Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga

Menurut Ferry Effendi (2009) yang dikutip dari Duval dan Logan.

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,

dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya,

dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial

dari setiap anggota keluarga.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat

dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI,

1998).

Menurut Ferry Effendi (2009) yang dikutip dari Salvicion G Bailon dan

Aracelis Maglaya. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang

tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau

pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berintekrasi

satu sama lain, dan didalam perannya masing-masing menciptakan dan

mempertahankan kebudayaan.

2.1.1 Bentuk-bentuk keluarga

Pembagian tipe atau bentuk keluarga menurut Anderson carter

1. Keluarga inti (nuclear family). Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak-anak.

Universitas Sumatera Utara


2. Keluarga besar (extended family). Keluarga inti ditambah dengan

sanak saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi dan

sebagainya.

3. Keluarga berantai (serial family). keluarga ynag terdiri atas wanita

dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu

keluarga inti.

4. Keluarga duda atau janda (single family). Keluarga ini terjadi karena

adanya perceraian atau kematian.

5. Keluarga berkomposisi. Keluarga yang perkawinannya berpoligami

dan hidup secara bersama-sama.

6. Keluarga kabitas. Dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi

membentuk satu keluarga.

Tipe keluarga menurut konteks keilmuan dan pengelompokan orang

1. Traditional nuclear. Keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tinggal dalam

satu rumah ditetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu ikatan

perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

2. Reconstituted nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui

perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam pembentukan

suatu rumah dengan anak-anaknya, baik itu dari perkawinan lama

maupun hasil perkawinan yang baru. Satu atau keduanya dapat

bekerja diluar rumah.

3. Middle age atau aging couple. Suami sebagai pencari uang, istri di

rumah, atau keduanya bekerja diluar rumah, anak-anak sudah

Universitas Sumatera Utara


meninggalkan rumah karena sudah sekolah, perkawinan, atau meniti

karier.

4. Dyadic nuclear. Pasangan suami istri yang sudah berumur dan tidak

mempunyai anak. Keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah.

5. Single parent. Keluarga dengan satu orang tua sebagai akibat

perceraian atau akibat kematian pasangannya, anak-anaknya dapat

tinggal di dalam rumah atau diluar rumah.

6. Commuter married. Pasangan suami istri atau keduanya sama-sama

bekerja dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling

mencari pada waktu-waktu tertentu.

7. Single adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan

tidak adanya keinginan untuk menikah.

8. Three generation. Tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu

rumah.

9. Institusional. Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti.

10. Communal. Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogamy dengan anak-anaknya dan sama-sama berbagi fasilitas.

11. Groub marriage. Satu rumah terdiri dari orang tua dan satu kesatuan

keluarga.

12. Unmarried parent and child. Ibu dan anak pernikahannya tidak

dikehendaki dan kemudian anaknya diadopsi.

13. Cohabitating couple. Dua orang tua atau satu pasangan yang bersama

tanpa menikah.

Universitas Sumatera Utara


14. Extended family. Nuclear family dan anggota keluaraga yang lain

tinggal dalam satu rumah dan berorientasi pada satu kepala keluarga

(Effendi, 2009).

2.1.2 Peranan Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system (Kozier,

Barbara, 1995). Peranan keluarga menggambarkan seperangkat hubungan

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

situasi dan kondisi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh

harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat

Peran keluarga terhadap lansia antara lain:

1. Menjaga dan merawat kondisi fisik anggota keluarga yang lanjut usia ,

tetap dalam keadaan optimal atau produktif

2. Mempertahankan dan meningkatkan status mental pada lansia

3. Mengantisipasi adanya perubahan social dan ekonomi pada lansia

4. Memotivasi dan memfasilitasikan lansia untuk memenuhi kebutuhan

spiritual, dengan demikian dapat meningkatkan ketakwaan lansia

kepada Tuhan YME

Beberapa peran keluarga terhadap lansia adalah:

1. Sistem keluarga besar yaitu:

a. Lansia adalah sesepuh yang harus dihargai, dihormati dan diminta

nasehat atau doa restu

b. Usaha menyediakan fasilitas-fasilitas kebutuhan harian

Universitas Sumatera Utara


2. Sikap Keluarga dan Masyarakat Terhadap Lansia yaitu:

a. Adanya kecenderungan berpersepsi negative

b. Diharapkan mempunyai persepsi positif pada lansia karena

merupakan peristiwa alamiah dimana tiap-tiap individu akan

mengalaminya

3. Membangun kebutuhan untuk dicintai, aktualisasi dari lanjut usia

4. Menciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan yang

harmonis (saling pengertian antara generasi muda dan generasi lansia)

(Mubarak, dkk 2006).

2.1.3 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Marilyn M. Friedman (1998) yaitu:

1. Fungsi Afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis

kekuatan keluarga. Fungsi apektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi apektif tampak pada

kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Setiap

anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif, perasaan

memiliki, perasaan yang berarti, dan merupakan sumber kasih sayang. Hal

tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan berhubungan

dalam keluarga.

2. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi

Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan

kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.

Universitas Sumatera Utara


Keluarga merupakan tempat individu untuk bersosialisasi. Keberhasilan

perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau

hubungan anggota keluarga yang ditujukan dalam sosialisasi. Anggota

keluarga belajar tentang disiplin, norma-norma, budaya, dan prilaku

melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.

3. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah

sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka

fungsi ini sedikit terkontrol. Disisi lain, banyak kelahiran yang tidak

diharapkan atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahirlah keluarga baru

dengan satu orang tua.

4. Fungsi Ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat

mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan

dan memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian, dan rumah,

dan lain-lain.

5. Fungsi pemeliharaan kesehatan

Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap

memiliki produktifitas yang tinggi, kemampuan keluarga dalam

memberikan perawatan kesehatan dapat mempengaruhi status kesehatan

keluarga. Untuk menempatkannya dalam perspektif, fungsi ini merupakan

salah satu fungsi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisik

seperti makan, pakaian, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan. keluarga

Universitas Sumatera Utara


mampu merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan,

dan keluarga mampu memberikan asuhan keperawatan yang

mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu. Pengetahuan

keluarga juga tentang sehat-sakit juga mempengaruhi prilaku keluarga

dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga Fungsi religious Tugas

keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan

anggota keluarga lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala

keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan yang lain

yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini

(Effendi, 2009).

2.1.4 Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut bailon dan maglaya (1998)

1. Mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dank arena

kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana kesehatan

habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-

perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang

dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga

atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu

dicatat kapan terjadinya, perubahan yang akan terjadi, dan berapa basar

perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-

Universitas Sumatera Utara


fakta masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor penyebab dan

yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

a. Keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah

b. Keluarga merasakan adanya masalah kesehatan

c. Membawa anggota keluarga yang sakit ke rumah sakit terdekat atau

pos pelayanan kesehatan terdekat

3. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:

a. Keadaan penyakit (sifat, penyebaran, komplikasi, dan perawatannya)

b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan

c. Keberadaab fasilitas yang diperlukan untuk perawatan

d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang

bertanggung jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik,

psikososial).

e. Sikap keluarga terhadap penyakit

4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang

sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:

a. Sumber-sumber keluarga yang dimiliki

b. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan

c. Pentingnya hygiene sanitasi

Universitas Sumatera Utara


d. Upaya pencegahan penyakit

e. Sikap dan pendangan keluarga terhadap hygiene sanitasi

f. Kekompakan antar anggota keluarga

5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus

mengetahui hal-hal sebagai berikut:

a. Keberadaan fasilitas keluarga

b. Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan

c. Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan

d. Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan

e. Fasilitas keehatan yang ada terjangkau oleh anggota keluarga

(Effendi, 2009).

2.2 Lansia

Berbagai perubahan pada usia lanjut merupakan konsekuwensi yang

tidak dapat dielakkan dari perubahan fisik (organo-biologik), dengan

dampak pada aspek fungsi biologis, psikologis, maupun sosial (Marsetio

dan Arjatmo, 1991). Proses tua merupakan suatu proses menghilangnya

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan

struktur serta fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan kehilangan kemampuan

untuk memperbaiki kerusakan yang diderita.

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Teori Penuaan

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang

dapat diramalkan yang sering terjadi pada semua orang pada saat mereka

mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan

suatu fenomena yang kompleks dan multidimensional yang dapat

diobservasi di dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan

sistem. Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di

dalam parameter yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi

(Stanley dan Patricia, 2006).

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu teori

biologi, teori psikologis, dan teori sosiologi.

1. Teori Biologis

Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk

perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.

Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan

seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi

secara adekuat dan melawan penyakit. Seiring dengan berkembangnya

kemampuan kita untuk menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan

sangat kecil, suatu pemahaman tentang hubungan hal-hal yang

mempengaruhi penuaan ataupun tentang penyebab penuaan yang

sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah mengalami peningkatan.

Walaupun bukan merupakan suatu definisi penuaan, tetapi lima

karakteristik penuaan telah dapat diidentifikasi oleh para ahli. Teori

Universitas Sumatera Utara


biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami

penuaan dengan cara yang berbeda dari waktu ke waktu dan faktor apa

yang mempengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap organisme, dan

kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif

biologi dapat memberikan pengetahuan pada perawat tentang faktor risiko

spesifik dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu

untuk meminimalkan atau menghindari risiko dan memaksimalkan

kesehatan (Stanley dan Patricia, 2006).

2. Teori Psikologis

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan

penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan

pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.

Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan inteligensi dapat

menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang

positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan

mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya.

Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan

kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit

untuk dipahami dan berinteraksi (Maryam dkk, 2008).

3. Teori Sosiologi

Terdapat tiga teori utama mengenai penuaan yang timbul dari studi ilmiah

awal penuaan yang dilakukan empat atau lima dekade yang lalu:

pembebasan, aktivitas, dan kesinambungan. Teori tersebut berusaha

Universitas Sumatera Utara


meramalkan dan menjelaskan interaksi dan peran sosial yang memberi

pengaruh pada penyesuaian hidup yang berhasil bagi seseorang di usia

lanjut.

Teori pembebasan (Cummings & Henry, 1961) mengemukakan bahwa

individu lansia, dengan menarik diri dari masyarakat pada saat yang sama

dimana masyarakat menarik dukungannya dari kelompok usianya,

mencapai moral dan kepuasan hidup yang tinggi. Teori ini telah disangkal

oleh temuan riset yang menunjuukkan bahwa individu yang terikat, aktif

mencapai kepuasaan hidup yang lebih tinggi dibanding dengan individu

yang tidak terikat, dan lebih pasif.

Teori aktivitas (Havighurst, 1968) mengemukakan bahwa kepuasan hidup

pada individu lansia normal mencakup memelihara gaya hidup aktif saat

usia pertengahan. Teori ini mencerminkan pemikiran mayoritas kelas

menengah Amerika. Teori ini berasumsi bahwa individu lansia akan

menemukan penggantian aktivitas yang memuaskan.

Teori kesinambungan (Atchley, 1989; Neugarten, 1964) mengemukakan

bahwa penyesuaian yang berhasil terhadap usia tua tergantung pada

kemampuan individu untuk melanjutkan pola hidup sepanjang masa

kehidupan. Penting artinya untuk memelihara kontuinitas atau koneksi

pada masa lalu. Kebiasaan, nilai-nilai, dan minat masa lalu adalah bagian

integral dari kehidupan individu saat ini (Smeltzer dan Brenda, 2001).

Universitas Sumatera Utara


2.2.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia

Nugroho (2000) mengatakan bahwa menurut Organisasi kesehatan dunia

batasan-batasan lanjut usia meliputi:

1. Usia pertengahan, yaitu kelompok umur 45 sampai dengan umur 59

tahun.

2. Lanjut usia (elderly), yaitui umur antara 60 sampai dengan umur 74

tahun.

3. Lanjut usia tua (old), yaitu umur antara 75 sampai dengan 90 tahun.

4. Usia sangat tua, yaitu umur 90 tahun keatas.

2.2.3 Bahaya Psikologis

Ada sejumlah tanda-tanda psikologis pada orang usia lanjut. Meskipun

juga bisa terjadi pada tingkat usia yang lain, seperti halnya bahaya fisik,

bahaya psikologis tidak hanya lebih sering terjadi pada usia lanjut dari

pada usia muda, tetapi tampaknya pada penyesuaian pribadi dan sosial

lebih besar.

Dalam Harlock (1980), dari sekian banyak tanda-tanda bahaya psikologis

pada orang usia lanjut, beberapa bahaya yang akan dijelaskan dibawah ini

merupakan bahaya yang paling bersifat umum dan paling serius yaitu:

1. Orang yang usia lanjut menerima pendapat klise tentang kebudayaan

Bahaya psikologis pertama adalah mereka menerima kepercayaan

tradisional dan pendapat klise tentang kebudayaan dari suatu usia. Hal ini

dianggap sebagai bahaya karena pendapat tersebut mendorong orang usia

lanjut untuk merasa tidak enak dan rendah mutunya. Akibatnya lebih

Universitas Sumatera Utara


buruk lagi, karena mereka cenderung kehilangan motivasi untuk

mengerjakan tentang apa yang sesungguhnya mampu mereka kerjakan.

2. Pengaruh perubahan fisik pada usia lanjut

Bahaya psikologis yang kedua bagi orang usia lanjut adalah perasaan

rendah diri dan tidak enak yang akan datang bersama dengan perubahan

fisik. Hilangnya daya tarik dan penampilan seksual yang tepat mungkin

mengakibatkan pria atau wanita merasa ditolak oleh kelompok social.

Hilangnya pendengaran mengganggu mereka dalam berkomunikasi

dengan orang lain. Sebagai tambahan, banyak orang usia lanjut yang

mengalami kesulitan bicara karena giginya ompong atau gigi palsunya

tidak cocok lagi. Ini juga merupakan suatu bukti yang dapat menghambat

komunikasi dan hubungan sosial.

3. Perubahan dalam pola kehidupan

Bahaya psikologis yang ketiga adalah orang usia lanjut perlu menetapkan

pola hidup yang berbeda dengan keadaan masa lalu dan cocok dengan

kondisi usia lanjut. Misalnya mereka tidak perlu lagi memiliki rumah yang

besar, karena anak-anaknya sudah mempunyai rumah masing-

masing.tetapi banyak orang usia lanjut tetap teguh untuk

memepertahankan rumah mereka dan hartanya dan gaya hidup yang

berhubungan dengan itu.

4. Kecenderungan untuk tidur secara mental

Bahaya psikologis yang keempat adalah kecurigaan atau realisasi bahwa

penurunan mental sudah mulai terjadi. Bagi banyak orang usia lanjut

Universitas Sumatera Utara


curiga bahwa mereka dalam beberapa hal pelupa sekali, bahwa mereka

menemui kesulitan dalam belajar fakta dan nama-nama baru, dan mereka

merasa tidak dapat bertahan terhadap tekanan yang berat yang biasa

mereka pikul sebelumnya. Mereka mungkin mulai berfikir secara mental

tertidur, dan perasaan seperti ini mendukung kepercayaan mereka bahwa

mereka terlalu tua untuk apa saja yang baru. Sebagai pengganti terhadap

penyesuaian kegiatan, yang cocok dengan kondisi mentalnya, mereka

menarik diri dari semua bentuk kegiatan yang melibatkan kompetisi

dengan orang yang lebih muda, dan dengan demikian pengalamanan

mereka terhadap berbagai masalah, mengakibatkan mereka tidak terikat

erat dengan kegiatan sosial.

5. Mereka merasa bersalah karena menganggur

Bahaya psikologis yang kelima adalah perasaan bersalah karena mereka

tidak bekerja sedang orang lain masih bekerja. Banyak orang usia lanjut

ini yang dibesarkan dalam masyarakat yang lebih mementingkan kerja,

merasa bersalah setelah tanggung jawab rumah tangganya berkurang

banyak. Mereka masih tetap ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat,

tetapi mungkin merasa malu karena pekerjaannya tidak sesuai dengan

rencana masyarakat tentang pekerjaan yang disediakan untuk orang usia

lanjut. Hal ini karena pekerjaan mereka lebih bersifat rekreasional atau

yang diistilahkan dengan membuat kerjaan, jadi bukan kerja

sesungguhnya.

Universitas Sumatera Utara


6. Berkurang Pendapatan

Bahaya psikologis yang keenam adalah akibat dari berkurangnya

pendapatan. Setelah pensiun, banyak orang usia lanjut yang tidak dapat

memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan yang produktif, seperti

menghadiri kuliah atau konsert, atau berpartisipasi dalam berbagai

kegiatan masyarakat. Apabila mereka ternyata hanya tergantung pada

program televise semata sebagai sumber hiburan, mereka akan merasa

bahwa sebagian besar programnya disajikan untuk anak muda atau orang

dewasa. Acara seperti itu menimbulkan sedikit daya tarik bagi orang usia

lanjut.

7. Pelepasan Kegiatan Sosial

Bahaya psikologis yang ketujuh dan sejauh ini merupakan yang paling

berbahaya bagi orang usia lanjut adalah, pelepasan berbagai kegiatan

sosial. Seperti yang telah dijelaskan pada uraian yang terdahulu, munkin

pelepasan ini secara sukarela, tetapi lebih sering dilakukan secara terpaksa

karena kesehatannya memburuk, sumber keuangan terbatas, atau kondisi

lain dimana control bagi orang usia lanjut sangat sedikit.

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Psikologis

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi lansia

dikutip dari Arya (2009). Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara

bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan

bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat

mempengaruhi kesehatan psikologis mereka adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya

kondisi fisik yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang,

energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin

rapuh, dan sebagainya. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah

memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal

ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik,

psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu

keadaan ketergantungan kepada orang lain.

Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat,

maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi

psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk

mengurangi kegiatan yang bersifat memaksa fisiknya. Seorang lansia

harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan,

tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.

2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali

berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti: Gangguan jantung,

Gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus, Vaginitis, Baru selesai

operasi: misalnya prostatektomi, Kekurangan gizi, karena pencernaan

kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang.

Universitas Sumatera Utara


Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:

a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada

lansia

b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta

diperkuat oleh tradisi dan budaya.

c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.

d. Pasangan hidup telah meninggal.

e. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan

jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dan sebagainya.

3. Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami

penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses

belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga

menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara

fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan

kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa

lansia menjadi kurang cepat atau agresif. Dengan adanya penurunan kedua

fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang

berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.

Universitas Sumatera Utara


Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe

kepribadian lansia sebagai berikut:

a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya

tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai

sangat tua.

b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada

kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada

masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan

otonomi pada dirinya.

c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini

biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan

keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak,

tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang

ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit

dari kedukaannya.

d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini

setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan

kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak

diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi

ekonominya menjadi morat-marit.

e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe

ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit

dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

Universitas Sumatera Utara


4. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun

tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau

jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya,

karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan,

kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah

orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model

kepribadiannya.

Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang

merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah

acuh terhadap pensiun atau pasrah. Masing-masing sikap tersebut

sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif

maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan

dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar

pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun

yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan

diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan

memperoleh gaji penuh.

Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah

bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan

assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan

yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan

memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya

Universitas Sumatera Utara


memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara

berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan

macamnya.

Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya

sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping

pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang

cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak

membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna,

menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.

5. Perubahan dalam peran sosial dimasyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik

dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan

pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat

berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering

menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu

mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih

sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.

Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk

berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul

perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan

barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila

ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.

Universitas Sumatera Utara


Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia

yang memiliki keluarga seperti orang-orang kita (budaya ketimuran) masih

sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, sanak

saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara atau

merawat dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka

yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang,

namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup

dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai