Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BINAAN ANAK BALITA

DENGAN GIZI KURANG (UNDERWEIGHT, SEVERLY


STUNTED, DAN SEVERLY WASTED) DUSUN KOJUK RT.003
RW.009 DESA SUKOERTO

OLEH :

Nicky Aurelia F.

NIM. 190550008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN JEMBER YAYASAN PENDIDIKAN TENAGA

KESEHATAN JEMBER TAHUN 2022


LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BINAAN


PADA AN.F DUSUN KOJUK DESA SUKOKERTO KECAMATAN
SUKOWONO KABUPATEN JEMBER

Laporan individu Praktek Kebidanan Komunitas

Telah Memenuhi Persyaratan dan Persetujuan

Tanggal

Mengetahui,

Pembimbing Lahan

(Geriyanti Amd.keb)

Menyetujui dan Mengesahkan

Pembimbing Akademik

(Nunik Hindrawati M.kes)


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga sering disebut sebagai lembaga pertama dan utama bagi pendidikan
anak-anak yang dilahirkan. Disebut lembaga pertama, karena setiap anak manusia
yang dilahirkan pasti berada dalam sebuah keluarga dan menerima pendidikan
pertama dari keluarga sebelum lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan
pertama yang diberikan sesuai dengan sistem pendidikan yang berlaku dimana
keluarga tersebut berada. Dan keluarga disebut lembaga utama dalam pendidikan
anak, karena keluarga memegang peranan paling penting dalam pendidikan anak
yang dilahirkan bila dibandingkan dengan lembaga-lembaga lainnya (Wahidin,
2017).
Menurut kementrian kesehatan bekerjasama dengan Biro Pusat Statistik (BPS)
melakukan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting pada tahun 2021
mengalami penurunan sebesar 1,6% per tahun dari 27.7%. Angka obesitas pada balita
mengalami penurunan 3,8% per tahun dari 4,5%. Angka wasting turun menjadi 7,1%
dari 7,4%. dan angka underweight mengalami peningkatan dari 16,3% menjadi 17%
(Rokom, 2021).
Kualitas hidup individu dapat dilihat dari kesehatannya. Gangguan kesehatan
dapat terjadi pada semua usia, terutama lebih rentan pada balita karena sistem imun
balita masih dalam proses perkembangan. Gangguan kesehatan yang sering terjadi di
dunia adalah terjadinya masalah gizi baik gizi kurus maupun gemuk (Anggraeni,
Toby and Rasmada, 2021).
Dampak yang akan ditimbulkan kedepannya akibat kejadian gizi buruk yang
dialami balita sangat dikhawatirkan. Bukan hanya masalah pertumbuhannya yang
akan terhambat, tapi juga dapat menyebabkan balita kekurangan tenaga untuk
beraktivitas, pertahan tubuh balita juga akan bermasalah dan tidak terjadinya
perkembangan fungsi otak. Terjadinya perkembangan fungsi otak (Par'i, 2016). Ada
juga dampak yang disebabkan oleh gizi berlebih yaitu terjadinya resiko obesitas
maupun penyakit degeneratif yang akan timbul (Anggraeni, Toby and Rasmada,
2021).
Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang memudahkan
masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu
hamil dan anak balita. Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan posyandu tentu saja
akan berpengaruh pada keadaan status gizi anak balitanya. Karena salah satu tujaun
dari posyandu adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat terutama anak
balita dan ibu hamil (Rokom, 2021).
Pengukuran atropometri dengan mengunakan indeks berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB) atau berat badan menurut panjang badan (BB/PB) merupakan
salah satu cara untuk menentukan status gizi individu. Indeks BB/TB atau BB/PB
diklasifikasi menjadi gemuk (obesity), gemuk (overweight), normal, kurus (wasted)
dan sangat kurus (served wasted) (Anggraeni, Toby and Rasmada, 2021).
Dari latar belakang di atas maka penulis akan melakukan asuhan kebidanan
kepada keluarga dengan anak balita gizi kurang.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada keluarga yang mempunyai permasalahan
anak balita gizi kurang.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar keluarga
2. Mahasiswa mampu memahami balita gizi kurang
3. Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada keluarga dengan
balita gizi kurang
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Untuk mengimplementasikan ilmu yang telah didapat di institusi pendidikan.
1.3.2 Bagi Keluarga Binaan KK Intensif
a. Membantu keluarga untuk mengindentifikasi masalah.
b. Meningkatkan peran serta anggota keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan keluarganya.
c. Meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai kesehatan.
d. Keluarga dapat melaksanakan Perilaku Hidup Sehat sacara baik dan benar
setelah dilakukan pembinaan tentang kesehatan pada keluarga Tn. “B”
1.4 Metode
Metode yang digunakan yaitu:
1. Wawancara (Tanya jawab)
2. Kunjungan Rumah
3. Observasi
1.5 Langkah Kerja
Langkah yang digunakan untuk:
1. Pendataan
2. Pengkajian Masalah
3. Analisa Masalah
4. Penatalaksanaan atau Pembinaan KK Intensif
5. Evaluasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga
Departemen Kesehatan RI (1988) dalam (Wahyuni, 2018) mendefinisikan
keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. Sementara menurut Salvicion G. Bailon dan Aracelis
Maglaya (1989) yang dikutip dalam (Wahyuni, 2018), keluarga adalah dua atau lebih
individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan.
Dalam kebidanan/keperawatan kesehatan masyarakat keluarga sebagai unit
utama yang menjadi sasaran pelayanan, karena keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat. Apabila salah satu diantara anggota keluarga mempunyai masalah
keperawatan atau kesehatan akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain,
demikian pula terhadap kelompok dan masyarakat di sekitarnya. Masalah kesehatan
keluarga saling berkaitan terhadap anggota keluarga, kelompok maupun masyarakat
secara keseluruhan yang akhirnya memberikan gambaran terhadap masalah kesehatan
masyarakat secara menyeluruh (Wahyuni, 2018).
2.1.2 Macam Struktur Keluarga
Struktur keluarga didasarkan pada organisasi keluarga, yaitu perilaku anggota
keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat bersifat
kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai menantu,
dan lain-lain, yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang
berbeda. Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam
keluarga. Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari
kemampuan dari keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.
Struktur keluarga menurut (Wahyuni, 2018) terdiri dari sebagai berikut:
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami dan istri.
2.1.3 Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang umumnya terdapat di
dalam kebanyakan keluarga, terutama di Indonesia menurut (Wahyuni, 2018) adalah
sebagai berikut:
a. Peranan ayah
Peranan ayah adalah sebagai suami dari ibu dan ayah untuk anak-anak.
ayah juga berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, kepala keluarga, anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dalam lingkungannya.
b. Peranan ibu
Peranan ibu adalah sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dalam
lingkungannya.
c. Peranan anak
Anak dalam keluarga melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual.
2.1.4 Fungsi Keluarga
Di lihat dari fungsinya, terdapat tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota
keluarganya menurut (Wahyuni, 2018), yaitu sebagai berikut:
a. Asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka
tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh, yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka
anak-anak yang sehat baik fisik, mental dan spiritual.
c. Asah, yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
2.1.5 Prinsip Asuhan Keluarga
Terdapat beberapa prinsip penting yang harus diperhatikan oleh bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan/pelayanan kesehatan, antara lain sebagai berikut:
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Melibatkan peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah.
c. Utamakan kegiatan promotif dan preventif, dengan tidak mengabaikan
kuratif dan rehabilitative.
d. Memanfaatkan sumber daya keluarga maksimal mungkin.
e. Sasaran asuhan adalah keluarga secara keseluruhan.
f. Pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan pemecahan masalah
kegiatan utama dalam memberikan askeb adalah penyuluhan kesehatan
dan asuhan kesehatan dasar perawatan dirumah.
g. Di utamakan terhadap keluarga inti.
2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Keluarga dengan Balita Kurang Gizi
Manajemen kebidanan adalah preses pemecahan masalah yang menggunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori,
penemuan, keterampilan dalam tahap yang logis untuk menganbil suatu keputusan
yang berfokus pada keluarga.
Langkah-langkah manajemen kebidanan (Varney)
2.2.1 Pengumpulan data
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua data dasar untuk evaluasi, tahap
ini merupakan langkah awal yang menentukan langkah berikutnya, sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi dan menentukan proses
interpretasi yang benar / tidak dalam tahap selanjutnya sehingga dalam pendekatan ini
harap komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga
dapat menggambarkan data yang valid. Data subjektif biasanya ibu akan mengeluh
badan anaknya tampak kurus. Pada pemeriksaan objektif di dapatkan dari
pemeriksaan BB/TB (Hasyim, Puspariny and Susanti, 2021)
2.2.2 Interpretasi data dasar
Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga dapat
dirumuskan diagnose dan masalah yang spesifik. Intrepetasi data dasar pada balita
gizi kurang sebagai berikut
Diagnosa : balita usia…. dengan status gizi kurang
Masalah : penyakit infeksi
2.2.3 Mengantisipasi masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose
potensial yang sudah di interpretasi, bila memungkinkan di lakukan pencegahan dan
waspada serta bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah potensial benar-benar
terjadi. Resiko pada anak dengan status gizi kurang yaitu gagal tumbuh, hambatan
perkembangan kognitif dan motorik (Hasyim, Puspariny and Susanti, 2021)
2.2.4 Kolaborasi/melakukan evaluasi kebutuhan
Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan suatu situasi yang memerlukan
intervensi langsung. Pada masalah status gizi dapat kolaborasi dengan dokter spesialis
anak, Penyuluhan dan Pendidikan kesehatan tentang pemberian gizi yang baik dan
seimbang di puskesmas dan posyandu seperti edukasi tentang gizi seimbang (Hasyim,
Puspariny and Susanti, 2021).
2.2.5 Rencana asuhan
Pada langkah ini rencanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajmen terhadap masalah
atau diagnose yang telah di identifikasi atau antisipasi. Perencanaan tindakan yang
dilakukan dengan masalah status gizi yaitu dengan pemberian makanan tambahan
pada balita gizi kurang merupakan salah satu bentuk intervensi secara langung untuk
menyediakan jenis makanan yang sehat, program pemberian makanan tambahan ini
berkolaborasi dengan dokter, bidan, ahli gizi, dan ibu pasien gizi kurang yang di
mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan sampai dengan evaluasi
program gizi kurang (Hasyim, Puspariny and Susanti, 2021).
2.2.6 Perencanaan rencana asuhan/tindakan
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di uraikan
pada rencana tindakan harus dilaksanakan secara efisien dan nyaman
1. Melakukan pengukuran BB dan TB
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan
3. Menganjurkan keluarga untuk rutin untuk evaluasi tumbuh kembang balita
4. Menjelaskan status gizi balita kepada keluarga
5. Menganjurkan keluarga untuk memeberikan makanan gizi seimbang
(Hasyim, Puspariny and Susanti, 2021).
2.2.7 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi, keefektifan dari asuhan yang sudah di
berikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi
atau sesuai dengan kebutuhan sebagai mana telah di identifikasi dalam diagnose dan
masalah.
1. Keluarga mengerti hasil pemeriksaan
2. Keluarga mau untuk rutin memeriksaan tumbuh kembang anak
3. Keluarga mengerti tentang status gizi balita
4. Keluarga mau mengikuti anjuran pemberian makanan gizi seimbang
(Hasyim, Puspariny and Susanti, 2021).
2.3 Status Gizi Balita
Masa balita adalah masa pembentukan dan perkembangan manusia, usia ini
merupakan usia yang rawan karena balita sangat peka terhadap gangguan
pertumbuhan serta bahaya yang menyertainya. Masa balita disebut juga sebagai masa
keemasan, dimana terbentuk dasardasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara
serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral
(Khulafa’ur Rosidah and Harsiwi, 2019).
Ketersediaan zat gizi di dalam tubuh seseorang termasuk bayi dan balita
menentukan keadaan gizi bayi dan balita apakah kurang, optimum atau lebih.
Makanan yang diberikan pada bayi dan balita akan digunakan untuk pertumbuhan
badan, karena itu status gizi dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk
memantau kecukupan gizi bayi dan balita, dimana seluruh pertumbuhan dan
kesehatan balita erat kaitannya dengan masukkan makanan yang memadai.
Pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada balita memerlukan makanan
yang sesuai dengan balita yang sedang tumbuh (Khulafa’ur Rosidah and Harsiwi,
2019).
2.3.1 Pengertian Gizi Balita
Zat gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur prosesproses kehidupan (Anggraeni, Toby and Rasmada,
2021).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang gizi, baik, dan
lebih (Nyoman and Supariasa, 2012).
2.3.2 Indikator dan Klasifikasi Gizi Balita
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, Berat Badan (BB) dan Tinggi
Badan (TB). Untuk memperoleh data BB dapat digunakan timbangan dacin ataupun
timbangan injak yang memiliki presisi 0,1 kg. timbangan dacin atau timbangan anak
digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau selama anak masik bida
di baringkan/ duduk tenang. Panjang badan diukur dengan length-board dengan
presisi 0,1 cm dan tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan
presisi 0,1 cm. variable BB dan TB anak ini dapat disajikan dalam bentuk tiga
indikator antropometri yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Septikasari,
2018).
Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan
panjang/tinggi badan yang terdiri atas 3 (tiga) indeks menurut (RI, 2020) meliputi:
a. Berdasarkan indikator BB/U
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat stabil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berembang
mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal,
terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat
berkembang cepat atau lebih lambat. Berikut ini merupakan klasifikasi
status gisi berdasarkan indikaor BB/U:
1. Berat badan sangat kurang (severely underweight) ( <-3SD)
2. Berat badan kurang (underweight) (– 3SD sd <-2 SD)
3. Berat bedan normal (-2 SD sd +1 SD)
4. Risiko berat badan lebih (>+1SD)
b. Berdasarkan indikator TB/U atau PB/U
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, pertumbuhan tinggi badan
sejalan dengan pertambahan umur. Berikut ini merupakan klasifikasi status
gizi berdasarkan indikator TB/U
1. Sangat pendek (Severely stunted) (-3 SD)
2. Pendek (stunted) (- 3 SD sd <-2 SD)
3. Normal (-2 SD sd +3 SD)
4. Tinggi (> +3 SD)
c. Berdasarkan BB/TB
BB/TB merupakan indikator pengukuran antropometri yang dapat
menggambarkan status gizi yang spesifik. Berat badan berkolerasi linier
dengan tinggi badan, artinya perkembangan berat badan akan diikuti oleh
pertambahan tinggi badan. Oleh karena itu, berat badan yang normal akan
proporsional dengan tinggi badannya. Berikut ini merupakan klasifikasi
status gizi berdasarkan indikator BB/TB:
1. Gizi buruk (severely wasted) (< -3 SD)
2. Gizi kurang (Wasted) (-3 SD sd <- 2 SD)
3. Gizi baik (normal) (-2 SD sd +1 SD)
4. Berisiko gizi lebih (possible risk of overweight) (> +1 SD sd + 2 SD)
5. Gizi Lebih (Overweight) (.+ 2 SD sd + 3 SD)
6. Obesitas (obes) (> + 3 SD)
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
Menurut UNICEF ada tiga penyebab gizi buruk pada anak yaitu penyebab
langsung, penyebab tidak langsung dan penyebab mendasar. Terdapat dua penyebab
langsung gizi buruk, yaitu asupan gizi yang kurang dan penyakit infeksi. Kurangnya
asupan gizi dapat disebabkan karena terbatasnya jumlah asupan makanan yang
dikonsumsi atau makanan yang tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan.
Sedangkan infeksi menyebabkan rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga
tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik (Septikasari, 2018).
Penyebab tidak langsung gizi buruk yaitu tidak cukup pangan, pola asuh yang
tidak memadai, dan sanitasi, air bersih/ pelayanan kesehatan dasar yang tidak
memadai. Penyebab mendasar atau akar masalah gizi buruk adalah terjadinya krisis
ekonomi, politik dam sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi
ketersediaan pangan, pola asuh dalam keluarga dan pelayanan kesehatan serta sanitasi
yang memadai, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita (Septikasari,
2018).
2.3.4 Dampak Status Gizi pada Balita
Asupan zat gizi pada anak yang tidak adekuat dapat berakibat pada
terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak, apabila kondisi tersebut tidak
ditangani dengan baik maka risiko kesakitan dan kematian anak akan meningkat.
Tidak terpenuhinya zat gizi dalam tubuh anak dapat berpengaruh terhadap sistem
kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang lemah menyebabkan anak lebih rentan
terkena penyakit menular dari lingkungan sekitarnya terutama pada lingkungan
dengan sanitasi yang buruk maupun dari anak lain atau orang dewasa yang sedang
sakit. Karena daya tahan tubuhnya yang lemah, anak dengan asupan gizi tidak
adekuat seringkali mengalami infeksi saluran cerna berulang. Hal ini yang akan
meningkatkan risiko kekurangan gizi semakin berat karena tubuh anak tidak dapat
menyerap nutrisi dengan baik. Status gizi yang buruk dikombinasikan dengan infeksi
dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan (Septikasari, 2018).
Kekurangan salah satu zat gizi juga dapat menyebabkan kekurangan zat gizi
lainnya.sebagai contoh kekurangan zat besi, magnesium dan zinc dapat menyebabkan
anoreksia yang berakibat tidak terpenuhinya zat gizi yang lain seperti protein.
Kekurangan protein dapat mengganggu tumbuh kembang anak sehingga dapat
menimbulkan komplikasi jangka panjang. Tidak terpenuhinya zat gizi juga
berdampak pada perkembangan otak di masa kritis pertumbuhannya yang
menyebabkan penurunan kecerdasan. Apabila asupan zat gizi yang tidak adekuat
terus berlanjut dan semakin buruk maka dapat menyebabkan kematian pada anak
(Septikasari, 2018).
2.3.5 Penatalaksanaan pada Status Gizi balita
Penanganan gizi kurang menurut (Nyoman and Supariasa, 2012) adalah:
a. Umur 0-4 bulan
Pada umur ini kebutuhan nutrisi bayi semuanya melalui air susu ibu yang
terdapat komponen yang paling seimbang, akan tetapi apabila terjadi
ganggguan dalam air susu ibu maka dapat menggunakan susu formula dan
nilai kegunaan atau manfaat jauh lebih baik dari menggunakan Air Susu
Ibu (ASI). ASI mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan bagi anak mengingat zat gizi yang ideal terdapat di
dalamnya.
b. Umur 4-6 bulan
Pada usia ini kebutuhan nutrisi pada anak tetap yang utama adalah Air Susu
Ibu (ASI) kemudian ditambah lagi dengan bubur susu dan sari buah.
c. Umur 3-6 tahun
Dalam pemenuhan nutrisi pada usia ini sebaiknya penyediaan bervariasi
menunya untuk mencegah kebosanan, berikan susu dan makanan yang
dianjurkan, antara lain: daging, sup, sayuran dan buah-buahan. Pada anak
usia ini juga perlu makanan padat sebab kemampuan mengunyah sudah
mulai kuat.
BAB 3

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn. B DI RT 003


RW 009 DUSUN KOJUK DESA SUKOKERTO KECAMATAN SUKOWONO
KABUPATEN JEMBER

3.1. Pengkajian
Tanggal : 16 Juni 2022
Jam : 20.00 WIB
3.3.1 Pengumpulan Data
1. Nama Kepala Keluarga: Baharil Hikam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Madura
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Penghasilan perbulan : <1000.000
Alamat : Dusun Kojuk Desa Sukokerto Kecamatan Sukowono

2. Anggota Keluarga (dalam 1 KK)


Hubungan
No Nama Umur Sex Status Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Ket
1 Baharil 29 Th L Suami Kawin SD Petani -
2 Babun 27 Th P Istri Kawin SMP IRT -
3 Fatimatus 4 th P Anak Blm Belum -
Kawin sekolah

3. Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga :


Suami
1. Keluarga Berencana
a. Akseptor KB: Suntik
b. Berapa lama memakai alat kontrasepsi: 4 Tahun
c. Tempat pelayanan KB di : Bidan
DATA KESEHATAN BALITA
1. Tumbuh Kembang
N Nama Um BB / BB/ TB Mx Mx Mx Mx Hasi
o ur PB saat ini / Motori Motori Person Bahas l
Lahi status k k al a KPS
r gizi kasar halus sosial P
1. Fatimat 4 th 2,90 9 kg/ 85 Kuran Kuran Baik kuran 7
uz zahro 0 cm/sever g g g
gra ly wasted
m

a. Apakah bayi sering ditimbang : iya teratur sesuai usia


b. Tempat penimbangan : Posyandu
2. Status Imunisasi : Lengkap
3. Pemberian Vit A: 2 kali
4. Pola makan :
a. Makan : 3x1 porsi sedikit tidak ada pantangan dalam makanan
b. Susu : susu formula
5. Buku KIA
a. Kepemilikan buku KIA : memiliki
b. Kesan terhadap balita pada saat pendataan:
Status Gizi: Kurang
BB/U : Underweight (-3 SD)
PB/U : Severly Stunted (-3 SD)
BB/TB : severly Wasted (-3 SD)
c. Apakah balita suka jajan : iya
6. Penyakit yang pernah di derita: Ibu mengatakan ada kelainan pada anak
DATA PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN COVID-19
No Perilaku Selalu Jarang/
Tidak
pernah
1 Saya mencuci tangan dengan sabun atau 
menggunakan hand sanitizer setelah memegang
benda- benda di tempat umum
2 Saya mandi dan mengganti pakaian setelah 
pulang dari bepergian
3 Saya memakai masker bila berada di tempat 
umum (pasar, tempat ibadah, dll)
4 Saya menjaga jarak minimal 1 meter dari orang 
lain saat berada diluar rumah
5 Say menjaga jarak dari orang berusia lanjut 
6 Saya menghadiri acara yang mengumpulkan 
banyak orang
7 Saya tetap menggunakan transportasi umum 
dalam beraktifitas
8 Saya menutup hidung dan mulut saat bersin atau 
batuk
9 Saya berjabat tangan ketika bertemu dengan 
teman/ saudara
10 Saya bekerja/ belajar/ beribadah di rumah 
Total 7
Ket:
 Baik: Jawaban selalu (8,9,10)
 Cukup: Jawaban selalu (5,6,7)
 Kurang : Jawaban selalu (1,2,3,4)

DATA PERILAKU IBU DALAM PHBS


No Perilaku Iya Tidak
1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 
2 Memberi bayi ASI eksklusif 
3 Menimbang bayi dan anak sampai dengan usia 6 
tahun secara rutin setiap bulan
4 Menggunakan air bersih 
5 Cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan benar 
6 Gunakan jamban sehat 
7 Memebrantas jentik nyamuk 
8 Makan-makanan yang sehat 
9 Melakukan aktifitas fisik setiap hari 
10 Tidak merokok 
Total 6
Ket:
 Baik: Jawaban iya (8,9,10)
 Cukup: Jawaban iya sebanyak (5,6,7)
 Kurang : Jawaban iya (1,2,3,4)
3.3.2 Analisa Data
1. Keluarga dengan balita gizi kurang
Dasar:
BB/U : Underweight (-3 SD)
PB/U : Severly Stunted (-3 SD)
BB/TB : severly Wasted (-3 SD)
2. Keluarga dengan perkembangan balita tidak sesuai
Dasar: setelah balita dilakukan evaluasi menggunakan kuesioner KPSP hanya
didapatkan skor 7 (Meragukan)
3. Tingkat pengetahuan keluarga mengenai PHBS yang kurang
Dasar: hasil skor PHBS menunjukkan jumlah skor sebanyak 6
4. Tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan covid-19 masih kurang
Dasar: jumlah skor sebanyak 7 (cukup)
3.3.3 Rumusan dan Prioritas Masalah
1. Tingkat pengetahuan keluarga mengenai PHBS yang kurang
NO Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1 Sifat masalah 2/3x1 2/3 Ancaman kesehatan

2 Kemungkinan masalah 1/2x2 1 Sebagian masalah dapat


untuk dirubah diatasi dengan kemauan
keluarga untuk menjaga
kebersihan

3 Potensi masalah untuk 1/3x1 1/3 Masalah rendah diubah


dirubah karena keluarga sudah
membuat perilaku tidak
bersih tersebut menjadi
kebiasaan

4 Penonjolan masalah 0x1 0 Masalah tidak dirasakan


langsung oleh keluarga

Total 2

2. Tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan covid-19 masih kurang


NO Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1 Sifat masalah 2/3x1 2/3 Ancaman kesehatan

2 Kemungkinan masalah 2/2x2 2 Pencegahan mudah


untuk dirubah diperbaiki dengan
meningkatkan
pengetahuan keluarga
tentang bahaya covid-19

3 Potensi masalah untuk 2/3x1 2/3 Masalah mudah diubah


dirubah

4 Penonjolan masalah 0x1 0 Masalah tidak dirasakan


langsung oleh keluarga

Total 2 4/3

3. Keluarga dengan perkembangan balita tidak sesuai


NO Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1 Sifat masalah 2/3x1 2/3 Ancaman kesehatan

2 Kemungkinan masalah 2/2x2 2 Pencegahan mudah


untuk dirubah diperbaiki dengan
meningkatkan
pengetahuan keluarga
tentang cara
menstimulasi anak

3 Potensi masalah untuk 2/3x1 2/3 Masalah mudah diubah


dirubah

4 Penonjolan masalah 2/2x1 1 Keluarga menyadari dan


perlu segera mengatasi
masalah

Total 4 1/3

4. Keluarga dengan balita gizi kurang


NO Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1 Sifat masalah 2/3x1 2/3 Ancaman kesehatan

2 Kemungkinan masalah 2/2x2 2 Pencegahan mudah


untuk dirubah diperbaiki dengan
meningkatkan
pengetahuan keluarga
tentang bahaya covid-19

3 Potensi masalah untuk 2/3x1 2/3 Masalah mudah diubah


dirubah

4 Penonjolan masalah 0x1 0 Masalah tidak dirasakan


langsung oleh keluarga

Total 2 4/3

Dari hasil scoring diatas dapat diprioritaskan masalah sebagai berikut:


a. Keluarga dengan perkembangan balita tidak sesuai ( 4 1/3)
b. Keluarga dengan balita gizi kurang (2 4/3)
c. Tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan covid-19 masih kurang (2
4/3)
d. Tingkat pengetahuan keluarga mengenai PHBS yang kurang (2)
3.3.4 Perencanaan

Tanggal: 16 Juni 2022 jam: 20.00 WIB


Tempat: Rumah Tn.B
1. Beritahu keluarga hasil pengkajian kepada keluarga
a. Kurangnya pengetahuan keluarga terutama ibu tentang cara menstimulasi
tumbuh kembang anak
b. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pencegahan covid-19
c. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang PHBS
2. Beri penyuluhan kepada keluarga tentang cara stimulasi tumbuh kembang anak
seperti menyusun kalimat, mengajarkan cara makan sendiri.
3. Beri penyuluhan tentang bahaya covid-19 dengan cara menggunakan masker,
mencuci tangan dengan benar, dan menjaga jarak di kerumunan.
4. Beri penyuluhan tentang pentingnya menjaga PHBS dengan menggunakan sabun
saat mencuci tangan, menggunakan jamban saat membuang air besar, dan tidak
merokok di lingkungan keluarga
5. Jadwalkan pertemuan berikutnya pada hari jum’at 24 juni 2022
3.3.5 Pelaksanaan

Tanggal: 16 Juni 2022 jam: 20.00 WIB


Tempat: Rumah Tn.B
1. Memberitahu keluarga hasil pengkajian tentang masalah yang ada di dalam
keluarga Tn.B, yaitu:
a. Kurangnya pengetahuan keluarga terutama ibu tentang cara menstimulasi
tumbuh kembang anak
b. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pencegahan covid-19
c. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang PHBS
2. Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara stimulasi tumbuh
kembang anak seperti menyusun kalimat, mengajarkan cara makan sendiri.
3. Memberikan penyuluhan tentang bahaya covid-19 dengan cara menggunakan
masker, mencuci tangan dengan benar, dan menjaga jarak di kerumunan
4. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjaga PHBS dengan
menggunakan sabun saat mencuci tangan, menggunakan jamban saat
membuang air besar, dan tidak merokok di lingkungan keluarga
5. Menjadwalkan pertemuan berikutnya pada hari jum’at 24 juni 2022
3.3.6 Evaluasi

Tanggal: 16 Juni 2022


Tempat: Rumah Tn.B
1. Keluarga Tn.B mengetahui hasil pengkajian masalah balita dengan status gizi
kurang
2. Keluarga mengerti tentang cara menstrimulasi tumbuh kembang anak dengan
mengajarkan menyusun kalimat
3. Keluarga mengerti tentang bahaya covid-19 dengan cara mau menggunakan
masker dan mau mencuci tangan dengan benar
4. Keluarga mengerti tentang pentingnya menjaga PHBS dengan menggunakan
sabun saat mencuci tangan dan tidak merokok di lingkungan keluarga
5. Pertemuan berikutnya pada tanggal 24 Juni 2022
CATATAN PERKEMBANGAN 1

Tanggal : Jum’at, 24 Juni 2022


Jam : 16.00 WIB
DATA SUBJEKTIF
Keluarga Tn. B mengatakan anaknya mau makan-makanan pemberian PMT yang di
berikan
Pola makan anak
a. Frekuensi : 3x sehari
b. Komposisi :
Pagi : Telur, nasi, ikan pindang
Siang: susu, nasi, ikan pindang
DATA OBJEKTIF
BB: 9 kg
TB: 85 cm
ANALISA
1. Keluarga dengan balita gizi kurang
Dasar: tidak ada peningkatan berat badan pada balita
2. Keluarga dengan perkembangan balita tidak sesuai
Dasar: setelah balita dilakukan evaluasi menggunakan kuesioner KPSP hanya
didapatkan skor 7 (Meragukan) tidak ada peningkatan
3. Tingkat pengetahuan keluarga mengenai PHBS yang kurang
Dasar: hasil skor PHBS menunjukkan jumlah skor sebanyak 6
4. Tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan covid-19 masih kurang
Dasar: jumlah skor sebanyak 7 (cukup)
PLANNING-EVALUASI
a. Mengevaluasi materi penyuluhan yang lalu tentang stimulasi anak, pencegahan

covid-19 dan perilaku hidup bersih dan sehat


E/ ibu sudah sedikit mengerti dan mencoba mengingat materi penyuluhan yang

lalu.

b. Menganjurkan keluarga untuk menjaga pola kebersihan pada anak saat bermain
seperti memakai sandal saat bermain
E/ ibu mengerti dan mau melakukan anjuran yang di berikan
c. Menganjurkan untuk terus memantu anak dalam pemberian PMT yang telah di
berikan
E/ ibu mengerti anjuran yang di berikan dan sudah memberikan susu dan telur
kepada anak
d. Menganjurkan ibu untuk tetap menstimulasi tumbuh kembang anak
E/ ibu mengerti dan sudah melakukan stimulasi kepada anak
e. Menjelaskan tentang covid-19 dan bahaya dari covid-19
E/ ibu mengerti penjelasan tentang covid-19 dan bahaya dari covid-19
f. Menjadwalkan pertemuan berikutnya
E/ pertemuan ulang tanggl 30 Juni 2022
CATATAN PERKEMBANGAN 2
Tanggal : Kamis, 30 Juni 2022
Jam : 18.30 WIB
DATA SUBJEKTIF
Keluarga Tn. B mengatakan anaknya sudah mau mencoret-coret di kertas dan
anaknya sudah mau minum susu
Pola makan anak
c. Frekuensi : 3x sehari
d. Komposisi :
Pagi : nasi, sayur kelor, dan sosis
Siang: susu, nasi, sayur kelor
Malam: susu, nasi dan telur
DATA OBJEKTIF
BB: 9 kg
TB: 85 cm
ANALISA
1. Keluarga dengan balita gizi kurang
Dasar: tidak ada peningkatan berat badan pada balita
2. Keluarga dengan perkembangan balita tidak sesuai
Dasar: setelah balita dilakukan evaluasi menggunakan kuesioner KPSP hanya
didapatkan skor 7 (Meragukan) tidak ada peningkatan
3. Tingkat pengetahuan keluarga mengenai PHBS yang kurang
Dasar: hasil skor PHBS menunjukkan jumlah skor sebanyak 6
4. Tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan covid-19 masih kurang
Dasar: jumlah skor sebanyak 7 (cukup)
PLANNING-EVALUASI
a. Mengevaluasi materi penyuluhan yang lalu

E/ ibu sudah sedikit mengerti dan mau melakukan seperti menggunakan masker
b. Menganjurkan untuk terus memantau pola makan anak

E/ ibu mengerti anjuran yang di berikan dan sudah memberikan makanan sesuai
anjuran
c. Menganjurkan ibu untuk tetap menstimulasi tumbuh kembang anak

E/ ibu mengerti dan sudah melakukan stimulasi kepada anak dengan belajar
menyusun kalimat
d. Menjadwalkan pertemuan berikutnya

E/ pertemuan ulang tanggal 6 Juli 2022


BAB 4
PEMBAHASAN

Pada tanggal 16 Juni 2022 dilakukan pengakajian keluarga pada Tn. B pada
pengkajian tersebut ditemukan balita usia 4 th dengan berat badan 9 kg dan tinggi
badan 85 cm. dari hasil tersebut maka dapat dikelompokkan balita dengan status gizi
kurang karena dalam indikator BB/TB anak balita tersebut masuk kedalam kelompok
severly wasted. Faktor penyebab status gizi kurang pada anak balita Tn. B yaitu
karena penyakit kelainan yang di derita oleh anak tersebut. Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Septikasari, 2018) yaitu Sedangkan infeksi menyebabkan rusaknya
beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara
baik.
Tidak terpenuhinya zat gizi juga berdampak pada perkembangan otak di masa
kritis pertumbuhannya yang menyebabkan penurunan kecerdasan (Septikasari, 2018).
Hal ini dapat terlihat dari balita Tn B bahwa adanya keterlambatan dalam
perkembangan balita.
Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan
perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi
penyimpangan dari perkembangan normal. Dalam pengkajian pertama yang
dilakukan pada tanggal 16 juni 2022 ditemukan skor KPSP adalah 7, dimana dalam
melakukan pengkajian dilakukan stimulasi tumbuh kembang yaitu dengan mengukur
stimulasi anak menggunakan skor KPSP. Usia balita A/n Fatimatuz, adalah 49 bulan,
untuk stimulasi skor KPSP menggunakan KPSP pada anak berusia 49 bulan.
Interpretasi dari hasil KPSP dengan jawaban 7 adalah meragukan dan
penatalaksanaan pada KPSP dengan skor KPSP 7 adalah menasehati ibu untuk selalu
menstimulasi balita. apabila jawaban ya adalah 7 atau 8 untuk interpretasi nya adalah
meragukan, tindakan yang harus dilakukan adalah menasehati ibu untuk melakukan
stimulasi lebih sering dengan penuh kasih sayang.
Kunjungan ke 2 dilakukan tanggal 24 Juni 2022, dilakukan stimulasi KPSP
ulang dengan hasil KPSP tetap 7, hal ini tidak berubah dikarenakan balita Tn. B
mengalami penyakit bawaan yg di alami sejak bayi. Hal ini sesuai dengan teori
(Septikasari, 2018) terdapat dua penyebab langsung gizi buruk, yaitu asupan gizi
yang kurang dan penyakit infeksi. Dan pada kunjungan kedua ini pola makan sudah
mulai di atur oleh keluarga Tn.B.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan Asuhan kebidanan komuntas pada keluarga selama


3 kali kunjungan dikeluarga Tn. B dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengetehuan
keluarga terhadap kesehatan dan keluarga kurang mengetahui masalah kesehatan
yang dihadapi sehingga keluarga tidak tau cara menyelesaikan masalah yang terjadi.
Selain itu penulis juga dapat mengenali masalah yang terdapat pada keluarga
Tn. B yaitu kurangnya pengetahuan tentang pentingnya gizi seimbang pada Balita.
Setelah dilakukan pembinaan terhadap keluarga Tn. B dan diberikan penyuluhan
mengenai masalah kesehatan yang keluarga hadapi. Keluarga bersedia untuk
berusaha meningkatkan derajat kesehatan dengan memberikan makanan gizi
seimbang pada ibu hamil dan memeriksakan kehamilannya ditenaga keshatan
5.2 Saran
Berdasarkan pengalaman penulis dalam melakukan asuhan kebidanan keluarga
dan dalam rangka pemberian pelayanan profesional dan peningkatan mutu tenaga
kesehatan, serta untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses pembinaan
keluarga maka penulis memberikan saran. Bersedia untuk memberikan makanan yang
bergizi pada balita, Tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku saat
ini ,Bersedia untuk tetat berperilaku hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, L. D., Toby, Y. R. and Rasmada, S. (2021) ‘Analisis Asupan Zat Gizi
Terhadap Status Gizi Balita’, Faletehan Health Journal, 8(02), pp. 92–101.
doi: 10.33746/fhj.v8i02.191.
Hasyim, D. I., Puspariny, C. and Susanti, E. (2021) ‘Asuhan Kebidanan Pertumbuhan
dan Perkembangan pada Balita dengan Wasting’, Muhammadiyah Journal of
Midwifery, 2(1), p. 34. doi: 10.24853/myjm.2.1.34-39.
Khulafa’ur Rosidah, L. and Harsiwi, S. (2019) ‘HUBUNGAN STATUS GIZI
DENGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA 1-3 TAHUN (Di Posyandu
Jaan Desa Jaan Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk)’, Jurnal
Kebidanan, 6(1), pp. 24–37.
Nyoman, I. D. and Supariasa (2012) Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
RI, K. (2020) PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG STANDAR ANTROPOMETRI ANAK,
Journal of Chemical Information and Modeling.
Rokom (2021) ‘Penurunan Prevalensi Stunting tahun 2021 sebagai Modal Menuju
Generasi Emas Indonesia 2045’, Kementerian Kesehatan RI. Available at:
sehatnergriku.kemkes.go.id.
Septikasari, M. (2018) Status Gizi Anak. Edited by S. Amalia. Yogyakarta.
Wahidin, U. (2017) ‘Literasi Keberagamaan Anak Keluarga Marjinal Binaan
Komunitas Di Kota Bogor’, Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam, 6(02),
p. 14. doi: 10.30868/ei.v6i12.182.
Wahyuni, D. (2018) Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Kemenkes RI.
Lampiran

1. Buku KIA
2. Bukti foto pendampingan
3. SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Pemenuhan Gizi Seimbang untuk Balita


Sub Topik : Gizi Seimbang bagi balita
Sasaran : Balita dengan gizi kurang
Tempat : posyandu Kamboja 73
Hari / Tanggal : Selasa, 05 Juli 2022
Waktu : 09.00
A. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan para ibu mengetahui tentang
pentingnya gizi seimbang bagi balita
B. Tujuan Khusus
1. Pengertian status gizi balita
2. Kategori status gizi balita
3. Faktor yang mempengaruhi status gizi balita
4. Cara mencegah gizi kurang pada balita
5. Makanan yang termasuk dalam gizi seimbang
6. Contoh menu gizi seimbang
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
4. demonstrasi
D. Media
Ceramah Tanya jawab, buku menu, dan bookleet
E. Isi Materi
1. Pengertin Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang gizi, baik,
dan lebih (Nyoman and Supariasa, 2012). Standar Antropometri Anak didasarkan
pada parameter berat badan dan panjang/tinggi badan yang terdiri atas 3 (empat)
indeks menurut (RI, 2020) meliputi:
d. Berdasarkan indikator BB/U
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat stabil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zan gizi terjamin, maka berat badan berembang
mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal,
terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat
berkembang cepat atau lebih lambat.
e. Berdasarkan indikator TB/U atau PB/U
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, pertumbuhan tinggi badan
sejalan dengan pertambahan umur.
f. Berdasarkan BB/TB
BB/TB merupakan indikator pengukuran antropometri yang dapat
menggambarkan status gizi yang spesifik. Berat badan berkolerasi linier
dengan tinggi badan, artinya perkembangan berat badan akan diikuti oleh
pertambahan tinggi badan. Oleh karena itu, berat badan yang normal akan
proporsional dengan tinggi badannya.
2. Kategori Status Gizi
1. Berdasarkan indikator BB/U
a) Berat badan sangat kurang (severely underweight) ( <-3SD)
b) Berat badan kurang (underweight) (– 3SD sd <-2 SD)
c) Berat bedan normal (-2 SD sd +1 SD)
d) Risiko berat badan lebih (>+1SD)
2. Berdasarkan indikator TB/U atau PB/U
a) Sangat pendek (Severely stunted) (-3 SD)
b) Pendek (stunted) (- 3 SD sd <-2 SD)
c) Normal (-2 SD sd +3 SD)
d) Tinggi (> +3 SD)
3. Berdasarkan indikator BB/TB
a) Gizi buruk (severely wasted) (< -3 SD)
b) Gizi kurang (Wasted) (-3 SD sd <- 2 SD)
c) Gizi baik (normal) (-2 SD sd +1 SD)
d) Berisiko gizi lebih (possible risk of overweight) (> +1 SD sd + 2 SD)
e) Gizi Lebih (Overweight) (.+ 2 SD sd + 3 SD)
f) Obesitas (obes) (> + 3 SD)
3. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Menurut UNICEF ada tiga penyebab gizi buruk pada anak yaitu penyebab
langsung, penyebab tidak langsung dan penyebab mendasar. Terdapat dua
penyebab langsung gizi buruk, yaitu asupan gizi yang kurang dan penyakit
infeksi. Kurangnya asupan gizi dapat disebabkan karena terbatasnya jumlah
asupan makanan yang dikonsumsi atau makanan yang tidak memenuhi unsur
gizi yang dibutuhkan. Sedangkan infeksi menyebabkan rusaknya beberapa fungsi
organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik
(Septikasari, 2018). Ibu hamil penderita KEK juga dapat mempengaruhi status
gizi pada anak (Nyoman and Supariasa, 2012).
Penyebab tidak langsung gizi buruk yaitu tidak cukup pangan, pola asuh yang
tidak memadai, dan sanitasi, air bersih/ pelayanan kesehatan dasar yang tidak
memadai. Penyebab mendasar atau akar masalah gizi buruk adalah terjadinya
krisis ekonomi, politik dam sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi
ketersediaan pangan, pola asuh dalam keluarga dan pelayanan kesehatan serta
sanitasi yang memadai, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita
(Septikasari, 2018).
4. Cara Mencegah gizi kurang pada balita
a) Mencari tau penyebab dan gejala awal gizi buruk seperti pertumbuhan dan
perkembangan anak terhambat, massa otot berkurang, sering sakit karena daya
tahan tubuh rendah.
b) Rutin periksa kesehatan di Posyandu atau Puskesmas, terutama mengukur
tinggi dan berat badan anak
c) Pemberian ASI ekslusif (0-6 bulan)
d) Memperbaiki gizi saat kehamilan agar tidak terjadi KEK.
e) Orang tua khususnya ibu harus terampil menyesuaikan menu MPASI bagi
anak yang sudah tidak bergantung pada ASI
f) Meningkatkan pemahaman tentang asupan nutrisi dari makanan dan minuman
yang dikonsumsi anak dengan memperhatikan kandungan apakah sudah
masuk dalam gizi seimbang seperti karbohidrat, protein, lemak dll.
5. Makanan yang termasuk dalam gizi seimbang
a) Karbohidrat : Ubi, Kentang, jagung, nasi putih, dan roti
b) Protein : Telur, ikan laut dan tawar, susu, kacang-kacangan, tempe dan
tahu
c) Lemak : Daging sapi dan ayam, alpukat
d) Vitamin : Vitamin terkandung dalam sayur-sayuran dan buah-buahan
e) Mineral : Sayuran yang berdaun hijau
f) Air : Air matang
6. Contoh menu makanan gizi seimbang
Bubur Kacang Hijau
Bahan-Bahan:

- 250 gram kacang hijau


- 1 ½ liter air
- 1 gelas belimbing santan
- 4 sdm gula pasir
- 50 gram gula merah
- ½ sdt garam
- ¼ vanili bubuk
- ½ lembar daun pandan
Langkah-Langkah
- Rendam kacang hijau selama minimal 2 jam. Cuci dan saring, lalu rebus
dengan air sampai empuk.
- Masukkan semua bahan dan biarkan selama beberapa menit.
- Cek rasa, jika sudah pas maka angkat dan diamkan hingga hangat.
Terakhir, siap disajikan dan dinikmat
F. Pelaksanaan kegiatan
N Tahap Wakt Kegiatan Penyuluan Kegiatan Sasaran
O u
1 Pendahuluan 5 a.Memberi salam pembuka a. Menjawab salam
Menit b.Memperkenalkan diri b. Memperhatikan
c.Menjelaskan pokok bahasan, c.Memperhatikan dan
manfaat dan tujuan penyuluhan menerima
N Tahap Wakt Kegiatan Penyuluan Kegiatan Sasaran
O u
2 Penyajian 20 a.Menjelaskan pengertian status a. Memperhatikan
Menit gizi b. Menanyakan hal-hal
b. Menjelaskan kategori yang belum jelas
status gizi balita c. Memperhatikan jawaban
c. Menjelaskan faktor-faktor penyaji
yang mempengaruhi status d. Menjawab pertanyaan
gizi balita penyaji
d. Menjelaskan cara mencegah
gizi kurang pada balita
e. Menjelaskan makanan yang
termasuk dalam gizi
seimbang

G. Pengorganisasian
Pembicara : Mahasiswa
Peserta : anak balita dengan status gizi kurang

H. Lembar Kuisioner
1. Status gizi balita dapat dilihat dari pengukuran tinggi badan dan berat badan.
a. Benar
b. Salah
2. Asupan gizi seimbang pada anak dapat menyebabkan gizi kurang.
a. Benar
b. Salah
3. Rutin melakukan pemeriksaan tinggi bdan dan berat badan di posyandu adalah
salah satu cara mencegah gizi kurang pada anak
a. Benar
b. Salah
4. Ubi, Kentang, jagung, nasi putih, dan rot adalah contoh makanan yang
mengandung karbohidrat
a. Benar
b. Salah
5. Telur adalah salah satu contoh makanan yang mengandung protein
a. Benar
b. Salah
6. Ibu Hamil dengan KEK dapat mempengaruhi status gizi pada anak
a. Benar
b. Salah
7. Pemberian ASI ekslusif adalah salah satu cara pencegahan gizi buruk pada
anak
a. Benar
b. Salah
8. Pemeriksaan berat badan dan tinggi badan dapat dilakukan di dukun
a. Benar
b. Salah
9. Tempe dan tahu adalah sumber protein dalam pemenuhan gizi
a. Benar
b. Salah
10. Lingkungan yang kumuh/kotor tidak mempengaruhi status gizi pada anak
a. Benar
b. Salah
I. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Pemateri dan peserta pada posisi yang sudah di rencanakan
2. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
3. Alat dan bahan sudah siap sebelum acara
4. Menu gizi telah tersedia
b. Evaluasi Proses
1. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah di rencanakan
2. Audience antusias dalam kegiatan penyuluhan kehadiran 80%
3. Audience mendengarkan penyuluhan dengan seksama
4. Audience tidak meninggalkan tempat penyuluhan sampai dengan acara
selesai
5. Audience aktif dalam diskusi
c. Evaluasi Hasil
1. Audience aktif dalam mengajukan pertanyaan tentang materi yang di
sampaikan
2. Audience penyuluhan dapat mengulang dan menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh
pemateri
3. 80% audience mengalami peningkatan pengetahuan tentang...
4. Bookleet

Anda mungkin juga menyukai