Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP KELUARGA

A. Defenisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap
anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Susanto, 2014).
keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup
dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam
perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya
(Harmoko, 2014).
B. Tipe – tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari


berbagai pola kehidupan sesuai dengan perkembangan sosial, maka
tipe keluarga mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu
mengetahui berbagai tipe keluarga.

Tipe keluarga (Harmoko, hal 23; 2014) sebagai berikut :

1. Nuclear Family

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang
tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal
dalam suatu ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di
laur rumah.

2. Extended Family

Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara,


misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, pama, bibi,
dan sebagainya.
3. Reconstitud Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan


kembali suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.

4. Middle Age/ Aging Couple

Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya


bekerja di rumah, anak-anak sudah meningglakan rumah karena
sekolah/perkawinan/meniti karier.

5. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak,


keduanya/slah satu bekerja di rumah.

6. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian


pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar
rumah.

7. Dual Carier

Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak, itulah


dikatakan sebagai dual carier

8. Commuter Married

Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada


jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.

9. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak


adanya keinginan untuk menikah.
10. Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah, itulah


dikatakan sebagai three gerenation

11. Institutional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru


panti-panti.

12. Comunal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang


monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.

13. Group Marriage

Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di


dalam satu kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah
dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

14. Unmarried paret and child

Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya


di adopsi.

15. Cohibing Cauple

Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa


pernikahan, itulah dikatakan sebagai cohibing cauple.

C. Struktur keluarga
Struktur keluarga terdiri atas:
1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini
disusun melalui garis keturunan ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini
disusun melalui garis keturunan ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah dari istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah dari suami.
5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian dari keluarga karena adanya hubungan dengan
suami istri (Harmoko, 2014).
Ciri-ciri struktur keluarga:
1) Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling
ketergantungan antara anggota keluarga.
2) Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki
kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan
dalam menjalankan fungsi dan tugas masing-masing.
3) Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota
keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
Struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu
komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma keluarga, dan
kekuatan keluarga.
1. Struktur komunikasi keluarga.
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa
komunikasi secara emosional, komunikasi verbal dan non
verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional
memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat
mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau
marah diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi
verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa yang
diinginkan melalui katakata yang diikuti dengan bahasa
non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi sirkular
mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam
keluarga, misalnya pada saat istri marah pada suami,
maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang
membuat istri marah.
2. Struktur peran keluarga.
Peran masing masing anggaota keluarga baik
secara formal maupun informal, model peran keluarga,
konflik dalam pengaturan keluarga.
3. Struktur nilai dan norma keluarga.
Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap
sesuatu hal apakah baik atau bermanfaat bagi dirinya.
Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia,
berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada
nilai yang dianut masyarakat, dimana norma-norma
dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi
diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan
pengetahuan. Nilai memberikan makna kehidupan dan
meningkatkan harga diri (Susanto, 2014, dikutip dari
Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan
kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
Nilai keluarga merupakan suatu pedoman perilaku dan
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah pola prilaku yang baik menurut
masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
4. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik
aktual maupun potensial dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain
berubah kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam
keluarga antara lain: hak untuk mengontrol seperti orang
tua terhadap anak (legitimate power/outhority), seseorang
yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan lain-lain
(resource or expert power), pengaruh kekuatan karena
adanya harapan yang akan diterima (reward power),
pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive
power), pengaruh yang dilalui dengan persuasi
(informational power), pengaruh yang diberikan melalui
manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan
seksual (affective power) (Harmoko, 2014).
D. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga antara lain :
1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:
a. Sandang, Pangan dan papan
b. Hubungan seksual suami istri
c. Reproduksi atau pengembangan keturunan
2. Fungsi ekonomi: Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai
kewajiban menafkahi keluarganya (istri dan anaknya).
3. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter
budaya atau mediator sosial budaya bagi anak).
4. Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan bagi
masyarakat masa depan dan lingkungan keluarga merupakan
faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas generasi yang
akan datang.
5. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para
anggota keluarga dari gangguan, ancaman atau kondisi yang
menimbulkan ketidaknyamanan (fisik, psikologis) para
anggotanya.
6. Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang
memberi kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh
semangat bagi anggotanya
7. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam
nilai-nilai agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman
hidup yang benar (Susanto, 2014).
E. Peran Keluarga
Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan
lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan
dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada (Sedianingsih,
2013).
F. Tahap perkembangan keluarga
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi
pada sistem keluarga yang meliputi perubahan pola interaksi dan
hubungan antara anggotanya disepanjang waktu. Tahap perkembangan
tersebut disertai dengan fungsi dan tugas perawat pada setiap tahapan
perkembangan (Sedianingsih, 2013).
1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-
laki (suami) dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-
masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena
kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan
orang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan
penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup
bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan
sebagainya. Tugas perkembangan :
a) Membina hubungan intim dan memuaskan.
b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok sosial.
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ;
keluarga suami, keluarga istri dan keluarga sendiri.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun. Tugas
perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
a) Persiapan menjadi orang tua
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran,
interaksi, hubungan sexual dan kegiatan.
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan. Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang
tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi.
Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi
yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara
bayi dan orang tua dapat tercapai.
3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with
preschool).
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun
dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangan :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan
anak lain juga harus terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam
keluarga maupun dengan masyarakat.
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children).
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai
sekolah ) dan berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada
tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga
keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masingmasing
anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai
aktivitas yang berbeda dengan anak. Tugas perkembangan
keluarga :
a) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga. Pada tahap ini anak perlu
berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak
untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun
di luar sekolah.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6
sampai 7 tahun kemudian. Tujuannya untuk memberikan
tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi orang dewasa. Tugas
perkembangan :
a) Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung
jawab.
b) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan
orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga. Merupakan tahap paling sulit karena
orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk
bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan
remaja.

6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan


(launching center family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan :
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Membantu orang tua memasuki masa tua.
d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu
pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dianggap
sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan
perasaan gagal sebagai orang tua. Tugas perkembangan :
a) Mempertahankan kesehatan.
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anakanak.
c) Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat,
diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan
lain sebagainya.
8. Tahap VIII keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan
meninggal dan keduanya meninggal. Tugas perkembangan :
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
c) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat.
e) Melakukan life review.
f) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan
tugas utama keluarga pada tahap ini (Sedianingsih, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Harmoko. (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Sedianingsih, S. (2013). Analisi Model Komunikasi Pembentukan Konsep
Keluarga Sejahtera di Indonesia. Jurnal Organisasi Dan Manajemen.
Vol. 1, No. 2, pp. 1-20
Susanto, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada
Praktik asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai