkan. Pada sendi sinovial yang normal,
kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan
permukaan yang licin serta ulet untuk gerakan. Membran Sinovial melapisi
dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan ke dalam ruangan antar-
tulang. Cairan Sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorbber)
dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah
yang tepat (Brunner dkk, 2012).

Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan
generasi yang terlihat pada penyakit reumatik. Meskipun memiliki
keanekaragaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga
kalainan multisistem yang sistemik, semua penyakit reumatik meliputi inflamasi
dan degenerasi dalam derajat tertentu yang bisa terjadi sekaligus. Inflamasi akan
terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori,
inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses
sekunder yang timbul akibat pembentukkan pannus (proliferasi jaringan
sinovial ). Inflamasi merupakan akibat dari respons imun. Sebaliknya, pada
penyakit reumatik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder.
14

Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif, dan
lebih besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lanjut. Sinovitis
dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari
kartilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi
dapat pula terlihat (Brunner dkk, 2012).

d. Klasifikasi Rheumatik

Reumatik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan yaitu:

1. Arthritis Rematoid ( AR )

Penyakit ini terjadi karena sistem imun menyerang lapisan atau membran

sinovial sendi. Proses ini pada umumnya melibatkan seluruh tubuh, sehingga

adapat menyebabkan kelelahan, kehilangan berat badan, dan kurang darah atau

anemia. Serta menyerang organ paru, jantung, dan mata. Lebih serius lagi, AR

dapat mnyebabkan kecacatan tubuh. Arthritis reumatoid dapat ditegakkan

melalui pemeriksaan serum.

2. Gout

Biasanya penyakit ini timbulnya secara mendadak dan biasanya di jempol

kaki atau pada sendi lainnya. Gout disebabkan oleh gangguan metabolisme

protein purin yang menyebabkan asam urat darah meningkat dan kristal asam

urat terbentuk dalam sendi atau tempat lainnya. Biasanya penyakit menyerang

pada umur 40-50 tahun. Gout dapat ditegakkan melalui pemeriksaan kadar

asam urat.

3. Osteoarthritis ( OA )

Penyakit ini disebabkan oleh patahnya bantalan tulang rawan (kartilago)

yang menjadi bantal tulang. Penyakit ini sering juga disebut arthritis
15

degeneratif. Biasanya menyerang sendi kaki, lutut, pangkal paha, dan jari

tangan. Penderita OA ini umumnya berusia sekitar 45 tahun ke atas.

4. Arthritis Psoriatik

Arthritis ini selain menyerang tulang dan jaringan sendi, juga dapat

menyerang bagian tubuh lainnya. Bila menyerang kulit disebut arthritis

psoriasis, yang bersifat menahun atau kronis, yaitu sekitar 5 %. Arthritis jenis

ini lebih sering menyerang jari-jari tangan dan tulang belakang. Kebanyakan

gejalanya ringan, tetapi dapat menjadi sangat berat.

5. Arthritis Rheumatoid Juvenile

Penyakit ini menyerang anak-anak. Sifat arthritis ini berbeda dengan orang

dewasa, baik diagnosa dan perawatannya. Pada beberapa anak, penyakit ini

dapat sembuh total atau tetap ada sepanjang hidup mereka.

6. Ankilosing Spondilitis

Penyakit ini biasanya pada pria berumur 16-35 tahun dan kebanyakan

menyerang pada tulang belakang secraa kronis. Tulang belakang yang terkena

dapat menjadi rapuh atau menyatu secara perlahan dari atas ke bawah,

sehingga gerakan penderita seperti robot. Penderita tidak bisa membungkuk

maupun menoleh. Dalam keadaan yang sangat ekstrim, bentuk tubuh penderita

menjadi melengkung seperti “ tanda tanya”. Khusus pada wanita, umumnya

ringan dan sulit didiagnosa. Penyakit ini bertendensi genetik.

e. Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi klinis dari penyakit reumatik adalah :

1. Nyeri sendi, terutama pada saat bergerak


16

2. Pada umumnya terjadi pada sendi penopang beban tubuh, seperti panggul,

tulang belakang, dan lutut.

3. Terjadi kemerahan, inflamasi, nyeri, dan dapat terjadi deformitas (perubahan

bentuk)

4. Yang tidak progresif dapat menyebabkan perubahan cara berjalan

5. Rasa sakit bertambah hebat terutama pada sendi pinggul, lutut, dan jari-jari

6. Saat perpindahan posisi pada persendian bisa terdengar suara (cracking).

7. Gerakan terbatas

8. Kekakuan, kelemahan dan perasaan mudah lelah (Irwan, 2012).

f. Penatalaksanaan

1. Konsep pengobatan

Konsep pengobatan ditujukan untuk :

a. Menghilangkan gejala inflamasi aktif baik lokal maupun sistemik

b. Mencegah terjadinya destruksi jaringan

c. Mencegah terjadinya deformitas dan memelihara fungsi persendian agar

tetap dalam keadaan baik

d. Mengembalikan keadaan fungsi organ dan persendian yang terlibat agar

sedapat mungkin menjadi normal kembali (Soni P., 2010).

2. Terapi non-farmakologi

Terapi non-farmakologi yang dapat dilakukan agar terapi pada

rematik/pegal linu efektif, yaitu;

a. Menganjurkan pasien untuk mengurangi berat badan jika kegemukan.

b. Istirahat yang cukup dan menghindari trauma pada sendi yang berulang.
17

c. Penggunaan alat bantu sendi dan alat bantu berjalan.

d. Fisioterapi dan olah raga yang tepat (peregangan dan penguatan) untuk

membantu mempertahankan kesehatan tulang rawan, meningkatkan daya

gerak sendi, dan kekuatan otot.

e. Kompres panas/dingin dan latihan untuk memelihara sendi, mengurangi

nyeri, dan kekakuan.

f. Pemberian suplemen makanan yang mengandung glukosamin, kondrotin

yang berdasarkan uji klinik dapat mengurangi gangguan sendi (Soni P.,

2010).

III. Konsep Asuhan keperawatan keluarga dengan Penyakit Rheumatik

1. Pengkajian

a. Data umum

1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau
inisial, jenis elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala keluarga,
status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan genongram
(genogram keluarga dalam tiga generasi)

2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

3) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta


mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan

4) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
memengaruhi kesehatan.

5) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala keluarga
maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
18

6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat
kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung tempat rekreasi, namun
menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakn aktivitas rekreasi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.

3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti,


meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing,
anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian,
kematian, dan keluarga yang hilang.

4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua (seperti apa
kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua
dari kedua orang tua.

c. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar mandi,


dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi dan
perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah mereka

2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal

Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat
tinggal, keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan rumah,
fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi.

3) Mobilitas geografis keluarga

Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah sering


mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
19

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta


perkumpulan keluarga yang ada.

5) Sistem pendukung keluarga

Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari anggota


keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.

d. Struktur keluarga

1) Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara berkomunikasi


antar anggota keluarga

2) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk


mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku

3) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik


formal/informal

4) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki

2) Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana


anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku

3) Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam mengenal


masalah kesehatannya dan memelihara kesehatannya.

4) Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan


jumlah anggota keluarga

5) Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan


sandang, pangan dan papan.

f. Stress dan koping keluarga


20

1) Stressor jangka pendek dan panjang

a) Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan

b) Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh


mana keluarga berespon terhadap situasi

3) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang


digunakan keluarga bila menghadapi permaslahan

4) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi


disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga,


atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa
data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana
perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya (Harmoko, hal 86; 2012)
Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, hal 86; 2012).

a. Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga


dan memerlukan waktu yang cepat
b. Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi
maslah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat
c. Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya.

3. Perencanaan

Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan


perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah
kesehatan/masalah keperawatan yang telah di identifikasi (Harmoko, hal 93; 2012).
Langkah-langkah mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga
(Harmoko, hal 94; 2012)
a. Menentukan sasaran atau goal
21

b. Menentukan tujuan dan objek

c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan

d. Menentukan kriteria dan standar kriteria.


4. Implementasi

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana
perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam
mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat (Harmoko, hal 97; 2012)
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini (Harmoko, hal 98;
2012)

a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan


kesehatan dengan cara memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi
kebutuhan, dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang
sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan
cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn tindakan,
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan
konsekuensi setiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat
dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan
melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara
menggunakan fasilitas tersebut.

5. Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian diberikan
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/ belum berhasil, maka perlu disusun
22

rencana baru yang sesuai (Harmoko, hal 100; 2012).


Daftar pustaka

Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada Praktik asuhan
Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media

Suharto, T. (2007). Asuahan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. Jakarta : EGC
Suprajitno, (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai